Anda di halaman 1dari 34

Pengaruh Terapi Aktivitas Sleep Hygiene Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di

Posbindu Desa Pamongan

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan


Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang

Disusun Oleh:

Wiji Setiani
1803105

PROGRAM STUDI S-I KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia adalah usia dimana seseorang akan mengalami kemunduran

secara alamiah yaitu tubuh yang akan mengalami penuaan dan ditandai

dengan terjadinya perubahan bentuk fisik serta fungsi tubuh yang mulai

menurun. Seiring berjalannya waktu, proses penuaan akan diikuti dengan

berbagai permasalahan kesehatan sampai dengan perubahan biologis.

Perubahan biologis yang biasanya terjadi pada lansia adalah terjadinya

perubahan pola tidur. Perubahan pola tidur akibat proses penuaan pada lansia

akan mempengaruhi kualitas tidur lansia.(1)

Gangguan tidur yang sering terjadi pada lansia dibagi menjadi 3 yaitu,

kesulitan untuk memulai tidur, kesulitan untuk mempertahankan tidur, dan

yang terakhir yaitu bangun terlalu pagi. (2)

Faktor penyebab gangguan tidur pada lansia yaitu, lingkungan tidak

kondusif, rasa nyeri, aktivitas atau gaya hidup, diet, dan dimensia. Tahapan

tidur dibagi menjadi 2 yaitu tidur Non Repid Eye Moviment (NREM) yang

dibagi menjadi 3 tahap yaitu (N1, N2, N3 dan N4). Tahap N1 merupakan

tahap paling ringan dalam proses tidur yaitu terjadi dalam waktu 10 hingga 20

menit. Pada tahap ini seseorang dapat mudah terbangun dan menyangkal
bahwa dirinya telah tidur dan dapat dipengaruhi oleh usia dan waktu. Tahap

N2 ditandai dengan gerak mata berhenti dan gelombang otak (aktivitas otak)

menjadi lambat dan terjadi selama 20 menit. Pada fase ini, seseorang akan

memasuki tahap yang lebih dalam sehingga sulit dibangunkan. Sedangkan

tahap N3 dan N4 sebagai tahapan tidur yang paling dalam sering disebut

dengan tidur gelombang lambat dan Rapid Eye Moviment (REM) ditandai

dengan gerakan mata cepat. Tidur REM merupakan bentuk tidur aktif disertai

dengan mimpi dan sulit dibangunkan. (3)

Masalah tidur yang terjadi pada lansia, namun yang sering dialami

adalah terjadinya gangguan tidur yang akan memberikan pengaruh negatif

terhadap kesehatan fisik dan mental serta penurunan kualitas tidur lansia.

Kualitas tidur yang buruk akan berakibat tidak terpenuhinya kualitas tidur

yang baik bagi lansia sehingga hal itu akan menyebabkan lansia mudah

terserang penyakit. (4)

Berdasarkan data Berita Resmi Statistik (BRS), disebutkan pada

tahun 2020 jumlah penduduk di Provinsi Jawa Tengah adalah sebanyak

36.516.035 jiwa dengan jumlah presentase penduduk lansia sebanyak 12.15%.

Prevelensi lansia yang mengalami gangguan tidur cukup tinggi yaitu sebanyak

67%. Di Kabupaten Demak sendiri, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

tahun 2018 jumlah prevalensi lansia adalah sebanyak 112.216.(5)


Kualitas tidur sebagai keadaan dimana tidur yang dihasilkan individu

dapat mempengaruhi kebugaran dan kesegaran pada saat terbangun. Faktor

yang dapat mempengaruhi kualitas tidur yaitu seperti durasi tidur dan

kenyamanan saat tidur. Perubahan kualitas tidur sering kali membuat waktu

tidur lansia menjadi berkurang yang akhirnya akan muncul gejala insomnia. (6)

Gangguan tidur yang sering terjadi pada lansia adalah insomnia.

Insomnia adalah salah satu gangguan penuaan yang normal dan umum yang

terjadi pada orang lanjut usia. Di dunia, angka prevalensi insomnia pada lansia

diperkirakan sebesar 13-47% dengan proporsi sekitar 50-70% terjadi diusia

diatas 65 tahun. Sebuah penelitian di Aginf Multicenter melaporkan bahwa

sebesar 42% dari 9.000 lansia yang berusia diatas 65 tahun mengalami gajala

insomnia. Di Indonesia, angka prevalensi insomnia pada lansia sekitar 67%. (7)

Sebagian lansia belum terlalu mengenal gangguan tidur, khususnya

insomnia. Penelitian Tsou (2013) mendapatkan bahwa lansia dengan insomnia

mengeluh rasa kantuk yang berlebihan disiang hari sehingga tubuh terasa

lemas terutama pada ekstremitas, kelelahan, rasa tidak nyaman, kehilangan

nafsu makan, sakit kepala, dan gangguan aktivitas. Untuk itu, perlu suatu

langkah untuk mengatasi gangguan tidur yaitu dengan terapi nonfarmakologis.

