Anda di halaman 1dari 19

SKRIPSI

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN GADGET DENGAN KUALITAS TIDUR PADA


REMAJA SMK KOTA MOJOKERTO

DISUSUN OLEH :
1. Rizky Puput Fauzul F.M (201601032)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI KABUPATEN
MOJOKERTO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era modern ini di bidang teknologi mengalami perkembangan yang sangat meningkat.
Salah satu produk yang sangat memikat di semua kalangan yaitu gadget. Generasi milenial
sekarang tidak lepas dari gadget, karena beberapa fiktur di dalamnya seperti youtube,
instagram, dan salah satunya game online membuat para remaja mempunyai rasa ingin tahu
yang sangat tinggi. Ada beberapa jenis gadget yaitu, computer atau laptop, tablet PC, dan
telepon seluler atau smartphone. Gadget adalah suatu instrumen yang memiliki tujuan dan
fungsi praktis yang dirancang lebih canggih dibandingkan dengan teknologi yang diciptakan
sebelumnya (Radliya, Apriliya, & Zakkiyah, 2017). Penggunaan gadget yang berlebihan akan
berdampak negative. Dampaknya ialah kurangnya bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Hal ini sangat mengkhawatirkan, karena remaja yang terus-menerus menggunakan gadget akan
menjadikan sebuah kegiatan atau ketergantungan, tidak bisa di pungkiri remaja saat ini lebih
senang bermain gadget daripada belajar atau mengembangkan bakat mereka. Untuk itu
penggunaan gadget pada remaja perlu dibatasi.

World health organitation (WHO) melaporkan bahwa 5-25% anak-anak usia prasekolah
menderita disfungsi otak minor, termasuk gangguan perkembangan (Di & Lampung, 2017)
Departemen kesehatan RI Dalam Widati (2012), melaporkan bahwa 0,4 juta (16%) balita
Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar,
pendengaran, sosial dan emosional, dan keterlambatan bicara. (Di & Lampung, 2017) Hasil
penelitian yang dilakukan kepada beberapa keluarga di wilayah Yogyakarta pada tahun
2013, menunjukan sejak menggunakan gadget, ketika dirumah anak menjadi susah diajak
berkomunikasi, tidak peduli dan kurang berespon pada saat orang tua mengajaknya berbicara
(Di & Lampung, 2017)

Lembaga riset pasar e-Marketer, menyatakan bahwa pengguna internet di Indonesia


mencapai 83,7 juta orang pada 2014, dengan angka tersebut Indonesia menduduki peringkat
ke-6 terbesar di dunia dalam hal pengguna internet (Hidayat W. , 2014)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Kumala, Margawati, & Rahadiyanti, 2019) pada
remaja, sebanyak (72,1%) responden menggunakan alat elektronik (gadget) melebihi
rekomendasi. Penggunaan gadget lebih banyak digunakan untuk hiburan dan bukan untuk
keperluan belajar.

Data pengguna gadget di Surabaya Jawa Timur ditemukan sebanyak 65% responden
terhubung dengan media sosial melalui gadget, 100% responden memiliki gadget pribadi,
76.14% responden menyatakan mengakses internet secara teratur menggunakann gadget.
(Nugraheni & W, 2017)

Tidur merupakan pengaturan adanya hubungan mekanisme screablea yang secara


bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun, tidur
melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer endokrin kardiovaskuler, respirasi
muskuloskeletal, pengaturan tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme selebral
yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun, di
bagian batang otak atas terdapat RAS (Recticular activating system) yang mempunyai sel sel
khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran (Potter, 2006)

Beberapa penelitian menunjukkan kecanduan gadget memiliki hubungan dengan kualitas


tidur pada remja, penelitian dari Chen dan Gau pada 1253 anak dan remaja menunjukkan
kecanduan internet berhubungan dengan berkurangnya durasi tidur pada malam hari. Pada
penelitian yang dilakukan 942 responden, Tavernier dan Willoughby menemukan seseorang
yang kesulitan tidur pada malam hari akan mencari aktivitas seperti penggunaan gadget yang
nantinya akan menyebabkan kecanduan penggunaan gadget. Berbagai masalah kualitas tidur
menyebabkan kualitas tidur menjadi buruk, dan bisa menyebabkan berbagai dampak buruk
pada kesehatan, seperti risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, obesitas, dan diabetes
(Lombogia , Kairupan, & Dundu, Desember 2018 )

