(ISH) menetapkan bahwa hipertensi merupakan kondisi ketika tekanan darah (TD) sistolik
lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Nilai ini
merupakan hasil rerata minimal dua kali pengukuran setelah melakukan dua kali atau lebih
Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri. Hiper artinya berlebihan, sedangkan tensi artinya tekanan atau tegangan. Untuk itu,
hipertensi merupakan tekanan darah atau denyut jantung yang lebih tinggi dibandingkan
dengan normal karena penyempitan pembuluh darah atau gangguan lainnya. Dimana terjadi
peningkatan tekanan sistolik 14 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau
lebih , dan tekanan darah berfluktuasi dalam batas tertentu tergantung pada posisi tubuh, usia
Menurut JNC hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHd
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan darah secara abnormal dan terus
menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa
faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan
Hipertensi adalah adanya peningkatan tekanan darah sampai taraf yang memungkinkan
pasien mengalami peningkatan risiko kerusakan organ target di beberapa pembuluh darah,
termasuk retina, otak, jantung, ginjal, dan arteri besar (L.lin & Rypkema, 2010)
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi usia dewasa telah diklasifikasikan dalam Sixtth Report of The Joint National
(JNC VI) dalam (Yasmara et al., 2017). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.1
Keterangan tabel 2.1 klasifikasi tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun:
1. Kategori normal dapat diterima jika individu tersebut tidak mengonsumsi obat
2. Jika TD sistolik atau diastolik jatuh ke kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah
kategori yang lebih tinggi. Misal: 160/92 diklasifikasikan sebagai hipertensi derajat 2;
Misal: Tekanan darah 170/82 mmHg merupakan hipertensi sistolik terisolasi derajat
1. Hipertensi Primer
Hipertensi primer atau hipertensi esensial ini merupakan jenis hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya. Ini merupkan jenis hipertensi yang paling banyak yaitu sekitar
90–95% dari insidensi hipertensi secara keseluruhan. Hipertensi primer ini sering tidak
disertai dengan gejala dan biasanya gejala baru muncul saat hipertensi sudah berat atau
2. Hipertensi Sekunder
Jumlah hipertensi sekunder hanya sekitar 5-10% dari kejadian hipertensi secara
keseluruhan. Hipertensi jenis ini merupakan dampak sekunder dari penyakit tertentu.
Berbagai kondisi yang bisa menyebabkan hipertensi antara lain penyempitan arteri renalis,
hipertensi berat atau dengan pula sebagai krisis hipertensi. Angka kejadian krisis
hipertensi ini di Amerika berkisar 2–7% pada populasi penderita hipertensi yang tidak
dilakukan, angka kejadiannya menurun hingga tinggal 1% saja. Sayangnya kejadian krisis
hipertensi di Indonesia hingga saat ini belum ada laporan mengenai hal tersebut.
1. Hipertensi Esensial
sebagai hasil interaksi dari faktor-faktor tersebut. Beberapa faktor yang memicu timbulnya
hipertensi tersebut antara lain faktor risiko, aktivitas sistem saraf simpatik, keseimbangan
faktor herediter atau keturunan. Selain itu pola hidup yang tidak sehat seperti
pemicu hipertensi.
Seiring dengan pertambahan usia, elastisitas dinding pada dinding pembuluh darah
akan menyebabkan luka pembuluh darah semakin menurun. Demikian pula dengan jenis
kelamin, laki-laki memiliki risiko hipertensi lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal ini
berkaitan dengan adanya hormon estrogen pada wanita yang berkontribusi darah sehingga
bisa menurunkan aliran darah. Penurunan produksi hormon estrogen pada usia menopause
Faktor lain yang dapat memicu hipertensi adalah perangsangan sistem saraf simpatik.
