Anda di halaman 1dari 63

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN, POLA AKTIVITAS SELAMA

HAMIL DAN KEBERSIHAN IBU DENGAN KONDISI IBU NIFAS PADA

IBU – IBU DI DESA WARUGUNUNG KECAMATAN REMBANG

KABUPATEN REMBANG

SKRIPSI

OLEH :

CICHA KARTIKA ABRIYANTI


2021620074
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan
Program Studi Kebidanan Sarjana Terapan

PROGRAM STUDI D IV
KEBIDANAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2022

1
HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN, POLA AKTIVITAS SELAMA

HAMIL, DAN KEBERSIHAN IBU DENGAN KONDISI IBU NIFAS PADA

IBU – IBU DI DESA WARUGUNUNG KECAMATAN REMBANG

KABUPATEN REMBANG

SKRIPSI

Oleh :

CICHA KARTIKA ABRIYANTI


2021620074

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut definisi WHO (World Health Organization) kematian maternal

ialah kematian seorang wanita sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari

sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya

kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Sebab –

sebab kematian ini dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang langsung

disebabkan oleh komplikasi – komplikasi kehamilan, persalinan, nifas dan

sebab – sebab yang lain seperti penyakit jantung, kanker dan lain sebagainya.

Angka kematian maternal ialah jumlah kematian maternal diperhitungkan

terhadap 1.000 atau 10.000 kelahiran hidup, kini di beberapa Negara malahan

terhadap 100.000 kelahiran hidup.

Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita,

dimana dengan adanya proses ini akan menyebabkan perubahan pada ibu

tersebut, yang meliputi perubahan fisik, mental, dan sosialnya. Perilaku ibu

pada masa kehamilan akan mempengaruhi kondisi kesehatannya baik secara

fisik maupun psikis yang berdampak pada proses kelahiran dan pasca

kelahiran.

Pola makan ibu selama hamil dapat dikategorikan dalam beberapa hal

yaitu kualitas makanan dan keteraturan makanan. Ibu hamil pada dasarnya

tetap dianjurkan untuk makan 3 kali sehari, namun perhatiakn juga menu
hariannya. Sebisa mungkin ibu hamil harus mengonsumsi makanan yang

variatif dan terbuat dari bahan segar.

Pola aktivitas Pada ibu hamil dan post partum yang sehat, pedoman klinis

merekomendasikan ibu hamil sebaiknya melakukan aktivitas fisik aerobic

minimal 150 menit setiap minggu dengan intensitas moderat (seperti jalan

cepat, senam khusu ibu hamil, berenang). Waktu 150 menit sebaiknya dibagi

merata setiap harinya. Aktivitas fisik sebaiknya dihindari oleh ibu hamil

adalah menyelam, olahraga dengan alat (boxing, bermain bola) dan aktivitas

yang memiliki resiko tinggi untuk jatuh. Walupun demikian, perlu diingat

bahwa rekomendasi ini merupakan sebuah consensus opini yang tidak

didasarkan pada bukti ilmiah.

Pola kebersihan saat hamil sangat dianjurkan dikarena pada kondisi hamil

lebih sering berkeringat, lebih sering alami keputihan, rentan terserang infeksi.

Jadi ibu hamil wajib menjaga kebersihan selama hamil seperti mencuci

tangan, menjaga keberdihan gigi, merawat organ intim, merawat payudara.

Kematian ibu dapat dipengaruhi oleh komplikasi kehamilan, komplikasi

persalinan, komplikasi nifas, riwayat penyakit ibu, riwayat kb dan

keterlambatan rujukan (Fibriani 2020). Sarwani (2020) juga memaparkan

bahwa komplikasi nifas dan riwayat penyakit ibu mempengaruhi kematian

ibu.

Masa nifas adalah masa pemulihan paska persalinan hingga seluruh organ

reproduksi wanita pulih kembali sebelum kehamilan berikutnya. Masa nifas

ini berlangsung sekitar 6-8 minggu paska persalinan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan saat masa nifas antara lain suhu, pengeluaran lochea, payudara,

traktur urinarius dan system kardiovaskular.

Walyani dan Purwoastuti (2015) memaparkan bahwa sekitar 50% dari

kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan,

diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Menurut

penelitian Assarag dkk (2013) komplikasi nifas meliputi kesehatan mental,

infeksi genital, masalah payudara dan perdarahan.

Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu didunia yaitu sebanyak

303.000 jiwa. Angka Kematian Ibu (AKI) di ASEAN yaitu sebesar 235 per

100.000 KH (ASEAN Secretariat, 2020). Menurut data Survey Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

meningkat dari 228 per 100.000 KH pada tahun 2002-2007 menjadi 359 per

100.000 KH pada 2007-2012. Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami

penurunan pada tahun 2012-2015 menjadi 305 per 100.000 KH dan jumlah

kematian ibu di Indonesia pada tahun 2019 yaitu sebanyak 4.221 kasus

(Kemenkes RI, 2019).

Angka kematian ibu meningkat sebanyak 300 kasus dari 2019 menjadi

sekitar 4.400 kematian pada 2020. (kompas, 2021). Angka kematian di jawa

tengah pada tahun 2020 meningkat daripada tahun 2019. Pada tahun 2019 ada

416 kasus dan pada 2020 meningkat menjadi 503 kasus.

(REPUBLIKA.CO.ID).

(AKI) angka kematian ibu melahirkan di Kabupaten Rembang mengalami

kenaikan. Pasalnya pada tahun 2019 sebanyak 6 kasus namun di 2020 menjadi
11 kasus. Hal ini disampaikan oleh Direktur RSUD dr. R. Soetrasno

Rembang, Agus Setiyo Hadipurwanto.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah saya lakukan di Desa

Warugunung dimana di wilayah tersebut tersebut di ambil 10 responden,

dilakukan wawancara kepada responden tentang bagaimana kondisi ibu

selama nifas dan hasilnya 7 dari 10 responden mengalami gangguan kesehatan

selama nifas. Masih banyak ibu – ibu usia subur yang tidak memperhatikan

pola makan, aktivitas dan kebersihan selama hamil yang dapat berpengaruh

pada kondisi ibu saat nifas. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan

penelitian di daerah tersebut dengan judul “Hubungan Antara Pola Makan,

Pola Aktivitas Selama Hamil Dan Kebersihan Ibu Dengan Kondisi Ibu Nifas

Pada Ibu – Ibu Di Desa Warugunung Kecamatan Rembang Kabupaten

Rembang”.

Dari data diatas menjadi acuan sehingga saya tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan Antara Pola Makan, Pola Aktivitas Selama

Hamil Dan Kebersihan Ibu Dengan Kondisi Ibu Nifas Pada Ibu – Ibu Di Desa

Warugunung Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, dapat di rumuskan masalah

yaitu apakah terdapat Hubungan Antara Pola Makan, Pola Aktivitas Selama

Hamil Dan Kebersihan Ibu Dengan Kondisi Ibu Nifas pada ibu – ibu di Desa

Warugunung Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang”.


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Antara Pola Makan, Pola Aktivitas Selama

Hamil Dan Kebersihan Ibu Dengan Kondisi Ibu Nifas pada ibu – ibu di

Desa Warugunung Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang”.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Pola Makan Ibu Selama Hamil Di Desa Warugunung

Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang

2. Mengidentifikasi Pola Aktivitas Selama Hamil Di Desa Warugunung

Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang

3. Mengidentidikasi Kebersihan Ibu Selama Hamil Di Desa Warugunung

Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang

4. Menganalisis Hubungan Antara Pola Makan, Pola Aktivitas Selama

Hamil Dan Kebersihan Ibu Dengan Kondisi Ibu Nifas pada ibu – ibu di

Desa Warugunung Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang

1.4 Hipotesis Penelitian

Di duga adanya hubungan yang signifikan antara pola makan, pola

aktivitas selama hamil dan kebersihan ibu dengan kondisi ibu nifas pada ibu –

ibu di Desa Warugunung Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.


