FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN, SOSIAL BUDAYA, EKONOMI, DAN
ADAT ISTIADAT YANG MEMPENGARUHI MASA NIFAS DAN
MENYUSUI Dosen Pembimbing: Sri Murni S.Pd
DisusunOleh : Ema Triyuliani Ismanefy Novitasari Anggraini Pipit Komalasari Rini Haryati Yola Rima Yuliana
JalurUmum Semester III A
Kementrian Politeknik Kesehatan Jambi Jurusan Kebidanan Tahun Ajaran 2012/2013
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT , atas segala limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Faktor-faktor Lingkungan, Sosial Budaya, Ekonomi, dan Adat Istiadat yang Mempengaruhi pada Masa Nifas dan Menyusui. Sholawat beriring salam juga tak lupa kami sampaikan kepada nabi Muhammad SAWyang telah mengantarkan kehidupan ini menjadi lebih beradab. Dalam penyusunan makalah ini banyak mengalami hambatan, namun berkat arahan dan bimbingan dari berbagai pihak maka kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Oleh sebab itu pada kesempatan ini kamimengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan semua masukan dan arahan sehingga makalah ini dapat diselesikan. Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu saran dan kritik kami harapkan demi kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat terutama kamisebagai penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Jambi, 16 September 2013
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan semua manusia. Dalam era globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem pada masa ini menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas darifaktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu nifas yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu. Kebudayaan tersebut tidak dapat dihilangkan, salah satu alasan yang kuat dikarenakan pembuktian terhadap beberapa mitos hingga kepercayaan Ibu Nifas benar adanya. Namun di sisi lain, terdapat beberapa kepercayaan/mitos yang sama sekali tidak membawa dampak positif bagi Ibu Nifas hingga bayi baru lahir.
1.2 Rumusan Masalah Didalam penulisan makalah, memiliki beberapa rumusan masalah yaitu : 1. Apakah yang dimaksud dengan nifas dan menyusui..? 2. Bagaimana faktor lingkungan, sosial budaya, ekonomi, dan adat istiadat yang mempengarahi masa nifas..?
1.3 Tujuan Penulisan Didalam penulisan masalah, memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan nifas dan menyusui, serta untuk mengetahui apa saja faktor lingkungan, sosial budaya, ekonomi, dan adat istiadat yang mempengaruhi nifas. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Nifas dan Menyusui Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari. Menurut Bobak, et.al (2005) periode postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Pengertian lainnya, masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, asa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009). Masyarakat Indonesia, masa nifas merupakan periode waktu sejak selesai proses persalinan sampai 40 hari setelah itu. Tujuan asuahan masa nifas menurut Maryunani (2009) adalah: (1) menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik, (2) melaksanakan sharing yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobata atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, (3) memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi, dan perawatan bayi sehat, (4) memberi pelayanan KB. Menurut Suherni (2009) peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas adalah: (1) mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang terjadi pada saat- saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu, (2) mengadakan kolaborasi antara orangtua dan keluarga, (3) membuat kebijakan, perencanaan kesehatan dan administrator. Asuhan masa nifas ini sangat penting karena periode ini merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Menyusui adalah proses memberikan Air Susu Ibu (ASI) melalui payudara ibu secara langsung kepada bayi yang merupakan reflek insting dari ibu dengan melibatkan hormon- hormon menyusui (Lang, 2002). Menyusui adalah hak setiap ibu dan tidak terkecuali ibu yang bekerja, maka agar dapat terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai manfaat dari ASI(Kemalasari, 2009). Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak saja memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan sosial yang lebih baik (Roesli, 2005). Menyusui merupakan cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahuntahun berikutnya (Varney, 2004). Bagi masyarakat kita menyusui merupakan hal yang alami. Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, serta kesehatan ibu dan bayi dapat mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi sehingga dasar si kecil percaya pada orang lain dan diri sendiri yang akhirnya bayi berpotensi untuk mengasihi orang lain. 2.2 Faktor Lingkungan, Sosial Budaya, Ekonomi, Adat Istiadat yang mempengaruhi pada masa Nifas dan Menyusui 2.2.1 Faktor Lingkungan Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan di samping faktor-faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan/adat-istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan nifas. 2.2.2 Faktor Sosial Budaya Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun temurun masih dianut sampai saat ini. Berikut beberapa kebiasaan dan tradisi dari daerah PANDAI SIKEK dari zaman nenek moyang yang di lakukan pada saat nifas. Walaupun dari tahun ke tahun budaya ini sudah mulai hilang, seiring dengan perkembangan zaman. Antara lain : 1. Biasanya orang-orang dahulu melahirkan dengan dukun beranak. Jadi semua hal tentang nifas dikerjakan berdasarkan anjuran dukun. Persis setelah melahirkan ibu dibuatkan gelang dengan Benang Tujuh Ragam, dan di pasang selama 40 hari pada pergelangan tangannya. Setelah itu baru boleh dibuka. 2. Ibu mandi walladah untuk membersihkan diri. 3. Pada hari ke 3 setelah melahirkan ibu diurut oleh dukun. 4. Selama 3 hari berturut-turut sejak awal nifas ibu Disembur dengan kunyahan kunyit, bawang putih, merica hitam, merica putih, dan jariangau pada bagian keningnya. 5. Selama nifas ibu harus memakai stagen panjang untuk dililitkan diperutnya. Kira-kira berukuran 4 m (dimulai setelah hari ke 3 ). 6. Jika duduk ibu harus dengan posisi bersimpuh. Dilarang keras untuk mengangkang, karna akan mengakibatkan perut jatuh atau lepas. 7. Jika ibu bepergian selama nifas, maka harus membawa bawang putih atau gunting kecil, ntuk penangkal mahluk halus. Dan menjaga air susu ibu dari gangguannya. 8. Sesekali ibu berkelumun di bawah kain dengan asap rebusan air kunyit. Untuk menghilangkan bau badan atau aroma tidak sedap. 9.Ibu harus memakai sarung selama nifas. 10. Ibu tidak boleh keluar rumah pada saat magrib. Untuk menjaga ibu dan ASInya. 11. Selama ibu menyusui dalam masa nifas (40 hari), anak harus dialas atau disambut dengan bantal. 12. Ibu dan bayi tidur di luar kamar dengan membentang kasur. 13. Dilarang menjahit selama nifas. 14. Pantang makan ikan, pedas dan asin 15. Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari karena bisa sawan 16. Khitan pada bayi laki-laki dan perempuan 17. Minum jamu dapat memperlancar ASI 18. Upacara adat seperti brokohan, sepasaran dan selapanan 19. Menaruh ramuan pada tali pusat 20. Tidak boleh makan terong karena bisa membuat bayi panas dingin
MINANG Menurut beberapa ibu-ibu yang bersuku Minang, perawatan ibu postpartum menurut budaya Minang meliputi: minum telur dan kopi, penguapan dari bahan rempah-rempah (betangeh), pemanasan batu bata (duduk di atas batu bata), meletakkan bahan-bahan alami di atas perut ibu (tapal), minum jamu dari bahan rempah-rempah, membersihkan alat kelamin dengan air rebusan daun sirih. LOMBOK Selain itu pada suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin selain memberikan nasi pakpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya lebih dahulu) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat. Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik untuk bayi. KERINCI Sementara pada masyarakat Kerinci di Sumatera Barat, pada usia sebulan bayi sudah diberi bubur tepung, bubur nasi nasi, pisang dan lain-lain. Ada pula kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yangsudah dilumatkan ataupun madu, teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar. Demikian pula halnya dengan pembuangan colostrum (ASI yang pertama kali keluar). Di beberapa masyarakat tradisional, colostrum ini dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa colostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi. Sementara, colostrum sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi. MALUKU Contohnya di daerah Maluku terdapat pantangan makanan pada masa nifas, seperti pantangan memakan terong agar lidah bayi tidak ada bercak putih dan pantangan memakan nanas dan mangga karena tidak bagus untuk rahim. SUKU TOLAKI I bu dilarang makan terong. Alasan : Karena terong dapat membuat tubuh si ibu dan bayi menjadi gatal. Pembuktian : Terong merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak mengandung Vitamin A dan C. Terutama pada jenis Terong Belanda. Terong jenis ini mempunyai banyak manfaat dan khasiat, diantaranya mengandung antosianin, termasuk kedalam golongan flavonoid yang merupakan salah satu jenis antioksidan. Antioksidan ini dapat membantu daya tahan tubuh menjadi lebih baik.Terong juga kaya akan vitamin A dan C untuk meningkatkan daya tahan tubuh selain itu, bagi pertumbuhan tubuh terong sangat bagus karena mengandung fosfor dan magnesimu yang akan membantu pertumbuhan tulang. Oleh karena itu, tidak benar bila terong dapat menyebabkan gatal-gatal pada Ibu dan Bayi. I bu diwajibkan mandi air hangat/ mengkompres perut dengan botol yang diisi dengan air panas. Alasan : Karena dengan mandi air hangat dapat mengobati luka dalam pasca melahirkan.Pembuktian : Hal ini dinilai cukup benar. Karena air hangat dapat memperlancar peredaran darah. Aliran darah yang lancar sangat mempengaruhi sistem metabolisme dalam tubuh. Dalam darah terkandung oksigen serta nutrisi yang diperlukan bagi sel-sel dalam tubuh, sehingga dalam proses penyembuhan luka dalam menjadi sedikit lebih cepat. I bu nifas tidak boleh makan makanan yang pedas. Alasan : Karena makanan pedas bila dikonsumsi ibu dapat menyebabkan ASI menjadi pedas. Pembuktian : Sebenarnya, makanan pedas yang mengandung cabai memiliki kandungankapsaisin bersifat antikoagulan, yaitu menjaga darah tetap encer dan mencegah terbentuknya kerak lemak pada pembuluh darah. Sehingga orang yg suka makan sambal dpt memperkecil kemungkinan menderita penyumbatan darah (aterosklerosis), shg mencegah munculnya serangan stroke dan jantung koroner, serta impotensi. Namun, bagi ibu nifas mengonsumsi sambal/cabai dapat menyebabkan naiknya asam lambung sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman di perut. Bila dikonsumsi berlebih dapat mengakibatkan infeksi pada lambung. Bayangkan saja, apabila ibu yang pasca melahirkan masih memiliki luka didaerah perut(setelah operasi caesar) ataupun rasa sakit pasca melahirkan, kemudian megonsumsi cabai/makanan pedas lainnya akan menambah rasa sakit bagi ibu. Oleh karena itu, larangan ini memiliki dampak positive bagi Ibu nifas. I bu diwajibkan mengenakan gurita diperut. Alasan : Karena gurita dapat mengembalikan bentuk tubuh yang melar pasca melahirkan.Pembuktian : Pada dasarnya, dunia kedokteran tidak menganjurkan setiap pasien bersalin untuk memakai stagen. Stagen tidak memeberikan efek positif dalam mengecilkan atau mengencangkan perut karena sifatnya yang pasif. Kebudayaan ini hanya membawa dampak positive bagi ibu yang mengalami masalah kurang percaya diri dengan bentuk tubuh yang melar pasca melahirkan. Tetapi, bila dilihat dari sisi kesehatan, penggunaan gurita sama sekali tidak mempengaruhi kondisi kesehatan ibu. Karena, gurita hanya akan menyamarkan perut ibu yang melar pada saat menggunakan gurita, tetapi bila dilepas, bentuk tubuh ibu akan kembali terlihat melar/kendur. Penggunaan gurita diperbolehkan karena gurita tidak membalut perut ibu terlalu kencang seperti stagen. Namun perlu pula diperhatikan bagi ibu yang baru melakukan operasi caesar. Jahitan yang masih baru atau basah jika langsung dipakaikan gurita, apalagi stagen, malah akan bertambah parah. Jahitan bisa terbuka kembali, atau bahkan bernanah. J ika ibu duduk atau tidur harus meluruskan kakinya. Alasan : Agar urat-urat tidak kendur. Pembuktian : Pada ibu yang baru saja melahirkan atau berada pada masa nifas jelas hal ini sangat mempunyai dampak yang positive bagi si ibu tersebut, karena jika ibu duduk atau tidur pada posisi miring atau di tekuk dapat mempengaruhi posisi tulang ibu tersebut karena tulang ibu pada masa nifas seperti bayi, yang apabila si ibu melakukan gerakan miring pada saat tidur dan menekuk saat duduk akan berisiko, larangan ini baik untuk ibu karena pada