N PUDAKPAYUNG
KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kebidanan Komunitas (Bd.5.024)
Disusun oleh :
KELOMPOK RW VII
A. Latar Belakang
Remaja merupakan komunitas yang sangat penting dan tidak dapat
diabaikan, dari aspek kuantitas, jumlah dan proporsi remaja Indonesia
saat ini sangat besar. Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035,
ditemukan tahun ini jumlah penduduk remaja (usia 10-24 tahun) di
Indonesia diproyeksikan mencapai 66,3 juta jiwa atau sekitar 25,6
persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Artinya, satu dari empat
orang Indonesia adalah remaja.
Indonesia akan menghadapi fenomena besarnya proporsi penduduk
usia produktif (15-60 tahun) dan penduduk usia muda (10-24 tahun) di
sekitar tahun 2030. Kondisi ini berdampak pada menurunnya angka
ketergantungan (dependency ratio) dan sangat berdampak positif pada
pembangunan ekonomi (BKKBN, 2016). Bangsa Indonesia memasuki
masa yang disebut window of opportunity, masa di mana dependensi
rasio berada pada posisi sangat rendah. Setelah tahun 2030, dependensi
rasio akan kembali meningkat sehingga Indonesia harus melakukan
investasi secara efektif dan efisien dalam Sumber Daya Manusia
(SDM), terutama kelompok usia muda (10-24 tahun) di bidang
kesehatan (BKKBN, 2016).
Globalisasi mengakibatkan sulit untuk membendung arus
kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia, berbagai aspek dan nilai-
nilai ketimuran telah banyak berubah digantikan oleh budaya barat,
termasuk dalam hal perubahan pola konsumsi makan. Pada masyarakat
perkotaan khususnya remaja terjadi kecenderungan perubahan pola
konsumsi makan karena pada masa ini remaja berada dalam tahap
mencari jati diri sehingga remaja sangat mudah terpengaruh dalam
mengikuti mode dan tren yang sedang berkembang termasuk dalam hal
mengkonsumsi makanan impor/modern yang sering dikenal dengan
istilah fast food/junk food. Penelitian yang dilakukan pada 65 remaja
menunjukkan bahwa 95,4% responden sering mengkonsumsi fast food
dan 84,6% diantaranya kurang mengkonsumsi serat. Pola konsumsi gizi
remaja tersebut dapat mengakibatkan ketidakseimbangan antara asupan
dan kebutuhan nutrisi sehingga dapat menimbulkan masalah gizi
(Setyawati, 2016).
Masalah gizi pada remaja yang sering terjadi akibat pola makan
adalah anemia defisiensi besi. Remaja yang mengalami masalah gizi
40% diantaranya mengalami anemia gizi besi (Triwinarni, 2017). Pada
remaja putri risiko anemia lebih tinggi, karena banyaknya zat besi yang
hilang selama periode menstruasi. Hasil Riskesdas tahun 2013
menunjukkan prevalensi anemia defisiensi besi banyak ditemukan pada
remaja perempuan sebesar 22.7%, sedangkan anemia defisiensi besi
pada remaja laki-laki sebesar 12.4% (Sya’Bani, 2016). Kebutuhan zat
besi pada remaja putri yang memasuki masa pubertas juga meningkat
karena pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat terutama pada
pematangan organ reproduksi (Mulugeta, 2015).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2011
merekomendasikan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada
remaja penting dilakukan sebagai penyiapan remaja putri untuk
menjadi Wanita Usia Subur (WUS). Program pemberian TTD pada
remaja putri telah resmi dilakukan sejak tahun 2016 sesuai dengan
Surat Edaran Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dengan nomor
HK.03.03/V/0595/2016 (Kemenkes RI, 2016).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat menjelaskan tentang pengetahuan remaja
putri tentang anemia dan TTD terhadap kepatuhan dalam
mengkonsumsi TTD di RW 07 Kelurahan Pudak Payung
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi mengenai
gambaran tingkat kepatuhan remaja putri di RW 07 Kelurahan Pudak
Payung dalam mengkonsumsi TTD dan hubungan pengetahuan remaja
putri tentang anemia dan TTD dengan tingkat kepatuhan dalam
mengkonsumsi TTD.
2.Manfaat Praktis
c. Bagi tenaga kesehatan
Berkontribusi sebagai salah satu refrensi tentang faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kepatuhan remaja putri dalam mengkonsumsi
Tabet Tambah Darah (TTD), sehingga dapat dijadikan sebagai
pertimbangan oleh petugas kesehatan dalam upaya peningkatan
kepatuhan konsumsi TTD pada remaja putri penerima program.
d. Bagi peneliti lain
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan
untuk mengembangkan penelitian lain yang memiliki jangkauan lebih
luas dan mendalam terkait hubungan pengetahuan remaja putri dengan
tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi TTD
BAB II
TINJAUAN TEORI
E. Sasaran
Komunitas merupakan satu kesatuan hidup manusia yang
menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu wilayah
adat istiadat serta terikat oleh suatu rasa identitas ciri-ciri komunitas
adalah kesatuan wilayah kesatuan adat-istiadat ras identitas komunitas dan
loyalitas terhadap komunitas keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga anggota keluarga lainnya
yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian
darah dan ikatan perkawinan atau adopsi satu dengan lainnya saling
tergantung dan berinteraksi jika salah satu anggota keluarga mempunyai
masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang ada
di sekitarnya sasaran kebidanan komunitas adalah individu keluarga dan
kelompok masyarakat sasaran utamanya adalah ibu dan anak dalam
keluarga kesehatan ibu meliputi sepanjang siklus kehidupannya mulai
kehamilan hamil persalinan pasca persalinan dan masa diluar kehamilan
dan persalinan sedangkan kesehatan anak meliputi perkembangan dan
pertumbuhan anak mulai dari dalam kandungan masa bayi masa balita
masa prasekolah masa sekolah.