1.5 Manfaat Penulisan

1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti Berikutnya

Dapat dijadikan sebagai pengetahuan, informasi, dan referensi

dalam penelitian selanjutnya terkait faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian kondisi ibu saat nifas.

1.5.2 Manfaat Bagi Instansi

1. Hasil penelitian dapat memberikan informasi terkait faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi kejadian kondisi ibu saat nifas.

2. Hasil penelitian dapat digunakan instansi untuk evaluasi dan membuat

kebijakan dalam menurunkan angka AKI.

1.5.3 Manfaat Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi terkait faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian kondisi ibu saat nifas, sehingga masyarakat

khususnya ibu dapat lebih waspada dalam menjaga kondisi saat hamil

hingga masa nifas.

1.6 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pelayanan ibu

nifas khususnya ibu nifas dengan kondisi yang abnormal.

1.7 Keaslian Penelitian

No Nama Judul Metode Hasil Perbedaan


Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian

1. Adhi Perbedaan Penelitian dapat Variabel

Ariyanti Perkemba analitik disimpulkan penelitian

(2016) ngan Anak observasional bahwa dependent:

Balita dengan desain tidak perkembangan

pada Ibu cross sectional. ditemukan balita

Bekerja Teknik adanya Waktu dan

dan Ibu sampling perbedaan tempat

Tidak dengan perkembang penelitian:

Bekerja purposiv quota an anak Rukun Warga

Penilaian non random balita, (RW) VI,

sampling,

recall 24 jam, cenderung penelitian

Timbangan berat memiliki semua balita

badan. Analisa ibu dengan yang

data dengan uji pengetahua menderita gizi

nutrisurvey n kurang. buruk yang

pada program Balita gizi terdapat di

SPSS. buruk wilayah kerja

cenderung Puskesmas

berasal dari Jongaya


keluarga Makassar yaitu

dengan sebanyak 161

status balita.

ekonomi Intrumen dan

rendah. bahan

penelitian:

Kuesioner,

yang berisi

data identitas

dari responden,

Formulir food

recall 24 jam,

Timbangan

berat badan.

3. Mendi Analisis Desain Hasil dari a. Waktu dan

Saputra, Status Gizi Penelitian penelitian tempat

(2016) Buruk dan kualitatif dengan ini Dari 10 penelitian:

Gizi menggunakan ibu yang wilayah Kota

Kurang metode croos mempunyai Bengkulu

pada sectional. balita gizi tahun

Balita di Jumlah sampel buruk dan 2016

Kota 22 sampel, gizi kurang tepatnya di 3


Bengkulu subjek di Kota wilayah kerja

penelitian Bengkulu Puskesmas

seluruh ibu yang adalah yaitu

mempunyai sebagian Puskesmas

balita gizi buruk besar Anggut Atas,

dan gizi kurang berpengetah Puskesmas

di Kota uan kurang Sawah Lebar

Bengkulu. karena dan

Tempat disebabkan Puskesmas

penelitian oleh faktor Jembatan

wilayah Kota pendidikan Kecil tahun

Bengkulu ibu yang 2016. b. Besar

tahun masih sampel

2016 penelitian: 22

tepatnya di 3 sampel.

c. Subyek

wilayah kerja rendah yaitu penelitian :

Puskesmas yaitu rata-rata seluruh ibu

Puskesmas pendidikan yang

Anggut Atas, yang mempunyai

Puskesmas ditamatkan balita gizi

Sawah Lebar dan ibu SMP, buruk dan gizi

Puskesmas dan sebagian kurang di Kota


Jembatan Kecil. besar ibu Bengkulu. d.

Teknik banyak yang Variabel

pengambilan tidak bekerja penelitian

sampel dilakukan dan hanya independen :

dengan cara diam balita dengan

cluster sampling. dirumah gizi kurang.

Analisa data saja, dengan Variabel

dengan uji banyaknya penelitian

thematic content ibu yang dependen :

analysis tidak faktor

bekerja, penyebabstatus

sehingga gizi buruk dan

bisa gizi kurang

membuat e. instrumen

ibu dan bahan

kurangnya penelitian : alat

pengetahua perekam,

n dan kamera, alat

informasi tulis dan

yang pedoman

didapatkan wawancara

dari luar mendalam

terutama (indepth
masalah interview)

gizi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ibu hamil

2.1.1 konsep ibu hamil

Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan

yang terjadi secara alami menghasilkan janin yang tumbuh di Rahim ibu.

Kehamilan dibagi dalam 3 trimester, dimana trimester pertama yaitu berlangsung

12 minggu, trimester kedua yaitu 1 minggu dari minggu ke 13 hingga ke 27 dan

trimester ketiga 13 minggu dari minggu ke 28 hingga minggu ke 40. Kehamilan

dapat memicu sekaligus memacu terjadinya perubahan tubuh baik anatomis,

fisiologis maupun biokimiawi. (Menurut Depkes RI).

Ibu hamil adalah saah satu kelompok yang rentan mengalami masalah gizi antara

lain anemia, kurang energy kronik (KEK) dan obesitas. Ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan selama hamil yaitu diantaranya kebutuhan asupan gizi selama

hamil. Kurangnya asupan zat gizi pada ibu hamil dan masalah gizi pada ibu
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin serta

meningkatkan resiko bayi mengalami BBLR. Status gizi dan kesehatan ibu

merupakan salah satu periode kritis yang menentukan status gizi balita atau yng

disebut 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang dimulai dari 270 hari Selma

kehamilan dan 730 hari kehidupan pertama bayi. Dampak yang di timbulkan

akibat gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan bersifat

permanen dan berjangka panjang antara lain adalah stunting, resiko mengalami

penyakit tidak menular (PTM), dan kurang optimalnya kualitas sumber daya

manusia. Oleh karena itu, perbaikan gizi melalui asupan gizi selama hamil

berperan penting dalam periode emas anak. Kegiatan perbaikan gizi dan

penanggulangan dalam masalah gizi pada ibu hamil yang dilakukan pada seribu

hari pertama kehidupan yaitu dengan memperbaiki status gizi ibu hamil melalui

makanan tambahan serta meminum tablet tambah darah selama minimal 90 tablet

selama kehamilan.

2.1.2 pola makan ibu hamil

2.1.2.1 Kualitas makanan

Kebutuhan nutrisi tersebut dapat diperoleh dari beragam jenis makanan

yang berbeda. Oleh karena itu, penting bagi Bumil untuk mengenal jenis

makanan sehat untuk ibu hamil agar asupan nutrisi tetap terjaga. Berikut

adalah contoh kualitas makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil:

a. Sayur dan buah

Sayur dan buah adalah bahan makanan utama dalam pola makan

sehat bagi ibu hamil. Setiap ibu hamil perlu mengonsumsi


setidaknya 5 porsi sayuran dan buah-buahan berbeda tiap hari

untuk mendapatkan aneka vitamin, mineral, serta serat. Sayuran

hijau, seperti bayam dan kale, mengandung banyak vitamin

A, vitamin C, vitamin K, dan asam folat yang penting untuk

memelihara kesehatan mata, menjaga daya tahan tubuh, serta

mencegah janin terlahir cacat.

b. Daging tanpa lemak, ikan, dan telur

Kelompok makanan ini kaya akan kandungan protein yang penting

untuk pertumbuhan janin, terutama pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan. Telur juga kaya akan kolin yang berperan penting

dalam mendukung perkembangan otak dan saraf janin serta

mengurangi risiko terjadinya cacat tabung saraf. Sementara itu,

ikan salmon kaya akan omega-3 yang baik untuk menjaga suasana

hati ibu hamil sekaligus mendukung pertumbuhan dan

perkembangan janin. Meski demikian, guna menghindari paparan

merkuri yang umumnya terkandung di dalam ikan laut, Bumil

disarankan untuk tidak mengonsumsi lebih dari 350 gram ikan

salmon, tuna, atau tongkol dalam waktu seminggu atau batasi

konsumsi ikan sebanyak 2–3 porsi per minggunya.

