Anda di halaman 1dari 12

1

PENGARUH TERAPI WUDU TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI DUSUN


PESISIR DESA PRENDUAN KECAMATAN PRAGAAN

Syaifurrahman Hidayat1), Nailiy Huzaimah 2), Yuliana Tien Raudlatul Jannah3)


1)
Dosen Prodi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Wiraraja
2)
Dosen Prodi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Wiraraja
3)
Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Wiraraja

ABSTRAK

Fisiologi proses menua memberikan dampak pada kualitas tidur lansia. Kualitas tidur lansia
mengalami penurunan akibat berbagai faktor di antaranya yaitu penyakit, lingkungan, kecemasan,
kelelahan, alkohol, dan obat-obatan. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kualitas tidur salah satunya yaitu terapi wudu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
terapi wudu terhadap kualitas tidur pada lansia di Dusun Pesisir Desa Prenduan Kecamatan
Pragaan.
Jenis penelitian ini menggunakan metode Quasy Eksperiment dengan rancangan non
equivalent control group (two group pre test-post test). Populasi 80 orang lansia dan responden
yang digunakan 52 orang lansia dengan menggunakan pengumpulan data Purposive Sampling.
Hasil analisa uji statistik dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test pada kelompok
perlakuan didapatkan nilai sig. 0.000 (P < 0.05) yang artinya terdapat perubahan kualitas tidur
sebelum dan sesudah pemberian terapi wudu. Pada kelompok kontrol didapatkan nilai sig. 0.828 (P
> 0.05) yang artinya tidak terdapat perubahan pada kualitas tidur lansia.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh terapi wudu terhadap kualitas tidur di
Dusun Pesisir Desa Prenduan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep.

Kata Kunci : Lansia, Kualitas Tidur, Terapi Wudu


2

ABSTRACT

The physiology of the aging process has an impact on the quality of sleep in the elderly. The
quality of sleep in the elderly has decreased due to various factors including disease, environment,
anxiety, fatigue, alcohol, and drugs. There are several therapies that can be done to improve sleep
quality, one of which is ablution therapy. This study aims to determine the effect of ablution therapy
on sleep quality in the elderly in the coastal hamlet of Prenduan Village, Pragaan District.
This type of research uses the Quasy Experiment method with a non-equivalent control group
design (two groups pre-test-post-test). The population is 80 elderly people and the sample used is 52
elderly people by using purposive sampling data collection.
The results of statistical test analysis using the Wilcoxon Signed Rank Test in the treatment
group obtained a sig value. 0.000 (P < 0.05) which means that there is a change in sleep quality
before and after ablution therapy. In the control group, the sig value was obtained. 0.828 (P > 0.05)
which means that there is no change in the sleep quality of the elderly.
The conclusion of this study is that there is an effect of ablution therapy on sleep quality in
the Pesisir Hamlet, Prenduan Village, Pragaan District, Sumenep Regency.