Berbagai kondisi yang menimbulkan stresor baik secara fisik maupun psikologis dapat
memicu aktivitas saraf simpatik. Efek yang ditimbulkan dari perangsangan sistem saraf
simpatik adalah vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan denyut jantung. Kedua
hal ini akan menyebabkan peningkatan resistensi perifer pembuluh darah sistemik
sehingga sehingga memicu peningkatan tekanan darah. Selain itu perangsangan sistem
terhadap kondisi tubuh. Saat terjadi syok, peningkatan sistem saraf simpatik, atau
enzym (ACE) angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Keberadaan angiotensin II ini
akan memicu pengeluaran aldosterone oleh korteks adrenal. Keberadaan aldosteron ini
akan menarik air dan NaCl tetap di dalam tubulus sehingga meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yakni dalam pembuluh darah. Angiotensin II ini juga memicu vasokonstriksi
pembuluh darah. Kombinasi peningkatan volume pembuluh darah dan vasokonstriksi ini
2. Hipertensi Sekunder
berkisar antara 10-20% saja. Beberapa penyakit atau kelainan yang dapat menimbulkan
1) Glomerulonefritis akut. Hipertensi terjadi secara tiba tiba dan memburuk dengan
cepat. Jika tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan gagal jantung.
2) Sindrom nefrotik. Penyakit ini berlangsung lambat dan menimbulkan gejala klinis
sindrom nefrotik seperti proteinuria berat, hipoproteinemia, dan edema yang berat.
Meskipun pada tahap awal fungsi ginjal masih baik, namun lama kelamaan daya
filtrasi glomerulus semakin menurun, faal ginjal memburuk, dan terjadi kenaikan
tekanan darah.
pada ginjal ini sering disertai dengan kelainan struktur bawaan ginjal atau juga pada
batu ginjal. Diagnosis klinis sering sukar ditegakkan. Namun demikian terdapat
keluhan yang biasanya muncul yaitu nyeri pinggang, mudah lelah, dan rasa lemas
4) Kimmelt Stiel-Wilson. Penyakit pada ginjal ini merupakan komplikasi dari penyakit
memiliki prognosis yang buruk, penderita dapat meninggal akibat gangguan fungsi
5) Hipertensi renovaskular. Hipertensi ini disebabkan oleh adanya lesi pada arteri renalis.
Stenosis yang terjadi pada arteri renalis ini memicu pengeluaran renin yang
mencapai tingkat terendah. Selain itu terdapat pula penambahan volume cairan tubuh
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat (Kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat,
Pada tahap awal perkembangan hipertensi tidak ada manifestasi yang dicatat
oleh klien atau praktisi kesehatan. Pada akhirnya tekanan darah akan naik dan jika
keadaan ini tidak “terdeteksi” selama pemeriksaan rutin, klien tetap tidak sadar bahwa
tekanan darahnya naik, jika kondisi ini tetap dibiarkan dan tidak terdiagnosis , tekanan
darah akan terus naik dan manifestasi klinis akan menjadi jelas dan klien akan
pandangan kabur atau penglihatan ganda, dan mimisan.(Black & Hwaks, 2014)
Gejala yang muncul akibat tidak disadarinya tentang kenaikan tekanan darah
dari klien juga akan menunjukkan gejala-gejala tertentu, apabila ada kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan
nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan
(Brunner & Suddarth, 2005 dalam andra safery wijaya & Putri, 2013).
Corwin (2000) dalam (andra safery wijaya & Putri, 2013) menyebutkan bahwa
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
angiotensin I ysng kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distesi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
perifer.