c. Kacang-kacangan

Kacang-kacangan berperan penting dalam mencukupi kebutuhan

serat dan melancarkan pencernaan ibu hamil. Selain itu, kelompok

makanan ini juga kaya akan kalsium, folat, zat besi, dan seng.
Dengan tercukupinya asupan serat, Bumil akan terhindar dari

konstipasi dan wasir. Selain itu, rutin konsumsi makanan berserat

dan bernutrisi tinggi, seperti kacang, sayur, dan buah-buahan, juga

baik untuk mencegah ibu hamil dari diabetes gestasional.

d. Makanan sumber karbohidrat

Gandum utuh merupakan salah satu sumber karbohidrat yang juga

kaya akan nutrisi lain, termasuk serat, vitamin E, dan selenium

yang baik untuk tumbuh kembang janin di dalam rahim. Selain itu,

untuk mencukupi kebutuhan energi saat hamil, ibu hamil juga perlu

mendapatkan asupan makanan lain yang mengandung karbohidrat,

misalnya oatmeal, roti gandum, pasta, dan nasi merah.

e. Susu dan produk olahannya

Susu dan produk olahan susu, seperti yoghurt dan keju, kaya akan

kalsium yang baik untuk pembentukan jaringan tulang pada bayi

serta menjaga kesehatan tulang ibu. Selain itu, mencukupi

kebutuhan cairan tubuh juga sangat dianjurkan bagi ibu hamil.

Dengan tercukupinya kebutuhan cairan, risiko janin terlahir

prematur akan berkurang. Asupan cairan juga penting untuk

mencegah dehidrasi, wasir, dan konstipasi pada ibu hamil. Selama

masa kehamilan, Bumil disarankan untuk mengonsumsi kurang

lebih 2,5 liter (setara dengan 10 gelas) air dalam sehari. Cairan ini
juga bisa diperoleh dari makanan, seperti buah dengan kadar air

yang tinggi, jus, atau susu. Hindari mengonsumsi terlalu banyak

minuman kemasan dengan kadar gula tinggi, karena jenis minuman

tersebut dapat menyebabkan diabetes, obesitas, dan tekanan darah

tinggi.

2.1.2.2 Kualitas Makanan Berdasarkan Trimester

a. Trimester 1

a) Sayuran berdaun hijau

Bayam, brokoli, kale, asparagus, dan sawi adalah beberapa

jenis sayuran berdaun hijau yang bisa menjadi menu

makanan ibu hamil trimester 1. Centers for diasease control

and prevetion merekomendasikan bahwa wanita hamil 400

mg asam folat dari makananya setiap hari

b) Biji-bijian utuh

Roti gandum, sereal, pasta yang mengandung serat juga

penting untuk dijadikan sebagai menu makanan ibu hamil

trimester 1,2,3. Mengonsumsi menu makanan ibu hamil

yang mengandung biji-bijian utuh akan menjaga fungsi

usus yang baik dan mengurangi kemungkinan terkena

sembelit dan wasir.

c) Sumber kolin alami

Kolin adalah nutrisi penting yang tidak boleh diabaikan

terutama saat awal kehamilan. Berfungsi untuk membatu


fungsi otak melalui pembentukan neurotransmitter

asetikolin, yaitu bentuk senyawa kolin yang berperan pada

fungsi otak. Supan kolin yang cukup dapat mempengaruhi

system saraf bayi yang mulai berkembang.

d) Buah-buahan mengandung vit c

Cara menjaga imunitas tubuh tetap bertahan dengan baik,

bunda harus dapat mendapatkan asupan vitamin c yang

cukup. Buah-buahan segar dapat menjadi sumber vit c

alami.

b. Trimester 2

a) Makanan kaya zat besi

Wanita hamil mengalami peningkatan jumlah darah di

tubuhnya sehingga mereka membutuhkan lebih banyak zat

besi dibandingkan wanita yang tidak hamil.sebaiknya total

45 mg zat besi per hari dari makanan dan suplemen

makanan selama hamil. Contoh daging merah, ikan, telur,

gandum, roti, sereal, dan pasta. Sayuran berdaun hijau,

buncis, kacang-kacangan.

b) Ikan berlemak

Salmon, makarel, tuna, dan herring menjadi pilihan yang

tepat. Ikan berlemak diperkaya dengan asam lemak, omega

3 yang baik dikonsumsi oleh ibu hamil. Bermnfaat bagi ibu


dan bayi didalam kandungan, terutama asam

eikosapentanoat (EPA) dan asam dokosaheksanoat (DHA).

c) Coklat hitam

Dilansir dari UT Southwestern Medical Center, coklat

hitam mengandung flavonoid, senyawa alami yang

merupakan bagian dari polifenol, hingga kaya akan

antioksidan.

c. Trimester 3

a) Avokad

Avokad memiliki kandungan folat dan kalium tinggi,

sehingga baik untuk perkembangan janin di kandungan.

Avokad juga merupakan makanan yang kaya akan zat besi

selain itu, avokad juga berguna sebagai persiapan ASI.

b) Telur, Daging, dan Ikan

Menjadi sumber protein yang baik untuk perkembangan

janin yang sangat dibutuhkan saat trimester ke 3. Dilansir

dari international food information council foundation,

asupan protein dalam menu makanan ibu hamil penting

untuk menjaga jaringan ibu dan pertumbuhan janin,

terutama selama trimester 3

c) Produk susu rendah lemak


Selama kehamilan, bayi yang tumbuh dalam Rahim

membutuhkan kalsium yang optimal untuk

mengembangkan tulangnya. Kebutuhan kalsium ini akan

meningkat pada 3 bulan sebelum persalinan. Contoh

yoghurt dan keju.

2.1.2.3 Keteraturan Makan

a. Trimester pertama

Trimester pertama adalah minggu 1-13 kehamilan. Periode ini

adalah yang paling umum bagi ibu hamil merasakan semua gejala

buruk yang mungkin terjadi selama kehamilan. Kendati demikian,

gejalanya berbeda-beda bagi masing-masing ibu hamil. Namun

gejala yang umum pada trimester pertama, seperti mual, kelelahan,

sakit kepala, kembung, payudara bengkak, malas makan, sembelit,

dan perubahan mood. Itu karena pada trimester awal, ibu hamil

mengalami beberapa perubahan hormon. Dengan kondisi ini,

makan apa yang Bunda bisa toleransi adalah kuncinya. Karena ini

bukan saatnya khawatir tentang apa atau kapan makan, tapi lebih

baik dengarkan tubuh Anda dan lakukan apa yang dibutuhkan.

Tubuh kita sangat cerdas, sehingga mereka akan menggunakan

nutrisi yang tersimpan sejak pra-kehamilan untuk membantu

tumbuh kembang janin. Karena itu, jangan stres tentang makanan

yang bisa atau tidak bisa dimakan selama trimester pertama.

Kelangsungan hidup menjadi prioritas Bunda di trimester ini.


Fokus untuk mendorong tubuh Anda merasakan yang terbaik dan

menjaga kadar gula darah serta tingkat energi yang seimbang.