Keywords : Elderly, Sleep Quality, Wudu Therapy


3

PENDAHULUAN skala berat sekitar 67%. Sedangkan usia


Fisiologi proses menua memberikan dewasa setiap tahunnya terdapat 17% yang
dampak pada kualitas tidur lansia. Banyak mengalami penurunan kualitas tidur (Faidah,
lansia yang mengalami permasalahan Antono, & Widana, 2021).
terhadap kualitas tidurnya misalnya seperti Perubahan kualitas tidur pada lansia
kesulitan untuk tertidur, sering terbangun saat biasanya disebabkan oleh kemampuan fisik
malam hari, kesulitan untuk tidur kembali lansia yang semakin menurun. Penurunan
setelah bangun pada malam hari, hal ini kemampuan organ dapat mengakibatkan daya
disebabkan oleh perubahan faktor usia dalam tahan tubuh turut terpengaruh. Faktor-faktor
siklus terjaga dan terbangun (A'la, Fitria, & yang biasanya mempengaruhi kualitas tidur
Suryawati, 2021). Kualitas tidur yang tidak ialah penyakit, lingkungan, motivasi,
baik pada lansia akan berdampak pada kelelahan, kecemasan, alkohol, dan obat-
masalah secara fisik, psikologis maupun obatan (Wahyudi & Wahid, 2016).
psikososial. Contohnya seperti konsentrasi Pada penelitian lain yang dilakukan di
menurun, badan menjadi mudah lelah, Amerika terdapat 17% lansia yang mengalami
gangguan memori yang buruk serta rusaknya gangguan tidur (insomnia), di Jepang terdapat
memori serta keahlian kognitif (Faidah, 37,3% lansia yang mengalami gangguan
Antono, & Widana, 2021). kualitas tidur. Sedangkan di Korea mencapai
Menurut WHO (World Health 64,3% (Zhang, Jin, & li, 2020).
Organization) tahun 2014, populasi lanjut Berdasarkan hasil survei awal yang
usia diatas 60 tahun di Indonesia ialah telah dilakukan pada Januari 2022 dengan 10
diperkirakan jadi dua kali lipat 12% serta responden di Dusun Pesisir Desa Prenduan
hendak meningkat menjadi 22% pada tahun Kecamatan Pragaan didapatkan 6 (60%)
2050. Di Indonesia jumlah lanjut usia bisa orang lansia mengatakan bahwa mereka
menggapai 20,24 jiwa pada tahun 2014. Di sering bangun untuk pergi ke kamar mandi di
Indonesia dekat 750 per tahun lanjut usia tengah malam dan mereka hampir tidak bisa
hadapi kendala tidur (Soviana, 2021). tidur kembali dan 4 (40%) orang lansia
National Sleep of Health menyatakan mengatakan mengalami sulit tidur karena
bahwa orang yang mengalami insomnia atau khawatir dan susah untuk mempertahankan
disebut juga gangguan tidur sebesar 17% dari tidurnya, sering kali bangun pada malam hari
jumlah penduduk. Lansia usia 60 tahun dan mengantuk pada siang hari.
merupakan presentase terbesar yang Adapun solusi yang dapat diberikan
mengalami penurunan kualitas tidur dengan untuk meningkatkan kualitas tidur lansia yaitu
4

dapat berupa farmakologi ataupun non Lansia Di Dusun Pesisir Desa Prenduan
farmakologi. Salah satu bentuk terapi non Kecamatan Pragaan”.
farmakologi adalah terapi wudu
(Maulidiansyah, 2017). METODE PENELITIAN
Wudu merupakan terapi relaksasi yang Jenis penelitian ini menggunakan
dapat menghadirkan rasa damai dan tentram. metode Quasy Eksperiment dengan rancangan
Gerakan wudu seperti gosokan, basuhan, tekanan, non equivalent control group (two group pre
dan usapan mampu merangsang 2000 titik test-post test). Populasi 80 orang lansia dan
akupuntur pada tubuh (Maulidiansyah &
responden yang digunakan 52 orang lansia
Puspasari, 2017 ).
dengan menggunakan pengumpulan data
Wudu memilki manfaat yang sangat
Purposive Sampling. Data yang diperoleh
besar bagi kesehatan manusia. Didalam
pada penelitian ini dianalisis dengan
gerakan wudu terdapat efek masage (pijatan)
menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test.
yang dapat merangsang produksi hormon
endorfin yang dikontrol oleh sistem saraf
HASIL PENELITIAN
parasimpatik. Hormon endorfin ini
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
merupakan suatu zat penekan rasa nyeri/sakit
Prenduan merupakan sebuah desa
yang dikeluarkan oleh otak melalui
yang berada di Kecamatan Pragaan,
rangsangan yang diperoleh dari gerakan wudu
Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur,
di titik-titik tertentu. Dampak dari pelepasan
Indonesia. Daerah ini terletak di Pulau
hormon endorfin ini dapat membawa rasa
Madura. Prenduan berbatasan dengan Desa
nyaman dan mendatangkan ketenangan
Pragaan Laok di sebelah Barat, di sebelah
(Maulana, 2016).
timur berbatasan dengan Desa Aeng Panas,
Usia 18 sampai 40 tahun orang dewasa
Guluk-guluk di sebelah Utara, dan di sebelah
membutuhkan 7-8 jam tidur setiap harinya.
selatan berbatasan dengan Selat Madura. Desa
Kebutuhan yang terus menerus untuk tidur
Prenduan ini terdapat 6 dusun diantaranya,
lansia cukup 7 jam dalam sehari. Demikian
yaitu : (1) Dusun Pesisir, (2) Dusun Onggaan,
pula, pada para lansia yang telah berusia 60
(3) Dusun Tamanan, (4) Dusun Cecce’, (5)
tahun atau lebih hanya memerlukan tidur 6
Dusun Pao, dan (6) Dusun Pengelen.
jam dalam sehari. Berdasarkan kronologi
permasalahan diatas maka penting untuk
melakukan penelitian tentang “Pengaruh
Terapi Wudu terhadap Kualitas Tidur pada
5

Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan lansia di


Tabel 1
Dusun Pesisir Desa Prenduan
Karakteristik responden
Kecamatan Pragaan
berdasarkan usia lansia di
Dusun Pesisir Desa Prenduan Kelompok Kelompok
N
Kecamatan Pragaan Pekerjaan Perlakuan Kontrol
o
Kelompok Kelompok F % F %
N Usia 1. IRT
Perlakuan Kontrol 11 42.3 6 23.1
o (tahun) 2. Nelayan
F % F % 2 7.7 1 3.8
3. Pedagang
1. 60-69 24 92.3 26 96.2 10 38.5 13 50.0
4. Pensiunan
2. >70 2 7.7 1 3.8 2 7.7 5 19.3
5. Tukang
Total 26 100.0 26 100.0 1 3.8 1 3.8
Ukir
Total 26 100.0 26 100.0
Tabel 2 Karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin lansia
Pengaruh Terapi Wudu terhadap Kualitas
di Dusun Pesisir Desa Prenduan
Kecamatan Pragaan Tidur pada Lansia
Kelompok Kelompok Tabel 5 Pengaruh Terapi Wudu terhadap
N Jenis
Perlakuan Kontrol Kualitas Tidur pada Lansia Di
o Kelamin
F % F % Dusun Pesisir Desa Prenduan
1. Perempuan 16 61.5 12 46.2 Kecamatan Pragaan
2. Laki-laki 10 38.5 14 53.8 Kelompok Kualit
Total 26 100.0 26 100.0 N Sebel Sesu P
Responde as
o um dah value
n Tidur
Tabel 3 Baik 7 23 0.000
Karakteristik responden 1 Perlakuan
Buruk 19 3 (<0,05)
berdasarkan pendidikan lansia di
Baik 4 2 0.828
Dusun Pesisir Desa Prenduan 2 Kontrol
Buruk 22 24 (>0,05)
Kecamatan Pragaan
Kelompok Kelompok
N Pendidik PEMBAHASAN
Perlakuan Kontrol
o an
F % F % Kualitas Tidur pada Lansia Sebelum
1. SD 10 38.5 8 30.8
Sederajat dilakukan Terapi Wudu
2. SMP 9 34.6 10 38.5 Berdasarkan hasil penelitian di atas
Sederajat
3. SMA 5 19.2 3 11.5 dapat diketahui bahwa distribusi responden
Sederajat pada kelompok perlakuan sebelum dilakukan
4. Pergurua 2 7.7 5 19.2
n Tinggi terapi wudu menunjukkan hampir seluruh
Total 26 100.0 26 100.0 lansia mengalami kualitas tidur yang buruk,
sedangkan pada kelompok kontrol mengalami
kualitas tidur yang buruk. Lansia
membutuhkan kualitas tidur yang baik untuk
meningkatkan kesehatan dan memulihkan
dari kondisi sakit, jika lansia kurang tidur
Tabel 4 Karakteristik responden maka akan terjadi perasaan lelah, mudah
6

