PENDAHULUAN
1
dengan usia seperti rambut yang mulai berubah warna menjadi putih, kulit
yang sudah tidak
2
2
elastis atau keriput dan penurunan fungsi fisik. Walaupun lansia tersebut
sehat dan bugar, proses ini tetap harus dilewati. Penurunan fungsi fisik
dapat menimbulkan kecacatan fisik dan kecacatan fungsional pada lansia
yang akan berakibat pada peningkatan ketergantungan pada lansia.
Penuaan juga merupakan perjalanan biologis yang dimulai saat baru
dilahirkan dan berakhir kematian. Penuaan ini memiliki dinamika sendiri
tanpa adanya kendali dari manusia. Namun, proses ini bergantung pada
konstruksi yang dipakai oleh masyarakat dalam memahami usia tua. Usia
60 tahun di negara maju dianggap sebagai usia pension atau usia tua awal
(Cahyaningrum E, 2022).
Lansia mengalami berbagai masalah kesehatan akibat proses penuaan
yang dialaminya salah satunya merupakan gangguan tidur. Prevalensi
gangguan tidur pada lansia lebih besar dari pada dewasa muda yakni ada
sekitar 50%. Prevalensi gangguan tidur yang tinggi ini mengakibatkan
tidur siang yang berlebihan, kelelahan, gangguan kongnitif, peningkatan
morbiditas yang terkait. Di indonesia terdiri prevensi gangguan tidur pada
orang berusia diatas 60 tahun berada pada presentase yang sangat tinggi
yaitu sekitar 67%. Berdasarkan jenis kelamin ditemukan bahwa wanita
berusia antara 60-74 tahun dapat mengalami gangguan tidur (insomnia)
hingga 78,1% (Danirmala, 2019).
Pola tidur mengalami sejumlah perubahan dengan peningkatan usia
dan cenderung menunjukkan pola yang lebih bervariasi. Total waktu tidur
berkurang seiring bertambahnya usia tetapi jumlahnya waktu yang
dihabiskan di tempat tidur meningkat dengan lebih besar proporsi waktu di
tempat tidur dihabiskan terjaga. Waktu tidur normal lansia adalah 7-8 jam
sehari-hari. Kualitas tidur pada orang lanjut usia mengalami penurunan
menjadi 5-6 jam saja perharinya. Jika seseorang tidur kurang dari 5 jam
maka orang tersebut termasuk sebagai orang yang mengalami gangguan
tidur (Sisilia Indriasari, Putra & Andhika, 2019).
Sleep hygiene diartikan sebagai perilaku yang dipercayai dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur. Menyatakan bahwa sleep
3
hygiene adalah istilah yang mengacu pada aturan yang mendorong tidur
lebih nyenyak sehingga lebih meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur.
Sleep hygiene adalah prosedur yang menciptakan suasana tidur yang
nyaman di tempat tidur dan mempersiapkan tubuh untuk tidur.
Pengetahuan tentang sleep hygiene tidak didapatkan pada Pendidikan
formal, sehingga Sebagian besar lansia tidak mengetahui perilaku sleep
hygiene yang normal dan abnormal. Sleep hygiene yang baik dipengaruhi
oleh kesadaran dan praktik sleep hygiene . Mengetahui dan
memperaktikkan sleep hygiene memiliki arti yang berbeda. Awareness
dapat diartikan sebagai keadaan dimna seseorang memiliki kendala penuh
terhadap Tindakan yang dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas
tidurnya namun belum dipraktekkan, sedangkan melakukan sleep hygiene
adalah keadaan dimana seseorang memiliki pengetahuan atau awareness
dapat menggunakan sleep hygiene. Sleep hygiene direkomondasikan untuk
orang dengan sebab kerja berat, orang yang menggunakan alat bantu obat
tidur dan orang yang memiliki atau mengalami kesulitan tidur (Mardiana,
2018).
Lansia yang tidak menerapkan sleep hygiene menunjukkan tidak
adanya peningkatan pemenuhan kualitas tidur pada lansia. Berdasarkan
hasil pendahuluan di Desa Rahong diketahui bahwa 15 dari 20 lansia
mengalami gangguan tidur dengan rincian beberapa lansia menggunakan
tempat tidur untuk menonton tv, kebiasaan makan yang buruk, jarang
olahraga dan sering minum kafein.
Berdasarkan dari latar belakang di atas penelitiantertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul sleep hygiene dengan kualitas tidur
pada lansia di Desa Rahong Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur.
Laporan data kesehatan lansia yang dikumpulkan oleh kader Desa
Rahong Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur pada tahun 2022
didapatkan data bahwa 48% lansia dengan sleep hygiene dan 70% lansia
dilaporkan sering terbangun di malam hari (Desa Rahong, 2022).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Desa
4
6
7
Konsep tidur
Fisikologis Teori menua psikologis
tidur
Fungsi tidur
Siklus dan Perubahan pada kebutuhan
dasar : tidur dan istirahat Konsep tidur dan
tahapan tidur
kualitas tidur
normal
Adaptasi
perubahan
pola tidur pada
lansia Gangguan tidur
Faktor resiko
yang
mempengaruhi
tidur lansia
14
BAB III
Karakteristik responden:
Usia
Jenis kelamin
Status pendidikan
Status perkawinan
Riwayat penyakit
KERANGKA KONSEP
14
1.1 Kerangka Konsep
Sebuah konsep dapat dihubungkan antara variabel bebas dan
terikatnya atau variabel yang ingin diamati dengan landasan berpikir
peneliti melalui kerangka konsep. Acuan pembuatan kerangka konsep
berdasar pada kerangka teori. Penelitian ini dilakukan untuk melihat
keterkaitan antara sleep hygiene dengan kualitas tidur lansia.
Karakteristik responden:
Usia
Jenis kelamin
Status pendidikan
Status perkawinan
Riwayat penyakit
Keterangan :
: Diteliti
: Melihat hubungan
: Tidak ada melihat hubungan
15
15
Variabel Perancu
Usia Lama masa Responden Instrumen 1. ≥ 80 tahun Ordinal
kehidupan memilih pertanyaan (lansia tua)
yang salah satu 2. 70-79 tahun
terhitung jawaban (lansia madya)
sejak lahir dari 3. 60-69 tahun
pertanyaan (lansia muda)
usia pada
kuesioner
bagian A1
Jenis Ciri khusus Responden Instrumen 1. Perempuan Ordinal
kelamin yang memilih pertanyaan 2. Laki-laki
didasarkan salah satu
pada jawaban
klasifikasi dari
biologi pertanyaan
jenis
kelamin
pada
kuesioner
bagian A2
17
19
20
N
n= 2
1+ Ne
529
n = 529(0 , 1¿¿ 2)+1 ¿
529
n = 529 X ( 0 ,01 )+1
529
n = (5 , 29+1)
529
n =
6 , 29
n = 84,1
n = 84 (dibulatkan menjadi 84 sampel)
Untuk mengantisipasi drop out, peneliti menambahkan 10% dari
hasil hitung sample, yaitu 8 responden. Total sample akhir adalah
responden 92.
1.4 Instrumen penelitian
Untuk seorang peneliti mempelajari metodologi penelitian di Desa
Rahong untuk menentukan data tidaklah mudah tidak hanya untuk
menerima informasi dan menanganinya sesuka mereka, tetapi mereka
harus mengikuti prosedur yang dapat dilakukan untuk menganalisis data.
Karena agar informasi yang diterima menjadi informasi yang valid dan
terpercaya, yang dibutuhkan adalah adalah sebuah instrumen atau yang
biasa disebut alat ukuran yang baik. Kriteria ini termasuk valid, handal,
standar, ekonomis dan praktis. Menyatakan bahwa kualitas yang paling
untuk dimiliki alat ukur dapat di klasifikasikan menurut keandalan tanda,
keandalan dan kegunaan (Purba et al., 2021).
1.4.1 Jenis-jenis Instrument
a. Kuesioner sleep gygiene
Kuesioner Sleep Hygiene Index (SHI) adalah sebuah
alat ukur dengan 13 pertanyaan untuk memeriksa
22
3. Processing
Setelah melakukan pengkodean data jawaban responden, peneliti
akan memasukkan data pengkodean ke program statistik sesuai
dengan kolom yang sudah dibuat yang mana kemudian akan diproses
supaya mendapatkan hasil statistik
4. Cleaning
Tahap ini merupakan proses pengecekan kembali data untuk melihat
data yang eror atau tidak lengkap. Pada tahap ini data juga dikoreksi
dan dibersihkan untuk menghindari ketidaklengkapan data jawaban
dari responden. Jika ditemukan ketidaklengkapan data, peneliti akan
meminta responden untuk melengkapi kembali data pada waktu yang
bersamaan
1.7 Analisa Data
Penelitian ini menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat
untuk menganalisa datanya
1.7.1 Analisa Univariat
Analisa univariat adalah untuk melihat hasil statistik secara
deskriptif meliputi rata-rata atau mean, nilai tengah atau median, ,
nilai minimum dan maksimum, standar deviasi, serta 95% CI
untuk analisa univariant pada data yang bersifat neumerik. Untuk
data yang bersifat kategorik, peneliti menggunakan uji proporsi
atau persentase penetapan tingkat kemaknaan atau CI dalam
penelitian ini sebesar 95% .
Tabel 4. 1 Analisa Univariat
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan dari
pengumpulan data dengan kuesioner “Hubungan sleep hygiene dengan kualitas
tidur pada lansia di Desa Rahong Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur” yang
telah dilaksanakan pada tanggal 10 mei 2023.
5.1 Hasil penelitian
5.1.1 Analisis Univariat
Analisis univariat menggambarkan hasil penelitian di Desa Rahong
Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur. Analisis Variabel jenis
kelamin,usia,setatus perkawinan, riwayat penyakit.
1. Gambaran karakteristrik responden
Karakteristik responden yang diamati oleh peneliti yang
berjudul Hubungan sleep hygiene dengan kualitas tidur Lansia di
Desa Rahong Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur diperoleh data
mengenai karakteristik responden sebagai berikut :
1) Usia
28
29
3) Status Pendidikan
Tabel 5. 3 Status Pendidikan
5.2 Pembahasan
5.2.1 Gambaran karakteristrik responden
1. Gambaran usia pada lansia
Menurut undang-undang pada tahun 1998 menyangkut lansia,
biasanya telah melewati umur di usia muda yang melebihi umur
50 tahun di indonesia ada 3 katagosi dari lansia sebagai berikut.
Lansia muda (60-69), (70-79) masih berada di tingkat tengah
lansia dan (80 tahun ke atas ialah lansia tua). Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa sebagian besar
dari responden berusia 60-69 tahun (80,4%). Hasil penelitian ini
sejalan dengan Putri (2020) bahwa sebgaian besar responden
berusia 60-74 tahun (87%) .
2. Gambaran jenis kelamin pada lansia
Berdasarkan hasil dari analisis penelitian yang didapatkan
menunjukan bahwa sebagian besar dari responden berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 67,4%. hasil ini sejalan dengan
penelitian Rahmah & Saifuddin, (2014) data BPS yaitu lansia
34
kualitas tidur pada lansia. Hasil ini sejalan dengan Rahmah (2018) yang
berjudul Hubungan Sleep hygiene dengan Kualitas Tidur pada Lanjut
Usia bahwa berdasarkan hasil uji statistik rank spearman menunjukkan
nilai ρ (Rho) = 0,611 dengan tingkat signifikasi p value 0,000 < 0,05
sehingga didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sleep
hygiene dengan kualitas tidur pada lansia di Panti Wredha Harapan Ibu
Ngaliyan dengan tingkat keeratan tinggi (0,60-0,79). Sehingga ada
kecenderungan semakin tidak baik praktik Sleep hygiene lansia semakin
buruk kualitas tidur pada lansia.
Hasil penelitian Damanik (2022) mengenai Hubungan antara
pelaksanaan sleep hygiene dengan kualitas tidur pada karyawan di
lingkungan itskes wiyata husuda samarinda menyatakan bahwa
berdasarkan hasil analisis uji pearson menunjukkan nilai P Value yang
didapatkan = 0,009 yang lebih kecil dari nilai n = 0,05, kekuatan
korelasi (r) = 0,371, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak sehingga
dapat dikatakan ada hubungan antara pelaksanaan Sleep hygiene dengan
kualitas tidur pada karyawan di lingkungan ITKES Wiyata Husada
Samarinda dengan menunjukkan arah korelasi dengan kekuatan sedang
dan arah korelasi positif.
Hasil penelitian Patarru’(2021) mengenai Hubungan Perilaku
Sleep hygiene Dengan Kualitas Tidur Pada Lansia Di Panti Tresna
Werdha Ambon menyatakan hasil uji analisis data menggunakan
Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai p = 0,000 dengan nilai α =
0,05. Bahwa nilai p< α, artinya ada hubungan antara perilaku Sleep
hygiene dengan kualitas tidur pada lansia di Panti Tresna Werdha Ina
Kaka Ambon. Penelitian tersebut berasumsi agar lansia perlu
menerapkan perilaku Sleep hygiene karena ketika perilaku Sleep
hygiene buruk maka kualitas tidur lansia akan buruk. Kualitas tidur
yang buruk pada lansia di Panti Tresna Werdha Ina Kaka kota Ambon
dikarenakan tidak memperhatikan perilaku Sleep hygiene yang
seharusnya mereka lakukan, sehingga tanpa disadari hal-hal yang
37
41