Memang banyak nutrisi penting untuk trimester pertama yang bisa

didapat dalam protein berkualitas tinggi dan lemak sehat, seperti

kolin, vitamin B12, zat besi, asam lemak omega 3. Dan perlu

diingat kembali Bun, pada trimester pertama, Anda belum makan

secara teknis untuk 2 orang. Jadi, jika Bunda merasa sehat, tidak

perlu menambah jumlah makanan yang dikonsumsi untuk

membantu memberi makan si kecil yang sedang tumbuh. Tapi jika

Bunda lapar, beri makan tubuh Anda dan bersikap baik kepada diri

sendiri ya. (Jujuk E,2020)

b. Trimester kedua

Bunda mungkin akan menyambut akhir trimester pertama dengan

perasaan lega. Pada saat ini, peluang keguguran pun berkurang

signifikan, dan bagi yang mengalami morning sickness, akan mulai

mereda. Energi Bunda harus kembali dengan baik dan

membuatnya menjadi tahap kehamilan yang paling nyaman. Selain

itu, si kecil dalam kandungan, otak, sumsum tulang belakang dan

organ-organ utamanya sudah mulai berkembang dan tampak lebih

seperti bayi sebenarnya. Tapi pada trimester kedua, betapapun

nyaman rasanya, Bunda harus tetap mengonsumsi makanan sehat

dan bergizi. Dikutip dari Motherly, pada trimester ini, bayi akan

mengalami lonjakan pertumbuhan dengan panjang 10,2 sentimeter


(cm) hingga 30,5 cm. Artinya, Bunda akan lebih mudah lapar dan

membutuhkan vitamin dan nutrisi tambahan karena makan untuk

dua orang pada tahap ini. Nah untuk itu, Bunda harus

meningkatkan asupan kalori 300 sampai 500 kalori per hari. Selain

kalori, dibutuhkan protein untuk membuat Bunda kenyang dan

membantu bayi menambah berat dengan tepat. Ibu hamil harus

menambah 25 gram ekstra protein setiap hari. Tambahan itu setara

dengan 4 telur atau dada ayam 85 gram. Di samping itu, Bunda

juga harus mendapatkan cukup kalsium untuk menguatkan tulang

dan gigi. Vitamin D juga dibutuhkan untuk menyerap kalsium. Ibu

hamil disarankan mengonsumsi 4000 IU vitamin D. Dan seperti

kalsium, zat besi juga dibutuhkan selama kehamilan untuk

menghindari anemia. Ibu hamil harus mengonsumsi sekitar 27

miligram (mg) zat besi setiap harinya. Pada trimester ini, Bunda

juga bisa melakukan diet seimbang yang kaya akan vitamin dan

mineral. Porsi makan Bunda, yakni 50 persen karbohidrat

kompleks (buah-buahan, sayuran dan biji-bijian), 30 persen lemak

sehat, dan 20 persen protein. Porsi diet ini akan membantu Bunda

menambah berat badan yang tepat, meningkatkan energi, dan

membuat Bunda tetap aktif.

c. Trimester ketiga

Pada tahap ini, sebagian besar itu hamil berjuang dengan berat

badan dan rasa lelah. Pertumbuhan janin terjadi signifikan selama


8-12 minggu terakhir kehamilan dan makin besar perut membuat

lebih sedikit ruang untuk makan, namun Bunda tetap

membutuhkan kalori ekstra hingga 500 kalori per hari untuk

mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi. Makanan kecil

atau camilan setiap beberapa jam dibutuhkan. Salah satu masalah

terbesar adalah menyeimbangkan kebutuhan kalori yang meningkat

dengan pilihan makanan kaya nutrisi yang disesuaikan dengan

ruang perut Bunda yang terbatas. Pada saat ini, Bunda akan sering

mengalami refluks dan mulas karena bayi yang tumbuh akan

mengambil lebih banyak ruang, yang berarti bahwa jenis dan

waktu makan penting. Umumnya, makanan kecil atau camilan

seukuran kepalan tangan yang dikonsumsi setiap beberapa jam

akan membantu Bunda mendapatkan kalori yang cukup. Dilansir

dari Kidspot, pada tahap kehamilan ini, Bunda harus fokus pada

makanan kaya zat gizi dan omega 3. Karena itu, ingatlah untuk

memasukkan daging merah ke dalam makanan setidaknya 2-3 kali

setiap minggu. Sementara saat kelahiran semakin dekat, fokus

mengonsumsi lemak baik, yang bisa ditemukan dalam alpukat,

kacang-kacangan, minyak zaitun, dan sereal berbasis gandum

untuk memberi nutrisi yang dibutuhkan untuk memproduksi air

susu ibu (ASI). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah

mengonsumsi air 2 liter sehari dan hindari garam. Jika Bunda

merasa sehat, sebaiknya tetap seaktif mungkin dan jalan-jalan


santai sejauh yang Bunda bisa. Cara itu membantu sirkulasi dan

memindahkan cairan berlebihan dari kaki Anda.

2.1.2.3 Kebutuhan Kalori Ibu Hamil

Seorang wanita dewasa aktif rata-rata membutuhkan 2000 kalori

setiap harinya. Pada masa kehamilan, kebutuhan kalori inu hamil bukan

berarti meningkat menjadi dua kali lipat. Kebutuhan kalori ibu hamil pada

ibu hamil dengan berat badan ideal adalah 1800 kkal pada trimester 1,

2200 kkal pada trimester 2, dan 2400 pada trimester 3. Dalam hal ini, saat

trimester 1, kalori tambahan tidak di perlukan asal anda mengokonsumsi

asupan sebesar 2000 kkal setiap hari. Memasuki trimester 3, hingga masa

akhir kehamilan, kebutuhan kaloripun bertambah sebanyak 500 kkal setiap

harinya.

Menurut Riset Medical Clinics Of North America, jumlah kalori

yang anda butuhkan saat hamil bergantung pada : tinggi badan, berat

badan saat ini, seberapa aktiv anda, komposisi tubuh dan factor genetic,

usia ibu hamil.

2.2.1 pola aktivitas selama hamil

aktivitas fisik yang dianjurkan selama kehamilan adalah aktivitas

fisik aerobic seperti berenang, berjalan, senam khusus ibu hamil yang

dilakukan setiap minimal tiga kali dalam seminggu dengan total

durasi 150 menit perminggunya. Agar ibu hamil tetap bugar dan

dapat mempertahankan berat badan ideal sesuai kondisi


kehamilannya, pola makan ibu hami harus bergizi seimbag yang

disesuaikan dengan aktivitas fisiknya. Jenis aktivitas yang sebaiknya

ibu hamil lakukan adalah:

1. senam hamil

konsultasi dengan dokter terlebih dahulu, senam hamil adalah

terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik

ataupun mental, untuk menghadapi persalinan yang cepat, aman

dan spontan.

Senam hamil biasanya dilakukan saat kehamilan memasuki

trimester ketiga yaitu sekitar usia 28 – 30 minggu kehamilan.

Selain untuk menjaga kebugaran, senam hamil juga diperlukan

untuk meningkatkan kesiapan fisik dan mental calon ibu selama

proses persalinan. Dengan gerakan yang ringan dan disesuaikan

dengan kondisi tubuh ibu, senam hamil memiliki banyak manfaat

yaitu :

a. memperkuat kelenturan otot

senam hamil akan memperkuat elastisitas beberapa otot pada

dinding perut sehingga akan mengurangi rasa nyeri pada perut

dan bokong.

b. Melatih teknik pernapasan

Dengan melakukan senam hamil secara rutin maka ibu akan

mendapatkan oksigen secar optimal, yang akan membantu

selama proses persalinan.


c. Melatih relaksasi

Relaksasi sangat dibutuhkan saat proses persalinan. Senam

hamil akan membantu ibu untuk mengatasi rasa sakit maupun

ketegangan selama proses persalinan.

d. Mengurangi keluhan

Senam hamil juga dapat membantu mengurangi keluhan

terhadap perubahan bentuk tubuh.

e. Melancarkan persalinan

Lakukan senam hamil secara teratur setidaknya 3 kali dalam

seminggu. Selama trimester kedua dan ketiga, hindari

berbaring terlentang karena akan mengurangi aliran darah

kejanin. Hindari latihan yang menguras tenaga hingga ibu

terengah-engah. Ini adalah tanda bahwa ibu dan janin

kekurangan oksigen. Hindari juga gerakan atau latihan yang

dapat menimbulkan trauma atau desakan pada perut ibu.

Minumlah banyak cairan sebelum dan selama latihan untuk

mengurangi resiko dehidrasi atau overheating.