Evaluasi
Evaluasi ini mencakup
1. Tujuan evaluasi
2. Kriteria keberhasilan
3. Alat pelaksana
I. Program Kebidanan Komunitas
1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan ibu hamil selama
kehamilannya oleh tenaga kesehatan, yang berikan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Pelayanan kesehatan agar berkualitas perlu
menggunakan pedoman yang ada seperti buku standar pelayanan
kebidanan. Pelayanan antenatal yang berkualitas sesuai standar
pelayanan kebidanan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan
kebidanan), pemeriksaan penunjang laboratorium secara rutin dan
khusus pada kehamilan, serta tindakan umum dan khusus (sesuai risiko
yang ditemukan dalam pemeriksaan). Pada pelayanan kebidanan
berkualitas dapat diterapkan pada kegiatan pemeriksaan seperti berikut.
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur rekanan darah.
3. Pengukuran lingkar lengan (LILA).
4. Penentuan letak janin dan detak jantung janin
5. Ukur tinggi fandus uteri.
6. Skrining status imunisasi teranus dan berikan imunisasi tetanus
toksoid (TT) jika diperlukan. Sesuai kebijakan program imunisasai
TT perlindungan 25 tahun dengan rentang pemberian sebagai
berikut: TTI lama perlindungan awal pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit tetanus, TT2 adalah 1 bulan setelah TTI1
dengan perlindungan selama 3 tahun/TT3 adalah 6 bulan setelah
TT2 dengan perlindungan selama 5 tahun: TT4 adalah 12 bulah
setelah TT3 dengan perlindungan selama 10 tahun: dan TT5 adalah
12 bulan setelah TT4 dengan perlindungan 25 tahun.
7. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet diminum setiap hari
selama kehamilan.
8. Tes laboratorium (rutin dan khusus). Pemeriksaan laboratorium
rutin meliputi golongan darah, pemeriksaan hemoglobin, protein
urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan di
daerah prevalensi tinggi dan arau kelompok perilaku ber-risiko:
dilakukan terhadap HIV, sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan
dan thalasemia.
9. Konseling atau penjelasan mengenai perawatan kehamilan, cara
mencegah kecacatan bawaan, inisiasi menyusui dini, perawatan
nifas, perawatan bayi lahir, penggunaan kontrasepsi dan imunisasi
bayi yang diberikan selama kehamilan pada setiap kunjungan.
10. Tata laksana dan mendapatkan pengobatan.
Secara operamonal pelayanan antenatal yang memenuhi standar
10T yaitu standar munimal pelayanan antenatal. Frekuensi minimal
pelayanan kehamilan dapat dilakukan 4 kali selama masa
kehamilan, yaitu
Minimal 1 kali pada triwulan pertama
Minimal 1 kali pada triwulan kedua
Minimal 2 kali pada triwulan ketiga
Standar waktu pelayanan antenatal ini untuk menjamin perl
indungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini risiko, pencegahan
dan penanganan komplikasi. Sedangkan tenaga kesehatan yang dap
at memberikan pelayanan antenatal kepada masyarakat adalah dokt
er spesialis kebidanan, dokter umum, perawat dan bidan.
2. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan Pertolongan persalinan dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman. Tenaga
kesehatan yang dikatakan kompeten adalah dokter spesialis
kebidanan, dokter umum dan bidan. Meskipun sudah dianjurkan
bahwa tenaga pertolongan persalinan adalah tenaga keseharan,
tetapi di lapangan masih ada penolong persalinan yang bukan
tenaga kesehatan yang kompeten dan dilaksanakan persalinan di
luar fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak sehingga persalinan
aman belum tercapai, berangsur pemerintah berupaya untuk seluruh
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
Beberapa daerah telah menempuh kebijakan bahwa persalinan
harus dilakukan di pelayanan tingkat pertama atau klinik ibu anak.
Lima prinsip pertolongan persalinan yang harus dilakukan oleh
penolong persalinan sebagai berikut.
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
4. Melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD).
5. Memberikan pada bayi baru lahir: Vitamin KI, salep mata dan
imunisasi hepatitis BO (Hep B0).
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan Nifas adalah pelayanan kesehatan ibu nifas oleh tenaga
yang dimulai dari 6 jam—42 hari pascapersalinan sesuai standar.
Pemantauan pemeriksaan ibu nifas untuk mendeteksi komplikasi
dapat dilakukan dengan minimal kunjung 3 kali seperti berikut.
1. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam setelah persalinan
sampai dengan 3 hari.
2. Kunjungan nifas kedua dalam waktu 4 hari-28 hari setelah
persalinari.
3. Kunjungan nifas ketiga dalam waktu 29 hari—42 hari setelah
persalinan.
Pelayanan yang diberikan kepada ibu nifas adalah:
1. Pemeriksaan keadaan umum ibu meliputi tekanan darah, nadi,
respirasi dan suhu.
