DISUSUN OLEH :
1. Rizky Puput Fauzul F.M (201601032)
World health organitation (WHO) melaporkan bahwa 5-25% anak-anak usia prasekolah
menderita disfungsi otak minor, termasuk gangguan perkembangan (Di & Lampung, 2017)
Departemen kesehatan RI Dalam Widati (2012), melaporkan bahwa 0,4 juta (16%) balita
Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar,
pendengaran, sosial dan emosional, dan keterlambatan bicara. (Di & Lampung, 2017) Hasil
penelitian yang dilakukan kepada beberapa keluarga di wilayah Yogyakarta pada tahun
2013, menunjukan sejak menggunakan gadget, ketika dirumah anak menjadi susah diajak
berkomunikasi, tidak peduli dan kurang berespon pada saat orang tua mengajaknya berbicara
(Di & Lampung, 2017)
Data pengguna gadget di Surabaya Jawa Timur ditemukan sebanyak 65% responden
terhubung dengan media sosial melalui gadget, 100% responden memiliki gadget pribadi,
76.14% responden menyatakan mengakses internet secara teratur menggunakann gadget.
(Nugraheni & W, 2017)
Untuk mengatasi hal tersebut remaja harus lebih bisa mengontrol berapa lama dalam sehari
harus menggunakan smartphone, para remaja juga bisa menghabiskan waktunya sehari-hari
dengan melakukan aktifitas lain seperti membaca buku, dan seharusnya orangtua memberikan
penjelasan dampak negatif terhadap kesehatan dan prestasi jika digunakan tidak benar dan
berlebihan, dengan begitu remaja tidak melulu menggunakan gadget setiap waktu, termasuk
kebiasaan menggunakan gadget sebelum tidur. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan info
apakah terdapat hubungan antara lama penggunaan gadget dengan kualitas tidur pada siswa
SMK/SMA Kota Mojokerto. (Palar, Onibala , & Oroh, 2018)
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara lama penggunaan gadget terhadap kualitas tidur pada remaja
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menjelaskan hubungan penggunaan gadget terhadap kualitas tidur pada remaja
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi lama penggunaan gadget pada remaja
2. Mengidentifikasi kualitas tidur pada remaja
3. Menganalisis hubungan antara lama penggunaan gadget terhadap kualitas tidur pada
remaja
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi bagi
pembaca khususnya mahasiswa, mengenai lama penggunaan gadget dengan kualitas tidur,
sehingga bisa dijadikan acuan untuk mahasiswa melakukan penelitian selanjutnya.
1.4.2 Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi instansi pelayanan kesehatan
tentang pentingnya pola tidur teratur dan pengembangan ilmu tentang kualitas tidur.
1.4.3 Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan tambahan wawasan tentang
bahayanya penggunaan gadget yang berlebih dan pentingnya menjaga pola tidur agar
mendapatkan kualitas tidur yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Tidur
2.1 Definisi Kualitas Tidur
Sebelum mendefinisikan tentang kualitas tidur, istirahat dapat diartikan sebagai
suatu keadaan tenang, releks, tanpa tekanan emosional, bebas dari perasaan gelisah.
Bisa di artikan bahwa beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas, contohnya
berjalan-jalan di taman depan rumah bisa diartikan sebagai bentuk istirahat. Keadaan
istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai, menyegarkan diri,
atau suatu keadaan untuk melepaskan diri dari segala hal yang membosankan,
menyullitkan. (Alimun, 2006)
Tidur Merupakan keadaan tidak sadar saat individu dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensoris dapat juga dikatakan sebagai keadaan tidak sadar diri yang
relatif, keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, dan juga suatu siklus yang berulang,
dengan ciri ada aktivitas yang minimum, memiliki kesadaran yang bervariasi,
perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari
luar (Alimun, 2006)
Kebutuhan tidur yang cukup tidak ditentukan oleh faktor jam tidur, tetapi juga oleh
kualitas tidur (Kedalaman Tidur). Kualitas tidur meliputi aspek lamanya tidur, waktu
yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti
kedalaman dan kepulasan tidur. Kualitas tidur dikategorikan baik apabila menunjukkan
tanda-tanda tidak adanya kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidur.
