Anda di halaman 1dari 9

RESUME EBP PADA KASUS GANGGUAN TIDUR

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Kompelementer

Disusun oleh Kelompok 3:

Nanda Nurma'rufah (302019114) Devi Lathifah Najiah (302019098)

Annisa Sabila (302018087) Mia Anggi Anggraeni (302019116)

Majid Fahrizal N (302019096) Fajar Maulid H (302019105)

Ariska Laraswati (302019102) Amelia Afifah Gunasah (302019100)

Linda Lestari (302019107) N. Reski Septi Dewi (302019111)

Septiani Sapta Artha (302019108) Sevia Alfaresa Faihannajah (302019113)

Ari Sayid Muslim (302019103) Nurida Putri Ferisa (302019095)

Farhan Bukhori (302019106) Hermawansah Putra R. Pauwah (302019112)

Fery Fatur Rahman Saleh (302019097)

UNIVERSITAS AISYIYAH BANDUNG

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

2022
A. Konsep Ganguan Tidur
Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan mental.
Tidur merupakan bagian yang penting dari hidup untuk perbaikan tubuh dan pikiran. Tidur
merupakan proses fisiologik untuk menjaga daya ingat dan mendukung proses fungsi kognitif.
Tidur dapat memulihkan daya ingat dengan cara meningkatkan plastisitas neuron dengan cara
mengurangi masukan / input informasi yang sedang berlangsung. Tidur dibutuhkan untuk
mencegah terjadinya informasi yang berlebihan pada sinaps, saat tidurlah terjadi reorganisasi
informasi dari luar. Hal inilah yang meyebabkan tubuh terasa lebih segar saat bangun. (Handojo
et al., 2018)
Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuanititas waktu tidur akibat faktor eksternal
(PPNI, 2016). Berbagai macam gangguan tidur seperti insomnia, hipersomnia, parasomnia,
gangguan tidur akibat gerakan yang tidak terkontrol dan gangguan tidur irama sirkadian
Adapun berbagai macam tipe gangguan tidur irama sirkadian seperti Delayed Dleep Phase
Type, Advance Dleep Phase Type, Irregular Sleep Wake Type, FreeRunning Type, Jet Lag Type,
Shift Work Type, Due to medical condition, Other Circadian Rhytm Sleep Disorder due to
drug or substance. (Handojo et al., 2018).