2.2.6 Pathway Hipertensi
HIPERTENSI
Kerusakan vaskuler Tekanan
pembuluh darah Perubahan Sistemik
Situasi darah ↑
Perubahan struktur Defisiensi
Informasi yang pengetahuan Beban kerja
minim Ansietas jantung ↑
Penyumbatan
pembuluh darah Resistensi
pembuluh darah Nyeri Aliran darah makin
Vasokonstriksi otak ↑ Kepala cepat ke seluruh tubuh,
sedangkan nutrisi
dalam sel sudag
Gangguan Sirkulasi Otak mencukupi kebutuhan
Suplai O₂ ke
Krisis Situasional
otak↓
Resiko
ketidakefektifan Metode Koping
perfusi jaringan tidak efektif
otak
Ketidakefektifan
Koping
Vasokonstriksi
Spasme Arterio Sistemik Koroner
pembuluh darah
ginjal
Resiko Cedera Vasokonstriksi Iskemik
Blood Flow Miokard
Darah↓ Kelebihan Afterload↑
Volume Cairan
Nyeri
Respon RAA
Edema Fatigue
Merangsang
Aldosteron Retensi Na Intoleransi
Aktifitas
1. Retinopati Hipertensif
tekanan intraokular akibat hipertensi yang tidak terkontrol. Tekanan darah yang tinggi
merusak pembuluh darah kecil retina sehingga menyebabkan penebalan pada dinding
yang berdampak pada penurunan aliran darah yang melaluinya. Akibatnya adalah
suplai darah ke retina berkurang sehingga terjadi kerusakan di berbagai area retina
tersebut. Gejala yang dapat dirasakan oleh penderita adalah penglihatan ganda,
penurunan daya lihat, nyeri kepala, hingga kebutaan. pembuluh darah yang berdampak
pada penurunan aliran darah yang melaluinya. Akibatnya adalah suplai darah ke retina
berkurang sehingga terjadi kerusakan di berbagai area retina tersebut. Gejala yang
dapat dirasakan oleh penderita adalah penglihatan ganda, penurunan daya lihat, nyeri
Penyakit jantung yang sering timbul pada penderita hipertensi ini adalah penyakit
jantung koroner dan penyakit jantung hipertensif. Penyakit jantung koroner terkait
dengan berbagai gejala yang muncul akibat terganggunya suplai darah ke otot jantung
sehingga menimbulkan kerusakan, mulai dari iskemia, cedera, hingga kematian otot
jantung tersebut.
Peregangan yang berlebihan pada dinding pembuluh darah ini akan menyebabkan
luka kecil pada endotelium yang dikenal dengan luka mikroskopik. Meskipun
demikian, luka tersebut sudah dapat memicu respons pembekuan sehingga pada
akhirnya terbentuk trombus pada area tersebut. Jika trombus tersebut terkelupas, maka
akan menyisakan dinding pembuluh darah yang tipis. Seiring perjalanan waktu
penipisan dinding pembuluh darah tersebut dapat memicu aneurisma yaitu penonjolan
dinding pembuluh darah seperti kantong. Aneurisma ini sangat rentan untuk pecah yang
Selain itu tingginya resistensi sistemik pada hipertensi membuat jantung harus
bekerja lebih keras lagi supaya aliran darah dapat tetap terjaga. Jika hal ini berlangsung
3. Hipertensi Serebrovaskular
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko paling penting penyakit stroke baik
karena perdarahan maupun emboli. Risiko stroke akan semakin bertambah dengan.
semakin tingginya tekanan darah. Tingginya regangan pada dinding pembuluh darah
akan menyebabkan luka mikroskopik yang dapat menjadi pemicu terbentuknya trombus
pada area tersebut. Trombus yang terbentuk. menyebabkan penyempitan pada lumen
trombus terlepas dan ikut bersama aliran darah, maka ia akan menimbulkan sumbatan
pada pembuluh darah dengan diameter yang lebih kecil. Penurunan aliran darah ini
akan menyebabkan iskemia hingga kematian sel-sel otak. Kondisi seperti ini dikenal
Selain itu, luka akibat regangan pada dinding pembuluh darah atau luka bekas
dari trombus yang terlepas menyebabkan kelemahan pada lokasi dinding pembuluh
darah tersebut. Akibatnya daerah tersebut mudah mengalami aneurisma atau ruptur,
sehingga menimbulkan perdarahan di area otak. Perdarahan di otak yang menimbulkan
4. Ensefalopati Hipertensi
neurologis secara mendadak akibat peningkatan tekanan darah arteri. Sindrom tersebut
akan hilang jika tekanan darah dapat diturunkan kembali. Gejala yang sering muncul
biasanya berupa nyeri kepala hebat, bingung, lamban, muntah, mual, dan gangguan.
penglihatan. Gejala ini umumnya bertambah berat dalam waktu 12-48 jam, , pasien
dapat mengalami kejang, penurunan kesadaran, hingga kebutaan. Kondisi ini sering
terjadi pada hipertensi maligna yang mengalami paninigkárán tekanan darah secara
cepat.