Kondisi kurang tidur banyak ditemui di kalangan dewasa muda terutama remaja yang
bisa menimbulkan banyak efek, seperti menurunnya konsentrasi belajar dan gangguan
kesehatan (Hidayat A. , 2009)
2.2 Manfaat Tidur
Manfaat dari tidur yaitu untuk mengistirahatkan tubuh, sehingga setiap individu
pasti membutuhkannya. Tidur memiliki dampak positif yaitu, memperbaiki sel rusak,
meningkatkan daya ingat, mencegah penyakit, meningkatkan energi, dan mencegah
stress. Oleh karenanya setiap manusia harus mendapatkan istirahat yang cukup agar
mendapatkan kualitas tidur yang baik. (Pillo, 2017)
2.3 Fisiologi Tidur
Ada dua system yang mengatur aktivitas tidur pada batang otak, yaitu: Reticular
Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian
atas batang otak yang memiliki sel-sel khusus, sel tersebut dapat mempertahankan
kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, dan sensori,
emosi dan proses berfikir. RAS melepaskan katekolamin pada saat individu dalam
keadaan sadar, dan terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR pada saat tidur
(Hidayat, 2008)
1. Tahapan Tidur
a. Tidur NREM
Tidur NREM atau disebut juga tidur gelombang-pendek, karena
terdapat perbedaan antara gelombang otak oleh orang yang tidur lebih
pendek daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang
sadar, pada tidur NREM terjadi penurunan fungsi fisiologi tubuh dan terjadi
penurunan menjadi lambat semua proses metabolic termasuk tanda-tanda
vital, metabolism, dan kerja otot. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap,
Tahap I-II disebut light sleep dan tahap III-IV disebut deep sleep atau delta
sleep
b. Tidur REM
Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, Selama tidur REM, otak
cenderung aktif dan metabolismenya meningkat, pada tahap ini individu
sulit dibangunkan, tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan
frekuensi jantung, pernapasan sering kali tidak teratur.
Semua individu melewati tahap tidur NREM dan REM selama tidur,
normalnya siklus tidur berlangsung selama 1,5 jam, setiap individu
biasanya melalui empat siklus selama 7-8 jam tidur, dimulai dari tahap
NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung
selama 30 menit, kemudian lanjut ke tahap IV selama ± 20 menit, dan
individu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit, tahap I REM
muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit. (Rosmalawati,
2016)
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur
1. Penyakit
Penyakit dapat menimbulkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan
gangguan tidur pada seseorang. Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur
seseorang, misalnya penyakit yang disebabkan infeksi, namun banyak penyakit
lain yang menjadikan klien kurang tidur tidak bisa tidur, siklus bangun-tidur
selama sakit juga dapat mengalami gangguan
2. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat menghambat proses tidur. Adanya stimulus maupun
tidak dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang, sebagai contoh, temperatur
yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi kualitas
tidur seseorang, keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dapat
mempercepat proses tidur seseorang.
3. Latihan dan Kelelahan
Kondisi tubuh seseorang yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang, maka semakin pendek siklus REM yang dilaluinya.
4. Gaya Hidup
Banyak individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur ulang
aktivitasnya agar tetap bisa tidur pada waktu yang tepat.
5. Stress Emosional
Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi
system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur
NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
6. Stimulant dan Alkohol
Kafein yang terkandung dalam minuman tertentu dapat merangsang susunan
syaraf pusat (SSP) sehingga dapat mengganggu pola tidur, konsumsi alkohol
yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM
7. Merokok
Seseorang yang merokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah
terbangun, karena nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek
stimulasi pada tubuh.
8. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang, sehingga mindset akan berubah dan seseorang akan mengalami
kesulitan tidur
9. Medikasi
Obat-obatan tertentu yang di konsumsi oleh seseorang akan mempengaruhi
kualitas tidurnya. Misalnya hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur
NREM, metabloker dapat menyebabkan insomnia, dan narkotik dapat
menekan tidur REM dan menyebabkan sering terjaga di malam hari.
(Rosmalawati, 2016)
2.5 Gangguan Umum yang Sering Terjadi
1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, gangguan ini
umumnya ditemui pada individu dewasa muda. Penyebabnya bisa karena gangguan
fisik atau karena perasaan gundah dan gelisah.
Ada tiga jenis insomnia:
a. Insomnia inisial : Kesulitan saat memulai tidur.
b. Insomnia intermiten : Kesulitan pada saat individu tetap tertidur karena
seringnya terjaga.
c. Insomnia terminal : Sering bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain
dengan mengembangkan pola istirahat-tidur yang efektif melalui olahraga rutin,
menghindari penggunaan gadget saat akan tidur
2. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu dan biasanya muncul
saat seseorang tidur. Gangguan ini umumnya terjadi pada anak-anak (misalnya:
tidur berjalan, night terror), mengigau termasuk dalam gangguan transisi bangun-
tidur.
3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan,
biasanya terjadi pada siang hari. Gangguan ini disebabkan oleh kondisi tertentu,
seperti misalnya kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal.
4. Narkolepsi
Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Yaitu
gelombang kantuk yang tak tertahankan dan muncul secara tibatiba pada siang hari,
belum ada penyebab pasti gangguan ini, diduga karena adanya kerusakan genetik
system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM.
5. Apnea Saat Tidur dan Mendengkur
Apnea saat tidur adalah kondisi terhentinya nafas secara periodik pada saat
tidur, diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di
malam hari, insomnia, sakit kepala di siang hari, iritabilitas, atau mengalami
perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung. Mendengkur
disebabkan adanya rintangan dalam pengairan udara di hidung dan mulut pada
waktu tidur..
6. Enuresa
Buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur disebut enuresa, atau
istilah lainnya mengompol. Ada dua jenis Enuresa yaitu : enuresa noktural, dan
enuresa diurnal. (Rosmalawati, 2016)
2.6 Pengertian Gadget
Gadget adalah alat komunikasi nirkabel, yang memanfaatkan gelombang radio
sebagai medianya, keunggulannya jika dibandingkan dengan penggunaan kabel, gadget
mampu untuk digunakan dimana saja tanpa kabel. Selain itu, penggunaan ponsel tidak
memerlukan pengaturan yang rumit seperti pada pemasangan telepon rumah yang
masih menggunakan kabel. (Idayati, 2 Agustus 2011 )
Gadget menurut kamus adalah perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi
khusus. Gadget merujuk pada suatu instrumen kecil yang memiliki tujuan dan fungsi
praktis spesifik yang sangat berguna (Castelluccio, 2014)
2.7 Dampak Negatif Penggunaan Gadget
Menurut (Anonim, 2009) berikut ini adalah beberapa pengaruh lain yang
ditimbulkan oleh radiasi ponsel yang telah diteliti :
1. Memanaskan otak
2. Resiko tinggi terkena kanker
3. Kerusakan sistem pertahanan tubuh
4. Bayi cacat saat lahir
5. Hipertensi
6. Gangguan pola tidur
7. Penyakit Alzheimer’s, Multiple sclerosis
8. Penyakit jantung dan ginjal
9. Sakit kepala, menurunnya konsentrasi
10. Menurunnya peenglihatan mata
2.8 Hubungan Antara Penggunaan Gadget dengan Kualitas Tidur
Sinar yang disebut blue light adalah salah satu bagian dari cahaya yang berada di
antara biru dan violet, cahaya inilah yang sangat kuat dan dihasilkan oleh peralatan
elektronik modern seperti gadget, cahaya ini menjadi salah satu penyebab masalah
penglihatan. Layar gadget memang menggunakan tulisan yang kecil daripada buku
sehingga seseorang harus membaca dengan lebih dekat yang meningkatkan kebutuhan
penglihatan pada pengguna yang jika terbiasa mengakibatkan muncul gejala visus
mata, dan gangguan tidur. (Puspa, Loebis, & Nuswantoro, 2018)
Sebagian besar masyarakat usia remaja yang masih mengabaikan mengenai pola
tidur sehat dan menggunakan jam tidur yang tidak sesuai dengan kebutuhan untuk
memenuhi kualitas tidurnya. Hal ini disebabkan karena kebiasaan remaja seperti
mengerjakan tugas hingga larut malam, menggunakan gadget sebelum tidur (Putra,
Tania, Iklima, & Maulana, 2017)
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini membahas metode penelitian sebagai berikut : Jenis penelitian, variabel
penelitian, subjek penelitian, metode dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas
alat ukur dan teknik analisis data.