B. Pengaruh Terapi Madu Terhadap Kualitas Tidur


Judul PENGARUH TERAPI MADU TERHADAP KUALITAS
TIDUR PADA LANSIA USIA 60 – 74 TAHUN (The Effect
Of Honey Therapy On Sleep Quality In Elderly Ages 60 - 74
Years)
Penulis Farhandika Putra, Nurul Widiastuti
Tahun Publikasi 2020
Tempat Penelitian Wilayah Kerja Puskesmas Darul Azhar Desa Batu Ampar
RT.01 – RT.07 Kecamatan simpang Empat Kabupaten Tanah
Bumbu. Waktu penelitianini pada tanggal 26 Oktober -
01November
Latar Belakang Menurut Data Depkes Indonesia, lansia yang mengalami
gangguan tidur pertahun sekitar 750 orang. insomnia
merupakan gangguan tidur yang paling sering di temukan.
Setiap tahun diperkirakan 35%-45% orang dewasa melaporkan
adanya gangguan tidur dan sekitar 25% mengalami gangguan
tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup
tinggi yaitu sekitar tahun 2009. (Depkes RI, 2010)
Gangguan dalam pola tidur normal pada lansia mempunyai
konsekuensi kesehatan yang penting, terutama mood dan
fungsi kognitif. Masalah tidur dapat mengganggu pekerjaan,
kehidupan berkeluarga dan masyarakat, secara fungsional,
perubahan tersebut mempunyai pengaruh pada kehidupan
sehari-hari.Prevalensi gangguan tidur pada lansia tergolong
tinggi yaitu sekitar 67% Gangguan tidur adalah penyebab
morbiditas yang signifikan. Beberapa dampak serius dari
gangguan tidur pada lansia misalnya mengantuk berlebihan
pada siang hari, mood depresi, gangguan atensi dan memori,
sering terjatuh, penurunan yang tidak semestinya, dan
penurunan kualitas hidup (Seoudet al,2014).
Menurut penelitian oleh Khasanah dan Hidayati (2012) adalah
29 (29,9%) lansia memilki kualitas tidur yang baik sedang 68
(70,1%) memiliki kualitas tidur yang buruk, sehingga
diperlukan terapi yang efektif dan aman dari efek samping.
Pemberian madu adalah salah satu bentuk terapi dengan cara
relaksasi yang merupakan jenis terapi nonfarmakologi yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia.
Para ahli kesehatan mengungkapkan jika madu mengandung
nutrisi yang sangat baik buat merilekskan pikiran dan membuat
kualitas tidur semakin baik. Konsumsi madu sebanyak 1
sendok makan setiap hari sebelum tidur tak hanya membuat
tidur semakin nyenyak dan berkualitas saja. Lebih jauh, nutrisi
didalam madu tersebut juga bisa membunuh ses-sel berbahaya
di tubuh penyebab berbagai penyakit.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh madu
terhadap kualitas tidur pada lansia usia 60-74 tahun sebelum
dan sesudah dilakukannya pemberian madu di Wilayah Kerja
Puskesmas Darul Azhar Desa Batu Ampar RT.01 – RT.07
Kecamatan simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu
Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini yaitu semua lansiadi Wilayah
Kerja Puskemas Darul Azhar Desa Batu Ampar RT.01 –RT.07
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu. Adapun
pengambilan sampel penelitian ini dengan menggunakan
teknik purposive sampling.
Intervensi Lansia diminta untuk mengkonsumsi madu dengan dosis 15 ml
selama 7 kali dalam seminggu.
Analisa Data Hasil uji sebelum dan sesudah dengan menggunakan uji
wilcoxon test didapatkan hasil pre dan post yaitu p = 0,000
yang artinya terdapat pengaruh.
Penelitian dari Nugraha, dkk (2019) dengan judul Hubungan
Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah Pada Pasien
Prehipertensi Puskesmas Tagorong Garut mengatakan bahwa
banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tidur, namun bagi
responden yang lebih dari setengahnya merupakan karyawan
swasta, maka faktor yang paling dominan adalah faktor
kelelahan, karena bekerja sampai sore. Terdapat hubungan
yang signifikan antara kualitas tidur dengan tekanan darah
dengan p-value = 0,047, membuktikan bahwa semakin buruk
kualitas tidur seseorang, semakin tinggi pula tekanan darahnya.
Penelitian dari Herpandika, dkk (2018) dengan judul
Hubungan Antara Kebugaran Jasmani dengan Kualitas Tidur
mengatakan bahwa kebugaran jasmani yang cukup dapat
mempengaruhi kualitas tidur seseorang yang dapat terpenuhi,
begitu sebaliknya bila tingkat kebugaran jasmani kurang baik
maka kualitas tidur seseorang akan berkurang, didapat kan nilai
(p = 0,011) terdapat hubungan kebugaran jasmani dengan
kualitas tidur.
Penelitian dari Supriatmo, dkk (2016) dengan judul Hubungan
Kualitas dan Kuantitas Tidur dengan Prestasi Belajar Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran mengatakan bahwa kualitas
tidur pada usia masa sekolah dan masa perkuliahan cenderung
lebih buruk mungkin disebabkan oleh beberapa faktor eksternal
yang dapat menyebabkan supresi dari pengeluaran melatonin
yang pada akhirnya akan dapat menyebabkan gangguang tidur
dengan didapatkan nilai p= value (0,0001) terapat hubungan
kualitas dan kuantitas tidur dengan prestasi belajar pada
mahasiswa fakultas kedokteran.
Hasil Berdasarkan penelitian hampir seluruhnya (80%) responden
pada usia lansia 60-65 tahun dan sebagian kecil (20%)
responden pada usia lansia 66-70 dan tidak satupun (0%)
responden pada usia lansia 71-74 tahun.
Berdasarkan penelitian bahwa hasil pre test dan post test
sebelum dan setelah diberikan terapi madu, didapatkan hasil
sebelum diberikan terapi madu kualitas tidur responden (100%)
seluruhnya mengalami kualitas tidur kurang.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa hasil post test setelah
diberikan terapi madu, didapatkan hasil responden hampir
seluruhnya (80%) mengalami kualitas tidur baik dan sebagian
kecil (20%) mengalami kualitas tidur kurang.
Berdasarkan penelitian sebelum dilakukan terapi madu pada
lansia didapatkan hasil kualitas tidur responden (100%) kurang
dan setelah dilakukan terapi madu pada lansia didapatkan hasil
kualitas tidur pada responden hampir seluruhnya (80%) baik
dan sebagian kecil (20%) kurang. setelah dilakukan uji
sebelum dan sesudah dengan menggunakan uji wilcoxon test
didapatkan hasil pre dan post yaitu p=0.000 < (0.05) yang
bermakna H1 diterima artinya terdapat pengaruh terhadap
kualitas tidur pada lansia.
Kesimpulan Dari hasil yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
denganmengkonsumsi madu dengan dosis 15 ml selama 7 kali
dalam seminggu dapat meningkatkan kualitas tidur pada lansia
tanpa ada efek samping.
(Putra & Widiastuti, 2020)