Terapi nonfarmakologis adalah terapi dengan menjalani pola hidup sehat.

Terapi nonfarmakologis yang paling efektif untuk mengatasi gangguan tidur

atau insomnia adalah terapi perilaku yaitu Sleep Hygiene. (8)


Sleep Hygien adalah identifikasi dan modifikasi perilaku dan

lingkungan yang mempengaruhi dan meningkatkan kualitas tidur. Sleep

Hygiene menjadi salah satu faktor penting dalam munculnya kasus insomnia.

Komponen Sleep Hygiene terdiri dari lingkungan tidur dan kebiasaan atau

perilaku yang dilakukan sebelum tidur. Dari segi lingkungan, Sleep Hygiene

dapat membuat seseorang tidur dengan nyaman seperti pencahayaan yang

tidak terlalu terang maupun gelap, temperatur kamar yang tidak terlalu panas

atau dingin, tidak terdapat suara ribut atau bising, serta menjaga kebersihan

kamar dan dari segi perilaku seperti perilaku diet yang dilakukan dalam siang

hari seperti makan dan minum. (3)

Terapi Sleep Hygiene kearah yang lebih baik dapat meningkatkan

kualitas dan kuantitas tidur. Kurangnya kualitas tidur yang dialami lansia

adalah dampak dari perilaku aktivitas Sleep Hygiene yang buruk. Maka dari

itu, lansia perlu mendapatkan pemahaman mengenai praktik aktivitas Sleep

Hygiene yang baik dan tepat agar bisa meningkatkan kualitas tidur lansia. (2)

Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Septiana Rahma yang

dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta dengan jumlah

responden sebanyak 56 lansia yang diambil secara sampel random sampling

dengan metode pengumpulan data menggunakan instrumen berupa koesioner

untuk mengetahui adanya hubungan antara Sleep Hygiene dengan kualitas

tidur pada lanjut usia, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara Sleep
Hygiene dengan kualitas tidur pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Yogyakarta.(2)

Hasil survei awal yang dilakukan terhadap 20 lansia di Posbindu

kelurahan Pamongan terdapat 10 lansia yang mengalami gangguan tidur yaitu

insomnia dan 5 lansia mengalami gangguan tidur ringan seperti gelisah pada

saat malam hari sehingga waktu tidur menjadi lebih pendek dan sering

terbangun, dan 5 lansia lainnya tidak mengalami gangguan tidur karena dapat

tertidur tepat waktu dan tidak merasakan dampak buruk pada saat bangun

tidur seperti gelisah. Dampak yang terjadi pada lansia saat tidak bisa tidur

seperti mengantuk berlebihan pada saat siang hari,gangguan memori, mood

yang tidak baik , hingga penurunan kualitas hidup. Sehingga dari hasil

wawancara tersebut peneliti akan memberikan edukasi tentang aktivitas sleep

hygiene untuk meningkatkan kualitas tidur yang lebih baik bagi lansia

tersebut, aktivitas tersebut seperti,membuatkan jadwal tidur , dan kebiasaan

yang dapat menginduksi tidur,

Studi pendahuluan menggunakan teknik wawancara terhadap 15 lansia

Posbindu kelurahan Pamongan didapatkan bahwa lansia mengalami gangguan

tidur insomnia seperti susah tertidur pada malam hari, merasa gelisah, letih

dan susah untuk memejamkan mata dikarenakan pada saat siang hari

melakukan aktivitas mencari pelapah pisang untuk dijadikan tempat sembako


sehingga lansia mengalami pegal-pegal saat malam hari yang menyebabkan

lansia susah untuk tidur.

Hasil wawancara lebih lanjut terhadap keluhan lansia ternyata tempat

tidur lansia yang tidak nyaman seperti pencahayaan, suhu dan kebersihan juga

menjadi faktor pendukung gangguan tidur yang dialami lansia. Jadwal tidur

siang yang tidak teratur juga menjadi faktor pendukung gangguan tidur

dikarenakan 10 dari 15 lansia mengatakan susah untuk tidur malam tepat

waktu jika siang harinya lansia tersebut tidur selama 4-5 jam. Lansia

mengatakkan tidur setelah sholat dzuhur sampai mejelang sholat ashar akibat

dari kelelahan setelah beraktivitas. Lansia mengatakan belum ada penyuluhan

tentang kebiasaan menjelang tidur atau Sleep Hygiene untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas tidur pada lansia sehingga mengakibatkan kurangnya

pengetahuan lansia terhadap dampak yang akan terjadi jika gangguan tidur

yang dialami tersebut tidak ditangani.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa kurangnya

sosialisasi bagi para lansia mengakibatkan kurangnya pengetahuan, sehingga

peneliti akan meneliti “ Pengaruh Terapi Aktivitas Sleep Hygiene Terhadap

Kualitas Tidur pada Lansia di Posbindu Desa Pamongan”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Apakah ada pengaruh terapi

Sleep Hygiene terhadap kualitas tidur pada lansia di Posbindu Desa

Pamongan Kecamatan Guntur Kabupaten Demak?”