1. Laboratorium
1) Urinalisis: Dapat ditemukan protein, sel darah merah, atau sel darah putih
2) Kadar kalium serum <3,5 mEq/L (normal: 3,5– 5,0 mEq/L)2 menunjukkan
3) Kadar nitrogen urea darah normal (normal = 5-25 mg/dL)2 atau meningkat >20
mg/dL dan kadar kreatinin serum normal (normal = 0,5-1,5 mg/ dL)2 atau >1,5
3. Prosedur diagnostik
edema
kardiovaskular.
Hipertensi primer mencakup lebih dari 90% dari keseluruhan kasus hipertensi.
Kurang dari 5-8% klien hipertensi dewasa memiliki hipertensi sekunder; bagaimanapun
juga, terlepas dari jenisnya, hipertensi merupakan akibat dari serangkaian faktor-faktor
genetik dan lingkungan. Faktor-faktor risiko ini digolongkan menjadi yang dapat diubah
dan yang tidak dapat diubah. Edukasi dan perubahan gaya hidup ditujukan pada faktor-
1) Riwayat Keluarga
riwayat hipertensi keluarga, beberapa gen mungkin berinteraksi dengan yang lainnya
dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke
waktu. Kecenderungan genetis yang membuat keluarga tertentu lebih rentan terhadap
hitam. Klien dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada pada risiko hipertensi
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa hipertensi
meningkat dengan usia: 50-60% klien yang berumur lebih dari 60 tahun memiliki
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Penelitian epidemiologi. bagaimanapun juga
telah menunjukkan prognosis yang lebih buruk pada klien yang hipertensinya mulai
pada usia muda. Hipertensi sistolik terisolasi umumnya terjadi pada orang yang
berusia lebih dari 50 tahun, dengan hampir 24% dari semua orang terkena pada usia
80 tahun. Di antara orang dewasa, pembacaan TDS lebih baik dari pada TDD karena
merupakan prediktor yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian di masa depan
seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit ginjal.
3) Jenis Kelamin
dibandingkan wanita sampai kira-kira usia 55 tahun. Risiko pada pria dan wanita
hampir sama antara usia 55 sampai 74 tahun; kemudian, setelah usia 74 tahun wanita
4) Etnis
berkulit putih dewasa dengan hipertensi lebih rendah pada angka 4,7%; pria berkulit
putih pada tingkat terendah berikutnya yaitu 6,3%, dan pria berkulit hitam pada
tingkat terendah berikutnya yaitu 22,5% angka kematian tertinggi pada wanita
berkulit hitam pada angka 29,3%. Alasan peningkatan prevalensi hipertensi di antara
orang berkulit hitam tidaklah jelas, akan tetapi peningkatannya dikaitkan dengan
kadar renin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap vasopresin,
1) Diabetes
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dari dua kali lipat pada klien diabetes
menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar. Oleh karena
itu hipertensi akan menjadi diagnosis yang lazim pada diabetes, meskipun diabetesnya
terkontrol dengan baik. Ketika seorang klien diabetes didiagnosis dengan hipertensi,
keputusan pengobatan dan perawatan tindak lanjut harus benar-benar individual dan
agresif.