Untuk mengatasi hal tersebut remaja harus lebih bisa mengontrol berapa lama dalam sehari
harus menggunakan smartphone, para remaja juga bisa menghabiskan waktunya sehari-hari
dengan melakukan aktifitas lain seperti membaca buku, dan seharusnya orangtua memberikan
penjelasan dampak negatif terhadap kesehatan dan prestasi jika digunakan tidak benar dan
berlebihan, dengan begitu remaja tidak melulu menggunakan gadget setiap waktu, termasuk
kebiasaan menggunakan gadget sebelum tidur. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan info
apakah terdapat hubungan antara lama penggunaan gadget dengan kualitas tidur pada siswa
SMK/SMA Kota Mojokerto. (Palar, Onibala , & Oroh, 2018)
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara lama penggunaan gadget terhadap kualitas tidur pada remaja
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menjelaskan hubungan penggunaan gadget terhadap kualitas tidur pada remaja
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi lama penggunaan gadget pada remaja
2. Mengidentifikasi kualitas tidur pada remaja
3. Menganalisis hubungan antara lama penggunaan gadget terhadap kualitas tidur pada
remaja
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi bagi
pembaca khususnya mahasiswa, mengenai lama penggunaan gadget dengan kualitas tidur,
sehingga bisa dijadikan acuan untuk mahasiswa melakukan penelitian selanjutnya.
1.4.2 Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi instansi pelayanan kesehatan
tentang pentingnya pola tidur teratur dan pengembangan ilmu tentang kualitas tidur.
1.4.3 Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan tambahan wawasan tentang
bahayanya penggunaan gadget yang berlebih dan pentingnya menjaga pola tidur agar
mendapatkan kualitas tidur yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Tidur
2.1 Definisi Kualitas Tidur
Sebelum mendefinisikan tentang kualitas tidur, istirahat dapat diartikan sebagai
suatu keadaan tenang, releks, tanpa tekanan emosional, bebas dari perasaan gelisah.
Bisa di artikan bahwa beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas, contohnya
berjalan-jalan di taman depan rumah bisa diartikan sebagai bentuk istirahat. Keadaan
istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai, menyegarkan diri,
atau suatu keadaan untuk melepaskan diri dari segala hal yang membosankan,
menyullitkan. (Alimun, 2006)
Tidur Merupakan keadaan tidak sadar saat individu dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensoris dapat juga dikatakan sebagai keadaan tidak sadar diri yang
relatif, keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, dan juga suatu siklus yang berulang,
dengan ciri ada aktivitas yang minimum, memiliki kesadaran yang bervariasi,
perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari
luar (Alimun, 2006)
Kebutuhan tidur yang cukup tidak ditentukan oleh faktor jam tidur, tetapi juga oleh
kualitas tidur (Kedalaman Tidur). Kualitas tidur meliputi aspek lamanya tidur, waktu
yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti
kedalaman dan kepulasan tidur. Kualitas tidur dikategorikan baik apabila menunjukkan
tanda-tanda tidak adanya kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidur.
Kondisi kurang tidur banyak ditemui di kalangan dewasa muda terutama remaja yang
bisa menimbulkan banyak efek, seperti menurunnya konsentrasi belajar dan gangguan
kesehatan (Hidayat A. , 2009)
2.2 Manfaat Tidur
Manfaat dari tidur yaitu untuk mengistirahatkan tubuh, sehingga setiap individu
pasti membutuhkannya. Tidur memiliki dampak positif yaitu, memperbaiki sel rusak,
meningkatkan daya ingat, mencegah penyakit, meningkatkan energi, dan mencegah
stress. Oleh karenanya setiap manusia harus mendapatkan istirahat yang cukup agar
mendapatkan kualitas tidur yang baik. (Pillo, 2017)
2.3 Fisiologi Tidur
Ada dua system yang mengatur aktivitas tidur pada batang otak, yaitu: Reticular
Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian
atas batang otak yang memiliki sel-sel khusus, sel tersebut dapat mempertahankan
kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, dan sensori,
emosi dan proses berfikir. RAS melepaskan katekolamin pada saat individu dalam