tersinggung, dan gelisah, lesu serta sakit dirumuskan Nashori (2011). Dilihat dari
kepala (Riyadi, 2020). Hal tersebut dapat gejala kualitas tidur yang baik diantaranya
dipengaruhi oleh faktor usia yang dapat yaitu, tampak segar dan bugar pada saat
memicu kualitas tidur pada lansia memburuk. bangun pagi, kebutuhan tidur seseorang
Gangguan tidur merupakan salah satu terpenuhi sesuai usianya. Pada usia 12 tahun
masalah kesehatan yang sering dihadapi oleh kebutuhan untuk tidur adalah sekitar 9 jam
lansia karena dapat mempengaruhi aktifitas perhari, pada usia 20 tahun kebutuhan tidur
dan kinerja sehari-hari. Kualitas tidur adalah berkurang menjadi 8 jam perhari, sedangkan
suatu keadaan dimana tidur yang dijalani pada lansia membutuhkan tidur ± 6 jam dalam
seorang individu menghasilkan kesegaran dan sehari. Kualitas tidur pada lansia harus lebih
kebugaran ketika terbangun. Kualitas tidur diperhatikan karena jika dibiarkan dapat
mencakup aspek kuantitatif seperti durasi menyebabkan berbagai efek samping, baik
tidur, latensi tidur, serta aspek subjektif pada kesehatan tubuh maupun angka harapan
seperti tidur dalam dan istirahat (Ricer, Dewi, hidup menjadi lebih rendah (Riswanto,
& Utomo, 2016). Wulandari, & Adi, 2021).
Kualitas tidur adalah kemampuan Beberapa faktor yang dapat
seseorang untuk dapat mempertahankan mempengaruhi kualitas tidur, antara lain ada 7
keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap faktor : (1) Adanya penyakit fisik dan psikis
tidur REM dan NREM yang tepat. Tidur yang (2) Disfungsi aktifitas di siang hari, (3)
berkualitas merupaka suatu keadaan tidur Pemulihan setelah tidur, (4) Kesulitan
yang dijalani seseorang individu dan tertidur, (5) Kesulitan bangun, (6) Kepuasan
menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat dengan tidur, dan (7) Kesulitan dalam
terbangun. Kualitas tidur mencakup mempertahankan tidur (Yi, Shin, Shin, Shim,
mencakup aspek kuantitas dari tidur seperti & Kang, 2006).
durasi tidur, latensi tidur, dan aspek subyektif Hampir seluruh lansia di Dusun Pesisir
dari tidur seperti kepuasan tidur dan gangguan Desa Prenduan dalam penelitian ini yang
tidur. Kualitas tidur merupakan suatu keadaan mengalami kualitas tidur buruk dapat
dimana tidur yang dijalani seorang individu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
menghasilkan kesegaran dan kebugaran disaat yaitu : rasa nyeri (seperti nyeri punggung dan
terbangun. Proses tidur maupun kondisi saat nyeri pada persendian), sering terbangun di
tidur yang berlangsung optimal malam hari dan pergi ke kamar mandi, tidak
menggambarkan tingginya kualitas tidur bisa mulai tertidur dalam waktu 15-20 menit.
seseorang. Ciri-ciri atau aspek kualitas tidur Jika kualitas tidur terus menerus memburuk
7