2) Stres
menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis. Dari waktu ke waktu hipertensi dapat
berkembang. Stresor bisa banyak hal, mulai dari suara, infeksi, peradangan, nyeri,
Rangsangan berbahaya ini dianggap oleh seseorang sebagai ancaman atau dapat
60% sampai 90% dari seluruh kunjungan perawatan primer meliputi keluhan yang
interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak stresor dan respons
stres.
3) Obesitas
Obesitas, terutama pada tubuh bagian atas (tubuh berbentuk "apel”), dengan
mempunyai kelebihan paling banyak di pantat, pinggul, dan paha (tubuh berbentuk
“pear”) berada pada risiko jauh lebih sedikit untuk pengembangan hipertensi
sekunder daripada peningkatan berat badan saja. Kombinasi obesitas dengan faktor-
faktor lain dapat ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga meningkatkan risiko
hipertensi.
4) Nutrisi
esensial. Paling tidak 40% dari klien yang akhirnya terkena hipertensi akan sensit
terhadap garam dan kelebihan dan garam dan kelebihan garam mungkin menjadi
penyebab pencentus hipertensi pada individu ini :Diet tinggi garam mungkin
menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsium, kalium, dan magnesium dapat
5) Penyalahgunaan Obat
terlarang merupakan faktor. faktor risiko hipertensi. Pada dosis tertentu nikotin dalam
rokok sigaret serta obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah
secara langsung; namun bagaimanapun juga, kebiasaan memakai zat ini telah turut
tinggi di antara orang yang minum 3 ons etanol per hari. Pengaruh dari kafein adalah
efek berkelanjutan
Penderita hipertensi yang tidak menjaga pola makan dan gaya hidup yang sehat
Kekambuhan hipertensi pada lansia dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam
maupun dari luar lansia. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekambuhan
hipertensi antara lain faktor gaya hidup meliputi pola makan atau diet rendah garam,
Faktor stres seperti kurang tidur dapat memicu masalah hipertensi dan dapat
turun lagi pada saat tidur. Stres tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi
stress berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah yang bersifat sementara yang
sangat tinggi. Jika periode stress sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada
pembuluh darah, jantung dan ginjal sama halnya seperti yang menetap. Stres
merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi di mana hubungan antara stres
dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini
belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres
yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. (Senoaji & Umar, 2017)
2. Stress Realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa dihindari, stress atau ketegaan
bertahap yang dapat menyulitkan jantung untuk memompa darah. Kerja jantung
Dalam rangka pencegahan atas hipertensi, segala kegiatan hidup haruslah dalam
harus melakukan berbagai hal yang terlalu serius. Karena pola kehidupan sehari-hari
jika mendapatkan perhatian serius dari keluarga, maka upaya preventif dalam
pencegahan hipertensi bias dilakukan dengan baik. Ada beberapa hal berikut ini nanti
yang bisa kita perhatikan dalam rangka mencegah hipertensi menurut (Muhammadun
AS, 2010)
Modifikasi gaya hidup dianjurkan bagi semua pasien yang tekanan darahnya turun
hipertensi intermiten atau menetap. Modifikasi ini mencakup penurunan berat badan,
1) Makan diet kaya buah, sayuran, dan produk susu rendah lemak
3. Batasi asupan alkohol tidak lebih dari 1 ons etanol (1/2 ons untuk wanita
dan orang berbobot lebih ringan) per hari.
4. Ikut senam aerobik selama 30 menit setiap hari kerja (5 sampai 6 hari).
5. Berhenti merokok.
2) Diet
natrium, mempertahankan asupan kalium dan kalsium yang cukup, dan mengurangi
asupan lemak total dan jenuh. Pembatasan natrium ringan hingga sedang (tidak ada
tambahan garam) menurunkan tekanan darah dan memperkuat efek obat-obatan anti-
hipertensi untuk sebagian besar pasien hipertensi. Diet DASH (Dietary Approaches to
Stop Hypertention) telah terbukti bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah. Diet
ini (Kotak 32–3) berfokus pada semua makanan daripada nutrisi itu sendiri. Diet ini
kaya buah dan sayuran (hingga 10 sajian per hari) dan rendah lemak total dan jenuh
Penurunan berat badan dianjurkan untuk pasien yang obes. Penurunan seminimal
4,5 kg menurunkan tekanan darah pada banyak orang (NHBLI, 2004 dalam Priscilla
et al., 2015). Diet yang seimbang seperti diet DASH dianjurkan untuk penurunan
berat badan.
menurunkan tekanan darah dan berperan pada penurunan berat badan, penurunan
banyak duduk dianjurkan untuk ikut dalam senam aerobik selama 30 menit sampai
45 menit per hari setiap hari kerja (5 sampai 6 hari ). Latihan isometrik (seperti
latihan bobot) mungkin tidak tepat karena ini dapat meningkatkan tekanan darah
sistolik.
dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat mempunyai risiko mengalami
hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum alkohol.
pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke. Nikotin dalam tembakau
membuat jantung bekerja lebih keras karena menyempitkan pembuluh darag dan
meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah.(andra safery wijaya &
Putri, 2013)
Anjuran asupan alkohol untuk pasien hipertensi adalah tidak lebih dari satu ons
etanol atau dua kali minum per hari. Satu kali minum adalah 12 oz bir, 5 oz anggur,
atau 1.5oz dari 80 wiksi yang diperbolehkan. Wanita dan orang berbobot lebih ringan
harus mengurangi batasan ini menjadi separuhnya. Meskipun putus alkohol dapat
meningkat tekanan darah tetapi biasanya sementara dapat berkurang saat berpantang
hubungan pasti antara merokok dan penyakit jantung. Pasien yang merokok berat
antihipertensi seperti propanolol (Inderal). Alat bantu berhenti merokok seperti patch
nikotin dan permen karet mengandung jumlah nikotin rendah dan biasanya menaikkan
5) Penurunan Stres
vaskular sistemik, curah jantung, dan tekanan darah. Latihan fisik sedang dan teratur
adalah penanganan pilihan untuk menurunkan stres pada pasien hipertensi. Teknik
relaksasi seperti umpan balik biologis, sentuhan terapi, yoga, dan meditasi untuk
menenangkan pikiran dan tubuh juga dapat menurunkan tekanan darah, meskipun
2. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologik saat ini terhadap hipertensi melibatkan pemakaian satu kelas obat
atau lebih berikut: diuretik, penyekat beta-adrenergik, simpatolitik kerja pusat, vasodilator,
dan penyekat saluran kalsium. Untuk sebagian besar pasien, dua obat antihipertensi atau
lebih yang dipilih dari kelas obat yang berbeda diperlukan untuk mendapatkan kontrol yang
efektif. Kelas obat ini mempunyai tempat kerja yang berbeda. (Priscilla et al., 2015)
kerjanya di ginjal. Tiazid dan diuretik mirip tiazid (misal, hidroklorotiazid, klortalidon)
menyekat reabsorpsi natrium terutama di tubulus kontortus distal. Diuretik loop (misal,
furosemid, bumetanid, asam etakrinat, dan torsemid) menyekat reabsorpsi natrium di ansa
henle asenden yang tebal dan merupakan agen yang efektif pada pasien dengan insufisiensi
ginjal (kreatinin >2,5 mg/dl). Spironolakton, agen hemat kalium, bekerja secara kompetitif
menghambat kerja aldosteron di ginjal. Triamteren dan amilorid adalah obat-obat hemat
kalium yang bekerja di tubulus kontortus distal untuk menghambat sekresi ion kalium.