keadaan sadar, dan terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR pada saat tidur
(Hidayat, 2008)
1. Tahapan Tidur
a. Tidur NREM
Tidur NREM atau disebut juga tidur gelombang-pendek, karena
terdapat perbedaan antara gelombang otak oleh orang yang tidur lebih
pendek daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang
sadar, pada tidur NREM terjadi penurunan fungsi fisiologi tubuh dan terjadi
penurunan menjadi lambat semua proses metabolic termasuk tanda-tanda
vital, metabolism, dan kerja otot. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap,
Tahap I-II disebut light sleep dan tahap III-IV disebut deep sleep atau delta
sleep
b. Tidur REM
Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, Selama tidur REM, otak
cenderung aktif dan metabolismenya meningkat, pada tahap ini individu
sulit dibangunkan, tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan
frekuensi jantung, pernapasan sering kali tidak teratur.
Semua individu melewati tahap tidur NREM dan REM selama tidur,
normalnya siklus tidur berlangsung selama 1,5 jam, setiap individu
biasanya melalui empat siklus selama 7-8 jam tidur, dimulai dari tahap
NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung
selama 30 menit, kemudian lanjut ke tahap IV selama ± 20 menit, dan
individu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit, tahap I REM
muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit. (Rosmalawati,
2016)
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur
1. Penyakit
Penyakit dapat menimbulkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan
gangguan tidur pada seseorang. Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur
seseorang, misalnya penyakit yang disebabkan infeksi, namun banyak penyakit
lain yang menjadikan klien kurang tidur tidak bisa tidur, siklus bangun-tidur
selama sakit juga dapat mengalami gangguan
2. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat menghambat proses tidur. Adanya stimulus maupun
tidak dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang, sebagai contoh, temperatur
yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi kualitas
tidur seseorang, keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dapat
mempercepat proses tidur seseorang.
3. Latihan dan Kelelahan
Kondisi tubuh seseorang yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang, maka semakin pendek siklus REM yang dilaluinya.
4. Gaya Hidup
Banyak individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur ulang
aktivitasnya agar tetap bisa tidur pada waktu yang tepat.
5. Stress Emosional
Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi
system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur
NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
6. Stimulant dan Alkohol
Kafein yang terkandung dalam minuman tertentu dapat merangsang susunan
syaraf pusat (SSP) sehingga dapat mengganggu pola tidur, konsumsi alkohol
yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM
7. Merokok
Seseorang yang merokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah
terbangun, karena nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek
stimulasi pada tubuh.
8. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang, sehingga mindset akan berubah dan seseorang akan mengalami
kesulitan tidur
9. Medikasi
Obat-obatan tertentu yang di konsumsi oleh seseorang akan mempengaruhi
kualitas tidurnya. Misalnya hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur
NREM, metabloker dapat menyebabkan insomnia, dan narkotik dapat
menekan tidur REM dan menyebabkan sering terjaga di malam hari.
(Rosmalawati, 2016)
2.5 Gangguan Umum yang Sering Terjadi
1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, gangguan ini
umumnya ditemui pada individu dewasa muda. Penyebabnya bisa karena gangguan
fisik atau karena perasaan gundah dan gelisah.
Ada tiga jenis insomnia:
a. Insomnia inisial : Kesulitan saat memulai tidur.
b. Insomnia intermiten : Kesulitan pada saat individu tetap tertidur karena
seringnya terjaga.
c. Insomnia terminal : Sering bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain
dengan mengembangkan pola istirahat-tidur yang efektif melalui olahraga rutin,
menghindari penggunaan gadget saat akan tidur

2. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu dan biasanya muncul
saat seseorang tidur. Gangguan ini umumnya terjadi pada anak-anak (misalnya:
tidur berjalan, night terror), mengigau termasuk dalam gangguan transisi bangun-
tidur.
3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan,
biasanya terjadi pada siang hari. Gangguan ini disebabkan oleh kondisi tertentu,
seperti misalnya kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal.
4. Narkolepsi
Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Yaitu
gelombang kantuk yang tak tertahankan dan muncul secara tibatiba pada siang hari,
belum ada penyebab pasti gangguan ini, diduga karena adanya kerusakan genetik
system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM.
5. Apnea Saat Tidur dan Mendengkur
Apnea saat tidur adalah kondisi terhentinya nafas secara periodik pada saat
tidur, diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di
malam hari, insomnia, sakit kepala di siang hari, iritabilitas, atau mengalami
perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung. Mendengkur
disebabkan adanya rintangan dalam pengairan udara di hidung dan mulut pada
waktu tidur..
6. Enuresa
Buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur disebut enuresa, atau
istilah lainnya mengompol. Ada dua jenis Enuresa yaitu : enuresa noktural, dan
enuresa diurnal. (Rosmalawati, 2016)
2.6 Pengertian Gadget
Gadget adalah alat komunikasi nirkabel, yang memanfaatkan gelombang radio
sebagai medianya, keunggulannya jika dibandingkan dengan penggunaan kabel, gadget
mampu untuk digunakan dimana saja tanpa kabel. Selain itu, penggunaan ponsel tidak
memerlukan pengaturan yang rumit seperti pada pemasangan telepon rumah yang
masih menggunakan kabel. (Idayati, 2 Agustus 2011 )
Gadget menurut kamus adalah perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi
khusus. Gadget merujuk pada suatu instrumen kecil yang memiliki tujuan dan fungsi
praktis spesifik yang sangat berguna (Castelluccio, 2014)
2.7 Dampak Negatif Penggunaan Gadget
Menurut (Anonim, 2009) berikut ini adalah beberapa pengaruh lain yang
ditimbulkan oleh radiasi ponsel yang telah diteliti :
1. Memanaskan otak
2. Resiko tinggi terkena kanker
3. Kerusakan sistem pertahanan tubuh
4. Bayi cacat saat lahir
5. Hipertensi
6. Gangguan pola tidur
7. Penyakit Alzheimer’s, Multiple sclerosis
8. Penyakit jantung dan ginjal
9. Sakit kepala, menurunnya konsentrasi
10. Menurunnya peenglihatan mata
2.8 Hubungan Antara Penggunaan Gadget dengan Kualitas Tidur