2. Pemeriksaan kontraksi dan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervaginam lainnya.
4. Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi
5. Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI eksklusif
6. Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU yang diberikan segera
setelah lahir dan 24 jam setelahnya
7. Konseling
8. Pelayanan KB pascapersalinan
9. Tata laksana pada ibu nifas sakit atau ibu nifas dengan
komplikasi
10. Pemberian nasehat tentang kebutuhan nutrisi ibu nifas, personal
higiene, jika dengan SC agar menjaga luka, cara menyusui yang
benar, perawatan bayi, stimulasi dan konsultasi KB setelah salin
11. Istirahat
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan ibu nifas
kepada masyarakat adalah dokter spesialis kebidanan, dokter
umum, perawat dan bidan.
4. Deteksi Dini Dan Penanganan Risiko/Komplikasi Kebidanan
Dan Bayi Baru Lahir
Deteksi dini kehamilan dan risiko adalah pelayanan kesehat. an yang
dilakukan untuk menemukan risiko tinggi/kompli. kasi pada
kehamilan. Kehamilan adalah keadaan alamiah pada seorang ibu,
tetapi mempunyai risiko untuk terjadi komplikasi. Dengan demikian
deteksi dini perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan dan masyarakat
agar mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Hal ini
merupakan keberhasilan penurunan kematian ibu dan bayi.
Faktor-faktor risiko pada kehamilan adalah, primigravida kurang
dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, anak lebih dari 4 orang, jarak
persalinan sebelumnya dengan terakhir kurang dari 2 tahun, keadaan
gizi KEK dengan LILA kurang dari 23, 5 cm, anemia, tinggi badan
kurang dari 145 CM, kelainan bentuk panggul dan tulang belakang,
riwayat hipertensi, riwayat kehamilan yang buruk, riwayat persalinan
berisiko, riwayat nifas berisiko menderita penyakit TBC, jantung
ginjal hati psikosis, DM dan penyakit keganasan dl.
Untuk mengetahui indeks massa tubuh dihitung berdasarkan berat
badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (meter).
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas adalah sebagai
berikut.
1. Perdarahan pervaginam pada kehamilan: Keguguran, plasenta
previa, solusio plasenta.
2. Hipertensi dalam kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi
(sistolik »140 mmHg, diastolik »90 mmHg) dengan atau tanpa
edema pre-tibial.
3. Kelainan jumlah janin: Kehamilan ganda, janin damprit,
monster.
4. kelainan besar janin: Pertumbuhan janin terhambat janin besar.
5. Kelainan letak dan posisi janin: Lintang/oblgue sungsang pada
usia kehamilan lebih dari 32 minggu
6. Ancaman persalinan prematur.
7. Ketuban pecah dini.
8. Infeksi berat dalam kehamilan: Demam berdarah, tifus
abdominalis, sepsis.
9. Distosia: Persalinan macet, persalinan tidak maju.
10. Perdarahan pascapersalinan: Atonia uteri, retensi plasenta,
robekan jalan lahir, kelainan darah.
11. Infeksi masa nifas.
Kematian dapat dicegah dengan penaganan yang cepat din tepat.
Dalam hal ini pemerintah bersama masyarakat | harus bersatu
untuk menurunkan kematian dan kesakitan | ibu dan bayi.
5. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan komplikasi kebidanan Komplikasi dalam kehamilan
datangnya tidak dapat diduga oleh karena hal tersebut setiap
persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang komperen. Jika
terjadi komplikasi agar segera dapat diatasi dengan tepat dan cepat.
Lima belas sampai dua puluh persen ibu hamil akan mengalami
komplikasi sehingga perlu pengawalan secara ketat setiap
kehamilan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan
pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai
dari tingkat pelayanan mandiri yaitu bidan puskesmas maupun poned
sampai ke rumah sakit ponek 24 jam. Pelayanan medis yang dapat
dilakukan di puskesmas maupun poned meliputi pelayanan obstetri
yang terdiri dari:
1. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
2. Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan (pre-
eklampsia dan eklampsia)
3. Pencegahan dan penanganan infeksi.
4. Penanganan partus lama/macet.
5. Penanganan abortus.
Pelayanan neonatus meliputi:
1. Pencegahan dan penanganan asfiksia.
2. Pencegahan dan penanganan hipotermia.
3. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
4. Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus,
ikterus ringan-sedang
5. Pencegahan dan penanganan gangguan minum.
Perencanaan Kegiatan
Rencana operasional setelah dilakukan analisis dari data PWS KIA ters
ebut perlu dimusyawarahkan dengan semua pihak yang terkait agar pela
yanan keseharan ibu dan anak tercapai sesuai dengan target yang telah d
itentukan.
1. Bagi desa/kelurahan berstatus baik atau cukup, model
penyelenggaraan pelayanan KIA perlu dilanjutkan, dengan
beberapa penyesuaian tertentu sesuai kebucuhan antara lain
perbaikan mutu pelayanan.
2. Bagi desa/kelurahan berstatus kurang dan terutama yang berstatus
jelek, perlu prioritas intervensi sesuai dengan permasalahan.
3. Intervensi yang bersifat teknis (termasuk segi penyediaan logistik)
harus dibicarakan dalam pertemuan mini lokakarya puskesmas
dan/atau rapat dinas kesehatan kabupaten/kota (untuk mendapat
bantuan dari kabupaten/kota).
4. Intervensi yang bersifat non-teknis (untuk motivasi, penggerakan
sasaran, dan mobilisasi sumber daya di masyarakat) harus
dibicarakan pada rapat koordinasi kecamatan dan/arau rapat dinas
kesehatan kabupaten/ kota (untuk mendapat bantuan dari
kabupaten/kota).