Komponen :
Anonim. (2009, Desember 18). Radiasi Handphone Berbahayakah? Retrieved from http://www.radiasi-
handphone-berbahayaka.com/
Hidayat, A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia; Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, W. (2014, Mei 25). Pengguna Internet Indonesia Nomor Enam Dunia. Retrieved from Hidayat,
W. (2014). Pengguna
Interhttp://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4286/Pengguna+Internet+Indonesia+
Nomor+Enam+Dunia/0/sorotan_media#. VYmuZFJJvow
Kumala, A. M., Margawati, A., & Rahadiyanti, A. (2019). HUBUNGAN ANTARA DURASI PENGGUNAAN
ALAT ELEKTRONIK (GADGET), AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA
REMAJA USIA 13-15 TAHUN . Journal of Nutrition College, 73-80.
Kwon, M., Lee, J. Y., Won, W. Y., Park, J. W., Min, J. A., Hahn, C., . . . Kim, D. J. (2013). Development and
Validation of a Smartphone Addiction Scale (SAS). PLOS ONE, 1-7.
Lombogia , B. J., Kairupan, B. H., & Dundu, A. E. (Desember 2018 ). HUBUNGAN KECANDUAN INTERNET
DENGAN KUALITAS TIDUR PADA SISWA SMA KRISTEN 1 TOMOHON. Jurnal Medik dan
Rehabilitasi (JMR), Volume 1, Nomor 2.
Nugraheni , Y., & W, A. Y. (2017). SOCIAL MEDIA HABIT REMAJA SURABAYA. Jurnal KOMUNIKATIF , 13-
30.
Palar, J. E., Onibala , F., & Oroh, W. (2018). HUBUNGAN PERAN KELUARGA DALAM MENGHINDARI
DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN GADGET PADA ANAK DENGAN PERILAKU ANAK DALAM
PENGGUNAAN GADGET DI DESA KIAWA 2 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA. Ejournal
keperawatan (e-Kp) , 1-8.
Pillo, A. (2017, Juni 27). Yuk Ketahui Manfaat Utama Tidur Normal. Retrieved from
http://americanpillo.com/tidur/y uk-ketahui-manfaat-utama-tidurnormal-3/. (27 Juni 2017)
Potter, a. P. (2006). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Purnomo. (2014). Hubungan Antara Kecanduan Gadget (Mobile Phone) dengan Empati pada Mahasiswa.
Skripsi.
Puspa, A. K., Loebis, R., & Nuswantoro, D. (2018). Pengaruh Penggunaan Gadget terhadap Penurunan
Kualitas Penglihatan Siswa Sekolah Dasar . Global Medical and Health Communication, 28-33.
Putra, N. Y., Tania, M., Iklima, N., & Maulana, D. L. (2017). Perancangan Infografis Tentang Dampak
Kebiasaan Begadang Terhadap Pola Tidur Sehat Bagi Remaja . Jurnal Sketsa, 53-60.
Radliya, N. R., Apriliya, S., & Zakkiyah, T. R. (2017). PENGARUH PENGGUNAAN GAWAI TERHADAP
PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI. Jurnal PAUD Agapedia, 1-12.