Sinar yang disebut blue light adalah salah satu bagian dari cahaya yang berada di
antara biru dan violet, cahaya inilah yang sangat kuat dan dihasilkan oleh peralatan
elektronik modern seperti gadget, cahaya ini menjadi salah satu penyebab masalah
penglihatan. Layar gadget memang menggunakan tulisan yang kecil daripada buku
sehingga seseorang harus membaca dengan lebih dekat yang meningkatkan kebutuhan
penglihatan pada pengguna yang jika terbiasa mengakibatkan muncul gejala visus
mata, dan gangguan tidur. (Puspa, Loebis, & Nuswantoro, 2018)

Sebagian besar masyarakat usia remaja yang masih mengabaikan mengenai pola
tidur sehat dan menggunakan jam tidur yang tidak sesuai dengan kebutuhan untuk
memenuhi kualitas tidurnya. Hal ini disebabkan karena kebiasaan remaja seperti
mengerjakan tugas hingga larut malam, menggunakan gadget sebelum tidur (Putra,
Tania, Iklima, & Maulana, 2017)
BAB III
METODE PENELITIAN

Pada bab ini membahas metode penelitian sebagai berikut : Jenis penelitian, variabel
penelitian, subjek penelitian, metode dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas
alat ukur dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini termasuk jenis penelitian kuantitatif,
denagn menggunakan pendekatan korelasional, yang bertujuan untuk melihat apakah antara
dua variabel memiliki hubungan atau tidak.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
Pada penelitian ini telah ditentukan dua variabel, yaitu variabel independen dan
variabel variabel dependen.
Berdasarkan landaan teori yang telah diuraikan diatas, maka variabel yang diteliti
dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas/ independent variable (X) : Gadget
b. Variabel terikat/ dependent variable (Y) : Kualitas Tidur
2. Definisi Operasional
a. Definisi Operasional Lama Penggunaan Gadget
Kecanduan smartphone adalah kondisi dimana individu mengalami masalah sosial
seperti halnya menarik diri dan kesulitan dalam performa aktivitas sehari-hari atau
sebagai gangguan kontrol impuls terhadap diri seseorang (Kwon, et al., 2013)
Kwon dkk mengembangkan smartphone addiction dalam 5 aspek yaitu :
1. Daily-life disturbance
Merupakan gangguan kehidupan sehari-hari seperti mengalami kesulitan
konsentrasi di dalam kelas atau saat bekerja, penglihatan menjadi buram, nyeri
pada pergelangan tangan dan di belakang leher serta terjadinya gangguan tidur.
2. Withdrawal
Withdrawal terkait dengan rasa tidak sanggup tanpa smartphone, selalu
mengingat smartphone walaupun tidak menggunakannya, rasa tidak sabar,
gelisah, selalu menggunakan smartphone dan menjadi tersinggung apabila
diganggu saat sedang menggunakan smartphone.
3. Cyberspace-oriented relationship
Merupakan pertanyaan mengenai seseorang yang merasa hubungan dengan
teman yang dikenalnya melalui media smartphone menjadi jauh lebih akrab
daripada dengan teman di kehidupan nyata, selalu memeriksa smartphone
setiap waktu, dan mengalami perasaan kehilangan yang tidak terkendali ketika
tidak menggunakan smartphone.
4. Overuse
Overuse adalah penggunaan smartphone yang tidak terkontrol, lebih memilih
mencari sesuatu lewat smartphone, selalu mempersiapkan alat agar smartphone
tetap menyala seperti alat pengisi daya.
5. Tolerance
Tolerance yaitu seseorang yang mempunyai keinginan untuk mengontrol agar
tidak menggunakan smartphone setiap saat, tetapi selalu gagal melakukannya.
(Kwon, et al., 2013)
b. Definisi Operasional Kualitas Tidur
Kualitas tidur meliputi aspek lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa
tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan
tidur. Kualitas tidur dikategorikan baik apabila menunjukkan tanda-tanda tidak adanya
kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidur. (Hidayat A. , 2009)
Kualitas tidur adalah skor yang diperoleh dari hasil jawaban responden yang telah
mengisi pertanyaan pada Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Skala ini
dikembangkan oleh Daniel J. Buysse, psikiatrik di Universitas Pittsburgh. Dalam skala
ini terdiri dari 7 (tujuh) komponen, yaitu kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi
tidur, efisiensi tidur sehari-hari, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi
aktivitas siang hari. Masing-masing komponen memiliki nilai 0–3, nilai 0 menunjukkan
adanya kesulitan tidur dan nilai 3 menunjukkan tidak adanya kesulitan tidur. Skor dari
ketujuh komponen tersebut akan dijumlahkan menjadi 1 (satu) skor global dengan
kisaran nilai 0–21. Jumlah skor tersebut disesuaikan dengan kriteria penilaian yang
dikelompokkan sebagai berikut :
Kualitas tidur baik : > 5
Kualitas tidur buruk : ≤ 5
3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi
hasil penelitian. (Azwar, 2015)
Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah siswa sekolah menengah atas di
SMA kota Mojokerto angkatan 2017 dengan jumlah total 250 siswa dari 3 sekolah yang
berbeda.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti, didalam sampel
terdapat satu istilah penting yang berguna dalam pengambilan sampel yaitu kerangka
sampel. (Dr Priyono, 2008)
Dalam penelitian ini terdapat kriteria inklusi yaitu :
1. Berusia 16-18 tahun
2. Memiliki gadget
3. Dapat berkomunikasi dengan baik
3. Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan atau penarikan sampel.
(Sugiyono, 2012) dalam penelitian ini peneliti menggunakan simple random sampling
yaitu memberikan kesempatan yang sama setiap anggota populasi untuk dipilih sebagai
sampel, teknik ini dipakai karena populasi penelitian tidak banyak jumlahnya (kurang dari
1000).
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode skala. Skala yang digunakan untuk
mengukur kecanduan smartphone dalam penelitian ini diadaptasi dari penelitian yang
pernah dilakukan oleh Purnomo di tahun 2014 tentang hubungan kecanduan gadget dengan
empati pada mahasiswa
Terdapat 4 pilihan respon yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak
Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Setiap pilihan tersebut memiliki skor
masing-masing tergantung dari jenis item. Dengan skor sebagai berikut : SS
(Sangat Setuju) diberi skor 4, S (Setuju) diberi skor 3, TS (Tidak Setuju) diberi
dengan skor 2, dan STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1. Sedangkan penilaian
untuk pernyataan unfavorable diberikan dengan kesatuan sebagai berikut: SS
(Sangat Setuju) diberi skor 1, S (Setuju) diberi skor 2, TS (Tidak Setuju) diberi skor
3, dan STS (Sangat Tidak Setuju) diberi dengan skor 4.
Skala yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur adalah dengan
menggunakan skala PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) dari Daniel J. Buysse.
PSQI merupakan alat ukur yang subjektif, PSQI mengukur kualitas tidur dengan
mengacu pada tujuh aspek, yaitu : kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur,
efisiensi tidur sehari-hari, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi
aktivitas siang hari.