11. Pelaksanaan Kegiatan
Proses yang perlu dilakukan dalam penerapan PWS KIA dimulai
dengan langkah-langkah persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan
diikuti dengan tindak lanjut sesuai kebutuhan.
Persiapan
1. Pertemuan di tingkat provinsi. Pertemuan sosialisasi/reorientasi.
Pertemuan ini merupakan pertemuan, persiapan, dan dapat berupa
rangkaian pertemuan dengan tujuan yang saling melengkapi, yaitu
untuk:
a. Menyamakan persepsi mengenai PWS KIA
b. Menentukan kebijaksanaan provinsi dalam pelaksanaan PWS
KIA
c. Merencanakan fasilitasi tingkat kabupaten/kota dan puskesmas
d. Menyusun mekanisme pemantauan kegiatan, dll
Pihak yang terlibat di antaranya adalah:
a. Subdinas/bidang yang menangani KIA
b. Subdinas/bidang yang menangani puskesmas dan rumah sakit
c. Subdinas/bidang yang menangani pengendalian penyakit
Pertemuan ini dilaksanakan satu kali untuk memfasilitasi kabupaten/
kota: untuk memberikan bantuan teknis, bentuknya adalah kunjunga
n ke lapangan atau pertemuan di provinsi. Pelaksanaannya 2x per tah
un. Evaluasi/tindak lanjut adalah: menilai kemajuan cakupan progra
m KIA, merencanakan kegiatan hasil dari analisis. Pelaksanaan perte
muan 1x per tahun
2. Pertemuan di tingkat kabupaten/kota.
Pertemuan sosialisasi/rcorientasi, menfasilitasi puskesmas, analisa
tindak lanjut.
3. Pertemuan di puskesmas.
Pertemuan di puskesmas berupa minilokakarya: Puskesmas
mengatur alur dara KI, menfasilitasi bidan desa: implementasi PWS
KIA, pengumpulan, pengolahan, analisis data, Bidan bekerja sama
dengan kader, dukun dan masyarakat
4. Fasilitasi petugas kabupaten/kota.
Petugas kabupaten dibekali untuk dapat memfasilirasi petugas
puskesmas. Peserta terdiri dari unsur-unsur lun dani dinas kesehatan
kabuparen/kota scpcru: pelavanan keschatan, pengendalian penyakit.
Scuap kali taulitasi, sebaiknya peserta tidak lebih dari 30 orang
Mawen fasilirasi adalah Pedoman PWS KIA, pedoman pelayanan
kebidanan dasar, kebijaksanaan program KIA, perencanaan
pelaksanaan dan pemantauan kegiatan
5. Pelatihan petugas puskesmas.
Pelatihan petugas keseharan mengenai PWS KIA ini diikuu oleh
kepala puskesmas, pengelola program KIA, petugas SP2TP,
pelatihnya adalah petugas dari kabuparen dan provinsi yang dilatih,
pertemuan dengan unit kesehatan swasta dan rumah sakit umum.
Pertemuan ini penting karena PWS KIA mempunyai pendekaran
wilayah. Dengan
12. Pemantauan Hasil Kegiatan
Pemantauan kegiatan PWS KIA dapat dilakukan melalui bagan
tingkat kabupaten/kota: Laporan puskesmas, laporan rumah sakit,
laporan pelayanan kesehatan swasta, Tingkat puskesmas sarana
pencatatan PWS KIA (kohort ibu, kohort bayi, dll). Laporan pelayanan
kesehatan swasta. Kunjungan ke desa/kelurahan yang statusnya jelek.
Umpan balik dapat dilakukan sesuai dengan waktu dan jenjang
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Umpan balik dari puskesmas 1 bulan
sekali. Umpan balik dari kabupaten/kota 1 bulan sekali. Umpan balik
dari provinsi 6 bulan sekali. Umpan balik dari pusat 1 tahun sekali
Penerapan PWS KIA, menggunakan barasan operasional dan indikator
pemantauan seperti berikut.
1. Pelayanan antenatal.
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
profesional untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan antenaral yang ditetapkan.
2. Penjaringan (deteksi) dini kehamilan berisiko.
Kegiatan ini bertujuan menemukan ibu hamil berisiko, yang dapat
dilakukan oleh kader, dukun bayi, dan tenaga kesehatan.
3. Kunjungan ibu hamil.
Maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional
untuk mendapatkan pelayanan antenaral sesuai standar yang
ditetapkan.
4. Kunjungan ibu hamil (K1).
Maksudnya kunjungan pertama kali ibu hamil pada masa kehamilan.
5. Kunjungan ulang.
Maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional yang
kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standart selama satu periode kehamilan berlangsung.
6. K4.
Maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional yang
keempat atau lebih. Untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar
yang ditetapkan, syaratnya minimal melakukan satu kali kontak pada
triwulan I, minimal satu kali kontak pada triwulan II, dan minimal
dua kali pada triwulan III.
7. Cakupan KI.
Maksudnya adalah presentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam
kurun waktu tertentu, yang pernah mendapat pelayanan anrenaral
sesuai standar paling sedikit satu kali selama kehamilan.
8. Cakupan ibu hamil (cakupan K4).
Maksudnya adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah tertentu,
dalam kurun waktu tertentu yang mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian
pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada
triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga.
9. Sasaran ibu hamil.
Sasaran ibu hamil adalah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam
kurun waktu satu tahun.
10. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Maksudnya adalah persentase ibu bersalin di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu yang ditolong persalinannya oleh tenaga
profesional.
11. Cakupan penjaringan ibu hamil berisiko oleh masyarakat.
Maksudnya adalah persentase ibu hamil berisiko yang ditemukan
oleh kader dan dukun bayi, yang kemudian di rujuk ke
puskesmas/tenaga profesional dalam kurun waktu tertentu.
12. Cakupan penjaringan ibu hamil berisiko oleh tenaga kesehatan.
Maksudnya adalah persentase ibu hamil berisiko yang ditemukan
oleh tenaga profesional, yang ditinjaklanjuti (dipantau secara intensif
dan ditangani sesuai kewenangan dan/atau dirujuk ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi) dalam kurun waktu tertentu.
13. Ibu hamil berisiko.
Maksudnya adalah ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tinggi
kecuali ibu hamil normal.
14. Cakupan pelayanan neonates (cakupan KI nenonatus)
Maksudnya adalah persentase bayi pada usia neonatus (kurang dari
satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal satu kali
dari tenaga profesional dalam kurun waktu tertentu.
13. Pelaporan
Pelaporan Daerah dari tingkat puskesmas dikumpulkan dan
kemudian diolah. Hasilnya dimasukkan ke dalam format 1 seperti di
bawah ini.
Format 1 merupakan rekapitulasi cakupan (indikator PWS KIA) dari
tiap desa/kelurahan dikirimkan ke puskesmas paling lambat tanggal
5 setiap bulan. Puskesmas melakukan pelaporan setiap bulan untuk
dikirimkan ke dinas kesehatankabupaten/kota. Laporan ini
dikirimkan setiap bulan, selambat-lambatnya tanggal 10 bulan
berikutnya. Dinas kesehatan kabupaten/kota membuat rekapitulasi
laporan puskesmas (Format 1) dengan menggunakan Format 2,
untuk dikirimkan ke provinsi selambat-lambatnya tanggal 15 bulan
berikutnya. Selanjutnya, provinsi membuat rekapitulasi laporan
kabupaten dalam Format 3, untuk dikirimkan ke pusat. Laporan ini
dikirimkan ke pusat setiap triwulan, paling lambat satu bulan setelah
triwulan tersebut berakhir.
BAB III
PENGKAJIAN
> 60
55 s.d 50
50 s.d 54
45 s.d 49
40 s.d 44
35 s.d 39
30 s.d 34
25 s.d 29
20 s.d 24
15 s.d 19
10 s.d 14
5 s.d 9
0 s.d 4
80 60 40 20 20 40 60 80
LAKI - LAKI PEREMPUAN
D. Pengkajian Kelompok
Pertanyaan Peserta:
1. Cara mengatasi nyeri
perut saat menstruasi
selain pakai air hangat
(Aisyah)
2. Perbedaan dimensi
kultural dan dimensi
sosial di seks education
(Iqbal)
3. Apakah menstruasi
telat dapat menggangu
masa tua (menopause)?
(Jessica)
4. Faktor apa yang
mempengaruhi telat
menstruasi? (Tania)
5. Kenapa perempuan
umur 5-16 tahun lebih
tinggi daripada laki-laki,
kemudian malah
sebaliknya. Dan apa saja
yang harus dikonsumsi
agar memperbaiki
pertumbuhan (Mas
Koco)
6. Siapa nama pemateri?
(Tasya)
Jawaban:
1. Cara mengatasi nyeri
perut saat menstruasi
yaitu tetap dikompres
dengan air hangat
tetapi masih ada
acara lain yaitu
minum air putih yang
banyak, minum air
jahe hangat dan olah
raga teratur sehari
minimal 30 menit.
2. Dimensi kultural
yaitu menunjukkan
bahwa perilaku seks
itu merupakan bagian
dari budaya yang ada
di masyarakat,
sedangkan dimensi
sosial yaitu berkaitan
dengan bagaimana
seksualitas muncul
dalam relasi antar
manusia serta
bagaimana
lingkungan
berpengaruh dalam
pembentukan
pandangan mengenai
seksualitas dan
pilihan perilaku seks
3. Menstruasi telat tidak
dapat menggangu
menopause karena
hormon tiap orang
berbeda, waktu haid
biasanya berkisar
usia 10-14 tahun,
haid pertama juga
bisa terjadi lebih awal
yaitu usia 9 tahun
namun menstruasi
pertama dapat lebih
lambat yaitu usia 15
thn atau lebih, jika
mengalami haid lebih
awal atau lebih
lambat jangan
khawatir itu adalah
hal normal jika
lambatnya tidak
melebihi usia 21
tahun karena itu
batasan usia remaja.
4. Faktor yang
mempengaruhi telat
menstruasi yaitu:
– Pubertas
Hormon dalam tubuh
tidak seimbang
karena tubuh akan
akan menghasilkan
hormone-hormon
baru untuk
mendukung tumbuh
kembang tubuh.
- Terlalu kurus
Saat mengalami
gangguan makan
tumbuh tiak
mendapatkan asupan
kalori yang cukup
untuk isa berfungsi
dengan baik, tubuh
pun berisiko
mengakami gizi
buruk dan bisa
menjadi sangat kurus,
jika terlu kurus
produksi hormon
untuk ovulasi akan
terganggu akibat
hipotalamus yang
tidak berfungsi
dengan baik.
- Obesitas
Selain terlalu kurus,
terlalu gemuk juga
bisa menyebabkan
haid telat hingga 1
bulan pada masa
remaja, pada kondisi
ini hipotalamus yang
tidak bisa berfungsi
dengan baik karena
lemak berlenih pada
tubuh bisa
mempengaruhi masa
ovulasi dan
menyebabkan tidak
terjadinya menstruasi.
- Stres
Setres bisa
mempengaruhi fungsi
kerja hipotalamus
yaitu bagian otak
yang mengatur kadar
bormon pengatur
siklus haid, saat
mengalami setres
berlebih hormone
yang terdapat didalam
tubuh bisa mengalami
perubahan sehingga
mempengaruhi siklus
haid.
5. Saat memasuki masa
pubertas, seorang
remaja akan
mengalami masa
percepatan
pertumbuhan (growth
spurt). Pada pria
remaja, percepatan
pertumbuhan dimulai
sejak usia 10–15
tahun, sedangkan
pada wanita remaja,
masa ini dimulai
sejak usia 8–13
tahun. Masa
percepatan
pertumbuhan dapat
berlangsung sekitar
2–5 tahun, hingga
seorang remaja
mencapai
kematangan fisik.
Setelah pertumbuhan
puncak tinggi badan
tercapai, menstruasi
pertama kali akan
segera dimulai.
Meskipun puncak
pertumbuhan anak
perempuan terjadi
sebelum menarche
(menstruasi pertama
kali), tinggi badan
masih tetap tumbuh
hingga 7-10 cm lagi
setelah menstruasi.
Namun, pertumbuhan
tinggi badan ini tidak
terjadi secepat
sebelum menstruasi.
Pada dasarnya, tinggi
badan seseorang
dipengaruhi oleh
faktor genetik atau
keturunan.
Yang harus dikonsumsi
agar memperbaiki
pertumbuhan yaitu
½ isi piring terdiri dari :
⅓ lauk pauk dan
⅔ makanan pokok
6. Nama pemateri
adalah Kak Okta dan
Kak Nabila.
F. Implementasi (yang dilakukan ditulis semua, undangan, PJ, penyuluh,
SAP)
1. Pelaksannaan Implementasi
Masalah Utama: kurangnya pengetahuan pada remaja putri tentang penti
ngnya tablet Fe
Implementasi: 22 November 2022
a) Melakukan penyuluhan kepada remaja tentang tablet fe meliputi:
- Pengertian tablet Fe
- Pentingnya tablet Fe
- Pengertian Anemia
- Cara pencegahan anemia
- Dampak anemia pada remaja putri
- Contoh makanan yang mengandung Fe
- Cara mengkonsumsi tablet Fe
- Efek samping tablet Fe
Hasil: penyuluhan tentang tablet Fe telah dilaksanakan pada Selasa,
22 November 2022 bertempat di Masjid Al-Hidayah Siroto yang dih
adiri oleh para remaja sejumlah 20 remaja dengan didominasi oleh re
maja putri. Di dalam pelaksanaan penyuluhan tersebut, diadakan kui
s berhadiah untuk menarik para remaja agar mereka mendengarkan d
an fokus terhadap materi yang diberikan oleh pemateri. Hal ini dibuk
tikan dengan keaktifan para remaja pada sesi diskusi dan tanya jawa
b.
b) Melakukan penyuluhan tentang gizi remaja, sex education, pengguna
an gadget pada remaja.
Hasil: Materi yang diberikan merupakan materi yang diusulkan oleh
pihak RW dan Karang Taruna, guna menambah wawasan pengetahu
an para remaja.
c) Memberikan materi mengenai Posyandu remaja
Hasil: Para remaja mengetahui tentang posyandu remaja, kegiatan ya
ng dilakukan saat posyandu remaja.
2. Undangan
Dalam penyuluhan ini, kelompok RW 07 mengundang berbagai pihak, an
tara lain:
- Perwakilan Puskesmas
- Ketua Karang Taruna dan anggotanya
- Ketua Remaja Masjid dan anggotanya
- Para remaja yang tidak mengikuti organisasi pada wilayah RW 7
3. Penanggung jawab dalam terselenggaranya penyuluhan
- Mengkoordinasi seluruh anggota kelompok
Penanggung jawab: Ketua dan Wakil Ketua
- Mengurus penyuratan dan arsip kegiatan
Penanggung jawab: Sekretaris
- Mengelola keuangan
Penanggung jawab: Bendahara
- Koordinasi dengan Pihak RW, Karang Taruna, Remaja Masjid, dan
Puskesmas
Penanggung jawab: Sie Humas
- Penyebaran Undangan
Penanggung jawab: Sie Humas
- Pembuatan MMT dan dokumentasi kegiatan
Penanggung jawab: Sie Dekdok
- Persiapan alat,tempat dan konsumsi:
Penanggung jawab: Sie Perkap dan Sie Konsumsi
- Menyusun rangkaian acara dalam penyuluhan
Penanggung jawab: Sie Acara
HASIL KEGIATAN
Kegiatan Implementasi MMD 1 telah dilaksanakan pada tanggal 22 Nove
mber 2022 pukul 19.30 WIB. Sebelum acara berlangsung para remaja yang datan
g akan diarahkan menuju ke meja pendaftaran terlebih dahulu untuk mengisi nama
dan tanda tangan. Setelah itu, mereka melakukan pengukuran berat badan, tinggi b
adan, lila dan pengukuran tekanan darah. Setelah hasil didapatkan, kemudian men
uju ke bagian pendataan hasil. Pada meja pendataan bagi remaja putri akan diberik
an tablet Fe sekaligus.