2. Jalan santai

Jalan kaki santai adalah olahraga paling aman yang bisa dilakukan

menjelang persalinan. Namun, ibu tetap harus memperhatikan hal

– hal berikut :

a. Trimester pertama
Pada trimester pertama, jalan kaki dilakukan lebih santai,

tidak terlalu cepat, seperti sebelum hamil. Kenakan pakaian

dan sepatu yang nyaman. Tak lupa, bawa air minum untuk

mencegah dehidrasi.

b. Trimester kedua

Bagi ibu hamil yang merasa tubuhnya lebih berat dan kaku,

perlu melakukan penyesuaikan gerakan saat jalan kaki. Posisi

dagu harus tegak, gerakan pinggul lebih perlahan, aynan kaki

harus memperhatikan betul keseimbangan tubuh.

c. Trimester ketiga

Pada trimester ketiga, saat berjalan kaki, hindari medan berat

seperti menanjak atau tidak rata. Medan seperti ini dapat

mengganggu keseimbangan ibu hamil. Mendekati persalinan,

ibu boleh berjalan kaki sebagai bentuk olahrga ringan, namun

sebaiknya perlu ekstra berhati-hati.

Bila sebelum hamil ibu jarang berolahraga, maka cara terbaik untuk memulai

adalah berjalan sejauh yang ibu mampu dengan kecepatan yang dirasa paling

nyaman. Segera hubungi dokter bila :

1) Terjadi perdarahan dari vagina

2) Keluar cairan ketuban

3) Merasa lelah atau mau pingsan

4) Pandangan kabur

5) Jantung berdebar – debar


Aktivitas fisik ibu hamil umumnya tidak berbeda dengan aktivitas sebelum hamil.

Sebelum hamil aktivitas fisik yang biasa dilakukan tidak mengganggu terhadap

kualitas tidur. Adanya perubahan fisiologis kehamilan memperbesar system tubuh

yang dapat mempengaruhi kualitas tidur

Semakin tinggi aktivitas fisik yang dilakukan semakin buruk pula kualitas tidur

ibu hamil. Hal ini disebabkan meningkatnya metabolism tubuh ibu hamil.

2.3.1 pola kebersihan ibu selama hamil

2.3.1.1 Personal Hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang

artinya perorangan dan hygiene yang berarti sehat. Personal

hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang dilakukan oleh ibu

hamil untuk mengurangi kemungkinan infeksi, karena badan yang

kotor yang banyak mengandung kuman-kuman. Kehamilan

merupakan suatu proses kehidupan seorang wanita, dimana dengan

adanya proses ini terjadi perubahan-perubahan yang meliputi

perubahan fisik, mental, psikologis dan sosial. Kesehatan pada ibu

hamil untuk mendapatkan ibu dan anak yang sehat dilakukan

selama ibu dalam keadaan hamil. Hal ini dapat dilakukan

diantaranya dengan memperhatikan kebersihan diri (personal

hygiens) pada ibu hamil itu sendiri, sehingga dapat mengurangi

hal-hal yang dapat memberikan efek negatif pada ibu hamil,

misalnya pencegahan terhadap infeksi.


Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi

dianjurkan sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung

untuk mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri

terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia)

dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan

gigi dan mulut perlu mendapat perhatian karena seringkali mudah

terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan kalsium.

Rasa mual selama masa hamil dapat mengakibatkan perburukan

hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies gigi. (Kusmiyati Y,

dkk.2008)

2.3.1.2 Tujuan perawatan personal hygiene (Tarwoto dan

Wartonah. 2006 dan Ambarwati, E.R dan Sunarsih T. 2009)

a) Meningkatkan derajat kesejahteraan seseorang

b) Memelihara kebersihan diri seseorang

c) Memperbaiki personal hygiene yang kurang

d) Pencegahan penyakit

e) Meningkatkan percaya diri seseorang

f) Menciptakan keindahan

2.3.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene (Tarwoto dan

Wartonah. 2006 dan Ambarwati, E.R dan Sunarsih T. 2009)

a) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi

kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik

sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

b) Praktik Sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka

kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene

c) Status sosioekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,

pasta gigi, sikat gigi, shampoo, sabun mandi yang semuanya

memerlukan uang untuk menyediakannya.

d) Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.

e) Budaya

Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak

boleh dimandikan.

f) Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam

perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain-

lain.

g) Kondisi Fisik

Pada keadaan sakit tentu kemampuan untuk merawat diri

berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.


2.3.1.4 Personal Hygiene yang Berkaitan dengan Perubahan Sistem pada

Tubuh Ibu Hamil. (Rukiyah A Y, dkk.2009)

a) Selama kehamilan pH vagina menjadi asam dari 4 – 3 menjadi 5-6,5

akibat vagina mudah terkena infeksi.

b) Stimulus estrogen menyebabkan adanya Flour Albus (keputihan).

c) Peningkatan vaskularisasi di perifer mengakibatkan wanita hamil

sering berkeringat.

d) Uterus yang membesar menekan kandung kemih, mengakibatkan

keinginan wanita hamil untuk sering berkemih.

e) Mandi teratur mencegah iritasi vagina, teknik pencucian perianal dari

depan ke belakang.

2.3.1.5 Manfaat Personal Hygiens dan Aktivitas pada Ibu Hamil (Rio.

2011)

a) Dengan mandi dan membersihkan badan ibu akan mengurangi

kemungkinan adanya kuman yang masuk selama ibu hamil. Hal ini

mengurangi terjadinya Infeksi, khususnya sesudah melahirkan.

b) Ibu akan merasa nyaman selama menjalani proses persalinan Saat ini,

ibu yang akan melahirkan, tidak di-huknah untuk mengeluarkan tinja,

Bulu kemalauan tidak dicukur seluruhnya, hanya bagian yang dekat

anus yang akan dibersihkan karena hal tersebut akan mempermudah

penjahitan jika ibu ternyata diepisiotomi, Selama menunggu persalinan

tiba ibu diperbolehkan untuk berjalan-jalan disekitar kamar bersalin,


Ibu boleh minum dan makan makanan ringan, disarankan untuk tidak

mengkonsumsi makanan yang berbau menyengat seperti pete dan

jengkol

2.3.1.6 Hal-hal yang Perlu diperhatikan pada Personal Hygiens Ibu Hamil

(Rio. 2011)

Pada personal hygiens ibu hamil, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam personal hygiens pada ibu hamil adalah dimulai dari kebersihan

rambut dan kulit kepala, kebersihan payudara, kebersihan pakaian,

kebersihan vulva, kebersihan kuku tangan dan kaki.

a) Kebersihan rambut dan kulit kepala

Rambut berminyak cenderung menjadi lebih sering selama kehamilan

karena over activity kelenjar minyak kulit kepala dan mungkin

memerlukan keramas lebih sering. Rambut bisa tumbuh lebih cepat

selama kehamilan dan mungkin memerlukan pemotongan lebih sering.

Menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala pada ibu hamil sangatlah

penting. Disarankan ibu hamil untuk mencuci rambut secara teratur

guna menghilangkan segala kotoran, debu dan endapan minyak yang

menumpuk pada rambut membantu memberikan stimulasi sirkulasi

darah pada kulit kepala dan memonitor masalah-masalah pada rambut

dan kulit kepala.

b) Kebersihan gigi dan mulut

Ibu hamil harus memperhatikan kebersihan gigi dan mulut untuk

menjaga dari semua kotoran dari sisa makanan yang masih tertinggal
di dalam gigi yang mengakibatkan kerusakan pada gigi dan bau mulut.

Tidak ada dokumentasi yang mendukung peningkatan rongga gigi

selama kehamilan.

Kebersihan dan perawatan gigi dapat dilakukan dengan oral hygiens

dengan menggunakan sikat dan pasta gigi sedangkan untuk kebersihan

area mulut dan lidah bisa dilakukan dengan menggunakan kasa yang

dicampur dengan antiseptik.

Penjadwalan untuk trimester I terkait dengan hiperemesis dan

ptyalisme (produksi liur yang berlebihan) sehingga kebersihan rongga

mulut harus selalu terjaga, misalnya pencegahan karies pada gigi.

Sedangkan untuk trimester III, terkait dengan adanya kebutuhan

kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga diketahui apakah terdapat

pengaruh yang merugikan pada gigi ibu hamil. Dianjurkan untuk selalu

menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil sangat rentan terhadap

terjadinya karies dan gingivitis.

c) Kebersihan payudara

Pemeliharaan payudara juga penting, putting susu harus dibersihakan

kalau terbasahi oleh kolostrum. Kalau dibiarkan dapat terjadi edema

pada putting susu dan sekitarnya. Putting susu yang masuk diusahakan

supaya keluar dengan pemijatan keluar setiap kali mandi. Payudara

perlu disiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera

berfungsi dengan baik pada saat diperlukan.Pada triwulan pertama

wanita hamil mengalami eneg dan mual (morning sickness). Keadaan


ini menyebabkan peran perawatan gigi tidak diperhatikan dengan baik,

sehingga timbul karies, gingivitis, dan sebagainya. Tindakan

penembalan gigi dan pencabutan gigi jarang merupakan

kontraindikasi. Bila kerusakan-kerusakan gigi ini tidak diperhatikan

dengan baik hal ini dapat mengakibatkan komplilkasi, seperti nefritis,

septikemia, sespsis puerperalis, oloeh karena infeksi di rongga mulut

misalnya pulpitis yang telah menahun, dapat menjadi sarang infeksi

yang menyebar kemana-mana. Maka dari itu bila keadaan

mengijinkan, tiap wanita hamil harus memeriksakan giginya secara

teratur sewaktu hamil (Wiknjosastro dalam Prawihardjo, 2005 dalam

Rukiyah A.Y, dkk.2009).

d) Pakaian Selama Kehamilan

Pada dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai, baju hendaknya yang

longgar dan mudah dipakai serta bahan yang mudah menyerap

keringat. Ada dua hal yang harus diperhatikan dan dihindari yaitu : 1)

sabuk dan stoking yang terlalu ketat. Karena akan mengganggu aliran

balik 2) sepatu dengan hak tinggi, akan menambah lordosis sehingga

sakit pinggang akan bertambah. (Kusmiyati Y, dkk.2008). Payudara

perlu ditopang dengan BH yang memadai untuk mengurangi rasa tidak

enak karena pembesaran dan kecenderungan menjadi pendulans.

(Kusmiyati Y, dkk.2008).

Pakaian yang dikenakan ibu hamil harus nyaman tanpa sabuk/pita

yang menekan dibagian perut/pergelangan tangan, pakaian juga tidak


baik terlalu ketat dileher, stoking tungkai yang sering digunakan oleh

sebagian wanita tidak dianjurkan karena dapat menghambat sirkulasi

darah. Pakaian wanita hamil harus ringan dan menarik karena wanita

hamil tubuhnya akan tambah menjadi besar. Sepatu harus terasa pas,

enak dan aman, sepatu bertumit tinggi dan berujung lancip tidak baik

bagi kaki, khususnya pada saat kehamilan ketika stabilitas tubuh

terganggu dan cidera kaki yang sering terjadi. (Rukiyah A.Y,

dkk.2009)

Desain bahan harus disesuaikan agar dapat menyangga payudara yang

tambah menjadi besar pada kehamilan dan memudahkan ibu ketika

akan menyusui. BH harus tali besar sehingga tidak terasa sakit dibahu.

Pemakaian BH dianjurkan terutama pada kehamilan di bulan ke empat

samoai ke lima sesudah terbiasa boleh menggunakan BH tipis/ tidak

memakai BH sama sekali jika tanpa BH terasa lebih nyaman. Ada dua

pilihan BH yang biasa tersedia, yaitu BH katun biasa dan BH nilon

yang halus. (Rukiyah A.Y, dkk.2009).

Korset yang khusus untuk ibu hamil dapat membantu menekan perut

bawah yang melorot dan mengurangi nyeri punggung. Korset ibu

hamil didesain untuk menyangga bagian perut diatas simfisis pubis

disebelah depan dan masing-masing di sisi bagian tengah pinggang

disebelah belakang. Pemakaian korset tidak boleh menimbulkan

tekanan (selain menyangga dengan ketat tapi lembut) pada perut yang

membesar dan dianjurkan pada wanita hamil yang mempunyai tunas


otot perut yang rendah. Korset yang tidak didesain untuk kehamilan

dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan tekanan pada uterus dan

wanita hamil tidak dianjurkan untuk mengenakannya. (Rukiyah A.Y,

dkk.2009).

2.2 ibu nifas

2.2.1 konsep ibu nifas

Masa nifas adalah masa nifas adalah masa yang dimulai dari

plasenta lahir sampai alat- alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,

dan memerlukan waktu kira-kira 6 minggu.

Periode masa nifas (puerperium)

adalah periode waktu selama 6-8 minggu

setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah

selesainya persalinan dan berakhir setelah

alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan

sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat

dari adanya perubahan fisiologi dan

psikologi karena proses persalinan.

Postpartum (puerperium) adalah

masa yang dimulai setelah plasenta keluar

dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali pulih seperti semula. Selama masa


pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan

mengalami banyak perubahan fisik yang

bersifat fisiologis dan banyak memberikan

ketidaknyamanan pada awal postpartum,

yang tidak menutup kemungkinan untuk

menjadi patologis bila tidak diikuti dengan

perawatan yang baik.1

Masa nifas adalah suatu periode

dalam minggu-minggu pertama setelah

kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti,

sebagian besar menganggapnya antara 4

sampai 6 minggu. Walaupun merupakan

masa yang relatif tidak kompleks

dibandingkan dengan kehamilan, nifas

ditandai dengan banyak perubahan fisiologis.

Beberapa dari perubahan tersebut mungkin

hanya sedikit mengganggu ibu baru,

walaupun komplikasi serius mungkin dapat

terjadi.15
Masa ini merupakan masa yang

cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk

selalu melakukan pemantauan karena

pelaksanaan yang kurang maksimal dapat

menyebabkan ibu mengalami berbagai

masalah, bahkan dapat berlanjut pada

komplikasi masa nifas, seperti sepsis

puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab

kematian para ibu, infeksi merupakan

penyebab kematian terbanyak nomor dua

setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika

para tenaga kesehatan memberikan perhatian

yang tinggi pada masa ini.

2.2.2 Tahapan Masa Nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai

berikut:

a. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai


dengan 24 jam. Pada masa ini sering

terdapat banyak masalah, misalnya

pendarahan karena atonia uteri, oleh karena

itu, bidan dengan teratur harus melakukan

pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran

lokhea, tekanan darah, dan suhu.

b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi

uteri dalam keadaan normal, tidak ada

perdarahan, lokhea tidak berbau busuk,

tidak demam, ibu cukup mendapatkan

makanan dan cairan, serta ibu dapat

menyusui dengan baik. Selain itu, pada fase

ini ibu sudah memiliki keinginan untuk

merawat dirinya dan diperbolehkan berdiri

dan berjalan untuk melakukan perawatan

diri karena hal tersebut akan bermanfaat

pada semua sistem tubuh.

c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan

perawatan dan pemeriksaan sehari-hari


serta konseling KB. 2, 16

Periode immediate postpartum dan

early postpartum merupakan periode yang

sering terjadi komplikasi pada ibu.17 Periode

masa nifas yang beresiko terhadap kematian

ibu terutama terjadi pada periode immediate

postpartum (50%), pada masa early

postpartum (20%) dan masa late postpartum

(5%). 7, 8
Resiko sering terjadi ketika satu

minggu pertama post partum (Early

postpartum) karena hampir seluruh sitem

tubuh mengalami perubahan secara drastis.18

2.1.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Sistem tubuh ibu akan kembali

beradaptasi untuk menyesuaikan dengan

kondisi postpartum.19 Organ-organ tubuh ibu

yang mengalami perubahan setelah

melahirkan antara lain:

1. Perubahan sistem reproduksi


a. Uterus

Involusi merupakan suatu proses

kembalinya uterus pada kondisi sebelum

hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan

melakukan pemeriksaan palpasi untuk

meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus

Uteri).

Tabel.2 Tinggi Fundus Uterus Dan Berat Uterus Menurut Hari

Kondisi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir Dua jari dibawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat-symphisis 500 gr
2 minggu Tak teraba di atas symphisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr

Sumber: Widyasih, Hesty,dkk.2012. Perawatan


Masa Nifas, Yogyakarta halaman : 28

b. Lokhea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim

selama masa nifas. Lokhea berbau amis atau

anyir dengan volume yang berbeda-beda

pada setiap wanita. Lokhea yang berbau

tidak sedap menandakan adanya infeksi.

Lokhea mempunyai perubahan warna dan


volume karena adanya proses involusi.

Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis

berdasarkan warna dan waktu keluarnya :

1) Lokhea rubra

Lokhea ini keluar pada hari pertama

sampai hari ke-4 masa postpartum.

Cairan yang keluar berwarna merah

karena terisi darah segar, jaringan sisa-

sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,

lanugo (rambut bayi), dan mekonium.

2) Lokhea sanguinolenta

Lokhea ini berwarna merah kecokelatan

dan berlendir, serta berlangsung dari hari

ke-4 sampai hari ke-7 post partum.

3) Lokhea serosa

Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan

karena mengandung serum, leukosit, dan

robekan atau laserasi plasenta. Keluar

pada hari ke-7 sampai hari ke-14.


4) Lokhea alba

Lokhea ini mengandung leukosit, sel

desidua, sel epitel, selaput lendir serviks,

dan serabut jaringan yang mati. Lokhea

alba ini dapat berlangsung selama 2-6

minggu post partum.

Lokhea yang menetap pada awal

periode post partum menunjukkan adanya

tanda-tanda perdarahan sekunder yang

mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa

atau selaput plasenta. Lokhea alba atau

serosa yang berlanjut dapat menandakan

adanya endometritis, terutama bila disertai

dengan nyeri pada abdomen dan demam.

Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah

berbau busuk yang disebut dengan “lokhea

purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak

lancar disebut “lokhea statis”.

c. Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami

penekanan, serta peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi. Dalam

beberapa hari pertama sesudah proses

tersebut, kedua organ ini tetap dalam

keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva

dan vagina kembali kepada keadaan tidak

hamil dan rugae dalam vagina secara

berangsur-angsur akan muncul kembali,

sementara labia menjadi lebih menonjol.

d. Perubahan Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum

menjadi kendur karena sebelumnya teregang

oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada

post natal hari ke-5, perinium sudah

mendapatkan kembali sebagian tonusnya,

sekalipun tetap lebih kendur daripada

keadaan sebelum hamil.

2. Perubahan Sistem Pencernaan


Biasanya ibu mengalami konstipasi

setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena

pada waktu melahirkan alat pencernaan

mendapat tekanan yang menyebabkan kolon

menjadi kosong, pengeluaran cairan yang

berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya

asupan makan, hemoroid dan kurangnya

aktivitas tubuh.

3. Perubahan Sistem Perkemihan

Setelah proses persalinan

berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk

buang air kecil dalam 24 jam pertama.

Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat

spasme sfinkter dan edema leher kandung

kemih setelah mengalami kompresi

(tekanan) antara kepala janin dan tulang

pubis selama persalinan berlangsung. Kadar

hormon estrogen yang besifat menahan air

akan mengalami penurunan yang mencolok.


Keadaan tersebut disebut “diuresis”.

4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera

setelah partus, pembuluh darah yang berada

di antara anyaman otot-otot uterus akan

terjepit, sehingga akan menghentikan

perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma

pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu

persalinan, secara berangsur-angsur menjadi

ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara

sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah

persalinan.

5. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah persalinan, shunt akan hilang

tiba-tiba. Volume darah bertambah, sehingga

akan menimbulkan dekompensasi kordis

pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat

diatasi dengan mekanisme kompensasi

dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga

volume darah kembali seperti sediakala.

Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari


ketiga sampai kelima postpartum.

6. Perubahan Tanda-tanda Vital

Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji

antara lain :

a. Suhu badan

Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu

badan akan naik sedikit (37,50 – 380C)

akibat dari kerja keras waktu

melahirkan, kehilangan cairan dan

kelelahan. Apabila dalam keadaan

normal, suhu badan akan menjadi

biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu

badan naik lagi

karena ada pembentukan ASI. Bila

suhu tidak turun, kemungkinan adanya

infeksi pada endometrium.

b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa

60-80 kali per menit. Denyut nadi

sehabis melahirkan biasanya akan lebih

cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/

menit, harus waspada kemungkinan

dehidrasi, infeksi atau perdarahan

postpartum.

c. Tekanan darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah.

Kemungkinan tekanan darah akan lebih

rendah setelah ibu melahirkan karena

ada perdarahan. Tekanan darah tinggi

pada saat postpartum menandakan

terjadinya preeklampsi postpartum.

d. Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu

berhubungan dengan keadaan suhu dan

denyut nadi. Bila suhu nadi tidak

normal, pernafasan juga akan

mengikutinya, kecuali apabila ada


gangguan khusus pada saluran nafas.

Bila pernafasan pada masa postpartum

menjadi lebih cepat, kemungkinan ada

tanda-tanda syok.

2.1.3 Macam-macam Perawatan Diri Masa Nifas

Perawatan diri ibu nifas terdiri dari berbagai macam,

meliputi:

a. Memelihara Kebersihan Perseorangan (Personal Hygiene)

Kebersihan diri ibu membantu

mengurangi sumber infeksi dan

meningkatkan perasaan kesejahteraan ibu.24

Personal Hygiene yang bisa dilakukan ibu

nifas untuk memelihara kebersihan diri tidak

hanya mandi, tetapi juga menggosok gigi dan

menjaga kebersihan mulut, menjaga

kebersihan rambut dengan keramas, menjaga

kebersihan pakaian, dan menjaga kebersihan

kaki, kuku, telinga, mata dan hidung.23 Selain

itu juga mencuci tangan sebelum memegang

payudara, setelah mengganti popok bayi,


setelah buang air besar dan kecil dan

sebelum memegang atau menggendong

bayi.19

b. Perawatan Perineum

Perawatan khusus perineum bagi

wanita setelah melahirkan bayi bertujuan

untuk pencegahan terjadinya infeksi,

mengurangi rasa tidak nyaman dan

meningkatkan penyembuhan.Walaupun

prosedurnya

bervariasi dari satu rumah sakit lainnya,

prinsip-prinsip dasarnya bersifat universal

yaitu mencegah kontaminasi dari rektum,

menangani dengan lembut pada jaringan

yang terkena trauma dan membersihkan

semua keluaran yang menjadi sumber bakteri

dan bau.24

Perawatan perineum yang dianjurkan

untuk ibu postpartum adalah membasuh

perineum dengan air bersih dan sabun setelah


berkemih dan buang air besar. Perineum

harus dalam keadaan kering dan dibersihkan

dari depan ke belakang.23 Ibu dianjurkan

untuk mengganti pembalut setiap kali mandi,

setelah buang air besar atau kecil atau setiap

tiga sampai empat jam sekali.19

Munculnya infeksi perineum dapat

merambat pada saluran kandung kemih

ataupun pada jalan lahir, infeksi tidak hanya

menghambat proses penyembuhan luka

tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan sel

penunjang, sehingga akan menambah ukuran

dari luka itu sendiri baik panjang maupun

kedalaman dari luka.25

c. Perawatan Payudara

Perawatan payudara adalah suatu

tindakan untuk merawat payudara terutama

pada masa nifas (masa menyusui) untuk

melancarkan pengeluaran ASI. Perawatan

payudara pasca persalinan merupakan

kelanjutan perawatan payudara semasa

hamil.
Bagi ibu yang menyusui bayinya,

perawatan puting susu merupakan suatu hal

amat penting. Payudara harus dibersihkan

dengan teliti setiap hari selama mandi dan

sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini

akan mengangkat kolostrum yang kering atau

sisa susu dan membantu

mencegah akumulasi dan masuknya bakteri

baik ke puting maupun ke mulut bayi.

Adapun langkah-langkah dalam

melakukan perawatan payudara yang baik,

yaitu : mengompres kedua puting dengan

baby oil selama 2-3 menit, membersihkan

puting susu , melakukan pegurutan dari

pangkal ke putting susu sebanyak 20-30 kali

pada tiap payudara, pengurutan dengan

menggunakan sisi kelingking, pengurutan

dengan posisi tangan mengepal sebanyak 20-

30 kali pada tiap payudara dan kompres

dengan air kemudian keringkan dengan


handuk kering.26

d. Mobilisasi Dini dan Senam Nifas

Mobilisasi Dini adalah selekas

mungkin membimbing ibu keluar dari tempat

tidurnya dan membimbing ibu selekas

mungkin segera berjalan. Jika tidak ada

kelainan, mobilisasi dapat dilakukan sedini

mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan

normal.10 Mobilisasi dini sangat bermanfaat

untuk mempertahankan fungsi tubuh,

memperlancar peredaran darah sehingga

mencegah terjadinya tromboemboli,

membantu pernafasan menjadi lebih baik,

mempertahankan tonus otot, memperlancar

eliminasi, dan mengembalikan aktivitas

sehingga dapat memenuhi kebutuhan gerak

harian.27

Senam nifas dilakukan sejak hari

pertama setelah melahirkan hingga hari

kesepuluh, terdiri atas beberapa gerakan

tubuh yang dilakukan untuk mempercepat

pemulihan keadaan ibu. Senam nifas


dilakukan pada saat kondisi ibu benar-benar

pulih dan tidak ada hambatan atau

komplikasi pada masa nifas.28

e. Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3-4

hari setelah melahirkan. Namun buang air

besar secara spontan biasanya tertunda

selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan.

Keadaan ini disebabkan karena tonus otot

usus menurun selama proses persalinan dan

pada masa pascapartum, dehidrasi, kurang

makan dan efek anastesi.16

Fungsi defekasi dapat diatasi dengan

mengembalikan fungsi usus besar dengan

diet teratur, pemberian cairan yang banyak,

makanan cukup serat dan olahraga atau

ambulasi dini. Jika pada hari ketiga ibu juga

tidak buang air besar maka dapat diberikan

laksatif per oral atau per rectal.29


f. Diet

Diet harus mendapat perhatian dalam

nifas karena makanan yang baik

mempercepat penyembuhan ibu, makanan

ibu juga sangat mempengaruhi air susu ibu.

Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup

kalori, serta banyak mengandung protein,

banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-

buahan karena ibu nifas mengalami

hemokonsentrasi.22, 29

Kebutuhan gizi pada masa nifas

meningkat 25 % dari kebutuhan biasa karena

berguna untuk proses kesembuhan sehabis

melahirkan dan untuk memproduksi air susu

yang cukup.1 Ibu yang menyusui perlu

mengkonsumsi protein, mineral dan cairan

ekstra. Makanan ini juga bisa diperoleh

dengan susu rendah lemak dalam dietnya

setiap hari. Ibu juga dianjurkan untuk

mengkonsumsi multivitamin dan suplemen

zat besi.24

g. Eliminasi Urin
Miksi atau eliminasi urin sebaiknya

dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-

kadang wanita mengalami sulit buang air

kecil selama 24 jam pertama setelah

melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung

kemih mengalami trauma atau lebam selama

melahirkan akibat tertekan oleh janin

sehingga ketika sudah penuh tidak mampu

untuk mengirim pesan agar mengosongkan

isinya, dan juga karena sfingter utertra yang

tertekan oleh kepala janin. Bila kandung

kemih penuh ibu sulit kencing sebaiknya

lakukan kateterisasi, sebab hal ini dapat

mengandung terjadinya infeksi. Bila infeksi

terjadi maka pemberian antibiotik sudah pada

tempatnya.

h. Istirahat

Setelah persalinan, ibu mengalami

kelelahan dan butuh istirahat/tidur telentang

selama 8 jam kemudian miring kiri dan


kanan. Ibu harus bisa mengatur istirahatnya.

2.1.4 Perubahan Psikis Masa Nifas

Proses penyesuaian ibu atas perubahan yang

dialaminya terdiri atas tiga fase yaitu:

2.1.5.1 Fase taking in

Fase taking in yaitu periode

ketergantungan. Periode ini berlangsung dari

hari pertama sampai hari kedua setelah

melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang

berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu

akan berulang kali menceritakan proses

persalinan yang dialaminya dari awal sampai

akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya

sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami

ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri

pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan

merupakan sesuatu yang tidak dapat

dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu

cukup istirahat untuk mencegah gangguan

psikologis yang mungkin dialami, seperti

mudah tersinggung, menangis. Hal ini

membuat ibu cenderung menjadi pasif. Pada


fase ini petugas kesehatan harus

menggunakan pendekatan yang empatik agar

ibu dapat melewati fase ini dengan baik.

2.1.5.2 Fase taking hold

Fase taking hold yaitu periode yang

berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan.

Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan

ketidakmampuan dan rasa tanggung

jawabnya dalam merawat bayi. Ibu

mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga

mudah tersinggung dan gampang marah.

Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi

dengan ibu. Dukungan moril sangat

diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan

diri ibu.

2.1.5.3 Fase letting go

Fase letting go yaitu periode

menerima tanggung jawab akan peran

barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari


setelah melahirkan. Ibu sudah mulai

menyesuaikan diri dengan ketergantungan

bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh

disusui sehingga siap terjaga untuk

memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan

untuk merawat diri dan bayinya sudah

meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih

percaya diri dalam menjalani peran barunya.

Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada

fase sebelumnya akan sangat berguna bagi

ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi

kebutuhan diri dan bayinya.

Dukungan suami dan keluarga masih

terus diperlukan oleh ibu. Suami dan

keluarga dapat membantu merawat bayi,

mengerjakan urusan rumah tangga sehingga

ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan

istirahat yang cukup, sehingga mendapatkan

kondisi fisik yang bagus untuk dapat

merawat bayinya.

Masalah yang mungkin terjadi

pada masa nifas

Perubahan dan gejala bisa muncul


selama masa nifas, beberapa diantaranya

normal terjadi sebagai reaksi tubuh. Namun,

ada beberapa masalah yang bisa muncul dan

perlu diperhatikan, yaitu :

1. Perdarahan hebat pasca

melahirkan

Keluarnya darah (lokia) adalah

hal yang wajar pada masa nifas.

Namun, waspadai jika terjadi

perdarahan hebat pasca

melahirkan. Apalagi jika diserta

demam, pusing dan detak jantung

yang tidak teratur. Karena dapat

terjadi karena masih ada plasenta

yang tertinggal di dalam rahim,

jika itu terjadi maka perlu

kuretase dilakukan untuk

mengeluarkannya.

2. Demam Tinggi

Sebaiknya mewaspadai jika

muncul demam > 38oC selama

masa nifas. Demam disertai

menggigil bisa menjadi tanda


infeksi. Biasanya memicu rasa

nyeri pada bagian tubuh tertentu

seperti payudara dan perut.

3. Sakit kepala

Sakit kepala yang tidak

tertahankan juga harus

diwaspadai. Apalagi jika > dari 1

minggu setelah masa nifas di

mulai. Bisa di serta dengan

gangguan penglihatan, mual dan

muntah, nyeri ulu hati, serta

bengkak pada kaki.

4. Perubahan mood

Suasana hati bisa menjadi

masalah yang membuat tidak

nyaman. Bisa terjadi karena

perubahan kadar hormon pasca

melahirkan. Kondisi yang dapat

membuat ibu mudah marah,

gelisah, panik serta sedih dalam

jangka waktu lama.

5. Nyeri dada dan sesak

Emboli paru, biasanya ditandai


dengan nyeri dada disertai sesak.

Emboli paru adalah penyaki yang

terjadi karena tersumbatnya

alirah darah diparu-paru, yang

terjadi adanya gumpalan darah.

Waspadai sebab bisa memicu

penurunan kesadaran.

6. Susah buang air kecil

Kesulitan buang air kecil atau

bahkan tidak bisa mengontrol

keinginan buang air kecil.

Kondisi ini juga disertai gejala

nyeri saat buang air kecil hingga

perubahan warna urine menjadi

lebih gelap.

Anda mungkin juga menyukai