maka akan mengganggu kesehatan fisik telah dilakukan oleh (Saputro, 2015) yang
maupun psikis pada lansia. Kebutuhan tidur berjudul pengaruh terapi wudu sebelum tidur
pada setiap orang itu berbeda-beda. Lansia terhadap tingkat insomnia pada lanjut usia di
membutuhkan waktu tidur sekitar 6-7 jam PSTW Budi Luhur Yogyakarta menunjukkan
perhari, sedangkan lansia di Dusun Pesisir bahwa adanya penurunan tingkat insomnia
Desa Prenduan rata-rata tidur sekitar 3-6 jam pada lansia pada saat sebelum dan sesudah
perhari. Kesulitan memulai tidur, diberikan terapi wudu. Hal tersebut diketahui
ketidakmampuan mempertahankan tidur, dan bahwa terapi wudu dapat meningkatkan
sering terbangun dapat menyebabkan kualitas tidur pada lansia.
penurunan efisiensi tidur pada lansia. Peningkatan kualitas tidur dapat
Bertambahnya usia juga dapat mempengaruhi dipengaruhi oleh penerapan sleep hygine
penurunan kebutuhan tidur. sebelum tidur. Salah satunya yaitu melakukan
Lansia di Dusun Pesisir Desa Prenduan wudu sebelum tidur. Wudu merupakan salah
pada penelitian ini kebanyakan mengalami satu teknik relaksasi yang melibatkan faktor
kualitas tidur yang buruk pada usia antara 65- kepercayaan atau keyakinan. Wudu terdiri
70 tahun, hal ini dikarenakan oleh proses dari hydro massage dan teknik relaksasi
penuaan yang dialami oleh lansia yang rentan religi. Relaksasi hydro massage dengan
terkena penyakit degeneratif termasuk nyeri melakukan wudu dapat memberikan stimulus
punggung dan juga nyeri pada persendian yang mempengaruhi korteks serebral melalui
sehingga dapat mengganggu jadwal tidur aktifasi jalur saraf RAS (Reticular Activating
responden akibat nyeri yang mereka alami. System) yang membawa pengaruh satndby
atau bangun. Teknik ini dapat mengurangi
Kualitas Tidur pada Lansia Sesudah stimulus tersebut sehingga lansia dapat tidur.
dilakukan Terapi Wudu Relaksasi religi melalui optimalisasi otak
Berdasarkan hasil penelitian di atas spiritual dapat merangsang komponen
dapat diketahui bahwa distribusi responden keterampilan emosional dan selanjutnya
pada kelompok perlakuan sesudah (post-test) lansia dapat rileks dan tertidur (Hariawan,
dilakukan terapi wudu menunjukkan hampir Haryanto, & Elida, 2017). Berwudu sebelum
seluruh lansia mengalami kualitas tidur yang tidur juga memiliki manfaat bagi kesehatan
semakin baik, sedangkan pada kelompok tubuh. Orang yang mengalami gangguan
kontrol tetap mengalami kualitas tidur yang kualitas tidur dianjurkan untuk berwudu
buruk bahkan meningkat. Penelitian ini karena wudu tersebut dapat membantu
sejalan dengan dengan hasil penelitian yang menciptakan suasana yang nyaman dan
8