Acara Implementasi MMD 1 dipimpin oleh MC yang dikoordinasi oleh In
ggrit dan Vera. Untuk pemaparan materi saat acara implementasi berlangsung dip
aparkan oleh Nabila dan Oktaviana. Materi yang dipaparkan antara lain pentingny
a tablet Fe, gizi pada remaja, pendidikan seksual, dan penggunaan gadget pada re
maja. Dari hasil survey terdapat 195 remaja yang terdiri dari 89 remaja putri dan 1
06 remaja putra. Dari hasil kegiatan Implementasi MMD 1 didapatkan jumlah rem
aja yang hadir adalah 20 remaja, yang terdiri dari 8 remaja putra dan 12 remaja pu
tri.
Dalam Implementasi MMD 1 dan setelah dilakukan pemaparan materi, re
maja antusias mendengarkan penjelasan materi dengan baik. Dibuktikan dengan b
eberapa remaja mengajukan pertanyaan di akhir sesi. Setelah dilakukan kegiatan i
mplementasi, para remaja mengeahui pentingnya tablet Fe (dapat mencegah dari d
ampak jangka pendek dan jangka panjang), gizi pada remaja (bagaimana cara men
ghitung IMT), pendidikan seksual (dampak yang ditimbulkan), dan penggunaan g
adget pada remaja yang dapat mengganggu psikologis.
Pada materi mengenai kegiatan pendidikan sex para remaja cukup mempu
nyai pengetahuan yang cukup dan merasa jika pendidikan sex bukan merupakan s
esuatu hal tabu yang harus dibicarakan. Sehingga mereka lebih mengetahui dan m
enambah wawasan mengenai Pendidikan sex agar dapat lebih menjaga diri sendiri
dan terhindar dari hal yang tidak diinginkan.
Sebelum Implementasi selesai, dilakukan kegiatan minum tablet Fe bersa
ma yaitu Mahasiawa D3 Kebidanan sejumlah 27 orang dan remaja putri RW 7 sej
umlah 12 orang didampingi oleh Perawat Gigi, Aisyah dari pihak puskesmas Puda
k Payung dan Perwakilan Karang Taruna RW 7, Erwin.
BAB IV
PEMBAHASAN
Input :
Proses :
- Peserta yang datang aktif bertanya, ada lima peserta yang bertanya.
- MC memberikan 1 pertanyaan tambahan, dan dijawab oleh 1 peserta.
- Peserta yang bertanya mendapatkan hadiah
Berdasarkan hasil tabulasi data yang telah kami lakukan, terdeteksi 1 priori
tas masalah di lingkungan wilayah RW 07, yaitu kurangnya pengetahuan mengena
i pentingnya mengkonsumsi Tablet Fe pada remaja putri. Oleh karena itu kami me
ngadakan penyuluhan mengenai hal tersebut. Penyuluhan ini dilaksanakan pada h
ari Selasa, 22 November 2022 pada pukul 19.30 s/d 21.10 WIB bertempat di Masj
id Al-Hidayah RW 07. Dalam pelaksanaannya dilakukan juga beberapa pemeriksa
an Kesehatan dasar, meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, LILA, dan Te
kanan Darah. Setelah pemeriksaan, remaja putri diberikan Tablet Fe yang diminu
m bersama di akhir acara.(impementasi)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus yang telah dilakukan
pada Asuhan Kebidanan Komunitas di Kelurahan Pudak Payung RW 07, d
apat disimpulkan :
1. Dari hasil pengkajian yang kami lakukan didapatkan sikap masyarakat
begitu kooperatif saat dilakukan wawancara, begitu juga dengan
lingkungan serta pengetahuan masyarakat yang cukup mengenai
PHBS, garam beryodium, dan ketersediaan air bersih.
2. Dari hasil observasi yang Mahasiswa lakukan ada masalah yang
berhubungan dengan masyarakat melalui Musyawarah Masyarakat
Desa.
3. Mahasiswa merencanakan Asuhan Kebidanan Komunitas dengan
diberikan penyuluhan yang berhubungan dengan masalah yang ada di
masyarakat.
4. Tindakan segera yang harus dilakukan oleh Mahasiswa adalah
memberikan penyuluhan masalah kesehatan yaitu pentingnya tablet Fe
bagi remaja putri, sex education, gizi remaja dan penggunaan gadget
pada remaja serta mengantisipasi yang mungkin terjadi di masyarakat.
5. Dari perencanaan dan implementasi yang sudah dilakukan, didapatkan
remaja putri sudah mengerti akan pentingnya tablet Fe bagi remaja
putri.
B. Saran
1. Bagi Remaja Putri
a. Diharapkan remaja putri lebih peduli dengan kesehatan.
b. Diharapkan remaja putri lebih patuh dalam mengkonsumsi
tablet Fe guna menjaga kesehatan untuk dimasa yang akan
dating.
c. Diharapkan remaja putri dapat meningkatkan motivasi dan niat
dalam mengkonsumsi tablet Fe guna mencegah anemia.
2. Bagi Puskesmas Pudak Payung
a. Diharapkan dapat melakukan pengawasan secara rutin
terhadap distribusi tablet Fe dan konsumsi tablet Fe pada
remaja putri melalui Kader di wilayah RW 07.
b. Diharapkan dapat memberikan penyuluhan atau edukasi secara
rutin kepada remaja putri tentang anemia dan pencegahan
anemia dengan mengkonsumsi tablet Fe.
c. Diharapkan dapat berkoordinasi bersama FKK untuk
membentuk posyandu remaja guna meningkatkan status
kesehatan remaja di wilayah RW 07.
3. Bagi kader di wilayah RW 07 Diharapkan untuk lebih meningkatkan
upaya promotif kepada remaja putri di wilayah RW 07 mengenai
masalah kesehatan. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan atau
pemberian edukasi kepada remaja melalui kerja sama dengan
puskesmas terkait.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
untuk penelitian selanjutnya.
5. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat khususnya ibu hamil mengingat bahwa pengetahuan
tentang anemia dan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet
besi menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
anemia selama kehamilan maka peneliti menyarankan dilakukan
edukasi kepada ibu hamil dan keluarga. Edukasi dapat dilakukan
dengan cara penyuluhan di posyandu, puskesmas, dan rumah sakit
LAMPIRAN
A. SAP
OLEH:
KELOMPOK RW VII
TAHUN 2022
Pokok Bahasan : Pemberian tablet Fe pada remaja
Sub Pokok Bahasan : Pencegahan anemia pada remaja
Sasaran : Remaja Putri Rw 07 Kelurahan Pudak Payung
Hari/Tanggal : Selasa, 22 November 2022
Tempat : Masjid Al-Hidayah RW 07
Waktu : 19.30 – 21.10 WIB
V. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi
VII. Evaluasi
Memberikan pertanyaan kepada peserta penyuluhan, yaitu:
1. Bagaimana cara meminum Tablet Fe yang benar?
2. Kapan waktu yang tepat untuk meminum Tablet Fe?
3. Apa saja contoh makanan yang mengandung zat besi (Fe)?
2. Pentingnya Tablet Fe
Kondisi kekurangan sel darah merah di dalam tubuh atau ya
ng dikenal dengan anemia bisa dialami oleh siapa saja, termasuk an
ak remaja. Namun, dibandingkan remaja putra, remaja putri berisik
o lebih tinggi mengalami anemia. Salah satu alasannya karena rem
aja putri mengalami menstruasi setiap bulannya.
Menstruasi bulanan menyebabkan para remaja putri mudah
mengalami anemia, yaitu kondisi dimana sel darah merah atau kon
sentrasi hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari biasanya. Sehin
gga membuat tubuh lebih mudah lemas dan mudah untuk pingsan.
Tidak berhenti sampai disitu, dampak anemia juga menyeba
bkan para remaja putri mengalami berbagai kondisi seperti:
1. Penurunan imunitas sehingga lebih rentan terpapar berbagai
penyakit infeksi
4. Pengertian Anemia
Menurut WHO, anemia adalah suatu kondisi di mana
jumlah sel darah merah atau kapasitas oksigen tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, yang bervariasi menurut
umur, jenis kelamin, panjang badan, merokok, dan status
kehamilan.
Masyarakat lebih mengenal dengan istilah penyakit kurang
darah, berkurangnya hingga di bawah normal sel darah merah
matang yang membawa oksigen ke seluruh jaringan yang
dijalankan oleh protein yang disebut Hemoglobin (Hb) dengan
level normal 11,5 – 16,5 gr/dl untuk perempuan dan 12,5 0- 18,5
gr/dl untuk laki – laki.
6. Penyebab Anemia
Ada 3 penyebab anemia, yaitu:
1. Defisiensi zat gizi
Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang mer
upakan pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk
pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel darah me
rah/eritrosit. Zat gizi lain yang berperan penting dalam pemb
uatan hemoglobin antara lain asam folat dan vitamin B12.
Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AI
DS,dan keganasan seringkali disertai anemia, karena kekura
nganasupan zat gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri.
2. Perdarahan (Loss of blood volume)
Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang
mengakibatkan kadar Hb menurun.
Perdarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan.
3. Hemolitik
Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai
karena terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan
zat besi (hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan
limpa.
Pada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara
genetik yang menyebabkan anemia karena sel darah
merah/eritrosit cepat pecah, sehingga mengakibatkan
akumulasi zat besi dalam tubuh.
7. Bahaya Anemia
Anemia dapat menyebabkan berbagai dampak buruk pada rematri d
an WUS, diantaranya:
1. Menurunkan daya tahan tubuh sehingga penderita anemia muda
h terkena penyakit infeksi
2. Menurunnya kebugaran dan ketangkasan berpikir karena kuran
gnya oksigen ke sel otot dan sel otak.
3. Menurunnya prestasi belajar dan produktivitas kerja/kinerja
9. Pencegahan Anemia
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah Anemia antara lain;
1. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi.
Dilakukan dengan cara mengonsumsi makanan yang kaya a
kan sumber zat besi dari hewani, seperti hati, ikan, dan daging.
Sedangkan sumber zat besi dari nabati yaitu sayuran berwarna
hijau tua dan kacang-kacangan.
2. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi.
Fortifikasi atau menambahkan mikronutrien pada bahan ma
kanan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut. Cth
makanan yang sudah difortifikasi: tepung terigu, beras, minyak
goreng, mentega, dan beberapa snack.
3. Suplementasi zat besi.
Suplementasi zat besi dengan dosis yang tepat (rematri dan
WUS 1x/minggu) dapat mencegah anemia dan menigkatkan ca
dangan zat besi dalam tubuh.
4. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi,disarankan untuk men
gonsumsi makanan yang mengandung vit.C misalnya: jambu, je
ruk, pepaya, tomat, dan nanas.
1.
B. Media (PPT)
C. Daftar hadir kegiatan penyuluhan remaja