ibu pada masa nifas mudah terkena varises dan dampak negative akan larangan ini jelas tidak ada baik bagi si ibu maupun pada bayi yang baru dilahirkan. I bu diwajibkan kencing diatas bara api. Alasan : Agar luka di vagina pasca melahirkan cepat sembuh. Pembuktian : Bara Api menghasilkan Uap panas. Dalam hal ini, kencing di atas bara api dapat dikatakan terapi Uap. Terapi uap merupakan salah satu pilihan yang paling mudah dan sederhana untuk mengeluarkan racun-racun yang menumpuk di dalam tubuh. Saat pori- pori terbuka dan jutaan kelenjar keringat mulai mengeluarkan keringat, maka tubuh juga akan mengeluarkan sampah-sampah sisa metabolisme. Terapi uap juga berfungsi memperlancar aliran darah. Hal ini sekaligus akan memperlancar suplai nutrisi ke seluruh tubuh. Selama proses mandi uap, aliran darah ke kulit meningkat dari 5-10% menjadi 50- 70%. Peningkatan aliran darah ini sekaligus membawa nutrisi penting ke kulit dan jaringan, menstimulasi aktivitas selular dan pertumbuhan sel-sel. Namun perlu diingat, kencing di atas bara api tidak boleh di lakukan pada ibu yang masih memiliki luka pasca melahirkan khususnya di daerah vagina. Karena akan memungkinkan si ibu terkena percikkan bara api atau abu yang dapat menambah parah luka pasca melahirkan.
Adapun berbagai macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas baik di masyarakat desa maupun masyarakat kota. Macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas pada masyarakat kota yaitu : 1. Pada masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong, daun lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak. Adapun dampak negative akan dilarangnya mengkonsumsi telur, daging, udang, ikan laut keong, daun lembayung, buah pare, nanas, gula merah dan makanan yang berminyak adalah dapat merugikan karena pada masa nifas ibu membutuhkan makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi menjadi sehat dan dampak positif dari larangan ini tidak ada. 2. Setelah melahirkan atau setelah operasi, ibu hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa garam atau biasa disebut dengan ngayep, dilarang banyak makan dan minum, dan makanan harus disangan / dibakar sebelum dikonsumsi. Adapundampak negative pada ibu apabila setelah melahirkan atau di operasi hanya dapat mengkonsumsi tahu dan tempe tanpa garam dan makanan harus dibakar sebelum di konsumsi adalah dapat merugikan karena dapat menghambat penyembuhan luka karena pada dasarnya makanan yang sehat akan mempercepat penyembuhan luka dan dampak positif dari larangan ini tidak ada. 3. Pada masa nifas, ibu dilarang tidur siang. Adapun dampak negative dari dilarangnya seorang ibu tidur siang, ibu menjadi kurang istirahat sedangkan pada masa ini seorang ibu harus cukup istirahat dan mengurangi kerja berat karena tenaga yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi dan dampak akan dilarangnya seorang ibu untuk tidur siang tidak ada. 4. Pada masa nifas dan saat menyusui, ibu harus puasa, tidak makan makanan yang padat setelah waktu maghrib. Dampak positif : Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah maghrib dapat menyebabkan badan masa nifas mengalami penimbunan lemak,disamping itu organ-organ kandungan pada masa nifas belum pulih kembali. Dampak negative : ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI menjadi berkurang. 5. Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari. Dampak positif : tidak ada.Dampak negative : Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru lahir (pemberian imunisasi) harus periksa kesehatannya sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaitu umur 0-7 hari dan 8-30 hari. 6. Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis / lerongan dan tapel. Dampak positif : jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi menjadii lancar. Dampak negative : pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat merusak kandungan. Pilis dan tapel dapat merusak kulit bagi yang tidak kuat / menyebabkan alergi. 7.Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air, disaring, dicampur garam dan asam diminumkan supaya ASI banyak. Dampak positif : tidak ada, Dampak negative : karena abu, garam dan asam tidak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh ibu menyusui untuk memperbanyak produksi ASI nya. 8. Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim , Dampak positif : dari sisi medis, sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya, aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuhan jalan lahir maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula. Contohnya infeksi atau malah perdarahan. Belum lagi libido yang mungkin memang belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi. dampak negative : tidak ada. Aspek social budaya pada masa nifas pada daerah yang lain : 1. Harus pakai sandal kemana pun Bufas pergi, selama 40 hari, 2. Harus memakai Stagen/udet/centing. (positif), 3. Minum jamu, agar rahim cepat kembali seperti semula, 4. Pakai lulur param kocok seluruh badan, biar capek pada badannya cpat ilang, 5. Tidak boleh bicara dengan keras-keras, 6. tiap pagi harus mandi keramas, biar badannya cepat segar dan peredaran darah lancar, 7. kalau tidur/duduk kaki harus lurus. Tidak boleh di tekuk/posisi miring, hal itu dapat mempengaruhi posisi tulang, cos tulang bufas seperti bayi baru melahirkan/mudah terkena Varises, 8.Harus banyak makanan yang bergizi atau yang mengandung sayur-sayuran, 9.Tidak usah memakai perhiasan, karena dapat mengganggu aktifitas Bayi. Di masyarakat Betawi, berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. 2.2.3 Faktor Ekonomi Status ekonomi merupakan simbol status sosial di masyarakat. Pendapatan yang tinggi menunjukan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi faedah zat gizi untuk ibu hamil. Sedangkan kondisi ekonomi keluarga yang rendah mendorong ibu nifas untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan kesehatan. 2.2.4 Faktor Adat Istiadat JAWA Seorang ibu yang sedang menyusui dilarang makan makanan yang pedas dan keras (duren, jengkol, dll) karena akan berakibat buruk pada bayinya. Hal ini masih masuk akal, karena secara medis, nutrisi makanan yang dimakan ibu akan diolah dan diproses menjadi susu, dan susu dimimik sang bayi, jadi nutrisinya akan dikonsumsi bayi juga. Yang agak janggal adalah, ibu dilarang makan dan minum yang masih panas, bahkan hangat sekalipun tidak boleh, karena bisa mengakibatkan air susu jadi panas, sehingga bayi bisa mengalami panas dalam dan "GOM". Gom sendiri adalah sejenis panas dalam yang berakibat kerongkongan bayi jadi sakit, lidah dan bibir bayi menjadi ada putih- putihnya, dan bikin bayi susah nenen dan makan. Jika dipikir, makanan yang panas, setelah dimakan kan akan dingin. dan mustahil bisa mempengaruhi suhu ASI. Namun pada kenyataannya, ibu yang makan dan minum panas, kebanyakan bayinya mengalami gom. Contoh nyata adalah bibi ku. Tanpa sadar, beliau sering makan dan minum yang hangat, 5 hari ini bayinya mengalami gom. Bayi jadi rewel, cepat haus, tapi nenennya sebentar, dan makannya susah (cenderung mau gumoh/muntah). Siang tadi, setelah saya sarankan, akhirnya bayi dibawa ke bidan. Dan bu bidan(petugas puskesmas desa) menyarankan sang ibu untuk tidak makan dan minum panas. Bayangkan, seorang ahli medis pun percaya mitos(padahal beliau bukan orang Jawa, tapi suaminya Jawa). Beliau bilang "Percaya gag percaya, tapi nyata ada". Upacara pembuangan placenta pada umumnya dikuburkan atau dihanyutkan ke sungai dengan alasan agar tidak dimakan binatang buas. Perjalan sampai penguburan placenta dimasukan kendil kemudian digendong bapak. Alat penyerta dalam pembuangan ini pada umumnya adalah jarum, benang, pensil, dan empon- empon. TIMOR LESTE Di Desa hera kota dili,timor leste ada tradisi ibu dan bayi yang baru dilahirkan dimasukkan dalam ruangan yang dipenuhi asap dari kayu bakar atau disebut 'Panggang Api'. Ritual untuk menghangatkan itu dilakukan selama 42 hari. Tapi akibatnya, setelah ritual itu banyak ibu yang anemia dan bayinya mengalami gangguan pernapasan. Tradisi di masyarakat Desa hera,kecamatan cristo rey,kota dili,timor leste ini sudah begitu melekat dan dianggap hal yang wajib, meskipun berdampak negatif bagi kesehatan ibu dan bayi Ritual 'Panggang Api' menjadi tantangan tersendiri untuk Bidan Delin yang berupaya mengubah kebiasaan buruk tersebut karena dampaknya yang merugikan kesehatan ibu dan bayi, "Katanya ritual itu untuk menghangatkan diri, selama 42 hari ibu dan bayi yang baru dilahirkan setiap hari berada di sana setelah mandi.
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan akan budaya ibu nifas yang telah dijelaskan dalam Makalah ini, maka dapat kita ambil kesimpulan, sebagai berikut : Masa nifas (Puerperium) atau Periode Post natal adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu : 6 8 minggu. Menyusui adalah proses memberikan Air Susu Ibu (ASI) melalui payudara ibu secara langsung kepada bayi yang merupakan reflek insting dari ibu dengan melibatkan hormonhormon menyusui Dalam suku Tolaki masih terdapat kebudayaan-kebudayaan Ibu Nifas. Kebudayaan tersebut ada yang bersifat negative hingga positif. Kebudayaan tarak(larangan makan makanan tertentu) dapat ditemukan dalam suku Tolaki. Diantaranya larangan makan terong, dan makanan pedas. Kewajiban mandi air hangat, duduk dengan kaki lurus, hingga menggunakan stagen, merupakan beberapa kebudayaan yang masih ada ditengah masyarakat hingga kini. Beberapa kebudayaan Ibu Nifas di suku Tolaki yang bersifat negatif(membawa dampak negative bagi ibu) adalah, larangan makan terong, hingga kewajiban mengenakan stagen. Adapun kebudayaan yang dinilai memiliki dampak positif bagi ibu nifas diantaranya : duduk/tidur dengan kaki diluruskan, mandi air hangat, larangan mengkonsumsi makanan pedas, dan kencing di atas bara api (Terapi Uap).
3.2 SARAN Masih adanya kebudayaan Ibu nifas ditengah-tengah masyarakat Tolaki merupakan hal yang wajar. Namun, bila kebudayaan tersebut membawa pengaruh negatif maka perlu dilakukan khusus agar kebudayaan tersebut tidak terus dilakukan.
Blog Archive 2013 (1) o Oktober (1) <!--[if !mso]>v\:* {behavior:url(#default#VML);}o\... Diberdayakan oleh Blogger. About Me
RI NI HARYA TI hello guys :D ..... aku rini haryati, anak kedua dari tiga bersaudara. aku anak peremupuan satu-satunya dari pasangan ishak efendi dan rahimah. kakak ku bernama heri iswandi kelahiran jambi 11 juni 1993, orangnya jail, usil, tapi baik banget. adikku bernama ricky ishadi kelahiran jambi 22 oktober 1996, orangnya jaim,pemalu, setia kawan. aku tipikal cewek manja, supel, dan asik diajak bergaul. aku suka berkreasi, hobiku berhubungan dengan dunia seni mulai dari mendesain rumah, baju..yaa bisa dibilang kreatif gitu.. status pendidikan : aku dulu TK Al-Mutmainnah, SD N 130, SMP N 11, SMA N 4 Kota Jambi, dan sekarang lagi menempuh pendidikan di salah satu akademi favorite POLTEKKES KEMENKES JAMBI JURUSAN yang dicintai para lelaki :D KEBIDANAN pastinya.. aku merasa hidupku begitu indah karna aku memiliki sahabat. di SMP sahabatku MAYA, DEA, ROSO..di SMA sahabatku SAKTA, RISKA, NOVI, SRI, DWI. dan sekarang sahabat kolaborasi aku MAIL, EMAN, CEK RIMA, CEK MALA, CEK NOVI :D aku tipe cewek bosenan, terutama sama cowok :) oleh sebab itu usia hubungan tidak bertahan lama.. pacarku sekarang SANDY BRAMANTYO, doain yah smoga bertahan sampai maut memisahkan :D #LEBAY L I HAT PR OF I L L E NGKA P KU