C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini yaitu untuk mengatahui tingkat

pengaruh terapi Sleep Hygiene terhadap kualitas tidur lansia di

Posbindu Desa Pamongan Kecamatan Guntur Kabupaten Demak.

b. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan tingkat kualitas tidur lansia sebelum

diberikan terapi aktivitas Sleep Hygiene di Posbindu Desa

Pamongan Kecamatan Guntur Kabupaten Demak.

b. Mendeskripsikan tingkat kualitas tidur lansia sesudah diberikan

terapi aktivitas Sleep Hygiene di Posbindu Desa Lamongan

Kecamatan Guntur Kabupaten Demak.

c. Menganalisa hasil pengaruh terapi aktivitas Sleep Hygiene

terhadap kualitas tidur lansia di Posbindu Desa Pamongan

Kecamatan Guntur Kabupaten Demak.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada berbagai pihak, khususnya

terhadap:

1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat mendukung teori keperawatan dalam segi

terapi Sleep Hygiene. Sehingga dapat diterapkan sebagai acuan dalam

meningkatkan kualitas tidur lansia.

2. Bagi Institusi Tempat Penelitian

Diharapkan setelah dilakukannya penelitian ini mengenai terapi Sleep

Hygiene bisa dijadikan suatu program Posbindu Desa Pamongan

Kecamatan Guntur Kabupaten Demak guna meningkatkan kualitas

tidur lansia.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan digunakan menjadi sebuah referensi, masukan dan

menjadi media untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dan dosen

memgenai ilmu terapi Sleep Hygiene

4. Bagi lansia

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

aktivitas Sleep Hygiene yang baik pada lansia dan diharapkan Sleep

Hygiene menjadi kebiasaan baik yang dilakukan lansia guna

meningkatkan kualitas tidur

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini digunakan sebagai referensi dalam

melakukan penelitian selanjutnya mengenai terapi Sleep Hygiene

E. Originalitas Penelitian
Tabel 1.1 Originalitas Penelitian

Metode
Peneliti, Tahun Judul Hasil Perbedaan
Penelitian
Ifana Z , 2018 Hubungan sleep Deskriptif Hasil dari Penelitian
Hygiene dengan korelatif penelitian ini terdahulu
kualitas tidur yaitu terdapat membahas
pada lanjut usia hubungan yang hubungan
signifikanan sedangkan
antara sleep penelitian
hygiene dengan sekarang
kualitas tidur membahas
pada lansia di tentang pengaruh
panti
wredha harapan terapi sleep
ibu ngaliyan hygine
semarang
Septiana Hubungan antara Non-eksperimen Hasil penelitian Penelitian
Rahma,2014 sleep hygiene yang termasuk menujukkan nilai sebelumnya
dengan kualitas kedalam study chi square menggunakan
tidur pada lanjut korelasi sebesar 56,000 metode penelitian
usia di panti dan sig (p) non-eksperimen
sosial tresna sebesar 0,000. sekarang
werdha Nilai sig menggunakan
yogyakarta (p)=0,000 lebih metode penelitian
kecil dari 0,05 pre dan post test
sehingga terdapat
hubungan antara
sleep hygiene
dengan kualitas
tidur
Mutia Anisa , The relationship Deskriptif Hasil penelitian Penelitian
2020 between sleep dengan cross menunjukkan sebelumnya
hygiene and section bahwa ada menggunakan
sleep quality hubungan yang metode deskriptif
among residents sangat signifikan Penelitian
in DKI Jakarta antara hygiene sekarang
tidur dengan menggunakan
kualitas tidur metode penelitian
pre and post test
Suhaibah Gambaran Deskriptif secara Hasil penelitian Penelitian
Astaniah, 2020 Analisa sleep cross sectional ini di peroleh 40 sebelumnya
hygiene lansia di dengan Teknik orang (45,4%) membahas
panti sosial purposive memiliki sleep tentang gambaran
tresna werdha sampling hygiene sedang sleep hygiene
Budi Sejahtera dan sebanyak 5 pada lansia
orang (5,7%) Penelitian
memiliki sleep sekarang
hygiene buruk membahas
pengaruh terapi
sleep hygiene
terhadap kualitas
tidur lansia

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Tinjaun Teori

1. Lansia

a. Pengertian

Lansia adalah penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih yang

mengalami perubahan biologis, psikologis, fisik, sosial, dan budaya

,perubahan ini akan memberikan pengaruh terhadap beberapa aspek

termasuk kesehatannya, karena itu Kesehatan usia lanjut perlu

mendapatkan perhatian khusus agar dapat mempertahankan

kesehatannya.Usia tua (lansia) didefinisikan sebagai

penurunan,kelemahan,dan meningkatnya kerentaan terhadap berbagai


penyakit dan perubahan lingkungan. hilangnya mobilitas dan

fleksibelitas,serta perubahan fisiologis terkait usia . (9)

b. Batasan Umur Lansia

Menurut organisasi Kesehatan dunia (WHO) Batasan umur lansia sebagai

berikut:

1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) usia lebih dari 90 tahun


Sedangkan Menurut kemenkes RI yaitu :

1) Kelompok usia lanjut 60-69

2) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi lebih dari 70 tahun. (10)

c. Karakteristik Lansia

Beberapa karakteristik lansia menurut kementrian Kesehatan RI

(2016),sebagai berikut:

1) Jenis kelamin

Jenis kelamin perempuan lenih banyak dari pada laki-laki yang artinya

harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan

2) Status perkawinan

Status perkawinan mempengaruhi lansia baik fisik maupun

psikologis,presentase status perkawinan lansia 60% berstatus kawin

dan 37% cerai mati

3) Living arrangement

Keadaan pasangan yaitu tinggal sendiri Bersama anak dan istri atau

keluarga lainnya,untuk menemtukan angka beban tanggungan usia

produktif dan usia non produktif

4) Kondisi Kesehatan

Angka kesakitan sebagai salah satu indikator yang di gunakan untuk

mengukur angka kesakitan penduduk,keluhan Kesehatan tidak selalu


mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari,tetapi keluhan

dapat dijadikan sebagai gambaran tingkat atau derajat Kesehatan.(10)

d. Gangguan Kesehatan yang sering di derita lansia

Menurut Atun ,2010 Gangguan yang terjadi pada lansia disebut

sebagai a series of I`syang diantaranya adalah gangguan tidur,

imobilitas ,instabilitas dan jatuh, gangguan intelektual ,infeksi, gangguan

penglihatan dan pendengaran ,depresi, malnutrisi, hingga menurunnya

kekebalan tubuh.(11)

e. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia seperti :

1) Perubahan – perubahan fisik

a) Sel

b) System pernafasan

c) System pendengaran

d) System penglihatan

e) System kardivaskuler

f) System pengaturan teperatur suhu

g) System respirasi

h) System gastrointestinal

i) System genitourinaria

j) System endokrin
k) System kulit

l) System musculoskeletal

2) Perubahan – perubahan mental

Faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan

fisik,kemudian Kesehatan umum, tingkat Pendidikan, keturunan, dan

lingkungan . perubahan mental yang terjadi seperti:

a. Kenangan ( memory)

b. IQ ( intellgentia Quation )

3) Perubahan – perubahan psikososial

Lansia akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan

psikomotor. Fungsi kognitif tersebut meliputi proses belajar, persepsi,

pemahan, pengertian, dan perhatian, sehingga menyebabkan reaksi dan

perilaku lansia menjadi semakin lambat. Sementara fungsi psikomotor

tersebut meliputi hal – hal yang berhubungan derongan kehendak

seperti Gerakan ,Tindakan, koordinasi,yang menjadikan lansia kurang

cekatan. Dampak penurunana kedua fungsi tersebut ,lansia akan

mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan

kepribadian lansia. Perubahan psikososial yang terjadi sebagai berikut:

a) Pension akan kehilangan finansial, status,teman, dankegiatan

b) Merasakan atau sadar akan kematian

c) Perubahan dalam cara hidup

d) Perubahan ekonomi
e) Penyakit kronik dan ketidakmampuan

f) Hilangnya kekuatan dan ketanggapan fisik

2. Sleep Hygiene

a. Definisi

Sleep hygiene adalah pola tidur bersih yang berarti praktik yang

dapat digunakan untuk membangun perilaku kebiasaan tidur yang sehat

dapat meningkatkan kualitas tidur ,durasi tidur yang cukup. Sleep hygiene

atau kebersihan tidur juga dapat diartikan sebagai Teknik untuk melatih

perilaku dan lingkungan yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas tidur

yang lebih baik. (12)

b. Komponen Sleep Hygiene

Terdapat 4 komponen besar dalam sleep hygiene sebagai berikut:

1. Jadwal tidur – bangun

Jadwal tidur - bangun ini terdiri dari kebiasaan tidur siang, kebiasaan

jam tidur , kebiasaan jam bangun, dan aktivitas yang dilakukan

sebelum tidur, tidur siang yang bagus dilakukan sekitar jam 14:00 –

16:00 wib dengan durasi tidur 11,5 – 105,5 menit.

2. Lingkungan
Lingkungan terdiri dari tempat tidur yang tidak nyaman

( matras bantal dan guling yang tidak nyaman, selimut yang terlalu

terbal atau telalu tipis) ,kamar tidur yang tidak nyaman seperti,

(cahaya terlalu terang, suhu ruangan yang panas atau terlalu dingin,

suara berisik ),perasaan buruk yang dirasakan sebelum tidur

(marah,strees,khawatir).