tenang. Wudu bisa menjadi terapi relaksasi di tempat tidur dan mengantuk ketika
untuk menumbuhkan rasa tenang dan nyaman melakukan aktivitas di siang hari.
dalam diri. Basuhan air wudu pada bagian Pada kelompok kontrol, kualitas tidur
tubuh yang menjadi anggota wudu akan yang buruk cenderung meningkat selama 3
memberikan efek sejuk, nyaman, dan tenang hari berturut-turut tidak diberikan perlakuan,
pada diri kita. Perasaan nyaman ini akan hal ini dapat disebabkan oleh faktor
dialirkan ke seluruh tubuh sampai ke otak. pekerjaan pada lansia. Hal ini sesuai dengan
Oleh karena itu, otak pikiran akan menjadi penelitian terdahulu yang menjelaskan
rileks sehingga memudahkan untuk tidur (El- bahwa pekerjaan merupakan salah satu
Bantanie, 2010). faktor sosiokultural yang dapat
Terapi wudu merupakan metode mempengaruhi insomnia. Dengan bekerja
relaksasi yang mudah dilakukan oleh para memungkinkan individu untuk mengakses
lansia karena hal ini dilakukan setiap dan memahami informasi tentang kesehatan
melakukan shalat. Wudu bukan hanya sarana sehingga pasien memiliki pengetahuan untuk
untuk membersihkan diri tetapi juga memilih strategi dalam mengatasi insomnia
memberikan terapi yang luar biasa untuk (Sumirta & Laraswati, 2015). Lansia yang
ketenangan jiwa (Hamzens & Filhaq, 2021) masih aktif bekerja akan cepat merasakan
Peningkatan kualitas tidur pada lansia lelah dan capek sehingga kebutuhan istirahat
Di Dusun Pesisir Desa Prenduan dapat juga meningkat, namun karena rasa capek
dipengaruhi oleh terapi wudu yang dilakukan dan letih tersebut juga dapat menyebabkan
sebelum tidur. Tidak adanya perubahan lansia sulit untuk tidur karena tubuh yang
kualitas tidur pada lansia kelompok kontrol merasa sakit akibat pekerjaannya.
disebabkan oleh tidak diberikannya perlakuan
Pengaruh Terapi Wudu terhadap Kualitas
berupa terapi wudu. Sedangkan lansia pada
Tidur pada Lansia
kelompok perlakuan yang diberikan terapi
Berdasarkan hasil uji statistik
wudu kualitas tidur menjadi lebih baik. Hal
menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test
ini membuktikan bahwa terapi wudu dapat
pada kelompok perlakuan didapatkan hampir
meningkatkan kualitas tidur pada lansia.
seluruh lansia Di Dusun Pesisir Desa
Setelah diberikan terapi wudu, lansia banyak
Prenduan Kecamatan Pragaan mengalami
mengalami penurunan terhadap gejala
peningkatan terhadap kualitas tidur setelah
terbangun tengah malam, rasa nyeri (nyeri
diberikan terapi wudu. Sedangkan pada
punggung dan persendian), durasi tidur, lama
kelompok kontrol didapatkan hasil yaitu tidak
terdapat pengaruh pada kualitas tidur lansia.
9

Wudu merupakan salah satu bentuk menenangkan. Pada saat seseorang sesang
terapi yang dapat meningkatkan fungsi berkumur, otot-otot wajah akan bergerak
neurologis. Air wudu yang digunakan, dapat sehingga dapat memberikan efek relaksasi
bermanfaat dalam mendinginkan ujung saraf pada wajah. Saat membasuh muka, tangan
jari tangan dan kaki yang akan memberikan dan kepala dapat mengurangi dan
manfaat dalam memantapkan konsentrasi dan menghilangkan kecemasan, depresi dan stres.
membuat tubuh menjadi rileks. Saat Ketika seseorang membasuh telinga dapat
melakukan gerakan wudu akan memberikan meningkatkan konsentrasi. Pada saat
efek masage (pijatan) pada anggota tubuh membasuh kaki akan memperlancar
yang dibasuh, efek masage dapat mendorong peredaran darah di kaki, karena kaki
tubuh untuk mengeluarkan hormon endorfin merupakan organ yang paling jauh dari
yang memberikan perasaan nyaman (Lestari jantung (Lestari & Minan, 2018).
& Minan, 2018) Hal ini sesuai dengan penelitian
Wudu pada beberapa bagian tubuh (Saputro, 2015) tentang pengaruh terapi wudu
membawa rasa tentram, dan pijatan atau sebelum tidur terhadap tingkat insomnia pada
gosokan saat seseorang mengambil wudu lanjut usia di PSTW Unit Budhi Luhur
akan mengurangi ketegangan otot sehingga Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan
tubuh akan rileks dan dapat digunakan metode penelitian pre-eksperimen dengan
sebagai terapi relaksasi untuk ketenangan rancangan non equivalent control group.
pikiran. Saat pikiran rileks, tubuh akan ikut Teknik pengambilan responden menggunakan
rileks. Keadaan pikiran dan tubuh yang rileks rancangan purposive sampling dengan
dapat mecegah lansia mengalami kualitas responden sebanyak 10 responden pada
tidur yang buruk (Hariawan, Haryanto, & masing-masing kelompok eksperimen dan
Elida, 2017) kontrol. Analisa data menggunakan uji
Wudu juga memberikan manfaat yang statistik Independent Sample T-Test.
sangat besar bagi kesehatan tubuh. Setiap Berdasarkan uji statistik Independent Sample
gerakan wudu memiliki manfaat yang T-Test didapatkan nilai p = 0.000 (p < 0.05)
mendukung tubuh menigkatkan kualitas tidur. yang menunjukkan terdapat pengaruh wudu
Ketika melakukan gerakan membasuh tangan, terhadap tingkat insomnia pada usia lanjut di
bermanfaat untuk memperlancar aliran darah PSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur.
perifer sehingga pasokan oksigen menjadi Hal ini juga sesuai dengan penelitian
terpenuhi dan dan air yang mengalir (Soviana, 2021) tentang pengaruh terapi wudu
memberikan mendatangkan efek sebelum tidur terhadap kualitas tidur pada
10

lansia. Penelitian ini menggunakan metode kebanyakan lansia yang mengatakan bahwa
quasy eksperiment. Jumlah populasinya 64 setelah melakukan terapi wudu sebelum tidur
responden dengan responden 13 kelompok lebih merasakan rileks, hal ini ditandai
perlakuan dan 13 kelompok kontrol dan dengan lansia lebih mudah untuk memulai
teknik pengambilan data yang digunakan tidur dalam jangka waktu antara 10-15 menit.
yaitu random sampling. Analisis data Terapi wudu untuk meningkatkan kualitas
menggunakan uji statistik Paired T-Test. tidur masih perlu diteliti lebih lanjut pada
Hasil uji normalitas data didapatkan p value > sampel yang lebih besar terkait penerapan
0.05 dengan pre sebesar (p = 0.163) dan post wudu yang dapat diimplementasikan untuk
sebesar (p = 0.043). setelah dilakukan uji menjadi terapi komplemanter pada masalah
statistik menggunakan uji Paired T-Test atau gangguan tidur pada lansia.
didapatkan nilai p value = 0.000 yang artinya
ada perbedaan sebelum dan sesudah KESIMPULAN DAN SARAN
dilakukan tindakan wudu sebelum tidur pada Kesimpulan
lansia. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilakukan mengenai Pengaruh Terapi Wudu
dilihat bahwa lansia di Dusun Pesisir Desa terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di Dusun
Prenduan Kecamatan Pragaan yang diberikan Pesisir Desa Prenduan Kecamatan Pragaan
terapi wudu mengalami peningkatan terhadap dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
kualitas tidur. Wudu memilki manfaat yang 1. Kualitas tidur pada lansia Di Dusun Pesisir
sangat besar bagi kesehatan manusia. Pada Desa Prenduan sebelum dilakukan terapi
gerakan wudu terdapat efek masage (pijatan) wudu baik kelompok perlakuan maupun
yang dapat merangsang produksi hormon kelompok kontrol mengalami kualitas tidur
endorfin yang dikontrol oleh sistem saraf yang buruk.
parasimpatik. Hormon endorfin ini 2. Kualitas tidur pada lansia di Dusun Pesisir
merupakan suatu zat penekan rasa nyeri/sakit Desa Prenduan setelah dilakukan terapi
yang dikeluarkan oleh otak melalui wudu pada kelompok perlakuan membaik,
rangsangan yang diperoleh dari gerakan wudu sedangkan pada kelompok kontrol tetap
di titik-titik tertentu. Dampak dari pelepasan buruk.
hormon endorfin ini dapat membawa rasa 3. Ada pengaruh terapi wudu terhadap
nyaman dan mendatangkan relaksasi sehingga kualitas tidur pada lansia Di Dusun Pesisir
lansia lebih mudah masuk pada kondisi tidur Desa Prenduan Kecamatan Pragaan
(Maulana, 2016). Pada penelitian ini, Kabupaten Sumenep.
11

Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
Memberikan penyuluhan kesehatan
tentang manfaat terapi wudu terhadap
kualitas tidur lansia dan meningkatkan
pelayanan kesehatan bagi instansi
kesehatan dalam pemberian asuhan
keperawatan gerontik terutama lansia yang
mengalami kualitas tidur yang buruk.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan agar penelitian ini dapat
dilanjutkan oleh peneliti selajutnya dan
diharapkan dapat mengembangkan
penelitian ini dengan menggunakan
responden yang lebih banyak dan
menemukan SOP terapi wudu khusus
untuk mengatasi gangguan tidur.
3. Bagi lansia
Diharapkan bagi lansia agar dapat
secara mandiri melakukan terapi wudu
sebelum tidur dan dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari sehingga
kualitas tidur dapat membaik.

DAFTAR PUSTAKA
A'la, N., Fitria, N., & Suryawati, I. (2021). Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur pada
Lansia. 2-9.

El-Bantanie. (2010). Dahsyatnya Terapi Wudu. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Faidah, N., Antono, K., & Widana, A. O. (2021). Aronaterapi Sereh Berpengaruh terhadap Kualitas
Tidur Lansia. Jurnal Keperawatan, 1023-1030.

Hamzens, F., & Filhaq, R. (2021). Effect of Ablution on the Incidence of Insomnia in the Elderly.
Indonesian Journal of Islam and Public Health, 15-20.
12

Hariawan, H., Haryanto, J., & Elida, U. (2017). Wudu Improving Sleep Quality on Elderly with
Insomnia. Atalntis Press, 203-206.

Lestari, N. D., & Minan, R. (2018). Efektivitas terapi Wudu Menjelang Tidur terhadap Kualitas
Tidur Remaja. Mutiara Medika, 49-54.

Maulana, I. (2016). Pengaruh Terapi Wudu Sebelum Tidur terhadap Tingkat Insomnia Lanjut Usia.
Pontianak.

Maulidiansyah, & Puspasari, S. A. (2017 ). Upaya Terapi Wudu Untuk Menurunkan Gangguan
Tidur Insomnia Pada Asuhan Keperawatan Gerontik Dan Pengaruh Terapi Wudu Sebelum
Tidur Terhadap Skro Kecemasan Pada Lansia. 3-4.

Ricer, R., Dewi, A. P., & Utomo, W. (2016). Pengaruh Terapi Al Zikri terhadap Kualitas Tidur
Lansia. 1418-1425.

Riswanto, A. R., Wulandari, I. S., & Adi, G. S. (2021). Bantal Terapi Lavender berpengaruh
terhadap Kualitas Tidur Lansia. Jurnal Keperawatan, 29-38.

Riyadi, S. (2020). Peningkatan Kualitas Tidur pada Lansia dengan Terapi Dzikir. Jurnal Kesehatan
Madani Medika, 218-225.

Saputro, D. A. (2015). Pengaruh Terapi Wudhu Sebelum Tidur terhadap Insomnia pada Lanjut Usia
Di PSTW Unit Budhi Luhur Yogyakarta.

Soviana, W. (2021). Pengaruh Wudhu Sebelum Tidur terhadap Kualitas Tidur pada Lansia. 4.

Sumirta, N., & Laraswati, I. (2015). Faktor yang Menyebabkan Gangguan Tidur (Insomnia) pada
Lansia. Denpasar: Jurnal Keperawatan.

Wahyudi, A. S., & Wahid, A. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra Wacana
Media.

Yi, Shin, Shin, Shim, & Kang. (2006). Development of the Sleep Quality Scale. Journal Sleep Rest,
309-316.

Zhang, Y.-S., Jin, Y., & li, L. (2020). Prevalence and Socio-Demographic Correlates of Poor Sleep
Qualityamong Older Adults in Hebei Province. Scientific Reports, 12266.

Anda mungkin juga menyukai