Cara skoring skala PSQI adalah sebagai berikut :

Komponen :

a. Kualitas tidur subjektif : Dilihat dari pertanyaan nomor 9


0 = Sangat kurang
2 = Kurang
2 = Baik
3 = Sangat baik
b. Kesulitan memulai tidur : total skor dari pertanyaan nomor 2 dan 5a
Pertanyaan nomor 2 :
≤ 15 menit = 3
16-30 menit = 2
31-60 menit = 1
> 60 menit = 0
Pertanyaan nomor 5a :
Tidak pernah = 3
Sekali seminggu = 2
2 kali seminggu = 1
>3 kali seminggu = 0
Jumlahkan skor pertanyaan nomor 2 dan 5a, dengan skor dibawah ini:
Skor 0 = 3
Skor 1-2 = 2
Skor 3-4 = 1
Skor 5-6 = 0
c. Lama tidur malam : Dilihat dari pertanyaan nomor 4
> 7 jam = 3
6-7 jam = 2
5-6 jam = 1
< 5 jam = 0
d. Efisiensi tidur : Pertanyaan nomor 1,3,4
Efisiensi tidur = (lama tidur) x 100%
lama tidur : pertanyaan nomor 4
lama di tempat tidur : kalkulasi respon dari pertanyaan nomor 1 dan 3
Jika didapatkan hasil berikut, maka skornya :
> 85 % = 3
75-84 % = 2
65-74 % = 1
< 65 % = 0
e. Gangguan ketika tidur malam : Pertanyaan nomor 5b sampai 5j
Tidak pernah = 3
Sekali seminggu = 2
2 kali seminggu = 1
>3 kali seminggu = 0
f. Menggunakan obat-obat tidur : Pertanyaan nomor 6
Tidak pernah = 3
Sekali seminggu = 2
2 kali seminggu = 1
>3 kali seminggu = 0
g. Terganggunya aktifitas disiang hari : Pertanyaan nomor 7 dan 8
Pertanyaan nomor 7 :
Tidak pernah = 3
Sekali seminggu = 2
2 kali seminggu = 1
>3 kali seminggu = 0
Pertanyaan nomor 8 :
Tidak menjadi masalah sama sekali = 3
Menjadi masalah tetapi tidak mengganggu = 2
Menjadi masalah dan terkadang mengganggu = 1
Sangat menjadi masalah = 0
Jumlahkan skor pertanyaan nomor 7 dan 8, dengan skor di bawah ini:
Skor 0 = 3
Skor 1-2 = 2
Skor 3-4 = 1
Skor 5-6 = 0
Skor akhir: Jumlahkan semua skor mulai dari komponen 1 sampai 7

Penilaian PSQI didasarkan pemberian skor 0, masing-masing komponen memiliki kisaran


nilai 0–3, 0 menunjukkan adanya kesulitan tidur, 3 menunjukkan tidak adanya kesulitan tidur. Dari
ketujuh komponen tersebut dijumlahkan menjadi 1 skor global dengan kisaran nilai 0–21. Jumlah
skor tersebut disesuaikan dengan kriteria penilaian yang dikelompokkan sebagai berikut :

Kualitas tidur baik :>5

Kualitas tidur buruk : ≤ 5

5. Validitas dan Reliabilitas


a. Validitas
Suatu variabel dapat dikatakan valid jika skor variabel tersebut berkorelasi secara
signifikan dengan skor totalnya, dikarenakan skala kedua variabel yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan skala yang telah diadaptasi dari penelitian
sebelumnya, maka peneliti tidak melakukan uji validitas kembali.
b. Reliabilitas
Skala kecanduan smartphone yang telah diadaptasi dari penelitian (Purnomo,
2014), nilai reliabilitas yang didapatkan adalah 0.933 dengan 40 pernyataan sedangkan
nilai reliabilitas untuk skala kualitas tidur (PSQI) memperoleh nilai Cronbach’s Alpha
0.881 dengan 19 pernyataan.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul,
yaitu dengan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi
data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data dari tiap variabel yang
diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2012)
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data non parametrik dengan uji
korelasi spearman rho, untuk mengetahui hubungan antar dua variabel, yaitu variabel lama
penggunaan gadget sebagai variabel bebas dan variabel kualitas tidur sebagai variabel
terikat. Teknik analisis data non parametrik dipilih karena skala yang digunakan dalam
penelitian ini ada dua jenis. Untuk skala lama penggunaan gadget menggunakan skala
interval dan skala kualitas tidur (PSQI) menggunakan skala ordinal. Karena uji analisis
menggunakan statistik non parametrik, maka tidak perlu dilakukan uji normalitas atau
linearitas data seperti halnya menggunakan uji statistik parametrik.
DAFTAR PUSTAKA