Sinar cahaya ruangan akan mempengaruhi hormone melatonin,

kamar yang terang saat tidur akan mempengaruhi sekitar 50% kadar

melatonin, lampu kamar yang mati akan memberikan kualitas tidur

yang baik sehingga dapat terbangun dengan energi yang cukup.

2. Diet

Komponen diet ini terdiri dari : perilaku konsumsi alcohol ,

merokok ,dan konsumsi kafein sebelum tidur, komponen yang terdapat

pada kafein dapat menghilangkan rasa kantuk, sehingga akan

mempengaruhi jumlah jam tidur, frekuensi terbangun, dan kedalaman

tidur di malam hari. Mekanisme kerja utama kafein menghambat kerja

reseptor adenosin, adenosin merupakan neurotransmitter yang efeknya

mengurangi aktivitas sel terutama sel saraf.

Konsumsi alkhohol akan memicu rasa kantuk saat seseorang

sudah terjaga dalam waktu yang lama dan akan mulai mereda setelah

tidur ,setelah minum alcohol prduksi adenosine akan menginduksi

tidur dalam otak yang menyebabkan cepat tidur , namun akan mereda
dan menyebabkan seseorang terbangun sebelum seseorang benar-

benar istirahat. Dampak lain konsumsi alcohol adalah blocking tidur

pada fase REM yang akan menyababkan penurunan konsentrasi saat

bangun tidur.

Merokok merupakan salah satu perilaku yang harus di hindari

sebelum tidur, kandungan nikotin dalam rokok dapat berpengaruh

untuk seseorang yang akan memulai tidur sehingga menyababkan

seseorang susah untuk mrmulai tidurnya.

3. Kebiasaan yang dapat menginduksi tidur

Tindakan non-spesifik yang dapat menginduksi tidur (sleep

hygiene) dapat dilakukan dengan bangun pada waktu yang sama setiap

hari, batasi waktu di tempat tidur,hindari tidur sekejap di siang hari,

aktif olahraga di sore hari , hindari makanan terlalu banyak sebelum

tidur,makan pada waktu yang teratur setiap harinya ,lakukan relaksasi

sebelum tidur dan mempertahankan kondisi tidur yang menyenangkan.


(13)

c. Manfaat sleep hygiene

Terapi sleep hygiene di upayakan dengan membina kebiasaan atau

ritual yang konsisten yang mencangkup aktivitas waktu tenang sebelum

tidur sebagai pendekatan awal untuk mengatasi insomnia dan kesulitan

tidur lainnya, secara umum dapat di gambarkan sebagai promosi perilaku


untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur yang diperoleh seseorang

individu setiap malam. Sleep hygiene mengacu pada sekumpulan daftar

hal-hal yang dapat dilakukan untuk menfasilitasi mulainya tidur dan

mempertahankannya. Daftar ini berisi beberapa komponen yang

meningkatkan kecenderungan alami untuk tidur dan mengurangi hal yang

mengganggu tidur .

d. mekanisme sleep hygiene

menurut Made,2014 sikap sleep hygiene adalah sikap yang dapat

menyebabkan seseorang menjadi lebih nyenyak dengan melalui perubahan

perilaku, lingkungan, diet, dan olah raga antara lain:

1) perilaku

a) memiliki jadwal bangun dan tidur teratur setiap hari

b) membuat pikiran dan tubuh menjadi tenang dan rileks

c) berada di tempat tidur hanya saat mengantuk dan tidur

d) tidur siang hanya 30 menit

2) lingkungan

a) tidur dengan pencahayaan redup atau gelap

b) temperatur kamar tidur yang nyaman

c) menghindari suara keributan

d) membersihkan kamar tidur secara teratur

3) diet

a) makan secara teratur setiap hari


b) tidak makan terlalu banyak atau berat sebelum tidur

c) tidak minum kopi atau kafein sebelum tidur

d) tidak minum alcohol sebelum tidur

e) tidak merokok sebelum tidur

4) olah raga

berolahraga secara teratur selama 20-30 menit sebanyak 3 sampai 4x

dalam seminggu

3. Tidur

a. Definisi

Tidur adalah perubahan tingkat kesadaran yang telah mengalami

perubahan fisiologis misalnya tekanan darah,nadi,dan laju pernafasan

menurun saat respon terhadap rangsangan ekternal berkurang. Tidur

adalah keadaan relaksasi atau penghantian sementara temporary aktivitas

atau pekerjaan yang sedang berlangsung.Tidur adalah keadaan organisme

yang teratur,berulang,dan mudah di bangunkan di tandai dengan mobilitas

relatif dan peningkatan dalam ambang respon. Tidur juga dapat di artikan

sebagai keadaan dimana tubuh mengalami penurunan kesadaran yang

normal dan dapat di bangunkan dengan rangsangan sensorik maupun

rangsangan yang lainnya


b. Tahapan Tidur

Tidur di bagi menjadi 2 tahapan yaitu nonrapid eye movemens

(NREM) dan rapid eye movement (REM). Tidur memiliki 4 tahapan

NREM dan 1 tahapan REM sebagai berikut :

