Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Individu dituntut untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia guna

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Salah satu kebutuhan dasar yang

diperlukan manusia adalah tidur. Tidur merupakan kebutuhan dasar yang

dibutuhkan oleh semua orang. Setiap orang memerlukan kebutuhan tidur yang

cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi tidur, tubuh

melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga

berada dalam kondisi yang optimal (Sarfriyanda dkk, 2013). Kebutuhan tidur

yang cukup tidak hanya ditentukan oleh faktor jam tidur (kuantitas tidur),

tetapi juga oleh kedalaman tidur (kualitas tidur). Kualitas tidur meliputi aspek

kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan

untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman

dan kepulasan tidur. Kualitas tidur dikatakan baik jika tidak menunjukkan

tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidur.

Kondisi kurang tidur banyak ditemui dikalangan dewasa muda terutama

mahasiswa yang nantinya bisa menimbulkan banyak efek, seperti

berkurangnya konsentrasi belajar dan gangguan kesehatan (Nifilda dkk, 2016).

Hasil penelitian Sarbazavatan et al (2017) pada mahasiswa

Kedokteran di Universitas Tabriz Iran menunjukkan bahwa skor keseluruhan

rata-rata pada PSQI adalah 6,87 ± 2,25; mayoritas siswa (70%) memiliki skor

PSQI global lebih besar dari 5, menunjukkan bahwa mereka adalah orang

1
2

yang kurang tidur. Hanya 28% yang melaporkan mendapatkan lebih dari 7

jam tidur. Hasil penelitian Sarfriyanda dkk (2015) di Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Riau menunjukkan bahwa Mayoritas mahasiswa

PSIK UR memiliki kualitas tidur yang buruk yaitu sebanyak 162 (82,2%),

sedangkan yang baik hanya 35 orang (17,8%).

Hasil studi pendahuluan pada 10 orang mahasiswa tingkat akhir

program studi S1 Keperawatan STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto yang

sedang mengerjakan tugas akhir menunjukkan bahwa saat ditanya tentang

tidurnya, 8 orang (80%) menjawab susah tidur, 6 orang (60%) mengatakan

sering terbangun di malam hari, 1 orang (10%) mengatakan sering mengalami

mimpi buruk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur

menurut diantaranya adalah penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup,

stress emosional, stimulant, dan alkohol, diet, merokok, medikasi, dan

motivasi (Mubarak dkk, 2015). Orang yang mengalami kualitas tidur buruk

akan menunjukkan tanda-tanda ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata,

bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung),

kantuk yang berlebihan (sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi

(kurang perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur,

mual dan pusing, Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak

badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan

ilusi penglihatan atau pendengaran, kemampuan memberikan pertimbangan

atau keputusan menurun (Hidayat, 2008). Kurangnya waktu tidur dalam


3

jangka waktu yang lama akan mengakibatkan kemerosotan fisik, gangguan

mental serius seperti cepat marah, kehilangan memori, timbul halusinasi, ilusi,

dan sebagainya (Subandi, 2008).

Upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur adalah

dengan melakukan relaksasi sebelum tidur, menghindari kopi dan alkohol,

menghindari hal yang dapat menimbulkan stress sebelum tidur seperti

menonton atau membaca cerita yang menegangkan dan memikirkan

pekerjaan, menghindari tidur selingan di siang hari, menghindari makanan

berat dan berbumbu menyengat sebelum tidur, lebih baik menggunakan

ranjang saat tidur, tidur dengan ruangan yang mempunyai ventilasi baik, tidur

dengan posisi yang benar yaitu menyamping kanan, menjaga aktivitas fisik di

siang hari, menjaga jadwal tidur tetap teratur, apabila tidak dapat tidur setelah

30 menit maka sebaiknya bangun dan melakukan aktivitas ringan seperti

mendengarkan musik atau membaca majalah sampai merasa kantuk,

menghindari jam yang berdetak keras atau menyala di dekat tempat tidur, dan

membiasakan diri bangun pagi (Rafknowledge, 2009). Berdasarkan latar

belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran

kualitas tidur pada mahasiswa S1 Keperawatan tingkat akhir.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah gambaran kualitas tidur pada mahasiswa S1 Keperawatan tingkat

akhir di STIKES Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto?


4

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran kualitas tidur pada mahasiswa S1 Keperawatan

tingkat akhir di STIKES Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi

tentang kualitas tidur mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir

kuliah, sehingga dapat melakukan tindak lanjut untuk memperbaiki

kualitas tidur mahasiswa.

1.4.2 Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

sehingga peneliti memahami tentang gambaran kualitas tidur pada

mahasiswa S1 Keperawatan tingkat akhir.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk

penelitian selanjutnya dalam melakukan pengembangan penelitian yang

berhubungan dengan kesehatan mahasiswa dan dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai