Anda di halaman 1dari 54

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan peningkatan usia, banyak terjadi proses
perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun pada suatu saat
perkembangan dan pertumbuhan itu akan terhenti pada suatu tahapan,
sehingga berikutnya akan terjadi banyak perubahan fisik maupun psikolagis.
Perubahan tersebut paling banyak terjadi pada wanita karena pada proses
menua terjadi suatu fase yaitu fase menopause (Proverawati, 2010).
Menurut Proverawati (2010), sebelum terjadi fase menopause
biasanya didahului dengan fase pramenopause dimana pada fase
pramenopause ini terjadi peralihan dari masa subur menuju masa tidak
adanya pembuahan (anovulatoir). Sebagian besar wanita mulai mengalami
gejala pramenopause pada usia 40-an dan puncaknya tercapai pada usia 50
tahun yaitu terjadinya masa menopause dimana pada masa menopause in!
wanita sudah tidak mengalami haid lagi. Menopause merupakan suatu masa
ketika persediaan sel telur habis, indung telur muiai menghentikan produksi
estrogen yang mengakibatkan haid tidak muncul lagi. Hal ini dapat diartikan
sebagai berhentinya kesuburan.
Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya sekitar
25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause. WHO
juga mengatakan pada tahun 2010, sekitar 467 juta wanita berusia 50 tahun
keatas menghabiskan hidupnya dalam keadaan pasca menopause, dan
40% dari wanita pasca menopause tersebut tinggal di negara berkembang
dengan usia rata-rata mengalami menopause pada usia 51 tahun. WHO
memperkirakan jumiah wanita usia 50 tahun ke atas diperkirakan akan
meningkat dari 500 juta pada saat ini menjadi lebih dari 1 milyar pada tahun
2030. Di Asia, masih menurut data WHO, pada tahun 2025 jumlah wanita
yang menopause akan melonjak dari 107 juta jiwa akan menjadi 373 juta
jiwa. Prakiraan kasar menunjukkan akan terdapat sekitar 30-40 juta wanita

1
2

dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 240-250 juta jiwa
pada tahun 2020, dalam kurun waktu tersebut (usia lebih dari 60 tahun)
hampir 100% telah mengalami menopause dengan segala akibat serta
dampak yang menyertainya (WHO, 2015).
Menurut Kusmiran, 2011 Usia lebih dari 45 tahun ke atas, seorang
wanita akan meninggalakn usia reproduksi (secara umum berkisar antara 15-
44 tahun) dan tidak demikian dengan laki-laki. Proses ini pasti akan
berdampak pada perubahan akan kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi.
Usia median dari menopause, yaitu suatu periode tanpa menstruasi, adalah
51,3 tahun dan menopause dapat terjadi pada usia 48-55 tahun.
Perimenopause dapat terjadi 3-5 tahun sebelum menopause. Pada periode
perimenopause level estrogen seorang wanita tidak dapat diduga, ovatium
mulai mengecil, dan terjadi penurunan fertilitas.
Gejala- gajala menopause adalah pada masa menopause secara fisik di
antaranya hot flush atau rasa panas pada wajah, leher, daria dan punggung.
Kulit menjadi merah dan hangat di sertai keringat yang berlebihan (keringat
terutama pada malam had) dan jantung berdebar – debar.
Melihat kasus tersebut, saya selaku mahasiswa PKL kebidanan
komunitas merasa perlu melakukan penyuluhan mengenai tanda-tanda pada
masa menopause. Setelah melakukan Survey Mawas Diri (SMD) di RT 02
RW 06 terdapat seorang wanita yang masih memakai pakai dalam masa
menuju meopause. Melihat kasus tersebut, saya sebagai mahasiswa PKl
kebidanan komunitas merasa perlu melakukan penyuluhan mengenai tanda-
tanda pada masa menopause.
Oleh karena itu dalam mencegah terjadinya kasus mengenai
menoapuse, maka penulis pada kesempatan ini akan mencoba menerapkan
asuhan kebidanan pada pasien secara langsung berupa penyuluhan dan
demontrasi mengenai “ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA NY.
O DENGAN TANDA-TANDA MENOPAUSE DI RT 02 RW 06 DESA
KARYAWANGI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN
BANDUNG BARAT 2019”
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
3

Mahasiswa mampu mengaplikasikan kemampuan dan keterampilan dalam


Asuhan Kebidanan di Komunitas khususnya pada Ny. O dengan cara
memberikan penyuluhan tanda-tanda menopause pada wanita.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data pada Ny. O di Desa
Karyawangi RT 02 RW 06 Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat Tahun 2019.
2. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data pada Ny. O di Desa
Karyawangi RT 02 RW 06 Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat Tahun 2019.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
yang terjadi pada Ny. O di Desa Karyawangi RT 02 RW 06 Kecamatan
Parongpong Kabupaten Bandung Barat Tahun 2019.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan atau intervensi pada
Ny. O di Desa Karyawangi RT 02 RW 06 Kecamatan Parongpong
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2019.
5. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan pada Ny. O di Desa
Karyawangi RT 02 RW 06 Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat Tahun 2019.
6. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada Ny. O di Desa
Karyawangi RT 02 RW 06 Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat Tahun 2019.
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi rencana asuhan yang sudah dilakukan
pada Ny. O di Desa Karyawangi RT 02 RW 06 Kecamatan Parongpong
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2019.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Bagi perkembangan ilmu pengetahuan diharapkan dapat memberikan
pengetahuan serta wawasan baru bagi bidan dimasa yang akan datang
mengenai tindakan yang harus dilakukan untuk memberikan asuhan
kebidanan tentang tanda-tanda menopause pada wanita yang kurang
memahami.
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Bagi RW dan RT
Menambah Pengetahuan masyarakat tentenag permasalahan yang ada
dilingkungan setempat dan dapat meningkatkan peran serta masyarakat.
4

Pada saat bersosialisasi dengan masyarakat diharapkan di Desa


Karyawangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat dapat
menambah pengetahuan dengan penyuluhan mengenai tanda-tanda
menopause pada wanita.
2. Bagi Puskesmas Cisarua
Menambah pengetahuan masyarakat tentang permasalahan yang ada
dilingkungan setempat dan dapat meningkatkan peran serta masyarakat.
Pada saat bersosialisasi dengan masyarakat diharapkan RT 02 RW 06
Desa Karyawangi dapat menambahkan penyuluhan mengenai tanda-
tanda menopause pada wanita.
3. Bagi STIKES Rajawali
Dapat memberikan gambaran, informasi dan manfaat lembaga
pendidikan untuk mengembangkan pengetahuan dan membandingkan
mengenai penerapan teori perkuliahan baik di industri pendidikan
maupun dilahan praktik khususnya dalam asuhan kebidanan komunitas.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Komunitas


Para ahli mendefinisikan komunitas atau masyarakat dari sudut
pandangan yang berbeda. WHO mendefinisikan komunitas sebagai kelompok
sosial yang ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan
minat yang sama serta adanya saling mengenal dan berinteraksi antara
anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya (Yulifah, 2014).
Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian
tertentu. Kebidanan berasal dari kata “Bidan”. Kebidanan (Midwifery) adalah
mencakup pengetahuan yang dimiliki dan kegiatan pelayanan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi, kebidanan merupakan profesi tertua di dunia
sejak adanya peradaban umat manusia (Karwati, 2013).
Komunitas berasal dari bahasa latin yaitu “communitas” yang berarti
“kesamaan”, juga “communis” yang berarti “sama, public, ataupun banyak”.
Istilah “community” dapat juga diterjemahkan sebagai “masyarakat
setempat”, istilah yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau
bangsa (Karwati, 2013).
Kebidanan komunitas adalah bentuk-bentuk pelayanan kebidanan yang
dilakukan di bagian luar atau pelayanan berkelanjutan yang diberikan di
rumah sakit dengan menekankan kepada aspek-aspek psikososial budaya
yang ada di masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya yang
dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan Ibu dan Anak
balita didalam keluarga dan masyarakat (Yulifah, 2014).
Bidan tidak hanya terbatas memberikan pelayanan di rumah sakit, akan
tetapi juga memberikan pelayanan masyarakat dengan berbasis pada
pelayanan kesehatan ibu dan anak (BKIA) ditingkat kecamatan, ruang
lingkup pelayanan BKIA meliputi bebrapa kegiatan berikut ini :
1. Pelayanan antenatal, diantaranya dengan pemberian pendidikan kesehatan,
nasihat perkawinan, dan perencanaan keluarga.

5
6

2. Intranatal
3. Postnatal, yaitu dengan melakukan kunjungan rumah, pemeriksaan ibbu
nifas, imunisasibayi, balita, dan pelayanan kepada remaja.
4. Penyeuhan gizi, seperti pemberian makanan tambahan
5. Pemberdayaan masyarakat (Karwati, 2013).
2.1.1 Fokus/ Sasaran Kebidanan Komunitas
Ukuran keberhasilan bidan di komunitas adalah bangkitnya atau
lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan memenuhi
kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup perempuan di wilayah tertentu
dengan sasaran sebagai berikut :
1. Sasaran umum
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi masyarakat, tokoh
masyarakat dan kelompok masyarakat.
2. Sasaran khusus
Sasaran khusus kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan
kelompok khusus.
3. Individu
Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, sosial, dan spiritual. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan karena ketidakmampuan merawat dirinya
sendiri oleh karena sesuatu hal dan sebab, mka akan dapat mempengaruhi
anggota keluarga lainnya dan anggota keluarga yang ada di sekitar
tempat tinggal mereka. Peran bidan komunitas adalah membantu individu
agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya karena adanya kelemahan
fisik, mental yang dialami, keterbatasan pengetahuan seta kurangnya
kemauan menuju kemandirian (Karwati, 2013).
4. Keluarga
Definisi keluarga menurut Depkes adaalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan (Karwati, 2013).
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah
a. Patrilineal : keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
7

b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara


sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
Tipe/ bentuk keluarga :
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak-anak.
b. Keluarga besar (exstended family), adalah keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya : nenek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (serial family), adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga duda/ janda (single family), adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (composite) adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (chabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

2.1.2 Tujuan Asuhan Kebidanan Komunitas


1. Tujuan Umum
Asuhan kebidanan di komunitas harus mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, khususnya kesehatan perempuan (women well
being) di wilayah kerja bidan.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan
tanggung jawab bidan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
8

c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko


kehamilan, persalinan, nifas dan perinatal.
d. Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu dan anak.
e. Membangun jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat setempat atau terkait. (Syafrudin, 2009).
2.2 Konsep Strategi Pelayanan Kebidanan Komunitas
Menurut Maternity (2017) konsep strategi pelayanan kebidanan komunitas
adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Edukatif dalam Peran Serta Masyarakat
a. Definisi
Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis,
terencana dan terarah dengan partisipasi aktif inividu, kelompok,
masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan maslaah yang
dirasakan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor sosial,
ekonomi dan budaya.
b. Tujuan Pendekatan Edukatif
1) Memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang
merupakan masalah kebidanan komunitas.
2) Kembangkan kemampuan masyarakat, hal ini berbeda dengan
memecahkan masalah yang dihadapi atas dasar swadaya sebagai
kemampuan.
c. Strategi Dasar penekatan edukatif
1) Mengembangkan Provider
Langkah-langkah pengembangan provider:
a) Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat. Bertujuan
untuk mendapatkan dukungan, sehingga dapat menentukan
kebijakan nasional atau regional. Bentuknya pertemuan
perorangan, dalam kelompok kecil, pernyataan beberapa pendapat
yang berpengaruh.
b) Pendekatan terhadap pelaksana dari sektor diberbagai tingkat
administrasi sampai dengan tingkat desa. Tujuan yang akan
dicapai adalah adanya kesepahaman, memberi dukungan dan
9

merumuskan kebijakan serta pola pelaksanaan secara makro.


Berbentuk lokakarya, seminar, raker, musyawarah.
c) Pengumpulan data oleh sektor kecamatan/desa. Merupakan
pengenalan situasi dan masalah menurut pandangan
petugas/provider. Macam data yang dikumpulkan meliputi data
umum , data khusus dan data perilaku.
2) Pengembangan masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah menghimpun tenaga
masyarakat untuk mampu dan mau mengatasi masalahnya sendiri
secara swadaya sebatas kemampuan. Dengan melibatkan partisipasi
aktif masyarakat untuk menentukan masalah, merencanakan
alternatif, melaksanakan dan menilai usaha pemecahan masalah yang
dilaksanakan. Langkah– langkahnya meliputi pendekatan tingkat
desa, survei mawas diri, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
serta pemantapan dan pembinaan.

2. Pelayanan yang Berorientasi Pada Kebutuhan Masyarakat


Proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan
menentukan prioritas dari kebutuhan tersebut serta mengembangkan
keyakinan masyarakat untuk berusaha memenuhi kebutuhan sesuai skala
prioritas berdasarkan atas sumber – sumber yang ada di masyarakat sendiri
maupun berasal dari luar secara gotong royong. Ada 3 jenis pendekatan :
a. Specifict Content Approach
Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah,
melalui proposal program kepada instansi yang berwenang.
Contoh : pengasapan pada kasus DBD
b. General Content objective
Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam
bidang kesehatan dalam wadah tertentu.
Contoh : posyandu meliputi KIA, imunisasi, gizi, KIE dsb.
c. Proses Objective approach
Masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan
sendiri sesuai kemampuan.
Contoh : kader
2.3 Peran dan Fungsi Bidan di Komunitas
10

Bidan memiliki peran dan fungsi tersendiri di komunitas, menurut Syafrudin


(2009) berikut adalah peran dan fungsi bidan di komunitas:
1. Pemberi asuhan langsung
Asuhan langsung diberikan kepada individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat, meliputi pengkajian kebutuhan kesehatan,merencanakan,
melaksanakan dan menilai haisl kegiatan dalam rangka pemenuhan
kesehatan.
2. Penyuluh Kesehatan
Dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu bidan harus mampu
memberikan penyuluhan pada waktu kunjungan antenatal trimester
pertama, kedua, ketiga.

3. Penemu kasus
Deteksi dini yang berkaitan engan masalah kesehatan ibu hamil, bersalin,
nifas, bayi dan anak balita.
4. Pelaksana rujukan
Masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) yang tidak dapat teratasi oleh bidan
karena keterbatasan kewenangan, perlu dirujuk. Bidan di masyarakat
bertanggung jawab untuk mengetahui hasil dari setiap kasus yang dirujuk
dan melaksanakan tindak lanjut di rumah.
a. Penghubung
Bidan merupakan mata rantai antara sasaran keluarga, kelompok dan
masyarakat dengan pelayanan kesehatan yang diperlukan, menggalang
komunikasi untuk memperoleh informasi yang akurat.
b. Konselor
Konseling dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga yang berkaitan
dengan kesehatan ibu dan anak (KIA). Kegiatan konseling harus
membawa kepada proses pemecahan masalah kesehatan klien secara
mandiri.
c. Anggota tim
11

Masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) di masyarakat memerluakn


pemecahan masalah baik secara linas program maupun lintas sektor.
Bidan sebagai anggota tim perlu mengkoordinasikan kegiatannya
kepada anggota tim yang lain sehingga dapat dicapai keterpaduan
program.
d. Supervisi (pembimbing)
Bimbingan kepada dukun bayi, kader yang terlibat dalam pelayanan
kesehatan ibu dan anak (KIA) berupa mengenal tanda bahaya pra
kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukan.
e. Panutan (role model)
Pembaharuan dalam merubah tingkahlaku masyarakat dalam perilaku
hidup sehat sehingga mampu mandiri dalam menjaga dan
meningkatkan kesehatannya.
2.4 Manajerial Asuhan Kebidanan pada Keluarga
Dalam memecahkan masalah pasiennya, bidan menggunakan
manajemen yaitu suatu metode yang digunakan oleh bidan dalam menentukan
dan mencari langkah-langkah pemecahan masalah serta melakukan tindakan
untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Menurut
Maternity (2017) berikut adalah langkah-langkah manajerial dalam kebidanan
komunitas:
1. Identifikasi masalah
Dalam identifikasi masalah bidan melakukan pengumpulan data
berdasarkan sumber data, pengumpulan dilakukan secara langsung di
masyarakat (data subyektif) dan secara tidak langsung (data obyektif).
Data subyektif didapat dari informasi yang langsung diterima dari
masyarakat melalui wawancara. Data obyektif adalah data yang diperoleh
dari hasil obserfasi pemeriksaan dan penelaahan catatan keluarga,
masyarakat dan lingkungannya. Kegiatan yang dilakukan oleh bidan dalam
pengumpulan data ini adalah pengumplan data tentang keadaan kesehatan
desa dan pencatatan data keluarga sebagai sasaran pemeriksaan.
2. Data Desa
Data desa meliputi:
a. Wilayah desa (luas, keadaan geografi, jarak desa dan fasilitas kesehatan
pemeriksaan).
12

b. Penduduk (jumlah, komposisi penduduk, jumlah keluarga, mata


pencaharian, pertumbuhan penduduk, dinamika penduduk).
c. Status kesehatan (angka kematian, jenis dan angka kesaktan ibu, anak
dan balita).
d. Keadaan lingkungan (jumlah sarana air minum, jumlah jamban
keluarga, pembuangan sampah dan kotoran, pembuangan tinja dan
kondisi tinja).
e. Sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan perkapita, organisasi dari
lembaga swadaya masyarakat yang ada, media komunikasi yang
dimiliki masyarakat).
f. Data keluarga
g. Pemeriksaan fisik anggota keluarga yaitu ibu, bayi dan balita.
h. Pemeriksaan lingkungan keluarga (rumah, pekarangan, pembuangan
sampah dan kotoran).
3. Analisa dan Perumusan Masalah
Setelah data dikumpulkan dan dicatat sebagai syarat dengan ditetapkan
masalah kesehatan lingkungan di komuniti.
a. Analisis
Tujuan analisis adalah menggunakan data yang terkumpul dan
mencari kaitan satu dengan lainnya sehingga ditemukan berbagai
masalah, melalui proses analisis ditemukan jawaban tentang hubungan
antara penyakit atau kasus kesehatan dengan lingkungan keadaan sosial
budaya (perilaku). Pelayanan kesehatan serta faktor keturunan yang
berpengaruh terhadap kesehatan.
b. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dapat dikumpulkan berdasarkan hasil analisi.
Dalam rumusan masalah mencakup masalah utama dan penyebabnya
serta masalah potensial.
4. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah diperlukan sebuah metode
pemecahan masalah. penentuan prioitas masalah dapat di lakukan dengan
cara kuantitatif atau kualitatif berdasarkan data serta perhitungan
kemudahan dan kemampuan untuk dapat diselesaikan, keinginan
masyarakat untuk mengatasi masalah, berdasarkan situasi lingkungan
13

sosial politik dan budaya yang ada di masyarakat serta waktu dan dana
yang diperlukan untuk mengatasi masalah. Penentuan prioritas masalah
bisa menggunakan metode carl(cability, accesbility, readness, leverage)
dengan menggunakan skor nilai 1-5.

5. Rencana
Bila sudah diketahui masalah utama kesehatan lingkungan serta
penyebabnya, maka disusun rencana dan tindakan yang dilakukan.
tindakan dilakukan berdasarkan rencana yang disusun:
Rencana untuk pemecahan masalah kesehatan lingkungan di komunitas
dapat dibagi menjadi tujuan, rencana pelaksanaan, dan evaluasi. Untuk
pencapaian tujuan tersebut perlu ditetapkan sasaran, maka disusun rencana
pelaksanaan. Di dalam pelaksanaan mencakup:
1) Pemeliharaan kesehatan lingkungan.
2) Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan yang diberikan pada
keluarga.
Untuk mengetahui hasil suatu upaya, maka perlu ditentukan kriteria
keberhasilan, kriteria ini ditetapkan di dalam rencana evaluasi tercakup:
1) Tingkat kesehatan lingkungan.
2) Frekuensi penyuluhan.
3) Partisipasi keluarga dalam bentuk tindakan.
6. Pelaksanaan
Di dalam pelaksanaan kegiatan, bidan harus memonitor
perkembangan dan perubahan yang terjadi terhadap lingkungan
kemungkinan penetapan tujuan juga tidak tepat, bila hal ini terjadi, maka
perlu dilakukan modifikasi dan juga menyebabkan perubahan dalam
melaksanakan tindakan dan evaluasi.
7. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah mengetahui ketepatan dan kesempurnaan
antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu pengkajian
dinyatakan berhasil bila evaluasi menunjukan data yang sesuai dengan
14

tujuan yang akan dicapai. Bila kegiatan berhasil mencapai tujuan maka
identifikasi dilakukan dalam mengantisipasi kemungkinan terjadi masalah
lain yang timbul akibat keberhasilan tersebut.

2.5 Peningkatan Peran Serta Masyarakat


Menurut Yulifah (2011) perlu dilakukan peningkatan peran serta
masyarakat. Yang harus dilakukan dalam peningkatan peran serta masyarakat
adalah:
1. Pendekatan Peran Serta Masyarakat
a. Pendekatan serta dengan paksaan (enforcement participation)
Memaksa masyarakat untuk kontribusi dalam suatu program, baik
melalui perundang-undangan, peraturan maupun dengan perintah lisan
saja. Cara ini akan lebih cepat dan mudah tetapi masyarakat merasa
lebih cepat dan mudah tetapi masyarakat merasa takut dan dipaksa
sehingga tidak mempunyai rasa memiliki terhadap program.
b. Peran serta masyarakat dengan persuasi dan edukasi
Yakni pasrtisipasi yang didasari oleh kesadaran, yang sukar
ditumbuhkan dan memakan waktu lama. akan tetapi bila hal ini
tercapai, masyarakat akan memiliki rasa memiliki. Peran serta
masyarakat ini bisa dimulai dengan pemberian informasi yang jelas,
pendidikan dan sebagainya. Elemen-elemen peran serta masyarakat
a) Motivasi
Tanpa motivasi masyarakat sulit untuk berperan serta di segala
program. motivasi harus timbul dari masyarakat itu sendiri,
sedangkan pihak luar hanya merangsang saja. Oleh karena itu,
pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka merangsnag
timbulnya motivasi.
b) komunikasi informasi masyarakat
Melakukan interaksi secara terus-menerus, berkesinambungan
dengan masyarakat mengenai segala permasalahan dan kebutuhan
masyarakat akan kesehatan.
c) Kooperasi
15

Kerja sama dengan instansi di luar kesehatan masyarakat dan


instansi kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. tem work antara
mereka ini akan membantu menumbuhkan peran serta.
d) Mobilisasi
Hal ini berarti bahwa peran serta itu bukan hanya terbatas pada tahap
pelaksanaan program. peran serta masyarakat dimulai seawal
mungkin sampai akhir, mulai dari identifikasi masalah, menentukan
prioritas, perencanaan program, pelaksanaan sampai dengan
monitoring.
2.6 Survey Mawas Diri
Survei mawas diri /Survey Berbasisi Masyarakat adalah kegiatan
pengenalan, pengumpulan dan pengkajian masalah kesehatan oleh tokoh
masyarakat dan kader setempat dibawah bimbingan petugas kesehatan atau
perawat di desa ( Depkes RI, 2007). Tujuan survei mawas diri / Survey
berbasis Masyarakat adalah masyarakat lebih mengenal kesehatan yang ada
di desa/ kelurahan dan menimbulkan minat atau kesadaran untuk mengetahui
masalah kesehatan dan pentingnya permasalahan tersebut untuk diatasi.
(Efendi, 2009).
2.7 Konseling Keluarga Berencana
1. Definisi
Konseling adalah suatu proses saling membantu kepada yang lain
berupa informasi yang sedang dibutuhkan sedimikian rupa, sehingga orang
lain tersebut memahaminya lalu menerapkan sesuai dengan situasi dan
kondisinya. Melalui konseling pemberian pelayanan membantu klien
memilih cara KB yang cocok dan membantunya untuk terus menggunakan
cara tersebut dengan benar (Marmi, 2016).
2. Tujuan
a. Menyampaikan informasi dari pilihan pola, reproduksi.
b. Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB yang
tersedia.
c. Meningkatkan penerimaan
Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara mendengarkan,
berbicara dan komunikasi non-verbal meningkatkan penerimaan
informasi mengenai KB oleh klien.
16

d. Menjamin pilihan yang cocok/ memilih metode KB yang diyakini.


Menjamin petugas dank lien memilih cara terbaik, yang sesuai dengan
keadaan kesehatan dan kondisi klien.
e. Menjamin penggunaan yang efektif/ menggunakan metode KB yang
dipilih secara aman dan efektif. Konseling efektif diperlukan agar klien
mengetahui bagaimana menggunakan KB dengan benar dan mengatasi
informasi yang keliru tentang cara tersebut.
f. Menjamin kelangsungan yang lebih lama/ memulai dan melanjutkan
KB. Kelangsungan pemakaian cara KB akan lebih baik bila klien ikut
memilih cara tersebut, mengetahui cara kerjanya dan mengatasi efek
sampingnya (Marmi, 2016).
2.7.1 Prinsip Konseling KB
Prinsip konseling KB meliputi: percaya diri (confidentiality); Tidak
memaksa (voluntary choice); Informed consent; Hak klien (clien’t rights)
dan kewenangan (empeworment) (Marmi, 2016).
2.7.2 Keuntungan Konseling KB
Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada
pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun
keuntungannya adalah:
1. klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhannya.
2. puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan.
3. cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif.
4. membangun rasa saling percaya.
5. menghormati hak klien dan petugas.
6. menambah dukungan terhadap pelayanan KB.
7. menghilangkan rumor dan konsep yang salah (Marmi, 2016).
2.7.3 Faktor-Faktor yang Memenuhi Keberhasilan Konseling KB
1. Faktor Individual
Orientasi kultural (keterikatan budaya) merupakan factor individual
yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini
merupakan gabungan dari:
a) Faktor fisik
Kepekaan pancaindra yang diberi konseling akan sangat
memengaruhi kemampuan dalam menangkap informasi yang
disampaikan konselor.
b) Sudut pandang
17

Nilai-nilai yang diyakini oleh pasien sebagai hasil olah pikirannya


terhadap budaya dan pendidikan akan memengaruhi pemahamannya
tentang materi yang dikonselingkan.
c) Kondisi sosial
Status social dan keadaan disekitar pasien akan memberikan
pengaruh dalam memahami materi.
d) Bahasa
Kesamaan bahasa yang dikonselingkan dalam proses konseling akan
memengaruhi pemahaman pasien (Marmi, 2016).
2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan interaksi
Tujuan dan harapan terhadap komunikasi, sikap terhadap
interaksi, pembawaan diri seseorang terhadap orang lain (seperti
kehangatan, perhatian dukungan) serta sejarah hubungan antara
konselor dan pasien akan memengaruhi kesuksesan proses konseling
(Marmi, 2016).
3. Faktor emosional
Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi
percakapan kesehatan antara bidan dan klien akan berbeda dengan
situasi percakapan antara polisi dan pelanggar lalu lintas (Marmi,
2016).

4. Kompetensi dalam melakukan percakapan


Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukan perilaku kompeten
dari kedua belah pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya
komunikasi:
a. Kegagalan menyampaikan informasi penting
b. Perpindahan topic bicara yang tidak lancer
Seyogyanya petugas tidak memberikan nasihat, karena ini berarti
kita yang membuat keputusan, akan tetapi, ada kalanya kita dituntut
untuk memberikan nasihat. Dalam hal ini kita harus memperhatikan
bagaimana mereka menerima nasihat tersebut. Supaya mereka mau
menerima dan melaksanakan suatu nasihat, maka:
a. Peserta/calon peserta harus diajak ikut serta menemukan nasihat
yang cocok dan sesuai dengan dirinya.
b. Nasihat harus diberikan dengan sangat hati-hati
18

2.7.4 Peran Konselor KB


Proses konseling dalam praktik pelayanan kebidanan terutama pada
pelayanan keluarga berencana, tidak terlepas dari peran konselor. Tugas
seorang konselor adalah sebagai berikut:
1. Sahabat, pembimbing dan memberdayakan klien untuk membuat
pilihan yang paling sesuai dengan kebutuhannya.
2. Member informasi yang objektif, lengkap, jujur dan akurat tentang
berbagai metode kontrasepsi yang tersedia.
3. Membangun rasa saling percaya, termasuk dalam proses pembuatan
persetujuan tindakan medik.
2.7.5 Sikap yang Baik Dalam Konseling (Konselor Efektif)
1. Memperlakukan klien dengan baik
Petugas bersikap sabar, memperlihatkan sikap menghargai setiap
klien, dan menciptakan suatu rasa percaya diri sehingga klien dapat
berbicara secara terbuka dalam segala hal termasuk masalah-masalah
pribadi sekalipun. Petugas meyakinkan klien bahwa tidak akan
mendiskusikan klien kepada orang lain.
2. Interaksi antara petugas dengan klien
Petugas harus mendengarkan, mempelajari, dan menanggapi
keadaan klien karena setiap klien mempunyai kebutuhan dan tujuan
reproduksi yang berbeda. Bantuan terbaik seorang petugas adalah
dengan cara memahami bahwa klien adalah manusia yang
membutuhkan perhatian dan bantuan. Oleh karena itu, petugas harus
mendorong agar klien berani bicara dan bertanya.
3. Memberikan informasi yang baik dan benar kepada klien
Dengan mendengarkan apa yang disampaikan klien berarti
petugas belajar mendengarkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh
setiap klien. Sebagai contoh, pasangan muda yang baru menikah
mungkin menginginkan lebih banyak informasi mengenai masalah
penjarangan kelahiran. Bagi perempuan dengan usia dan jumlah anak
cukup mungkin lebih menghendaki informasi mengenai metode operasi
(tubektomi dan vasektomi). Dalam memberikan informasi petugas
harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan hendaknya
menggunakan ABPK.
4. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan
19

Klien membutuhkan penjelasan yang cukup dan tepat untuk


menentukan pilihan (Informed Choice). Namun semua klien dapat
menangkap semua informasi, terlalu banyak informasi akan
menyebabkan klien sulit mengingat informasi yang penting. Hal ini
disebut kelebihan informasi. Pada waktu memberikan informasi petugas
petugas harus memberikan waktu kepada klien untuk berdiskusi ,
bertanya, dan mengajukan pendapat.
5. Membahas metode yang diinginkan klien
Petugas membantu klien membuat keputusan mengenai
pilihannya, dan harus tanggap terhadap pilihan klien meskipun klien
menolak memutuskan atau menangguhkan penggunaan kontrasepsi.
Didalam melakukan konseling petugas mengkaji apakah klien sudah
mengerti mengenai jenis kontrasepsi, termasuk keuntungan dan
kerugiannya serta bagaimana cara penggunaannya. Konseling mengenai
kontrasepsi yang dipilih dimulai dengan mengenalkan berabagai jenis
kontrasepsi dalam program keluarga berencana. Petugas mendorong
klien untuk berpikir melihat persamaan yang ada dan membandingkan
antarjenis kontrasepsi tersebut. Dengan cara ini petugas membantu kien
untuk mebuat pilihan (Informed Choiche). Jika tidak ada halangan
dalam hal kesehatan sebaiknya klien mendapatkan kontasepsi sesuai
dengan pilihannya. Bila memperoleh pelayanan sesuai yang dipilihnya,
klien akan menggunakan kontrasepsi tersebut lebih lama dan lebih
efektif.
6. Membantu klien untuk mengerti dan mengingat
Petugas member contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada
klien agar memahaminya dengan memperlihatkan bagaimana cara-cara
penggunaanya. Petugas juga memperlihatkan dan menjelaskan dengan
fllip charts, poster, pamflet, atau halaman bergabar. Petugas juga perlu
melakukan penilainnya bahwa klien telah mengerti. Jika
memungkinkan, klien dapat membawa baha-bahan tersebut kerumah.
Ini akan membantu klien mengingat apa yang harus dilakukan juga
harus memberitahu kepada orang lain (Marmi, 2016).
2.7.6 Jenis Konseling KB
20

1. Jenis konseling terbagi menjadi tiga, yaitu:


a. Konseling umum
Konseling umum dapat dilakukan oleh Petugas Lapangan
Keluarga Berencana (PLKB) serta kader yang sudah mendapatkan
pelatihan konseling yang standar. Konseling umum sering dilakukan
dilapangan (nonklinik). Tugas utama dipusatkan pada pemberian
informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun secara
perseorangan. Konseling umum meliputi penjelasan umum dari
berbagai metode kontasepsi untuk mengenalkan kontrasepsi, tujuan,
dan fungsi reproduksi keluarga.

b. Konseling spesifik
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter/bidan/konselor.
Pelayanan konseling spesifik dilakukan diklinik dan diupayakan agar
diberikan secara perorangan diruangan khusus. Pelayanan konseling
diklinik dilakukan untuk melengkapi dan sebagai pemantapan hasil
konseling lapangan. Konseling spesifik berisi penjelasan spesifik
tentang metode yang diinginkan, alternative, keuntungan-
keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan.
c. Konseling pratindakan
Konseling yang dilakukan pada saat akan dilakukan prosedur
penggunaan kontrasepsi.
d. Konseling pasca tindakan
Konseling pascatindakan adalah konseling yang dilakukan
setelah tindakan selesai dilaksanakan. Tujuannya untuk menanyakan
keada klien bila ada keluhan yang mungkin dirasakan setelah
tindakan, lalu berusaha menjelaskan terjadinya keluhan tersebut
(Marmi, 2016).
2.7.7 Jenis Pendekatan dalam Memberikan Konseling
1. Mengarahkan (Directive) – “Counsellor Centred”
Suatu proses konseling dimana konselor lebih aktif dengan cara
memberikan saran aktif dan memotivasi seseorang untuk melakukan
sesuatu, antara laian: menasihat, memancing informasi dari seseorang;
mengidentifikasi masalah , menyarankan tindakan yang dapat diambil
seseorang untuk dapat menyelesaikan persoalannya.
21

2. Tidak mengarahkan (Non-Directive)- “Client Centred”


Suatu pendekatan yang memfokuskan perhatian pada orang bermasalah.
Konselor lebih banyak bersikap pasif dan mendengarkan.
3. Gabungan (Particivative)- “Coorporation Counseling”
Merupakan gabungan dari directive dan non-directive yang dapat
mencapai hubungan kooperatif dalam membahas ide-ide untuk
membantu klien menyelesaikan masalahnya (Marmi, 2016).
2.8 Keluarga Berencana
2.8.1 Pengertian KB
Keluarga berencana (KB) merupakan sutu program pemerintah yang
dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.
Program keluarga berencana menurut pemerintah adalah agar keluarga
sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada
pertumbuhan yang seimbang (Irianto, 2014).
Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan yang disadari. Metode
kontrasepsi meliputi metode barier, kontrasepsi hormonal, alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR), sterilisasi, dan metode perilaku, sedangkan
kontrasepsi darurat efktif hingga beberapa hari setelah berhubungan seks
(Marmi,2016).
Metode yang paling efektif adalah yang tahan lama dan tidak
memerlukan kunjungan perawatan kesehatan secara terus-menerus.
Kontrasepsi mantap, kontrasepsi implant, dan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) memiliki tingkat kegagalan pada tahun pertama kurang dari 1%.
Pil kontrasepsi hormonal, koyo atau cincin, dan metode amenore laktasi
(MAL), bila digunakan dengan ketat, juga memiliki tingkat kegagalan
pada tahun pertama (atau untuk MAL, enam bulan pertama) kurang dari
1% (Marmi,2016).
2.8.2 Jenis Kontrasepsi
Metode kontrasepsi dapat dikelompokkan menurut :
1. Pemakainya yaitu untuk laki-laki atau perempuan.
a. Kontrasepsi untuk wanita
1) Metode mekanis :
a) Kap serviks (cervical cap)
22

b) Diafragma
c) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/ intra uterine device
(IUD)
2) Metode hormonal/kimiawi
a) Pil KB
b) Suntikan KB
c) Implant/ susuk KB
d) Spermaticide
3) Metode operatif : Medis Operatif Wanita (MOW)/Tubektomi
b. Kontrasepsi untuk laki-laki :
1) Metode mekanis : kondom KB
2) Metode operatif : Medis Operatif Pria (MOP)Vasektomi
2. Metodenya yaitu sederhana atau modern.
a. Metode kontrasepsi sederhana/ Alamiah/ Tradisional :
1) Metode kalender/ pantang berkala/ metode ritmil dari knaus dan
ogino (The Safe Period)
2) Metode suhu basal
3) Metode lender serviks/ metode ovulasi
4) Metode sanggama terputus (coitus interuptus)
5) Tidak langsung berefek kontrasepsi : metode laktasi (menyusui)
6) Aborsi
b. Metode kontrasepsi modern/konvensional :
1) Metode mekanis :
a) Kondom KB
b) Kap serviks (cervical cap)
c) Diafragma
d) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/ Intra uterine Device
(IUD)
2) Metode hormonal :
a) Pil KB
b) Implant/ susuk KB
c) Suntikan KB
3) Kimiawi :
a) Supositorial
b) Jelly/ cream/ pasta
c) Tissue
d) Tablet berbusa
e) Aerosol
4) Metode operatif :
a) Medis Operatif Wanita (MOW)/ Tubektomi
b) Medis Operatif Pria (MOP)/ Vasektomi
3. Tujuan pemakaian yaitu untuk menunda kehamilan, mengatur
kehamilan, atau untuk mengakhiri kesuburan (Marmi,2016).
2.8.2.1 AKDR
23

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah satu alat


kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk,
ukuran, bahan dan masa aktif fungsi kontrasepsi) yang di masukkan
kedalam rahim yang sangat efektif, reversible dan berjangka panjang, dan
dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi sebagai suatu usaha
pencegahan kehamilan (Affandi, 2014).
1. Jenis AKDR
a. AKDR CuT-380A
Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
b. AKDR Nova T (schering) (Affandi,2014).
2. Cara Kerja
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
(Affandi,2014).
3. Keuntungan
a. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
b. Metode jangka panjang.
c. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ngingat.
d. Tidak mengganggu hubungan seksual.
e. Tidak mempengaruhi kualitas ASI.
f. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus.
g. Dapat digunakan sampai menopause.
h. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
i. Membantu mencegah kehamilan ektopik.
j. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
(Marmi,2016).
4. Kerugian
a. Perubahan siklus menstruasi (umumnya pada 3 bulan pertama dan
akan berkurang setelah 3 bulan).
b. Haid lebih lama dan banyak.
c. Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
d. Saat haid lebih sakit (Marmi,2016).
5. Indikasi
a. Usia reproduksi.
b. Keadaan nulipara.
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
d. Perempuan menyusui yang menginginkan kontrasepsi.
e. Setelah menyusui dan tidak ingin menyusui bayinya.
24

f. Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.


g. Perem[uan dengan risiko rendah IMS.
h. Tidak menghendaki metode hormonal.
i. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat.
j. Tidak menghendaki kehamilan setalah 1-5 hari senggama.
k. Gemuk ataupun kurus.
l. Perokok.
m. Sedang memakai obat antibiotic dan anti kejang.
n. Penderita tumor jinak maupun ganas.
o. Nyeri kepala.
p. Pernah menderita penyakit TBC, Stroke, DM dan empedu.
q. Pasca KET (Marmi,2016).
2.8.3 Asuhan pada Akseptor KB di Komunitas
Asuhan pada akseptor keluarga berencana di komunitas merupakan
salah satu bentuk pelayanan KB berkualitas sesuai standar dengan
menghormati hak-hak individu dalam merencanakan kehamilan. Bentuk
pelayanan KB dapat dilakukan dengan menggunakan metode kontrasepsi,
yaitu KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi/MAL,
senggama terputus), KB hormonal (pil, suntik, susuk), dan KB non
hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi, dan tubektomi) (Yulifah,
2014).
2.9 Menopause
Kelompok umur manula secara luas tergantung dari masing-masing
definisi berdasarkan kebutuhan program. Usia lebih dari 45 tahun ke atas,
seorang wanita akan meninggalakn usia reproduksi (secara umum berkisar
antara 15-44 tahun) dan tidak demikian dengan laki-laki. Proses ini pasti akan
berdampak pada perubahan akan kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi.
Usia median dari menopause, yaitu suatu periode tanpa menstruasi, adalah
51,3 tahun dan menopause dapat terjadi pada usia 48-55 tahun.
Perimenopause dapat terjadi 3-5 tahun sebelum menopause. Pada periode
perimenopause level estrogen seorang wanita tidak dapat diduga, ovatium
mulai mengecil, dan terjadi penurunan fertilitas (Kusmiran, 2011).
Menopause adalah keadaan wanita yang mengalami penurunan fungsi
indung telur, sehingga produksi hormone estrogen berkurang yang berakibat
terhentinya menstruasi untuk selamanya (Kumalasari, 2012).
Usia menopause di Indonesia ± 49 tahun, tetapi biasanya sejak wanita di
atas 40 tahun menstruasi sudah tidak teratur, siklus sering kali terjadi tanpa
25

pengeluaran sel telur, hal ini berarti kemungkinan utuk hamil kecil, namun
bila terjadi kehamilan pada usia ini, kemungkinan besar memperoleh anak
yang cacat/ dengan kualitas yang kurang baik. Masa 4-5 tahun sebelum
menopause disebut klimakterium, dimana wanita mulai merasakan perubahan
yang gejala timbulnya tidak sama, bergantung pada faktor budaya, tingkat
pendidikan, lingkungan, dan genitika (Kumalasari, 2012).
2.9.1 Faktor- faktor yang mempengaruhi Menopause
1. Usia haid pertama kali (menarche)
Semakin muda seorang mengalami menstruasi pertama kalinya, semakin
tua atau lama ia memasuki masa menopause (Kumalasari, 2012).
2. Jumlah anak
Semakin sering seorang wanita melahirkan makan semakin tua atau lama
mereka memasuki masa menopause (Kumalasari, 2012).
3. Usia melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia mulai memasuki
usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan
memperlambat sistem kerja organ reproduksi bahkan akan
memperlambat proses penuaan tubuh (Kumalasari, 2012).
4. Faktor psikis
Keadaan seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga
memengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberapa
penelitian, mereka akan mengalami masa menopause lebih muda,
dibandingkan mereka yang menikah dan tidak bekerja/bekerja atau tidak
menikah dan tidak bekerja (Kumalasari, 2012).
5. Wanita dengan histerektomi
Menopause juga dapat terjadi pada wanita yang mengalami
pengangkatan rahim (histerektomi, misalnya sebagai akibat adanya tumor
di uterus. Mereka akan mengalami gejala menopause pada usia yang
lebih muda (Kumalasari, 2012).
6. Pemakaian kontrasepsi
26

Kontrasepsi hormonal bekerja dengan cara menekan fungsi indung telur


sehingga tidak memproduksi sel telur. Pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi ini akan lebih lama atau tua memasuki masa menopause
(Kumalasari, 2012).
7. Merokok
Wanita perokok diduga akan lebih cepat memasuki masa menopause
(Kumalasari, 2012).
8. Sosial ekonomi
Status ekonomi, di samping pendidikan dan pekerjaan suami, begitu juga
hubungan antara tinggi badan dan berat badan wanita diduga dapat
memengaruhi usia menopause (Kumalasari, 2012).
9. Budaya dan lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat memengaruhi
wanita untuk dapat atau tidak menyesuaikan diri dengan fase
klimakterium dini (Kumalasari, 2012).
2.9.2 Jenis- jenis Menopause
1. Natural Menopause
Sistem endokrin merupakan sistem yang kompleks dari kelenjar
yang memproduksi dan sekresi hormon langsung berpengaruh terhadap
sistem sirkulasi, regulasi, control metabolisme, dan beberapa proses
tubuh. Tiga fase kehidupan berhubungan dengan menopause :
a. Perimenopause
b. Menopause
c. Postmenopause (Kusmiran, 2011).
2. Perimenopause
Perimenopause dimulai dengan munculnya tanda-tanda dan gejala
awal perubahan dari sistem tubuh ketika siklus menstruasi mulai tidak
teratur. Perimenopause dapat terjadi pada awal usia 30-an dan berakhir 1
tahun setalah siklus menstruasi berakhir. Rata-rata terjadi pada usia 47-
51 tahun (Kusmiran, 2011).
3. Menopause
27

Menopause adalah masa berakhirnya siklus menstruasi yang


terdiagnosis setelah 12 bulan tanpa periode menstruasi. Rata-rata
menopause natural terjadi pada usia 51,4 tahun untuk Negara industry,
secara umum terjadi pada usia 40-58 tahun. Menopause dapat
dipengaruhi oleh faktor genetic, merokok, pengangkatan ovarium, dan
kemoterapi (Kusmiran, 2011).

4. Postmenopause
Postmenopause adalah suatu periode yang terjadi sesudah siklus
menstruasi terakhir dan merupakan periode tahun setelah menopause
(Kusmiran, 2011).
2.9.3 Gejala-gejala Menopause
Setiap menopause menimbulkan gejala yang unik. Gejala-gejala tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Sistemik 1. Fatigue
2. Penurunan libido
3. Cemas, depresi, dan irritable
4. Kesukaran kognitif
5. Nyeri punggung
6. Kekakuan
Vasomotor (sistem vaskular) 1. Sakit kepala
2. Palpitasi
3. Keringat malam
4. Insomnia dan gangguan tidur
5. Hot flashes
Genitouribary 1. Vagina terasa kering
2. Nyeri saat berhubungan seks
3. Vagina terasa gatal atau terbakar
4. Frekuensi urine meningkat
(Kusmiran, 2011).
2.9.4 Pencegahan dampak negative Menopause
28

Upaya pencegahan terhadap keluhan/masalah menopause yang dapat


dilakukan di tingkat dasar dengan cara sebagi berikut:
1. Pemeriksaan alat kelamin
Pemeriksaan alat kelamin wanita bagian luar, lubang vagina, dan leher
rahim untuk melihat kelainan yang mungkin ada misalnya, lecet,
keputihan, pertumbuhan abnormal seperti benjolan atau radang
(Kumalasari, 2012).
2. Pap smear
Pemeriksaan ini dapat dilakukan setahun sekali, untuk melihat adanya
tanda-tanda radang dan deteksi awal bagi kemungkinan adanya kanker
pada saluran reproduksi. Dengan demikian pengobatan terhadap adanya
kelainan dapat segera dilakukan tindak lanjut (Kumalasari, 2012).
3. Perabaan payudara (SADARI)
Ketidakseimbangan hormone yang terjadi akibat penurunan hormon
estrogen dapat menimbulkan pembesaran atau tumor payudara. Hal ini
juga dapat terjadi pada pemberian hormone pengganti untuk mengatsi
masalah kesehatan akibat menopause. Perabaan payudara sendiri atau
yang disebut dengan sadari (periksa payudara sendiri) dapat dilakukan
untuk deteksi tumor payudara sedini mungkin (Kumalasari, 2012).
Makan makanan yang sehat, rendah lemak, tinggi serat, banyak
mengandung vitamin dam mineral, misalnya buah-buahan dan syuran
berwarna hijau (Kumalasari, 2012).
4. Penggunaan bahan makan yang mengadung unsure fitoestrogen seperti
kedelai, tahu, tempe, kecap, papaya, dan semanggi merah (Kumalasari,
2012).
5. Menghindari rokok, kopi, dan alkohol
6. Pertahankan berat badan sehat
7. Lakukan olahraga secara teratur (Kumalasari, 2012).
2.9.5 Terapi Hormon (Hormon Replacement Theraphy)
Hormon replacement therapy (HRT) adalah terapi hormone yang dibuat
untuk menstabilisasi respons tubuh terhadap perubahan hormone estrogen
29

menimbulkan gejala menopause seperti hot flushes dan keringat malam.


Terapi hormon dapat melindungi keadaan yang berhubungan dengan proses
penuaan seperti osteoporosis dan penyakit jantung (Kusmiran, 2011).
2.9.5.1 Tujuan pemberian HRT
1. Untuk mendapatkan hormone yang hilang saat menopause.
2. Untuk mempertahankan serta meningkatkan kualitas dan kuantitas
hidup wanita usia lanjut.
3. Dapat mengurangi dan mengatasi keluhan yang menyertai menopause
seperti keluhan psikologis, somatic, serta vasomotorik.
4. Pencegahan gejala yang mengakibatkan osteoporosis, penyakit jantung
koroner, dan perdarahan otak (Kumalasari, 2012).
2.9.5.2 Isu dalam HRT
HRT tidak saja membantu wanita dalam mengatasi hot flushes dan
kekeringan vagina, tetapi juga melindungi terhadap penyakit jantung,
osteoporosis, dan beberapa jenis kanker. Terapi hormone meningkatkan
risiko kanker payudara, penyakit jantung, bekuan darah, dan stroke
(Kusmiran, 2011).
2.9.5.3 Hormon yang berhubungan dengan terapi hormon
1. Estrogen sebagai karekteristik pada wanita, meliputi:
a. Estradiol yaitu estrogen yang dibuat sebelum menopause.
b. Estrone yaitu estrogen yang dibuat sesudah menopause di ovarium
dan jaringan seperti lemak dan di sel adrenal.
2. Estrogen terkonjugasi (conjugated estrogen)
3. Estrogen bioidentical (bioidentical estrogen)
4. Fitoestrogen
5. Progesteron
6. Androgen (Kusmiran, 2011).
2.9.5.4 Kontraindikasi Terapi Hormon
1. Riwayat kanker payudara
2. Kanker yang sensitive terhadap estrogen
3. Penyakit hati
30

4. Hipertiglliserida (tinggi menimbulkan risiko penyakit jantung koroner)


5. Tromboembolik venous (Kusmiran, 2011).
BAB III
TINJAUAN KASUS
PROGRAM STUDI D III KEBIDANANSTIKESRAJAWALI
PRAKTIK KERJA LAPANGAN KEBIDANAN
FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA

RT/RW : 02/06 Nama Pewawancara : Eni


Dukuh dan Kelurahan : Karyawangi Tanggal : 05 Mei 2019
Kecamatan : Parongpong
Kabupaten : Bandung Barat
Nama Responden :1. Bapak Iwan
2. Ibu Oo Karwati

3.1 STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA


1. Struktur Keluarga
a. Nama Kepala Keluarga : Iwan
b. Umur : 52 tahun
c. Jeniskelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Pekerjaan : Petani
g. Pendapatan :Rp. 1.000.000/ bulan
h. Alamat : Desa Karyawangi RT 02/RW 06
i. Suku/bangsa : Sunda

J. Daftar anggota keluarga


IMUNISASI
N Hubungan L/ Umur Goldara
Nama Agama Pendidikan Pekerjaan BC HB DPT
o keluarga P (tahun) h polio campak
G 1,2,3 1,2.3
1. Iwan Suanmi L 52 Th Islam SD Petani A
2. Oo K Istri P 48 Th Islam SD IRT/Petani O
3. N. Rina Anak P 25 Th Islam SMP Bekerja O BC 1 1,2, Polio Campa

33
34

G 3 k
4. Tessa Anak P 13 Th Islam SMP Sekolah A BC 1 1,2, Polio Campa
G 3 k
5. Ikhsan Cucu L 6,5 Th Islam TK Belum - BC 1 1,2, Polio Campa
G 3 k

K. Tipe keluarga : Modern


L. Genogram (minimal 3 generasi) :

Tn. A Nv. M Tn. R Ny. W

Tn. I Ny. O

An. R An. T
Keterangan :
= KK Binaan

2. Sifat Keluarga
a. Anggota keluarga yang berpengaruh dalam mengambil keputusan yaitu suami
sebagai kepala keluarga.
b. Kebiasaan hidup sehari-hari
1) Kebiasaan makan
a) Waktumakan : Teratur
b) Frekuensi makan : 3 kali/hari
c) Jenis makanan
 Makanan pokok :Nasi
 Lauk pauk :Ayam, telur, tahu, tempe
 Sayuran :Kangkung, brokoli, kol, selada dan wortel
 Buah-buahan :pisang, jeruk, dan pepaya
 Susu : kadang-kadang
d) Cara pengolahan makanan
 Memenuhi syarat makanan : Ya
 Menu dalam seminggu : Bervariasi
e) Makan garam beryodium :Ya
f) Kebiasaan cuci tangan :
 Sebelum makan :Ya dengan air
 Sesudah makan :Ya dengan air
g) Makanan pantangan dalam keluarga :Tidak ada
h) Kebiasaan minum keluarga :
35

1) Jenis minuman dan jumlah 8 gelas/hari


Air putih 8 gelas/ hari Teh 1 gelas/hari
2) Contoh menu keluarga :Nasi,tahu/ tempe goreng, telur
dan tumis
3) Sarana hiburan keluarga : TV
4) Tempat BAK dan BAB keluarga
a) Tempat BAB : WC
b) Tempat BAK : WC
5) Hygiene perorangan/ keluarga
a) Kebiasaan mandi : 2 kali/hari
b) Kebiasaan gosok gigi : 2 kali/hari
c) Kebiasaan mencuci rambut
Ya, frekuensi : 3 kali/minggu
d) Penggunaan alas kaki
Ya: Sendal dan Sepatu
6) Kebiasaan keluarga yang merugikan (merokok)

KEBIASAAN YANG NAMA ANGGOTA


NO. ALASAN KET.
MERUGIKAN KELUARGA
1. Merokok Iwan Sudah menjadi
kebiasaan

B. FAKTOR EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA


3. Penghasilan
Penghasilan dalam satubulan
a. Suami : Rp 1.000.000
b. Istri : Rp 1.000.000
Jumlah : Rp 2.000.000
4. Kegiatan social kemasyarakatan
a. Kedudukan kepala keluarga (KK) dalam kemasyarakatan : Warga biasa
b. Partisipasi keluarga dalam kegiatan kemasyarakatan : Aktif
5. Kebiasaan dalam keluarga berkaitan dengan budaya : Ada
3.2 Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan anggota keluarga (tiga bulan terakhir)
Tidak ada anggota keluarga yang yang menderita penyakit dalam 3 bulan terakhir.
1. Kebiasaan memeriksakan diri
a. Waktu : Saat sakit saja
b. Tempat : Bidan
36

Alasan : Karena tidak suka ke Puskesmas


2. Kesehatan ibu dan anak
a. Keluaraga Berencana
1) Pasangan Usia Subur : Tidak ada
2) Umur PUS : 25 tahun (cerai suami)
3) Pernah pendengar KB : pernah
4) Kalau pernah mendengar dari : Bidan/ petugas kesehatan
5) Telah ikut KB :Sudah
6) Data Keluarga Berencana (efek pada kartu KB)

Tahun Tahun lepas


No Metode Oleh Oleh ket
Pasang
1. 2006 KB Suntik Bidan - - -
3 bulan

3.3 Perumusan Diagnosa/ Masalah Kesehatan Keluarga


Masalah Menopause dan konseling kontrasepsi jangka panjang (IUD)
3.4 Perencanaan Intervensi Masalah Kesehatan Keluarga
Memberi pendidikan kesehatan kepada ibu tentang tanda-tanda
menopause, memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang tanda-tanda
menopause, konseling kontrasepsi jangka panjang (IUD) kemudian anjurkan
ibu untuk tidak khawatir pada masalah yang akan datang.
3.5 Penatalaksanaan
1. Kontrak waktu dengan ibu bahwa akan diadakan penyuluhan tentang
menopause
2. Jelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda menopause
3. Menganjurkan ibu untuk tidak khawatir pada masalah yang akan timbul
3.6 Evaluasi
1. Ibu menyetujui kontrak waktu bahwa akan diadakan penyuluhan tentang
menopause
2. Ibu mengetahui tentang tanda-tanda menopause
39

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


DESA KARYAWANGI KECAMATAN PARONGPONG
KABUPATEN BANDUNG BARAT

Program Studi : DIII Kebidanan


POKOK BAHASAN : Kontrasepsi AKDR dan Menopause
SUB POKOK BAHASAN : Definisi Kontrasepsi jangka panjang,
macam-macam kontrasepsi jangka panjang,
keuntungan dan kerugian kontrasepsi
jangka panjang, indikasi dan kontraindikasi
kontrasepsi jangka panjang, pengertian
Menopause, Tanda-tanda Menopause,
Terapi Hormon.
SASARAN : Keluarga Ny. O di Desa Karyawangi
Kecamatan Parongpong
Hari/Tanggal : Jum’at/ 24 Mei 2019
Waktu : 16.00 – 16.45 WIB
Tempat : Rumah Ny. O Desa Karyawangi
Kecamatan Parongpong
Penyuluh : Eni Noormala Bunga Safitri
Pembimbing : Intan Karlina, S.S.T., M. Kes

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mengikuti penyuluhan, keluarga mampu memahami tanda-tanda
menopause pada wanita seputar kesehatan reproduksi.
II. TujuanInstruksionalKhusus (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan Ny. O dapat mengetahui tentang :
1. Pengertian Menopause
2. Tanda-tanda Menopause yang dialami oleh Ny. O
3. Dapat mengetahui mengenai terapi hormone pada menopause
III. Urutan Kegiatan
a. Pembukaan : 5 menit

39
40

b. Penyuluhan : 25 menit
c. Evaluasi dan diskusi : 10 menit
d. Penutup : 5 menit
IV. Metode
a. Penyeluhan
b. Tanya jawab
V. Bahan dan alat
a. Leaflet
VI. Rincian Kegiatan
NO TAHAP WAKTU KEGIATAN
PENYULUH PENDENGAR
1 Pembukaan 5 menit o Memberisalam o Membalassalam
o Memperkenalkan o Menyetujui
diri kesepakatan
o Melakukan kontrak
waktu
waktu
2 Penyajian materi 25 menit o definisi kontrasepsi o Mendengarkan
jangka panjang, dan menyimak
macam-macam materi yang
kontrasepsi jangka diberikan oleh
panjang, penyuluh
keuntungan dan
kerugian kontrasepsi
jangka panjang,
indikasi dan
kontraindikasi
kontrasepsi jangka
panjang.
o Menyampaikan
materi tentang
tentang menopause
o Menyampaikan
tanda-tanda
menopause
o Menyampaikan
tentang perubahan
organ reproduksi
wanita

40
41

o Menyampaikan
terapi hormon
3 Diskusi dan 10 menit o Melakukan timbal o Mengajukan
evaluasi balik dengan pertanyaan
mengajukan kembali dan
pertanyaan pada menjawab
audience pertanyaan dari
o Memberikan
penyuluh
apresiasi pada Ny. O
yang menjawab
pertanyaan
4 Penutup 5 menit o Mengucapkan o Menjawab salam
terima kasih pada
audience
o Mengucapkan salam
penutup

VII. Materi
A. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah metode kontrasepsi
yang masa kerjanya lama dan mempunya efektifas tinggi terhadap
pencegahan kehamilan yang terdiri dari IUD, implan, dan MOW (Metode
Operatif Wanita). Adapun jenis-jenis MKJP yaitu:
1. IUD

Gambar Kontrasepsi IUD


IUD (Intra Uterine Device atau Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rongga
rahim, terbuat dari plastik fleksibel. Beberapa jenis IUD dililit tembaga

41
42

bercampur perak, bahkan ada yang disisipi hormon progesteron. IUD


yang bertembaga dapat dipakai selama 10 tahun.
a. Jenis-Jenis AKDR
1) AKDR Non-Hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. Karena itu
berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari
generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam
sampai generasi plastik (polietilen) baik yag ditambah obat atau
tidak.
2) IUD yang mengandung hormon
a) Progestasert-T = Alza T
(1) Panjang 36 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna
hitam.
(2) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat,
melepaskan 65 µg progesteron setiap hari.
(3) Tabung insersinya berbentuk lengkung.
(4) Daya kerja 18 bulan.
(5) Teknik insersi: plunging (modified withdrawel).
b) LNG 20
(1) Mengandung 46-60 mg levonorgestrel, dengan pelepasan
20 µg per hari.
(2) Angka kegagalan, angka terendah: <0,5 per 100 wanita per
tahun.
(3) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan
perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD
lainnya, karena 25% mengalami amenore atau perdarahan
haid yang sangat sedikit. (Marmi, 2016)
b. Keuntungan dan kerugian
Keuntungan bagi pengguna AKDR yaitu
1) Efektif setelah pemasangan
2) Metode jangka panjang
3) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
5) Tidak mempengaruhi kualitas ASI
6) Dapat digunakan sampai menopause
7) Kembalinya kesuburan berlangsung cepat
Kerugian bagi pengguna AKDR yaitu
1) Efek samping yang umum terjadi
- Perubahan siklus haid

42
43

- Haid lebih lama dan banyak


- Perdarahan/spooting
- saat haid lebih sakit
2) komplikasi lain
- merasa sakit dan keram perut 3-5 hari setelah
pemasangan
- tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
3) klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
4) klien harus memeriksakan benang dari waktu ke waktu.
c. Indikasi
1) Usia reproduksi
2) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
3) Perempuan menyusui yang menginginkan kontasepsi
4) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
5) Menderita hipertensi, jantung, TBC, epilepsi, malaria.
B. Menopause
Kelompok umur manula secara luas tergantung dari masing-
masing definisi berdasarkan kebutuhan program. Usia lebih dari 45 tahun
ke atas, seorang wanita akan meninggalakn usia reproduksi (secara
umum berkisar antara 15-44 tahun) dan tidak demikian dengan laki-laki.
Proses ini pasti akan berdampak pada perubahan akan kebutuhan
pelayanan kesehatan reproduksi. Usia median dari menopause, yaitu
suatu periode tanpa menstruasi, adalah 51,3 tahun dan menopause dapat
terjadi pada usia 48-55 tahun. Perimenopause dapat terjadi 3-5 tahun
sebelum menopause. Pada periode perimenopause level estrogen seorang
wanita tidak dapat diduga, ovatium mulai mengecil, dan terjadi
penurunan fertilitas (Kusmiran, 2011).
C. Jenis-Jenis Menopause
1. Natural Menopause
Sistem endokrin merupakan sistem yang kompleks dari kelenjar
yang memproduksi dan sekresi hormon langsung berpengaruh
terhadap sistem sirkulasi, regulasi, control metabolisme, dan beberapa
proses tubuh. Tiga fase kehidupan berhubungan dengan menopause :
a. Perimenopause
b. Menopause
c. Postmenopause (Kusmiran, 2011).

43
44

2. Perimenopause
Perimenopause dimulai dengan munculnya tanda-tanda dan
gejala awal perubahan dari sistem tubuh ketika siklus menstruasi
mulai tidak teratur. Perimenopause dapat terjadi pada awal usia 30-an
dan berakhir 1 tahun setalah siklus menstruasi berakhir. Rata-rata
terjadi pada usia 47-51 tahun (Kusmiran, 2011).

3. Menopause
Menopause adalah masa berakhirnya siklus menstruasi yang
terdiagnosis setelah 12 bulan tanpa periode menstruasi. Rata-rata
menopause natural terjadi pada usia 51,4 tahun untuk Negara industry,
secara umum terjadi pada usia 40-58 tahun. Menopause dapat
dipengaruhi oleh faktor genetic, merokok, pengangkatan ovarium, dan
kemoterapi (Kusmiran, 2011).
4. Postmenopause
Postmenopause adalah suatu periode yang terjadi sesudah siklus
menstruasi terakhir dan merupakan periode tahun setelah menopause
(Kusmiran, 2011).
D. Gejala-gejala Menopause
Setiap menopause menimbulkan gejala yang unik. Gejala-gejala
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Sistemik 7. Fatigue
8. Penurunan libido
9. Cemas, depresi, dan irritable
10. Kesukaran kognitif
11. Nyeri punggung
12. Kekakuan
Vasomotor (sistem vaskular) 6. Sakit kepala
7. Palpitasi
8. Keringat malam
9. Insomnia dan gangguan tidur
10. Hot flashes

44
45

Genitouribary 5. Vagina terasa kering


6. Nyeri saat berhubungan seks
7. Vagina terasa gatal atau terbakar
8. Frekuensi urine meningkat
(Kusmiran, 2011).

E. Terapi Hormon (Hormon Replacement Theraphy)


Hormon replacement therapy (HRT) adalah terapi hormone yang
dibuat untuk menstabilisasi respons tubuh terhadap perubahan hormone
estrogen menimbulkan gejala menopause seperti hot flushes dan keringat
malam. Terapi hormon dapat melindungi keadaan yang berhubungan
dengan proses penuaan seperti osteoporosis dan penyakit jantung
(Kusmiran, 2011).
F. Isu dalam HRT
HRT tidak saja membantu wanita dalam mengatasi hot flushes dan
kekeringan vagina, tetapi juga melindungi terhadap penyakit jantung,
osteoporosis, dan beberapa jenis kanker. Terapi hormone meningkatkan
risiko kanker payudara, penyakit jantung, bekuan darah, dan stroke
(Kusmiran, 2011).
G. Hormon yang berhubungan dengan terapi hormon
1. Estrogen sebagai karekteristik pada wanita, meliputi:
a. Estradiol yaitu estrogen yang dibuat sebelum menopause.
b. Estrone yaitu estrogen yang dibuat sesudah menopause di ovarium
dan jaringan seperti lemak dan di sel adrenal.
2. Estrogen terkonjugasi (conjugated estrogen)
3. Estrogen bioidentical (bioidentical estrogen)
4. Fitoestrogen
5. Progesteron
6. Androgen (Kusmiran, 2011).
H. Kontraindikasi terapi hormon
1. Riwayat kanker payudara
2. Kanker yang sensitive terhadap estrogen
3. Penyakit hati

45
46

4. Hipertiglliserida (tinggi menimbulkan risiko penyakit jantung koroner)


5. Tromboembolik venous (Kusmiran, 2011).

VIII. Referensi
Kusmiran Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remajadan Wanita. Bandung;
STIKES Rajawali Pres
Marmi. 2016. Pelayanan KB. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

46
48

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
4.1.1 Data Subjektif
Setelah dilakukan Survey Mawas Diri (SMD) yang dilaksanakan pada
tanggal 22 Mei 2019 didapatkan satu keluarga yang dijadikan keluarga
binaan yaitu keluarga Tn. I dan Ny. O dengan memberikan asuhan kepada
Ny. O. Dari hasil SMD yang dilakukan didapatkan hasil bahwa Ny. O yang
berusia 48 tahun mengalami tanda-tanda menopause, dan setelah dilakukan
kunjungan kedua dilakukan pemeriksaan fisik dan anamnesa didapatkan
hasil Ny. O masih menggunakan kontrasepsi kb suntik 3 bulan. Sehingga,
dari data yang didapat terdapat peluang untuk memberikan penyuluhan
tentang menopause dan konseling kontrasepsi jangka panjang (IUD) untuk
menambah pengetahuan kepada ibu agar tidak perlu khawatir yang
dilakukan pada tanggal 07 Mei 2019 Ny. O di Kampung Karyawangi RT 02
RW 06 Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat tahun 2019.
4.1.2 Data Objektif
Dalam peraturan Mentri Kesehatan (Permenkes) no. 585 Tahun 1989
tentang Persetujuan tindakan medik dinyatakan bahwa, informed consent
adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien
tersebut, baik diminta maupun tidak diminta, secara tertulis maupun lisan.
Sebelum penyuluhan mengenai menopause dan konseling kontrasepsi
jangka panjang, sebaiknya memberikan penjelasan mengenai menopause,
dan tanda-tanda terjadinya meopause. Pemeriksaan yang dilakukanpada Ny.
O meliputi pemeriksaan fisik sesuai dengan teori yang telah dilakukan.
4.2 Interpretasi Data
Menopause adalah keadaan wanita yang mengalami penurunan fungsi
indung telur, sehingga produksi hormone estrogen berkurang yang berakibat
terhentinya menstruasi untuk selamanya (Kumalasari, 2012).
49

Memiliki tanda-tanda menopause adalah sebagai berikut Nyeri


punggung, kekakuan, Sakit kepala, Palpitasi, Keringat malam, Insomnia dan
gangguan tidur, Hot flashes, selalu buang air kecil.
Pada Ny. O didapatkan hasil memiliki tanda-tanda seperti sakit
pinggang, sakit kepala, panas pada muka dan selalu pegal pegal saat
beraktivitas berlebih dan selalu suka mengeluh buang air kecil sering.
4.3 Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Kelompok umur manula secara luas tergantung dari masing-masing
definisi berdasarkan kebutuhan program. Usia lebih dari 45 tahun ke atas,
seorang wanita akan meninggalakn usia reproduksi (secara umum berkisar
antara 15-44 tahun) dan tidak demikian dengan laki-laki. Proses ini pasti akan
berdampak pada perubahan akan kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi.
4.4 Intervensi
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. O ternyata Ny. O mengatakan
belum mengetahui tanda-tanda bahwa dia sudah memasuki masa menopause
dan belum tahu mengenai efek kontrasepsi suntik yang dipakai Ny. O. Setelah
dilakukan identifikasi masalah, maka penulis dapat menentukan tindakan apa
atau intervensi apa yang akan dilakukan pada Ny. O. Salah satu intervensi
yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada yaitu dengan cara
melakukan penyuluhan tentang tanda-tanda menopause dan konseling
kontrasepsi jangka panjang (IUD) pada tanggal 24 mei 2019.
4.5 Perencanaan
Setelah dilakukan identifikasi masalah, maka penulis dapat menentukan
tindakan apa atau intervensi apa yang akan dilakukan pada Ny. O. Salah satu
intervensi yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada yaitu
dengan cara melakukan penyuluhan tentang tanda-tanda menopause dan
konseling kontrasepsi jangka panjang (IUD) pada tanggal 24 mei 2019.
4.6 Implementasi
Apa yang diintervensikan sudah dilaksanakan semua implementasi
berjalan tanggal 24 Mei 2019 pukul 17.30 WIB. Setelah dilakukan
implementasi ibu menjadi mengerti tentang tanda-tanda menopause dan
konseling megenai kontrasepsi jangka panjang (IUD).
4.7 Evaluasi
50

Setelah dilakukan intervensi berupa penyuluhan dilakukan evaluasi


maka didapatkan hasil:
Ny. O dapat mengerti dan memahami tentang tanda-tanda menopause dan
mengenai kontrasepsi jangka panjang (IUD). Diharapkan setelah diberikan
penyuluhan kepada Ny. O dapat mengerti dan menjadikan tambahan informasi
tentang tanda-tanda menopause dan kontasepsi jangka panjang (IUD).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan komunitas maka penulis dapat
mengambil kesimpulan yaitu pengkajian dalam asuhan kebidanan keluarga
pada Tn. I mengenai menopause dan konseling kontrasepsi jangka panjang
pada Ny. O di Kp. Karyawangi Rt 002 Rw 006 Desa Karyawangi Kecamatan
Parongpong Kabupaten Bandung Barat yaitu :
1. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data pada Ny. O di Desa
Karyawangi RT 02 RW 06 Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat Tahun 2019.
2. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data pada Ny. O di Desa
Karyawangi RT 02 RW 06 Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat Tahun 2019.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial yang
terjadi pada Ny. O di Desa Karyawangi RT 02 RW 06 Kecamatan
Parongpong Kabupaten Bandung Barat Tahun 2019.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan atau intervensi pada Ny. O
di Desa Karyawangi RT 02 RW 06 Kecamatan Parongpong Kabupaten
Bandung Barat Tahun 2019.
5. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan pada Ny. O di Desa
Karyawangi RT 02 RW 06 Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat Tahun 2019.
6. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada Ny. O di Desa
Karyawangi RT 02 RW 06 Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat Tahun 2019.
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi rencana asuhan yang sudah dilakukan
pada Ny. O di Desa Karyawangi RT 02 RW 06 Kecamatan Parongpong
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2019.

5.2 Saran
Dalam rangka untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, pembangunan
ilmu dan praktikum maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi RW dan RT

51
Diharapkan masyarakat dapat mendukung dan ikut berpartisipasi dalam
melaksanakan kegiatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dan merubah perilaku yang dapat memberikan pengaruh positif di
lingkungan masyarakat tersebut.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai tambahan pengetahuan mengenai pentingnya tanda-tanda
menopause dan kontrasepsi jangka panjang.
3. Bagi STIKes Rajwali
Diharapkan institusi dapat terus meningkatkan program yang sudah ada
dan dapat melakukan evaluasi dari setiap program praktik lapangan yang
telah dilakukan. Serta, disarankan institusi membuat kerjasama dengan
masyarakat agar pemberdayaan masyarakat ini bukan hanya program
kegiatan kerja lapangan kebidanan saja, melainkan dapat diadakannya
program-program yang khusus secara rutin untuk membangun masyarakat.
Sehingga, hasilnya akan berdampak lebih bagus bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi Ferry, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Karwati, Dewi Pujiati, Sri Mujiwati. 2013. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan
Komunitas). Jakarta: CV. Trans Info Media
Kumalasari Intan, Iwan Andhyantoro. 2012. Kesehatan Reproduksi Untuk
Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika
Marmi. 2016. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Maternity Dainty, Ratna Dewi P, Devy Lestari NA. 2017. Asuhan Kebidanan
Komunitas. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET
Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Yulifah Rita, Tri Johan AY. 2014. Asuhan Kebidanan Komunitas Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika

51
LAMPIRAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

Kampus 1: JalanRajawali Barat Nomor 38 Bandung

Kampus 2: Jalan Cihanjuang no 303 Bandung Barat

Tel. (022) 6079141, 70966727 fax. (022) 6079139

Nama : Eni Noormala Bunga Safitri


NPM : 2116017
Dosen Pembimbing : Intan Karlina, S.S.T., M.Keb

HARI / TOPIK REKOMENDASI PARAF


NO
TANGGAL BIMBINGAN PEMBIMBING PEMBIMBING

Konsul judul
Senin ACC Judul
1 KK Binaan
06 Mei 2019 Intan Karlina, S.S.T.,
M.Keb

2. Kamis, SAP
Dan Leaflet
23 Mei 2019

Perbaiki SAP dan


Leaflet

Intan Karlina, S.S.T.,


M.Keb

Perbaiki BAB I
Perbaiki BAB II
Perbaiki BAB III
a. Bab I Perbaiki BAB IV
b. Bab II Perbaiki BAB V
Senin, c. Bab III
3. d. Bab IV
03 Juni 2019 e. Bab V Intan Karlina, S.S.T.,
f. Leaflet M.Keb
g. SAP

a. Bab I
Senin, b. Bab II ACC KK Binaan
4. c. Bab III
10 Juni 2019 d. Bab IV
e. Bab V
Intan Karlina, S.S.T.,
M.Keb
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

Kampus 1: JalanRajawali Barat Nomor 38 Bandung

Kampus 2: Jalan Cihanjuang No 303 Bandung Barat

Tel. (022) 6079141, 70966727 fax. (022) 6079139

BUKTI KUNJUNGAN KK BINAAN

Nama : Eni Noormala Bunga Safitri


NPM : 2116012
Dosen Pembimbing : Intan Karlina, S.S.T., M.Keb

HARI /
NO TOPIK BIMBINGAN PARAF
TANGGAL

Minggu
1 Survei Mawas Diri (SMD)
05 Mei2019

2. Selasa a. Kunjungan kedua


b. Inform Consent
07 Mei 2019
Kamis
3 Kontrak waktu
23 Mei 2019

Penyeuhan mengenai
Jum’at Menopause dan konseling
4.
24 Mei 2019 kontrasepsi jangka panjang
(IUD)

Anda mungkin juga menyukai