a) Tahap 1 NREM merupakan periode transisi menuju saatnya

tidur,saat individu dapat dengan mudah terbangun,pada tahap

ini terjadi pengurangan aktivitas fisiologis,seperti penurunan

tanda-tanda vital dan metabolisme . terdapat penurunan fungsi

fisiologis sebagai berikut:

i. tingkat transisi

ii. merespon cahaya

iii. berlangsung beberapa menit

iv. mudah terbangun dengan rangsangan

v. aktivitas fisik menurun,tanda vital,dan metabolisme

menurun

vi. bila terbangun terasa sedang bermimpi

b) Tahap 2 NREM dianggap sebagai periode tidur ringan dengan

fase relaksasi yang sangat besar. Tahap ini disebut sebagai

tahap tidur bersuara. Tahap ini berakhir 10-20 menit. Fungsi

tubuh dalam tahap ini menjadi lambat. Terdpat bebrapa

penurunan fungsi tubuh sebagai berikut:

i. periode suara tidur


ii. mulai relaksasi otot

iii. berlangsung 10-20 menit

iv. fungsi tubuh berlangsung lambat

v. dapat di bangunkan dengan mudah

c) Tahap 3 NREM merupakan fase pertama tidur dalam.otot-otot

menjadi rileks sehingga sulit di bangunkan. Tanda -tanda vital

menurun namun tetap teratur. Tahap ini berakhir dalam 15-30

menit. Tahap 3 NREM merupakan periode tidur paling dalam.

Tahap ini merupakan tahap terbesar terjadinya pemulihan .

Tanda -tanda vital menurun secara siknifikan, pada tahap ini

sejumlah fungsi fisiologis tubuh menurun sebagai berikut:

i. awal tahap dari keadaan tidur nyenyak

ii. sulit dibangunkan

iii. relaksasi otot menyeluruh

iv. tekanan darah menurun

v. berlangsung selama 15-30 menit

d) Tahapan 3 dan 4 NREM seringkali disebut sebagai “ tidur

gelombang lambat” karena fase ini gelombang lambat

ditunjukkan dalam aktivitas elegtroenselografi (EEG),pada

tahan ini penurunan fisiologis yang terjadi sebagai berikut:

i. Tidur nyenyak

ii. Sulit untuk dibangunkan,butuh stimulasi intensif


iii. Untuk restorasi dan istirahat,tonus otot menurun

iv. Sekresi lambung menurun

v. Gerak bola mata cepat

e) Tahapan tidur REM pada tahap ini fungsi otak sangat aktif di

tandai dengan metabolisme otak yang meningkat hingga

20%,tahap ini terjadi setiap 90 menit sekali dengan durasi 5-10

menit, tanda -tanda dari tidur REM ini yaitu:

i. Pergerakan mata cepat

ii. Fluktuasi nadi

iii. Tekanan darah

iv. Pernafasan

v. Peningkatan skresi asam lambung

vi. Produksi urin lebih terkonsentrasi

Keemapat tahap tidur NREM tersebut di ikuti dengan tahap

tidur REM. Tingkat terdalam dalam fase tidur terdapat pada

fase tidur REM selama fase ini frekuensi pernafasan, denyut

jantung ,dan tekanan darah menjadi sangat bervariasi , tidak

teratur ,dan meningkat secara berkala, tahap ini berlangsu

selama 90 menit pada tahap ini sekresi lambung akan

meningkat dan menyebabkan seseorang mengalami mimpi.


c. Siklus tidur

Siklus tidur dimulai dari NREM tahap 1 sampai 4 kemudian Kembali

ke tahap NREM 3 dan 3,setelah itu memasuki tahap REM selama 10

menit selanjutnya Kembali lagi ke tidur NREM tahap 1. Setiap siklus

tidur berlangsung kira-kira 70 hingga 120 menit. Tidur pada malam hari

biasanya terjadi dalam 4 sampai 6 siklus REM dan NREM.

d. Gangguan Tidur Pada Lansia

Gangguan tidur yang terjadi pada lansia biasanya terdiri dari:

Insomnia,apnea,periode limbmovemens/PLM (pergerakan anggota

berkala), dan restless leg syndrome/RLS ( sindrom kaki resah ).

Insomnia yaitu masalah pada saat akan memulai tidur dan sering

terbangun pada malam hari ,terdapat 3 macam gangguan insomnia yaitu :

sulit tidur,selalu terbangun tengah malam,dan selalu terbangun lebih awal

saat pagi hari.

Apnea adalah gangguan tidur yang yang berhubungan dengan

pernafasan dan terjadi karena adanya gangguan jalan nafas bagian atas,

hilangnya fungsi saraf-saraf yang menggerakkan pernafasan atau

kombinasi keduanya,pada gangguan ini biasanya tidurnya khas dengan

dengkuran yang tidak teratur.