Judul Pengaruh madu terhadap kualitas tidur pada lansia


Penulis Surya Ferdian, Tori Rihiantoro, Ririn Sri Handayani
Tahun Publikasi 2015
Tempat Penelitian UPTD PLSU Tresna Werdha Natar Kabupaten Lampung
Selatan, Provinsi Lampung.
Latar Belakang Populasi lansia di Indonesia, hasil sensus penduduk tahun 2010
menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 5 besar negara
dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia. Pada tahun
2010 jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,1 juta orang.
Lansia sebagian besar berisiko tinggi mengalami gangguan
tidur akibat berbagai faktor. Proses patologis terkait usia dapat
menyebabkan perubahan pola tidur. Gangguan tidur
menyerang 50% orang yang berusia 65 tahun atau lebih yang
yang tinggal di rumah dan 66% orang yang [311] tinggal di
fasilitas perawatan jangka panjang. Gangguan tidur
mempengaruhi kualitas hidup dan berhubungan dengan angka
mortalitas yang lebih tinggi (Stanley, 2006: 450).
Salah satu terapi non farmakologi yang berpotensi
memperbaiki kualitas tidur lansia adalah dengan cara
meminum madu (Hammad, 2013:83; Hadharah, 2014:65).
Madu berfungsi memberikan kenyamanan pada tubuh karena
asam amino tryptofan yang di miliki madu mampu mensintesis
hormon melatonin yang mampu memperbaiki kualitas tidur
pada lansia. Tryptophan merupakan prekursor serotonin dan
serotonin dapat dirubah menjadi melatonin. Pemberian asam
amino tryptophan dapat meningkatkan sintesis serotonin pada
otak. Serotonin adalah neurotransmiter dan melatonin adalah
neurohormon. Serotonin maupun melatonin mempunyai efek
tidur (Agustina & Saraswati, 2007)
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh madu
terhadap kualitas tidur pada lansia sebelum dan sesudah
dilakukannya pemberian madu di UPTD PSLU Tresna Werdha
Natar Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung Tahun
2015.
Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah 107 Lansia yang berada di
UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Kabupaten Lampung
Selatan, sedangkan sampel penelitian sebanyak 30 responden
yang ditentukan dengan teknik purposive sampling, yaitu
peneliti memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi.
Intervensi Pemberian madu dilakukan sebelum lansia tidur pada malam
hari tepatnya 1 jam sebelum waktu tidur malam (20.00 WIB)
dengan menggunakan madu beserta sendok plastik berukuran 5
ml sebanyak 2 sendok selama 7 hari berturut-turut.
Analisa Data Berdasarkan hasil uji coba sebelum, dan sesudah pemberian
terapi dengan mengguanakan Pittsburg Sleep Quality Index
bahwa ada perbedaan antara kualitas tidur sebelum diberikan
madu dan kualitas tidur setelah diberikan madu pada lansia
dengan nilai p = 0,002.
Setelah dilakukan pemberian madu selama 7 hari berturutturut
dilakukan kembali pengukuran kualitas tidur pada lansia dan
didapatkan nilai rata-rata sebesar 10.75 sehingga terdapat
perbedaan nilai rata-rata sebesar 0.8 dengan standar deviasi
2.82. nilai pvalue = 0,002, berarti p-value ≤  (0.05) maka
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara kualitas tidur
sebelum diberikan madu dan sesudah diberikan madu.
Dalam penelitian (Agustina & Saraswati, 2011) disebutkan
bahwa tryptophan merupakan prekursor serotonin dan
serotonin dapat dirubah menjadi melatonin. Pemberian asam
amino tryptophan dapat meningkatkan sintesis serotonin pada
otak. Serotonin adalah neurotransmiter dan melatonin adalah
neurohormon. Serotonin maupun melatonin mempunyai efek
tidur. Melatonin merupakan hormon yang dapat
mengendalikan kadar hormon hormon lain.
Hasil Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh madu
terhadap kualitas tidur pada lansia setelah diberikan intervensi.
Hal ini terlihat pada saat penelitian, dimana lansia yang telah
mendapatkan pemberian madu merasa mengantuk. Adanya
pengaruh madu terhadap kualitas tidur pada lansia dipengaruhi
oleh adanya asam amino tryptophan yang mampu
mensekresikan hormon melatonin yang mampu mengatur tidur
pada manusia. Hal inilah yang akan memperbaiki irama
sirkadian pada lansia sehingga kualitas tidurnya dapat
membaik
Hasil analisis lebih lanjut menjelaskan bahwa ada perbedaan
kualitas tidur sebelum diberikan madu dan sesudah diberikan
madu dengan p-value 0,002. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh madu terhadap kualitas
tidur pada lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar
Kabupaten Lampung Selatan.
Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan
mengkonsumsi madu 1 jam sebelum tidur sebanyak 2 sendok
selama 7 hari berturu-turut dapat meningkatkan kualitas tidur
menjadi lebih baik.

(Ferdian et al., 2017)


DAFTAR PUSTAKA

Ferdian, S., Rihiantoro, T., & Handayani, R. S. (2017). Pengaruh Madu Terhadap Kualitas Tidur
Pada Lansia. Jurnal Keperawatan, 11(2), 310–317.
Handojo, M., Pertiwi, J. ., & Ngantung, D. (2018). Hubungan gangguan kualitas tidur
menggunakan PSQI dengan fungsi kognitif pada PPDS pasca jaga malam. Jurnal Sinaps,
1(1), 91–101.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Tim Pokja SDKI DPP PPNI.
Putra, F., & Widiastuti, N. (2020). PENGARUH TERAPI MADU TERHADAP KUALITAS
TIDUR PADA LANSIA USIA 60-74 TAHUN (The Effect Of Honey Therapy On Sleep
Quality In Elderly Ages 60-74 Years). Jurnal Darul Azhar, 9(1), 15–22.

Anda mungkin juga menyukai