Diuretik hemat kalium bila digunakan sendiri adalah agen yang lemah, karena itu, diuretik
ini sering digabung dengan tiazid untuk menambah potensinya (L.lin & Rypkema, 2010)
1) Kelas Obat
Diuretik adalah terapi pilihan untuk hipertensi sistolik pada lansia. Diuretik
relatif aman dan obat yang ditoleransi dengan baik, selain itu, sebagian besar relatif
luas digunakan. Pada beberapa studi klinis besar, terapi dengan diuretik tunggal
pengontrol tekanan darah pada sekitar 50% pasien dan penurunan kesakitan dan
sehingga meningkatkan ekskresi natrium dan air dan menurunkan volume darah.
yang tidak diketahui. Diuretik khususnya efektif pada orang Kulit Hitam dan pasien
yang kegemukan, lansia, atau yang mengalami kenaikan volume plasma dan
aktivitas renin rendah. Efek merugikan diuretik umumnya terkait dosis. Selain
hipokalamia, diuretik dapat memengaruhi kadar serum glukosa, trigliserida, asam
Pasien gagal jantung, penyakit jantung koroner, atau diabetes pada awalnya
dapat diobati dengan penyekat beta. Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah,
tampak jelas dengan menurunnya resistensi vaskular perifer. Selain itu juga
mengurangi jumlah renin yang dilepaskan oleh ginjal dengan menghambat reseptor
beta, di ginjal. Penyekat beta menurunkan risiko komplikasi seperti gagal jantung
dan stroke. Namun, obat ini relatif dikontraindikasikan untuk pasien asma atau
Inhibitor ACE dan ARB juga umum digunakan pada pengobatan awal hipertensi,
khususnya untuk pasien yang menderita diabetes atau menderita gagal jantung,
riwayat MI, atau penyakit ginjal kronik. Inhibitor ACE menghambat pembentukan
II adalah suatu konstriktor kuat yang juga menstimulasi pelepasan aldosteron dari
natrium dan air yang dihasilkan dari pelepasan aldosteron. ARB mempunyai efek
prazosin dan terazo sin menghambat stimulasi reseptor-al pada arteriol dan vena,
khususnya setelah dosis awal. Penyekat saluran kalsium meng hambat pelebaran
saluran kalsium, verapamil dan diltiazem khususnya, juga menekan fungsi jantung,
menurunkan isi sekuncup dan curah jantung. Takikardia refleks minimal dengan
vaskular perifer. Obat-obatan ini mempunyai efek kecil pada vena, sehingga risiko
hipotensi ortostatik minimal. Namun, obat ini dikaitkan dengan takikardia refleks
dan retensi cairan, sehingga jarang diberikan sebagai regimen pengobatan obat
tunggal.
hidup, biaya, dan kemungkinan interaksi di antara obat obatan yang diprogramkan.
Pada umumnya, diuretik dan penyekat beta adalah obat paling efektif untuk
mengobati hipertensi pada orang Kulit Hitam dibanding penyekat beta atau inhibitor
ACE. Penyekat beta dipilih untuk mengobati hipertensi dengan penyerta penyakit
jantung koroner dan angina, tetapi dikontraindikasikan bagi pasien yang menderita
asma atau depresi. Penyekat beta juga menurunkan toleransi latihan dan dapat
2) Regimen Obat
awal. Dosis secara perlahan dinaikkan kecuali kontrol tekanan darah optimal
dicapai. Jika obat tidak secara efektif menurunkan tekanan darah atau mempunyai
efek samping yang menimbulkan masalah maka obat berbeda dari kelas obat
antihipertensi lain menggantikan. Di sisi lain, jika obat tersebut ditoleransi dengan
baik tetapi tidak dapat menurunkan tekanan darah ke tingkat yang diharapkan maka
menimimalkan risiko MI, gagal jantung, atau stroke. Ketika tekanan darah rata-rata
lebih dari 200/120, terapi segera dan perawatan di rumah sakit sangat diperlukan.
Setelah satu tahun kontrol hipertensi efektif, upaya untuk menurunkan dosis dan
jumlah obat-obatan dapat dilakukan. Ini dikenal sebagai terapi penurunan. Upaya ini
lebih berhasil pada pasien yang sudah melakukan modifikasi gaya hidup. Monitoring
tekanan darah yang saksama diperlukan selama dan setelah terapi penurunan karena