Periode limb movement ( PLM ) merupakan pergerakan anggota gerak

kaki pada satu atau kedua bagian yang terjadi secara tiba-tiba dan singkat

selama 20-40 detik. PLM juga sering di kaitkan dengan penggunaan obat

antidepressant.

Restless leg syndrome ( RLS ) merupakan sindrom kaki resah yang

terjadi karena karena adanya gangguan atau rangsangan yang terjadi pada

otot kaki.

b. kualitas tidur

Kualitas tidur merupakan kepuasan seseorang terhadap tidurnya

,sehingga seseorang tidak memperlihatkan perasaan Lelah ,mudah

gelisah,lesu ataupun apatis, terdapat warna hitam di sekitar

mata,memiliki kantung mata ,sakit kepala dan sering menguap atau

mengantuk.

Siklus tidur dapat dilihat menurut kuantitas waktu yang di

butuhkan di tempat tidur , kedalaman dan kualitas tidur. Perubahan

karena penuaan tidak terlalu berpengaruh pada kuantitas tidur lansia

,akan tetapi memiliki dampak yang besar terhadap kualiatas tidur dan

kuantitas istirahat pada lansia.

efisiensi tidur pada lansia biasanya sekitar 70% sementara efiseinsi

tidur orang muda berkisaran 80-90%. Efisiensi tidur merupakan

prosentase waktu yang dihabiskan selama di tempat tidur , kualiatas


tidur seringkali dikaitkan dengan perasaan saat bangun tidur. Tidur

malam yang berkualitas di gambarkan dengan perasaan segar ,dan siap

untuk melakukan aktivitas ,kualitas tidur yang buruk juga dapat

mengakibatkan terjadinya kelelahan ,iritabilitas

,kondusif,disorientasi ,penurunan daya ingat dan konsentrasi bahkan

tanda neurologis sementara seperti tremor.

Kualitas tidur yang tidak baik di pengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu:

1) Faktor internal

Faktor internal meliputi fisiologis dan psikologis yang terdiri dari:

a) Nyeri atau rasa tidak nyaman

Nyeri akut maupun kronik dapat menyebabkan

seseorang kesulitan untuk memulai tidur ,sedangkan lansia

dengan penyakit paru obstruktif akan terganggu dengan

kondisinya sehingga harus menemukan posisi yang benar-

benar nyaman agar bisa tertidur.

b) Stress emosional

Lansia sering mengalami stress yang berujung pada

gangguan tidur yaitu insomnia , lansia biasanya mengalami

ansietas karena memikirkan keluarga dan

kehidupannya.ansietas akan menimbulkan stimulus terhadap

saraf simpatik untuk meningkatkan produksi norepinefrin,


peningkatan ini akan mengurangi waktu tidur NREM tahap

4 dan tidur REM .

c) Dimensia

Lansia yang mengalami dimensia sering mengalami

gangguan tidur ,dimensia membuat lansia mengalami

agitasi,peningkatan konfusi dan berkeliaran di malam hari

2) Faktor eksternal

a) Lingkungan

Lingkungan dapat mempengaruhi tidur seperti suasana

tenang,pencahayaan yang sesuai,sarana yang nyaman, dan

stimulus yang rendah. Lansia membutuhkan lingkungan

yang kondusif agar mendapatkan rileks pada saat istirahat

tidur.

b) Perubahan gaya hidup

Lansia yang biasanya aktif karena faktor tertentu

menjadi tidak aktiv akan mempengaruhi kualitas tidur

,perubahan yang terjadi seperti kehilangan pasangan yang

biasanya menjadi teman tidur sekamar seperti mendengkur,

mengigau, berjalan Ketika tidur juga menjadi pengaruh

dalam kualitas tidur

c) Diet
Lapar atau haus dapat membuat seseorang tidak dapat

tidur ,makanan ringan sebelum tidur dan sedikit minum akan

membuat tidur lebih nyaman. Kafein dalam teh, kopi dapat

menghambat tidur ,konsumsi kafein yang berlebih dapat

menyebabkan perburukan jumlah jam tidur, frekuensi

terbangun di malam hari,kedalaman tidur,ketidakpuasan

tidur dan disfungsi pada pagi hari.

d). Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan tertentu mempengaruhi

kualitas tidur, obat dapat mempengaruhi kualitas tidur

melalui 3 mekanise yaitu : menyebabkan tidur

,menyebabkan kantuk,dan menyebabkan insomnia atau

gangguan tidur.

c. Fungsi tidur

Fungsi tidur adalah sebagai penyimpanan energi dan

pemulihan, fungsi tidur juga didefinisikan sebagi pemulihan fisiologis

dan psikologis individu , tidur nyenyak bermanfaat dalam memelihara

fungsi jantung. Selama tahap 4 NREM ,tubuh melepaskan hormon

pertumbuhan untuk memperbaiki sel-sel otak. Tidur yang dalam

(REM) penting untung pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan

dengan perubahan dalam aliran darah selebral ,peningkatan konsumsi


oksigen yang akan membantu penyimpanan memory dan

pembelajaran.

B. Kerangka Teori

Lanjut usia

Faktor- faktor yang


mempengaruhi :
Proses degeneratif
1. Lingkungan
(perubahan askep
2. Rasa
fisiologik)
ketidaknyamanan
3. Perubahan gaya
hidup
4. Diet
5. Obat-obatan Gangguan tidur
6. Stress emosional
Dampak :
Kualitas tidur 1. Fisik
2. Psikologi
s

Sleep hygiene

Bagan 2.1 Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Variabel Independent variabel Dependent

Terapi Aktivitas Kualitas Tidur


sleep hygiene
Bagan 2.2 kerangka konsep
D. Variable Penelitian

Variable penelitian ini adalah apa yang menjadi fokus dalam penelitian.

Dalam penelitian ini terdapat 2 macam variable yaitu :

1. Variabel independent atau variable bebas yaitu variabel yang

memperangaruhi atau yang menyebabkan terjadinya perubahan atau

timbulnya variabel yang terkait.

Variabel independent dari penelitian ini adalah terapi aktivitas sleep

hygiene

2. Variabel dependen atau variabel terkait yaitu variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas tidur lansia

E. Hipotesis

Hipotesis adalah bagian terpenting dari suatu penelitian yang harus terjawab

sebagai kesimpulan dari penelitian itu sendiri.

Ha : Sleep hygiene berpengaruh terhadap perubahan kualitas tidur

lansia di posbindu desa pamongan

Ho : Sleep hygiene tidak berpangaruh terhadap perubahan kualitas

tidur lansia di posbindu desa pamongan


Daftar Pustaka

1. Ni Made Putri Suastari, Pande Nyoman Bayu Tirtayasa, I Gusti Putu Suka
Aryana RTK. Hubungan antara Sikap Sleep Hygiene dengan Derajat Insomnia
pada Lansia di Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah. Progr Stud Pendidik Dr Fak
Kedokt Univ Udayana. 2014;2–14.

2. Rahmah S. Hubungan Sleep Hygiene dengan Kualitas Tidur Pada Lanjut Usia
di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Abiyosos Pakembinangun
Pakem Sleman. 2014;1–12.

3. Rahmah IZ, Retnaningsih D, Apriana R. Hubungan Sleep Hygiene Dengan


Kualitas Tidur Pada Lanjut Usia. J Ilmu dan Teknol Kesehat. 2018;9(1).

4. Nadyatama MA. Pengaruh terapi aktivitas sleep hygiene terhadap kualitas tidur
pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur
Yogyakarta. 2018;

5. Badan Pusat Statistik. Hasil Sensus Penduduk 2020 di Provinsi Jawa Tengah.
Badan Pus Stat [Internet]. 2021;(07):1–11. Available from:
https://jateng.bps.go.id/pressrelease/2021/01/21/1297/hasil-sensus-penduduk-
2020-provinsi-jawa-tengah.html

6. Reza RR, Berawi K, Karima N, Budiarto A. Fungsi Tidur dalam Manajemen


Kesehatan. Med J Lampung Univ [Internet]. 2019;8(2):247–53. Available
from: https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2479

7. Montgomery P, Dennis JA. Physical exercise for sleep problems in adults aged
60+. Cochrane Database Syst Rev. 2002;21(1):23–30.

8. Rusmiyati RS. Pengaruh Penggunaan Lampu Saat Tidur Terhadap Kualitas


Tidur Remaja Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pontianak. Fak Kedokt Univ
Tanjupura Pontianak. 2015;1–7.

9. Kholifah SN 2016. Keperawatan Gerontik. J Mater Process Technol [Internet].


2018;1(1):1–8. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.po
wtec.2016.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ijfatigue.2019.02.006%0Ahttps
://doi.org/10.1016/j.matlet.2019.04.024%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.matlet.20
19.127252%0Ahttp://dx.doi.o

10. Usia SL. Sustamycin and tetrabid: slow-release tetracyclines. Drug Ther Bull.
1972;10(16):63–4.

11. Yusriana. Kombinasi Teknik Relaksasi Progresif Dan Tidur Sehat Untuk
Meningkatkan Kualitas Tidur Lansia. Komb Tek Relaksasi Progresif Dan
Tidur Sehat Untuk Meningkat Kualitas Tidur Lansia. 2018;XII(80):137–45.

12. Astaniah S, Rahmayanti D, Setiawan H, Studi P, Keperawatan I, Kedokteran


F, et al. Gambaran Sleep Hygiene Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan. Nerspedia. 2019;2(August 2018):1–6.

13. Sayekti NP. W, Hendrati LY. Analisis Risiko Depresi , Tingkat Sleep Hygiene
Dan. J Berk Epidemiol. 2015;3(2):181–93.

Anda mungkin juga menyukai