Alimun, A. A. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta: Salemba Medika. .

Anonim. (2009, Desember 18). Radiasi Handphone Berbahayakah? Retrieved from http://www.radiasi-
handphone-berbahayaka.com/

Azwar, S. (2015). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Castelluccio, M. (2014). Gadget An- Essay. Retrieved from http://www.thefreelibrary.com/Gadgets--


an+essay.-a0170115914

Dr Priyono, M. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: ZIFATAMA PUBLISHING.

Hidayat, A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia; Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, W. (2014, Mei 25). Pengguna Internet Indonesia Nomor Enam Dunia. Retrieved from Hidayat,
W. (2014). Pengguna
Interhttp://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4286/Pengguna+Internet+Indonesia+
Nomor+Enam+Dunia/0/sorotan_media#. VYmuZFJJvow

Idayati, R. (2 Agustus 2011 ). PENGARUH RADIASI HANDPHONE TERHADAP KESEHATAN . JURNAL


KEDOKTERAN SYIAH KUALA , 115-120.

Kumala, A. M., Margawati, A., & Rahadiyanti, A. (2019). HUBUNGAN ANTARA DURASI PENGGUNAAN
ALAT ELEKTRONIK (GADGET), AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA
REMAJA USIA 13-15 TAHUN . Journal of Nutrition College, 73-80.

Kwon, M., Lee, J. Y., Won, W. Y., Park, J. W., Min, J. A., Hahn, C., . . . Kim, D. J. (2013). Development and
Validation of a Smartphone Addiction Scale (SAS). PLOS ONE, 1-7.

Lombogia , B. J., Kairupan, B. H., & Dundu, A. E. (Desember 2018 ). HUBUNGAN KECANDUAN INTERNET
DENGAN KUALITAS TIDUR PADA SISWA SMA KRISTEN 1 TOMOHON. Jurnal Medik dan
Rehabilitasi (JMR), Volume 1, Nomor 2.

Nugraheni , Y., & W, A. Y. (2017). SOCIAL MEDIA HABIT REMAJA SURABAYA. Jurnal KOMUNIKATIF , 13-
30.

Palar, J. E., Onibala , F., & Oroh, W. (2018). HUBUNGAN PERAN KELUARGA DALAM MENGHINDARI
DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN GADGET PADA ANAK DENGAN PERILAKU ANAK DALAM
PENGGUNAAN GADGET DI DESA KIAWA 2 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA. Ejournal
keperawatan (e-Kp) , 1-8.

Pillo, A. (2017, Juni 27). Yuk Ketahui Manfaat Utama Tidur Normal. Retrieved from
http://americanpillo.com/tidur/y uk-ketahui-manfaat-utama-tidurnormal-3/. (27 Juni 2017)
Potter, a. P. (2006). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Purnomo. (2014). Hubungan Antara Kecanduan Gadget (Mobile Phone) dengan Empati pada Mahasiswa.
Skripsi.

Puspa, A. K., Loebis, R., & Nuswantoro, D. (2018). Pengaruh Penggunaan Gadget terhadap Penurunan
Kualitas Penglihatan Siswa Sekolah Dasar . Global Medical and Health Communication, 28-33.

Putra, N. Y., Tania, M., Iklima, N., & Maulana, D. L. (2017). Perancangan Infografis Tentang Dampak
Kebiasaan Begadang Terhadap Pola Tidur Sehat Bagi Remaja . Jurnal Sketsa, 53-60.

Radliya, N. R., Apriliya, S., & Zakkiyah, T. R. (2017). PENGARUH PENGGUNAAN GAWAI TERHADAP
PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI. Jurnal PAUD Agapedia, 1-12.

Rosmalawati, K. d. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai