Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA RW 07 KELURAHA

N PUDAKPAYUNG
KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kebidanan Komunitas (Bd.5.024)

Disusun oleh :

MAHASISWA DIII KEBIDANAN SEMARANG

KELOMPOK RW VII

DIII KEBIDANAN SEMARANG


JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan komunitas yang sangat penting dan tidak dapat
diabaikan, dari aspek kuantitas, jumlah dan proporsi remaja Indonesia
saat ini sangat besar. Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035,
ditemukan tahun ini jumlah penduduk remaja (usia 10-24 tahun) di
Indonesia diproyeksikan mencapai 66,3 juta jiwa atau sekitar 25,6
persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Artinya, satu dari empat
orang Indonesia adalah remaja.
Indonesia akan menghadapi fenomena besarnya proporsi penduduk
usia produktif (15-60 tahun) dan penduduk usia muda (10-24 tahun) di
sekitar tahun 2030. Kondisi ini berdampak pada menurunnya angka
ketergantungan (dependency ratio) dan sangat berdampak positif pada
pembangunan ekonomi (BKKBN, 2016). Bangsa Indonesia memasuki
masa yang disebut window of opportunity, masa di mana dependensi
rasio berada pada posisi sangat rendah. Setelah tahun 2030, dependensi
rasio akan kembali meningkat sehingga Indonesia harus melakukan
investasi secara efektif dan efisien dalam Sumber Daya Manusia
(SDM), terutama kelompok usia muda (10-24 tahun) di bidang
kesehatan (BKKBN, 2016).
Globalisasi mengakibatkan sulit untuk membendung arus
kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia, berbagai aspek dan nilai-
nilai ketimuran telah banyak berubah digantikan oleh budaya barat,
termasuk dalam hal perubahan pola konsumsi makan. Pada masyarakat
perkotaan khususnya remaja terjadi kecenderungan perubahan pola
konsumsi makan karena pada masa ini remaja berada dalam tahap
mencari jati diri sehingga remaja sangat mudah terpengaruh dalam
mengikuti mode dan tren yang sedang berkembang termasuk dalam hal
mengkonsumsi makanan impor/modern yang sering dikenal dengan
istilah fast food/junk food. Penelitian yang dilakukan pada 65 remaja
menunjukkan bahwa 95,4% responden sering mengkonsumsi fast food
dan 84,6% diantaranya kurang mengkonsumsi serat. Pola konsumsi gizi
remaja tersebut dapat mengakibatkan ketidakseimbangan antara asupan
dan kebutuhan nutrisi sehingga dapat menimbulkan masalah gizi
(Setyawati, 2016).
Masalah gizi pada remaja yang sering terjadi akibat pola makan
adalah anemia defisiensi besi. Remaja yang mengalami masalah gizi
40% diantaranya mengalami anemia gizi besi (Triwinarni, 2017). Pada
remaja putri risiko anemia lebih tinggi, karena banyaknya zat besi yang
hilang selama periode menstruasi. Hasil Riskesdas tahun 2013
menunjukkan prevalensi anemia defisiensi besi banyak ditemukan pada
remaja perempuan sebesar 22.7%, sedangkan anemia defisiensi besi
pada remaja laki-laki sebesar 12.4% (Sya’Bani, 2016). Kebutuhan zat
besi pada remaja putri yang memasuki masa pubertas juga meningkat
karena pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat terutama pada
pematangan organ reproduksi (Mulugeta, 2015).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2011
merekomendasikan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada
remaja penting dilakukan sebagai penyiapan remaja putri untuk
menjadi Wanita Usia Subur (WUS). Program pemberian TTD pada
remaja putri telah resmi dilakukan sejak tahun 2016 sesuai dengan
Surat Edaran Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dengan nomor
HK.03.03/V/0595/2016 (Kemenkes RI, 2016).

B. Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia dan
cara konsumsi tablet tambah darah di RW 07 Kelurahan Pudak
Payung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diperoleh, maka
tujuan dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang anemia dan
tablet tambah darah dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi TTD.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan remaja putri tentang anemia dan
TTD
b. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan remaja putri dalam
mengkonsumsi TTD
c. Menganalisis hubungan pengetahuan remaja putri tentang
anemia dengan tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi TTD.
d. Menganalisis hubungan pengetahuan remaja putri tentang TTD
dengan tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi TTD.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat menjelaskan tentang pengetahuan remaja
putri tentang anemia dan TTD terhadap kepatuhan dalam
mengkonsumsi TTD di RW 07 Kelurahan Pudak Payung
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi mengenai
gambaran tingkat kepatuhan remaja putri di RW 07 Kelurahan Pudak
Payung dalam mengkonsumsi TTD dan hubungan pengetahuan remaja
putri tentang anemia dan TTD dengan tingkat kepatuhan dalam
mengkonsumsi TTD.
2.Manfaat Praktis
c. Bagi tenaga kesehatan
Berkontribusi sebagai salah satu refrensi tentang faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kepatuhan remaja putri dalam mengkonsumsi
Tabet Tambah Darah (TTD), sehingga dapat dijadikan sebagai
pertimbangan oleh petugas kesehatan dalam upaya peningkatan
kepatuhan konsumsi TTD pada remaja putri penerima program.
d. Bagi peneliti lain
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan
untuk mengembangkan penelitian lain yang memiliki jangkauan lebih
luas dan mendalam terkait hubungan pengetahuan remaja putri dengan
tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi TTD
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengetian Bidan Komunitas


Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan
masyarakat diwilayah kerja tertentu. Ciri kebidanan komunitas adalah
menggunakan populasi sebagai unit analisis. Populasi dapat berupa
kelompok sasaran (jumlah perempuan, Jumlah kepala keluarga, jumlah
laki-laki, jumlah neonatus, jumlah balita) dalam area yang dapat
ditentukan sendiri oleh bidan. Analsis situasi merupakan proses sistematis
untuk melihat fakta, data atau kondisi yang ada dalam suatu lingkup
wilayah. Analisi situasi yang dimaksud untuk melihat fakta atau data yang
bermasalah atau tidak artinya dengan analsis situasi dapat ditemukan
masalah kesehatan, dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.

B. Tujuan dan Sasaran Kebidanan Komunitas


1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan kebidanan komunitas adalah seorang bidan
komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya
kesehatan perempuan atau Ibu bayi dan balita di wilayah kerjanya.
2. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai
dengan tanggung jawab bidan
2. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil pertolongan persalinan
perawatan nifas dan perinatal serta bayi dan balita secara terpadu
3. Menurunkan jumlah kasus kasus yang berkaitan dengan risiko
kehamilan persalinan nifas dan perinatal
4. Mendukung program pemerintah untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada ibu bayi dan anak
5. Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat setempat atau unsur terkait lainnya
C. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Komunitas
 Peningkatan kesehatan ( promotif )
 Pencegahan ( preventif )
 Deteksi dini dan pertolongan tepat guna
 Memberikan pelayanan kebidanan sesuai kewenangannya
 Meminimalkan kecacatan
 Pemulihan kesehatan atau rehabilitas
 Kemitraan dengan LSM setempat organisasi masyarakat organisasi
sosial kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk
mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat
terutama pada kondisi ketika stigma masyarakat perlu diluruskan (TB,
Kusta,AIDS)

D. Prinsip pelayanan kebidanan komunitas


1. Kebidanan komunitas sifatnya multidisiplin meliputi Ilmu Kesehatan
Masyarakat kedokteran sosial psikologi ilmu kebidanan dan lain-lain
yang mendukung peran bidan di komunitas
2. Dalam pelayanan kebidanan komunitas bidan tetap berpedoman pada
etika profesi Kebidanan yang menunjang tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan klien
3. Dalam pelayanan kebidanan komunitas bidan senantiasa
memperhatikan dan memberi penghargaan terhadap nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat panjang tidak merugikan dan tidak
bertentangan dengan prinsip kesehatan.
Pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan pelayanan kebidanan
komunitas tetap menggunakan prinsip manajemen kebidanan dalam
langkah pemecahan masalah.
1. Identifikasi masalah atau Kumpulan data objektif dan subjektif
Analisis dan perumusan masalah
2. Menetapkan rencana pemecahan masalah menyusun prioritas
masalah
3. Pelaksanaan rencana pemecahan masalah
4. Evaluasi dan pendokumentasian

E. Sasaran
Komunitas merupakan satu kesatuan hidup manusia yang
menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu wilayah
adat istiadat serta terikat oleh suatu rasa identitas ciri-ciri komunitas
adalah kesatuan wilayah kesatuan adat-istiadat ras identitas komunitas dan
loyalitas terhadap komunitas keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga anggota keluarga lainnya
yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian
darah dan ikatan perkawinan atau adopsi satu dengan lainnya saling
tergantung dan berinteraksi jika salah satu anggota keluarga mempunyai
masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang ada
di sekitarnya sasaran kebidanan komunitas adalah individu keluarga dan
kelompok masyarakat sasaran utamanya adalah ibu dan anak dalam
keluarga kesehatan ibu meliputi sepanjang siklus kehidupannya mulai
kehamilan hamil persalinan pasca persalinan dan masa diluar kehamilan
dan persalinan sedangkan kesehatan anak meliputi perkembangan dan
pertumbuhan anak mulai dari dalam kandungan masa bayi masa balita
masa prasekolah masa sekolah.

F. Masalah Kebidanan Komunitas Kematian Ibu dan Bayi


Keberhasilan upaya kesehatan ibu diantaranya dapat dilihat dari
indikator angka kematian ibu (AKI). AKI adalah Jumlah kematian ibu
selama masa kehamilan persalinan dan nifas yang disebabkan oleh
kehamilan persalinan dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena
sebab lain seperti kecelakaan terjatuh dan lain-lain di setiap 100.000
kelahiran hidup. Indikator ini tidak hanya mampu menilai program
kesehatan ibu terlebih laki-laki mampu menilai derajat kesehatan
masyarakat karena sensitivitasnya terhadap perbaikan Pelayanan
Kesehatan baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas.

Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai


dengan 2007 yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian SDKI tahun
2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menunjukkan
penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
berdasarkan hasil survei penduduk AntarSensus (SUPAS) 2015 (profil
kesehatan Indonesia 2015)
Kehamilan Remaja
Permasalahan kesehatan reproduksi dimulai dengan adanya perkaw
inan atau hidup bersama. Di antara perempuan usia 10 - 54 tahun 2,6% me
nikah pertama kali pada usia kurang dari 15 tahun dan 23,9% menikah pad
a usia 15 - 19 tahun. Menikah pada usia dini merupakan masalah kesehata
n reproduksi karena semakin muda usia pernikahan semakin panjang renta
ng waktu untuk bereproduksi.
Angka kehamilan penduduk perempuan usia 10 - 54 tahun adalah 2
68%, terdapat kehamilan pada usia kurang 15 tahun, meskipun sangat keci
l ( 0,02% ) dan kehamilan pasa usia remaja ( 15-19 tahun ) sebesar 1,97%,
jika tidak dilakukan pengaturan kehamilan melalui program Keluarga Bere
ncana ( KB ) akan mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia ( Riskesda
s 2015 )
Unsafe Abortion
Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada 2007 menyebutkan aborsi
tidak aman menyumbang 14% angka kematian ibu (AKI). Menurut studi
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Gulardi Wignjosastro aborsi tida
k aman berkontribusi 11-50% terhadap AKI. Undang-undang nomor 36 ta
hun 2009 terhadap kesehatan melarang aborsi kecuali dengan dua syarat y
akni ada indikasi kedaruratan medis mengancam nyawa ibu atau janin sert
a kehamilan akibat pemerkosaan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kese
hatan Reproduksi indikasi kedaruratan medis mencakup ancaman terhadap
kesehatan ibu dan janin. Sekretaris pengurus nasional PKBI Ramona Sari
menyebutkan dari 32.729 klien di klinik PKBI, 83,4% ialah perempuan me
nikah. " alasan terbanyak menggugurkan kandungan ialah punya cukup an
ak yaitu jarak usia anak terlalu dekat kekal program KB dan persoalan eko
nomi" ujarnya ( kompas.com 2016)
Berat Badan Lahir Rendah
Informasi tentang berat badan lahir dan panjang badan lahir anak b
alita didasarkan kepada dokumen atau catatan yang dimiliki oleh anggota
RT ( buku KIA KMS atau buku catatan kesehatan anak lainnya). Sebanyak
52,6% balita dengan catatan berat badan lahir dan 45% balita dengan catat
an panjang badan lahir. Masih terdapat 10,2% bayi dengan berat badan lah
ir rendah atau BBLR yaitu kurang dari 2500 gram. Persentasi ini menurun
dari riskesdas 2010 (11,1%). Presentasi bayi dengan panjang badan lahir p
endek (<48 cm) cukup tinggi yaitu 20,2%. Jika dikombinasikan antara BB
LR dan panjang badan lahir pendek maka terdapat 4,3 % balita yang BBL
R dan jiga memiliki panjang badan lahir pendek dan prevalensi tertinggi di
papua (7,6%), sedangkan yang terendah di maluku (0,8%).
Jika diamati dari bayi lahir prevalensi bayi dengan berat badan lahi
r rendah (BBLR) berkurang dari 11,1% tahun 2010 menjadi 10,2% tahun 2
013. Variasi antara Provinsi sangat mencolok dari terendah di Sumatera Ut
ara 7, 2% sampai dengan tertinggi di Sulawesi Tenggara 16, 9%. Untuk pe
rtama kali tahun 2013 dilakukan juga pengumpulan data panjang bayi lahir
dengan angka nasional bayi lahir pendek <48 cm adalah 20,2% bervariasi
dari yang tertinggi di Nusa Tenggara Timur 8,7% dan terendah di Bali 9,6
% ( Riskesdas 2013)
Tingkat Kesuburan
Dari seluruh pasangan usia subur yang memiliki sasaran program
KB terdapat di bagian yang memutuskan untuk tidak memanfaatkan progr
am tersebut dengan berbagai alasan di antaranya ingin menunda memiliki
anak atau tidak ingin memiliki anak lagi. Kelompok pasangan usia subur
(PUS) ini disebut dengan unmet need . Presentasi PUS yang merupakan ke
lompok unmet need di Indonesia sebesar 12,7%. Dari seluruh PUS yang m
emutuskan tidak memanfaatkan program KB sebanyak 6, 15% beralasan i
ngin menunda memiliki anak dan sebanyak 6,55% beralasan tidak ingin m
emiliki anak lagi. Total angka unmet need tahun 2015 Mengalami penurun
an dibanding tahun 2014 yang sebesar 14,87% ( Profil Kesehatan Indonesi
a 2015)
Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit dengan menular
melalui hubungan seksual dengan seseorang yang terinfeksi. Dapat ditular
kan oleh pasangan lewat aktivitas seksual yang melibatkan vagina penis an
us atau mulut. Berhubungan dengan penyakit yang beragam dengan gejal
a-gejala yang berbeda tiap penyakit dan beberapa lebih serius daripada pen
yakit yang lain namun semuanya membutuhkan pengobatan untuk menceg
ah komplikasi dan membahayakan hidup pasien.

G. Strategi Pelayanan Kebidanan Komunitas Pendekatan Edukatif


Pendekatan edukatif dalam pengembangan masyarakat yang
berkaitan dengan upaya upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat tidak
hanya sekedar suatu kebijakan alternatif pendekatan akan tetapi
diharapkan dapat merupakan suatu titik tolak yang penting dalam
pengalaman di lapangan. Pendekatan edukatif memerlukan waktu yang
cukup lama tetapi diharapkan hasilnya akan menjadi lebih baik pendekatan
edukatif Dalam strategi pelayanan kebidanan di komunitas.
Pengertian pendekatan edukatif secara umum adalah suatu
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis terencana dan
terarah dengan partisipasi aktif dari individu kelompok maupun
masyarakat umum untuk memecahkan masalah masyarakat dengan
mempertimbangkan faktor sosial ekonomi dan budaya. Pengertian
pendekatan edukatif secara khusus merupakan suatu bentuk atau model
pelaksanaan organisasi sosial di masyarakat guna memecahkan masalah
yang ada di masyarakat yang lebih ditekankan pada problem solving dan
proses cara pengembangan produk menjadi bagian dari proses
pengembangan masyarakat secara menyeluruh ( Syafruddin 2009)
Pengembangan Prodiver
Provider adalah tenaga kesehatan yang bertanggung jawab secara t
eknis program kesehatan di komunitas. Pengembangan provider merupaka
n Upaya pengembangan dengan meningkatkan kemampuan masyarakat ag
ar dapat memecahkan masalahnya sendiri secara Swadaya dan gotong royo
ng. Pengembangan provider bertujuan untuk pengembangan kesamaan pe
mahaman dan sikap mental yang positif serta kesepakatan bersama atau ko
mitmen untuk membangun kesehatan di komunitas beberapa pertimbangan
yang harus diperhatikan adalah adanya
1. Komunikasi dua arah antara ( lintas sektor ) terkait dan keterbukaan
dengan masyarakat sehingga program masing-masing sektor
pembangunan dapat saling dipahami dan dapat dilaksanakan secara
terpadu
2. Suatu wadah lintas sektoral ( tim Pembina LKMD Posyandu UKS dan
lain-lain)
3. Kerjasama yang baik dan dilandasi hubungan antara manusia yang
baik
4. Kewenangan masing-masing sektor terkait harus diketahui dan
dihormati
5. Tujuan yang akan dicapai bersama dan peran harus dimengerti dan
diterima oleh masing-masing sektor dan secara jelas dirumuskan
dalam perjanjian peran
6. Perencanaan terpadu dari sektor terkait harus dilaksanakan bersama
( Bapelkes Salaman 2004 )
Tujuan Pendekatan Edukatif
Tujuan dalam pendekatan edukatif adalah dapat memecahkan perm
asalahan kesehatan yang ada di komunitas. Selain itu dapat mengembangk
an kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah yang dihadapi yan
g berdasarkan Swadaya sesuai dengan kemampuan masyarakat. Beberapa t
ahapan pendekatan edukatif berikut perlu dilakukan
1. Pendekatan pada tokoh masyarakat dapat dilakukan secara nonformal
untuk penjajakan kebutuhan. Dapat juga dilakukan secara formal
melalui surat resmi. Pertemuan antara provider dengan tokoh
masyarakat perlu kunjungan rumah untuk menjelaskan maksud dan
tujuan pengumpulan data menetapkan suatu kebijakan alternatif
pemecahan masalah. Menjalin hubungan sosial yang baik dengan
menghadiri upacara upacara agama perkawinan kematian dan
seterusnya.
2. Pendekatan kepada provider yang dapat dilakukan pada waktu
pertemuan tingkat kecamatan desa atau kelurahan dan tingkat Dusun
atau lingkungan.
3. Pengumpulan data primer dan sekunder yaitu
a. Data umum dan data demografi
b. Data teknis sesuai kepentingan masing-masing sektor
c. Data perilaku sesuai dengan masalah yang ada
d. Data khusus hasil pengamatan di komunitas
e. Data sektor lain ( Syafruddin 2009 Bapelkes Salaman 2004 )

Pelayanan Beriorientasi Kebutuhan Masyarakat


Seorang bidan di masyarakat berarti memberikan pelayanan kebida
nan di masyarakat atau komunitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat pe
nerimaan pelayanan kebidanan. Masyarakat mempunyai tanggung jawab d
engan diajak bekerjasama untuk mampu berperilaku hidup sehat serta dapa
t mempromosikan kepada anggota masyarakat lain di lingkungan sekitarny
a. Masyarakat berhak memberi masukan mengenai bentuk pelayanan yang
diharapkan. Keberhasilan bidan di masyarakat atau komunitas juga ditentu
kan oleh kemampuan bidan dalam mendengarkan dan memenuhi harapan
masyarakat serta melibatkan masyarakat dalam upaya memperbaiki tingkat
kesehatan masyarakat.
Proses ketika masyarakat mampu mengidentifikasi kebutuhan dan t
entukan prioritas dari kebutuhan tersebut serta pengembangan keyakinan
masyarakat untuk berusaha memenuhi kebutuhan sesuai skala prioritas ber
dasarkan atas sumber-sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun bera
sal dari luar secara gotong royong.

Penggunaan Fasilitas dan Potensi Masyarakat


Penggunaan fasilitas dan potensi di masyarakat dapat dikategorika
n sebagai upaya yang berlandaskan pada pemberdayaan masyarakat. Halo
ini Apabila dapat menumbuh kembangkan kemampuan atau kekurangan y
ang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri dan bukan kegiatan yang segala se
suatunya diatur dan disediakan oleh pemerintah maupun pihak lain.
Kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh masyarakat dapat berupa :
A. Tokoh masyarakat
Tokoh masyarakat adalah semua orang yang memiliki pengaruh di
masyarakat setempat baik yang bersifat formal (ketua RT RW Kades
dan lain-lain) maupun tokoh nonformal (tokoh agama tokoh adat
tokoh pemuda kepala suku). Tokoh masyarakat merupakan kekuatan
yang sangat besar yang mampu menggerakkan masyarakat di dalam
setiap upaya pembangunan.
B. Dana masyarakat
Penggalangan dana pada golongan masyarakat tertentu merupakan
upaya yang tidak kalah pentingnya. Namun, pada golongan
masyarakat yang tingkat ekonominya prasejahtera penggalangan dana
masyarakat hendaknya dilakukan sekedar agar mereka merasa ikut
memiliki dan bertanggung jawab terhadap upaya pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatan nya. Cara lain yang dapat ditempuh
adalah dengan model tabungan atau sistem asuransi yang bersifat
subsidi silang. Penggalangan dana dapat juga dilakukan melalui
pengumpulan kas pada kegiatan masyarakat secara umum dalam hal
ini setiap anggota masyarakat mempunyai andil dalam pembangunan
dengan nilai yang sesuai dengan kemampuan dan kesepakatan
bersama.
C. Pengorganisasian masyarakat
Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan terutama
kesehatan ibu dan anak perlu dilakukan pengembangan dan
pengorganisasian masyarakat. Hal ini perlu dilakukan oleh karena
dalam mencapai tujuan perlu dilakukan persamaan pemikiran yaitu
perubahan perilaku. Lalui kegiatan pengembangan dan
pengorganisasian masyarakat dapat dilakukan upaya penggalian
sumber daya yang ada dalam masyarakat sehingga masyarakat mampu
secara mandiri untuk memenuhi kebutuhannya. Berikut beberapa
unsur pokok dalam pengorganisasian masyarakat
a. Masyarakat mengidentifikasi kebutuhannya
b. Masyarakat menentukan prioritas kebutuhannya
c. Masyarakat dapat mengenali sumber daya dan potensi yang dapat
dihimpun untuk pembangunan kesehatan di wilayahnya
d. Masyarakat mau berupaya untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri.
Unsur pokok pengembangan masyarakat adalah sebagai berikut
1. Adanya upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
2. Diperlukan partisipasi aktif di masyarakat
3. Adanya prakarsa masyarakat baik spontan atau melalui proses
untuk membangkitkan prakarsa tersebut
4. Pemantapan dan perkembangan dari upaya tersebut
Pengembangan dan pengorganisasian masyarakat berorientasi pada upaya
kemandirian dan peran serta aktif seluruh masyarakat. Keterlibatan
kelompok sasaran mutlak diperlukan yang dilakukan melalui proses
pengalaman belajar. Kondisi masyarakat untuk keikutsertaan dan
keterlibatan dalam kegiatan tersebut mungkin beraneka ragam. Di
masyarakat banyak terdapat organisasi masyarakat seperti pengajian PKK
karang taruna dasawisma dan lain-lain. Yang merupakan wadah
pemberdayaan masyarakat yang dapat diajak kerjasama dengan tenaga
provider untuk pembangunan kesehatan ibu dan anak.
D. Sumber daya masyarakat
Masyarakat sebenarnya memiliki sumber potensi daya contohnya
sarana dan material yang dimiliki masyarakat seperti batu kali bambu
dan lain sebagainya untuk pembangunan kesehatan akan
menimbulkan rasa tanggung jawab dan ikut memiliki dari masyarakat
E. Pengetahuan masyarakat
Kemampuan pengetahuan masyarakat banyak yang dapat digunakan
sebagai input pembangunan kesehatan masyarakat ibu dan anak
pengetahuan masyarakat diantaranya adalah pengetahuan tentang
pengobatan tradisional yang jika dibina dan dikembangkan dapat
menjadi komoditi bagi masyarakat itu sendiri. Penerapan teknologi
tepat guna di masyarakat juga cukup banyak yang perlu
dikembangkan oleh masyarakat bersama pemerintah seperti
penggunaan air pegunungan untuk kebutuhan air di rumah tangga. Hal
ini dapat dikembangkan menjadi air bersih yang dapat digunakan
masyarakat sekitar
F. Teknologi yang dimiliki masyarakat
Teknologi tepat guna yang dimiliki oleh masyarakat masih cukup
sederhana Pemerintah perlu membimbing agar teknologi tepat guna
yang dimiliki oleh masyarakat dapat berkembang dan dapat diterima
masyarakat pada umumnya. Dalam hal ini teknologi tepat guna di
masyarakat dapat dikembangkan dengan bantuan dan bimbingan
teknis maupun kebijakan pemerintah. Dengan memberikan bimbingan
teknis diharapkan dapat meningkatkan kualitas Kesehatan Masyarakat
khususnya ibu dan anak
G. Pengambilan keputusan oleh masyarakat
Jika penemuan masalah dan perencanaan pemecahan masalah
kesehatan telah dapat dilakukan oleh masyarakat pengambilan
keputusan terhadap upaya pemecahan masalah akan lebih baik
dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan demikian kegiatan
pemecahan masalah kesehatan akan berkesinambungan karena
masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap
kegiatan yang mereka rencanakan sendiri Pemerintah perlu
memberikan bantuan dan arah kepada pengambilan kebijakan oleh
masyarakat (Depkes RI 2007)
H. Proses Asuhan Kebidanan Komunitas
Pengelolaan kebidanan komunitas meliputi pengkajian dan penentuan
masalah perencanaan proses penyusunan rencana pengorganisasian
bekerja dalam tim aspek hukum dan pencatatan dan pelaporan.
Pengkajian
Penentuan masalah
1. Adanya Kesenjangan antara harapan/tujuan yang ingin dicapai
dan kenyataan yang sesungguhnya sehingga menimbulkan rasa
tidak puas dan merasa bertanggungjawab untuk
menanggulanginya
2. Rumusan masalah dengan konfirmasi pertanyaan 4w dan 1H
( what, who, where, when + How )
Penentuan prioritas masalah
1. Metode Delphi
a. Kelompokkan masalah yang akan diprioritaskan
b. Bagaikan kertas kepada peserta untuk memprioritaskan dan berilah
angka dari 1-10 untuk yang tidak prioritas kepaling prioritas
c. Hasil dikumpulkan dan ditabulasi
2. Metode Delbeg dengan Pembobotan
a. Menentukan kriteria untuk menentukan tinggi rendahnya nilai
masalah missal besarnya masalah/kegawatan
masalah/kecenderungan meningkat kering akibat masalah terhadap
produktivitas kerja/luasnya masalah
b. Mengkaji Apakah kriteria dapat dipakai untuk menilai
permasalahan
c. Menentukan pokok dari masing-masing kriteria misal
 Kegawatan masalah (A) bobot 6
 Kecenderungan meningkat (B) bobot 7
 akibat masalah terhadap produktivitas kerja (C) bobot 8
 luasnya masalah (D) bobot 9
d. Menentukan skala nilai untuk kriteria tersebut misal 1-10
e. Menetapkan prioritas
3. Hanlon Kuantitatif
a. Identifikasi faktor yang dapat diikutsertakan dalam proses
penentuan masalah
b. mengelompokkan faktor-faktor yang ada dan memberi bobot
kepada kelompok faktor tersebut
c. memungkinkan anggotanya untuk mengubah faktor dan nilai
sesuai dengan kebutuhan
Menggunakan 4 kelompok kriteria
a. Kelompok kriteria apa saja masalah
b. kelompok kriteria B kegawatan masalah
c. kelompok kriteria C kemudahan dalam penanggulangan
d. kelompok kriteria D PEARL factor
 Kriteria A besarnya masalah diukur dari besarnya penduduk
yang terkena efek langsung atau insiden/ prevalensi
 Kriteria B kegawatan masalah untuk menetapkan kriteria ini
nomor 1 sampai 5
 kriteria C kemudahan dalam penanggulangan untuk menilai
kemudahan dalam penanggulangan pertanyaan harus dijawab
adalah Apakah sumber-sumber dan teknologi yang tersedia
mampu menyelesaikan masalah akan sulit dalam
penanggulangan skor yang diberikan semakin kecil
Analisis Faktor Penyebab Masalah
Dilakukan diskusi untuk menganalisis penyebab masalah masing-masi
ng kelompok antara 3-7 orang. Analisis penyebab : Proses manajemen
(p1,p2,p3), sumber daya dan lingkungan
Pemecahan Masalah
Kegiatan yang dilakukan :
1. Penetapan tujuan dan sasaran
2. Mencari altenatif pemecahan masalah
Dari faktor – faktor tersebut, sasaran yang akan diperbaiki adalah :
1. Sasaran terdapat faktor manajemen (proses)menyusun p0A
2. Sasaran terhadap faktor sumber daya : mengusahakan tenaga
3. Sasaran terhadap faktor lingkungan : meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang imunisasi
Pengambilan Keputusan
1. Penyaringan kegiatan dengan kriteria mutlak, misalnya hasil dapat
didalam waktu 4 bulan , biaya dapat ditanggung pukrsmas
teknologi dikuasai. Berikan nilai 1 jika dapat dilaksanakan dan nilai
0 jika tidak dapat dilaksanakan
2. Memberikan bobot pada kriteria keinginan misalnya biaya murah,
mudah dilaksanakan bersifat mendidik
3. Penilaian kegiatan dengan kriteria keinginan
Rencana Pelaksanaan (Penyusunan POA)
Perencanaan adalah suatu pola pikir yang sistematis untuk mewujudka
n suatu tujuan dengan mengorganisasikan dan mendayagunakan sumb
er yang tersedia benyuk perencanaan :
1. Berdasarkan kurun waktu pelaksanaan
2. Berdasarkan wilayah
3. Berdasarkan program
Proses penyusunan rencana :
1. Menentukan tujuan
2. Menentukan strategi
3. Menentukan kegiatan
4. Menentukan sumber dana
5. Pelaksanaan evaluasi
Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan disa
mping melaksanakan program dalam pelaksanaan dapat dilakukan pen
gawasan, pengendalian, supervisi, bimbingan dan konsultasi.

Evaluasi
Evaluasi ini mencakup
1. Tujuan evaluasi
2. Kriteria keberhasilan
3. Alat pelaksana
I. Program Kebidanan Komunitas
1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan ibu hamil selama
kehamilannya oleh tenaga kesehatan, yang berikan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Pelayanan kesehatan agar berkualitas perlu
menggunakan pedoman yang ada seperti buku standar pelayanan
kebidanan. Pelayanan antenatal yang berkualitas sesuai standar
pelayanan kebidanan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan
kebidanan), pemeriksaan penunjang laboratorium secara rutin dan
khusus pada kehamilan, serta tindakan umum dan khusus (sesuai risiko
yang ditemukan dalam pemeriksaan). Pada pelayanan kebidanan
berkualitas dapat diterapkan pada kegiatan pemeriksaan seperti berikut.
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur rekanan darah.
3. Pengukuran lingkar lengan (LILA).
4. Penentuan letak janin dan detak jantung janin
5. Ukur tinggi fandus uteri.
6. Skrining status imunisasi teranus dan berikan imunisasi tetanus
toksoid (TT) jika diperlukan. Sesuai kebijakan program imunisasai
TT perlindungan 25 tahun dengan rentang pemberian sebagai
berikut: TTI lama perlindungan awal pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit tetanus, TT2 adalah 1 bulan setelah TTI1
dengan perlindungan selama 3 tahun/TT3 adalah 6 bulan setelah
TT2 dengan perlindungan selama 5 tahun: TT4 adalah 12 bulah
setelah TT3 dengan perlindungan selama 10 tahun: dan TT5 adalah
12 bulan setelah TT4 dengan perlindungan 25 tahun.
7. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet diminum setiap hari
selama kehamilan.
8. Tes laboratorium (rutin dan khusus). Pemeriksaan laboratorium
rutin meliputi golongan darah, pemeriksaan hemoglobin, protein
urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan di
daerah prevalensi tinggi dan arau kelompok perilaku ber-risiko:
dilakukan terhadap HIV, sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan
dan thalasemia.
9. Konseling atau penjelasan mengenai perawatan kehamilan, cara
mencegah kecacatan bawaan, inisiasi menyusui dini, perawatan
nifas, perawatan bayi lahir, penggunaan kontrasepsi dan imunisasi
bayi yang diberikan selama kehamilan pada setiap kunjungan.
10. Tata laksana dan mendapatkan pengobatan.
Secara operamonal pelayanan antenatal yang memenuhi standar
10T yaitu standar munimal pelayanan antenatal. Frekuensi minimal
pelayanan kehamilan dapat dilakukan 4 kali selama masa
kehamilan, yaitu
 Minimal 1 kali pada triwulan pertama
 Minimal 1 kali pada triwulan kedua
 Minimal 2 kali pada triwulan ketiga
Standar waktu pelayanan antenatal ini untuk menjamin perl
indungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini risiko, pencegahan
dan penanganan komplikasi. Sedangkan tenaga kesehatan yang dap
at memberikan pelayanan antenatal kepada masyarakat adalah dokt
er spesialis kebidanan, dokter umum, perawat dan bidan.
2. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan Pertolongan persalinan dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman. Tenaga
kesehatan yang dikatakan kompeten adalah dokter spesialis
kebidanan, dokter umum dan bidan. Meskipun sudah dianjurkan
bahwa tenaga pertolongan persalinan adalah tenaga keseharan,
tetapi di lapangan masih ada penolong persalinan yang bukan
tenaga kesehatan yang kompeten dan dilaksanakan persalinan di
luar fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak sehingga persalinan
aman belum tercapai, berangsur pemerintah berupaya untuk seluruh
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
Beberapa daerah telah menempuh kebijakan bahwa persalinan
harus dilakukan di pelayanan tingkat pertama atau klinik ibu anak.
Lima prinsip pertolongan persalinan yang harus dilakukan oleh
penolong persalinan sebagai berikut.
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
4. Melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD).
5. Memberikan pada bayi baru lahir: Vitamin KI, salep mata dan
imunisasi hepatitis BO (Hep B0).
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan Nifas adalah pelayanan kesehatan ibu nifas oleh tenaga
yang dimulai dari 6 jam—42 hari pascapersalinan sesuai standar.
Pemantauan pemeriksaan ibu nifas untuk mendeteksi komplikasi
dapat dilakukan dengan minimal kunjung 3 kali seperti berikut.
1. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam setelah persalinan
sampai dengan 3 hari.
2. Kunjungan nifas kedua dalam waktu 4 hari-28 hari setelah
persalinari.
3. Kunjungan nifas ketiga dalam waktu 29 hari—42 hari setelah
persalinan.
Pelayanan yang diberikan kepada ibu nifas adalah:
1. Pemeriksaan keadaan umum ibu meliputi tekanan darah, nadi,
respirasi dan suhu.
2. Pemeriksaan kontraksi dan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervaginam lainnya.
4. Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi
5. Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI eksklusif
6. Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU yang diberikan segera
setelah lahir dan 24 jam setelahnya
7. Konseling
8. Pelayanan KB pascapersalinan
9. Tata laksana pada ibu nifas sakit atau ibu nifas dengan
komplikasi
10. Pemberian nasehat tentang kebutuhan nutrisi ibu nifas, personal
higiene, jika dengan SC agar menjaga luka, cara menyusui yang
benar, perawatan bayi, stimulasi dan konsultasi KB setelah salin
11. Istirahat
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan ibu nifas
kepada masyarakat adalah dokter spesialis kebidanan, dokter
umum, perawat dan bidan.
4. Deteksi Dini Dan Penanganan Risiko/Komplikasi Kebidanan
Dan Bayi Baru Lahir
Deteksi dini kehamilan dan risiko adalah pelayanan kesehat. an yang
dilakukan untuk menemukan risiko tinggi/kompli. kasi pada
kehamilan. Kehamilan adalah keadaan alamiah pada seorang ibu,
tetapi mempunyai risiko untuk terjadi komplikasi. Dengan demikian
deteksi dini perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan dan masyarakat
agar mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Hal ini
merupakan keberhasilan penurunan kematian ibu dan bayi.
Faktor-faktor risiko pada kehamilan adalah, primigravida kurang
dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, anak lebih dari 4 orang, jarak
persalinan sebelumnya dengan terakhir kurang dari 2 tahun, keadaan
gizi KEK dengan LILA kurang dari 23, 5 cm, anemia, tinggi badan
kurang dari 145 CM, kelainan bentuk panggul dan tulang belakang,
riwayat hipertensi, riwayat kehamilan yang buruk, riwayat persalinan
berisiko, riwayat nifas berisiko menderita penyakit TBC, jantung
ginjal hati psikosis, DM dan penyakit keganasan dl.
Untuk mengetahui indeks massa tubuh dihitung berdasarkan berat
badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (meter).
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas adalah sebagai
berikut.
1. Perdarahan pervaginam pada kehamilan: Keguguran, plasenta
previa, solusio plasenta.
2. Hipertensi dalam kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi
(sistolik »140 mmHg, diastolik »90 mmHg) dengan atau tanpa
edema pre-tibial.
3. Kelainan jumlah janin: Kehamilan ganda, janin damprit,
monster.
4. kelainan besar janin: Pertumbuhan janin terhambat janin besar.
5. Kelainan letak dan posisi janin: Lintang/oblgue sungsang pada
usia kehamilan lebih dari 32 minggu
6. Ancaman persalinan prematur.
7. Ketuban pecah dini.
8. Infeksi berat dalam kehamilan: Demam berdarah, tifus
abdominalis, sepsis.
9. Distosia: Persalinan macet, persalinan tidak maju.
10. Perdarahan pascapersalinan: Atonia uteri, retensi plasenta,
robekan jalan lahir, kelainan darah.
11. Infeksi masa nifas.
Kematian dapat dicegah dengan penaganan yang cepat din tepat.
Dalam hal ini pemerintah bersama masyarakat | harus bersatu
untuk menurunkan kematian dan kesakitan | ibu dan bayi.
5. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan komplikasi kebidanan Komplikasi dalam kehamilan
datangnya tidak dapat diduga oleh karena hal tersebut setiap
persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang komperen. Jika
terjadi komplikasi agar segera dapat diatasi dengan tepat dan cepat.
Lima belas sampai dua puluh persen ibu hamil akan mengalami
komplikasi sehingga perlu pengawalan secara ketat setiap
kehamilan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan
pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai
dari tingkat pelayanan mandiri yaitu bidan puskesmas maupun poned
sampai ke rumah sakit ponek 24 jam. Pelayanan medis yang dapat
dilakukan di puskesmas maupun poned meliputi pelayanan obstetri
yang terdiri dari:
1. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
2. Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan (pre-
eklampsia dan eklampsia)
3. Pencegahan dan penanganan infeksi.
4. Penanganan partus lama/macet.
5. Penanganan abortus.
Pelayanan neonatus meliputi:
1. Pencegahan dan penanganan asfiksia.
2. Pencegahan dan penanganan hipotermia.
3. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
4. Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus,
ikterus ringan-sedang
5. Pencegahan dan penanganan gangguan minum.

6. Pelayanan Kesehatan Neonatal


Pelayanan kesehatan neonatus terwujud dalam kunjungan neonatal.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, melaksanakan screening agar
dapat mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi
atau bayi mengalami masalah kesehatan. Kehidupan bayi baru lahir
mempunyai risiko terbesar akan kematian dalam pada 24 jam
pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama
kehidupannya. Apabila bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat
dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam
pertama. Hal ini memudahkan pemantauan pada bidan dalam
memberikan pelayanan kesehatan neonatal pertama, juga
memastikan bayi dalam keadaan sehat pada saat pulang atau bidan
meninggalkan bayi jika persalinan di rumah. Pelayanan kesehatan
neonatal dasar menggunakan pendekatan komprehensif, manajemen
terpadu bayi muda untuk bidan/perawat, yang meliputi:
1. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, berat badan rendah.
2. Perawatan tali pusat
3. Pemberian vitamin K1 jika belum diberikan pada saat lahir
4. Imunisasi hep B 0 jika belum diberikan pada saat lahir
5. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk membe rikan ASI
eksklusif, pencegahan hipotermia dan melaksanakan perawatan
bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan Buku KIA
6. Penanganan dan rujukan kasus
Tenaga kesehatan yang kompeten dapat memberikan pelayanan
kesehatan neonatus (bayi berumur 0-28 hari). pelaksanakan
pelayanan kesehatan neonatal pertama dapat dilakukan oleh dokter
spesialis anak/dokter/bidan/perawat terlatih, baik di fasilitas
kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Pada neonatus harus
diberikan pelayanan kesehatan sedikitnya dua kali pada minggu
pertama, dan satu kali pada minggu kedua setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus:
1. Kunjungan neonatal hari ke-1 (KN 1):
a. Untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan pelayanan dapat
dilaksanakan sebelum bayi pulang dari fasilitas kesehatan (224
jam).
b. Untuk bayi yang lahir di rumah, jika bidan meninggalkan bayi
sebelum 24 jam, pelayanan dilaksanakan pada 6-24 jam setelah
lahir.
2. Kunjungan neonatal hari ke-3 (KN 2): Pada hari ketiga.
3. Kunjungan neonatal minggu ke-2 (KN 3): Pada minggu kedua.
7. Pengumpulan Data Pws
Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari
PWS KIA data yang dicatat per desa dan kemudian dikumpulkan di
tingkat Puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi. Data
berasal dari layanan terdepan yaitu bidan di desa melaporkan ke
puskesmas setiap bulan dan paling lambat tanggal 5 setiap bulanya
Jenis data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA
adalah Data yang diperlukan dalam PWS KIA adalah data sasaran
dan data pelayanan. Proses pengumpulan data sasaran sebagai
berikut.
8. Data Sasaran
Untuk mendata sasaran perlu menggunakan data primer yang
diperoleh saat bidan memulai pekerjaan di desa/kelurahan. Bidan
dalam melakukan pendataan dibantu para kader dan dukun
bersalin/bayi, mereka diajarkan dan diminta membuat peta wilayah
kerjanya yang mencakup denah jalan, rumah. Setiap waktu
memperbaiki peta tersebut dengan data baru tentang adanya jumlah
ibu yang hamil, jumlah ibu bersalin jumlah seluruh bayi baru lahir
kurang dari 1 bulan (neonatus) dan jumlah seluruh anak balita.
Selain itu data sasaran juga dapat diperoleh dengan mengumpulkan
data sekunder yang berasal dari lintas program dan fasilitas
pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya.
9. Data Pelayanan
Dalam melaksanakan tugasnya bidan di desa/kelurahan mencatat
semua secara detail pelayanan KIA di dalam buku kohort ibu, kohort
bayi, kohort balita, kartu ibu dan buku KIA. Bidan secara terus-
menerus memeriksa dan mengisi buku-buku tersebut, untuk
mengetahui kondisi dan permasalahan yang ditemukan pada para ibu
dan anak di desa/ kelurahan tersebut, antara lain nama dan alamat
ibu yang tidak datang memeriksakan dirinya pada jadwal yang
seharusnya, imunisasi yang belum diterima para ibu, penimbangan
anak dan lain lain. Jenis pelayanan yang dikupulkan adalah jumlah
kunjungan ibu hamil K1 dan K4, jumlah ibu hamil yang berisiko
yang dirujuk oleh masyarakat, jumlah ibu hamil yang dirujuk oleh
tenaga kesehatan, jumlan persalinan yang ditolong oleh tenaga
profesional, dan jumlah bayi kurang dari 1 bulan yang dilayani
olehtenaga kesehatan minimal 2 kali. Sumber data pelayanan
kesehatan ibu anak di komunitas adalah sebagai berikut.
1. Register kohort ibu dan bayi.
2. Laporan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan
dukun bayi.
3. Laporan dari dokter/bidan praktik swasta.
4. Laporan dari fasilitas pelayanan selain puskesmas yang berada di
wilayah puskesmas.
Data dari bidan di desa/kelurahan dikirim ke tingkat puskesmas diku
mpulkan tanggal 5 setiap bulannya, dan kemudian diolah. Laporan d
ari puskesmas dikirim setiap bulan, selambat-lambatnya tanggal 10 b
ulan berikutnya ke dinas kesehatan Dati II kemudian membuat rekap
itulasi laporan puskesmas untuk dikirimkan ke provinsi selambatlam
batnya tanggal 15 bulan berikutnya. Selanjutnya propinsi membuat r
ekapitulasi laporan kabupaten untuk dikirim ke pusat. Laporan ini di
kirimkan ke pusat setiap triwulan, paling lambat satu bulan triwulan t
erakhir.
10. Pengolahan Data
Ada beberapa langkah pengolahan data,
1. Pembersihan data, pembersihan data: Melihat kelengkapan dan
kebenaran pengisian formulir yang tersedia
2. Validasi untuk melihat kebenaran dan ketepatan data
3. Pengelompokan dara sesuai dengan kebutuhan data yang harus
dilaporkan
Contoh: Pembersihan data: Melakukan koreksi terhadap laporan yan
g masuk dari bidan di desa/kelurahan mengenai duplikasi nama, dupl
ikasi alamat, catatan ibu langsung di K4 tanpa melewati KI.
Validasi: Mencocokkan apabila ternyata K4 dan Kl lebih besar darip
ada jumlah ibu hamil, jumlah ibu bersalin lebih besar daripada ibu ha
mil.
Pengelompokan: Mengelompokkan ibu hamil anemia berdasarkan d
esa/kelurahan untuk persiapan intervensi, ibu hamil dengan KEK unt
uk persiapan intervensi. Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam
bentuk narasi, tabulasi, grafik, peta
Narasi: Dipergunakan untuk menyusun laporan atau profil suatu wil
ayah kerja, misalnya dalam laporan PWS KIA yang diserahkan kepa
da instansi terkait.
Tabulasi: Dipergunakan untuk menjelaskan narasi dalam bentuk la
mpiran.
Grafik: Dipergunakan untuk presentasi dalam membandingkan kead
aan antar waktu, antar tempat dan pelayanan. Sebagian besar hasil P
WS disajikan dalam bentuk grafik. Peta: Dipergunakan untuk mengg
ambarkan kejadian berdasarkan gambaran geografis. Puskesmas yan
g sudah menggunakan komputer untuk mengolah data KIA, data dari
kohort bidan di desa/kelurahan, sudah dimasukkan ke dalam komput
er sehingga proses pengolahan data oleh bidan di desa/kelurahan dan
bidan koordinator puskesmas akan terbantu dan lebih cepat.
Setiap bulan bidan mengolah data yang tercantum dalam buku kohor
t dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan koordinat
or di puskesmas menerima Japoran bulanan tersebut dari semua bida
n dan mengolahnya menjadi laporan dan informasi kemajuan pelaya
nan KIA bulanan, yang disebut PWS KIA. Informasi per desa/kelura
han dan per kecamatan tersebut disajikan dalam bentuk grafik PWS
KIA, yang harus dibuat oleh tiap bidan dan bidan koordinator.

Perencanaan Kegiatan
Rencana operasional setelah dilakukan analisis dari data PWS KIA ters
ebut perlu dimusyawarahkan dengan semua pihak yang terkait agar pela
yanan keseharan ibu dan anak tercapai sesuai dengan target yang telah d
itentukan.
1. Bagi desa/kelurahan berstatus baik atau cukup, model
penyelenggaraan pelayanan KIA perlu dilanjutkan, dengan
beberapa penyesuaian tertentu sesuai kebucuhan antara lain
perbaikan mutu pelayanan.
2. Bagi desa/kelurahan berstatus kurang dan terutama yang berstatus
jelek, perlu prioritas intervensi sesuai dengan permasalahan.
3. Intervensi yang bersifat teknis (termasuk segi penyediaan logistik)
harus dibicarakan dalam pertemuan mini lokakarya puskesmas
dan/atau rapat dinas kesehatan kabupaten/kota (untuk mendapat
bantuan dari kabupaten/kota).
4. Intervensi yang bersifat non-teknis (untuk motivasi, penggerakan
sasaran, dan mobilisasi sumber daya di masyarakat) harus
dibicarakan pada rapat koordinasi kecamatan dan/arau rapat dinas
kesehatan kabupaten/ kota (untuk mendapat bantuan dari
kabupaten/kota).
11. Pelaksanaan Kegiatan
Proses yang perlu dilakukan dalam penerapan PWS KIA dimulai
dengan langkah-langkah persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan
diikuti dengan tindak lanjut sesuai kebutuhan.
Persiapan
1. Pertemuan di tingkat provinsi. Pertemuan sosialisasi/reorientasi.
Pertemuan ini merupakan pertemuan, persiapan, dan dapat berupa
rangkaian pertemuan dengan tujuan yang saling melengkapi, yaitu
untuk:
a. Menyamakan persepsi mengenai PWS KIA
b. Menentukan kebijaksanaan provinsi dalam pelaksanaan PWS
KIA
c. Merencanakan fasilitasi tingkat kabupaten/kota dan puskesmas
d. Menyusun mekanisme pemantauan kegiatan, dll
Pihak yang terlibat di antaranya adalah:
a. Subdinas/bidang yang menangani KIA
b. Subdinas/bidang yang menangani puskesmas dan rumah sakit
c. Subdinas/bidang yang menangani pengendalian penyakit
Pertemuan ini dilaksanakan satu kali untuk memfasilitasi kabupaten/
kota: untuk memberikan bantuan teknis, bentuknya adalah kunjunga
n ke lapangan atau pertemuan di provinsi. Pelaksanaannya 2x per tah
un. Evaluasi/tindak lanjut adalah: menilai kemajuan cakupan progra
m KIA, merencanakan kegiatan hasil dari analisis. Pelaksanaan perte
muan 1x per tahun
2. Pertemuan di tingkat kabupaten/kota.
Pertemuan sosialisasi/rcorientasi, menfasilitasi puskesmas, analisa
tindak lanjut.
3. Pertemuan di puskesmas.
Pertemuan di puskesmas berupa minilokakarya: Puskesmas
mengatur alur dara KI, menfasilitasi bidan desa: implementasi PWS
KIA, pengumpulan, pengolahan, analisis data, Bidan bekerja sama
dengan kader, dukun dan masyarakat
4. Fasilitasi petugas kabupaten/kota.
Petugas kabupaten dibekali untuk dapat memfasilirasi petugas
puskesmas. Peserta terdiri dari unsur-unsur lun dani dinas kesehatan
kabuparen/kota scpcru: pelavanan keschatan, pengendalian penyakit.
Scuap kali taulitasi, sebaiknya peserta tidak lebih dari 30 orang
Mawen fasilirasi adalah Pedoman PWS KIA, pedoman pelayanan
kebidanan dasar, kebijaksanaan program KIA, perencanaan
pelaksanaan dan pemantauan kegiatan
5. Pelatihan petugas puskesmas.
Pelatihan petugas keseharan mengenai PWS KIA ini diikuu oleh
kepala puskesmas, pengelola program KIA, petugas SP2TP,
pelatihnya adalah petugas dari kabuparen dan provinsi yang dilatih,
pertemuan dengan unit kesehatan swasta dan rumah sakit umum.
Pertemuan ini penting karena PWS KIA mempunyai pendekaran
wilayah. Dengan
12. Pemantauan Hasil Kegiatan
Pemantauan kegiatan PWS KIA dapat dilakukan melalui bagan
tingkat kabupaten/kota: Laporan puskesmas, laporan rumah sakit,
laporan pelayanan kesehatan swasta, Tingkat puskesmas sarana
pencatatan PWS KIA (kohort ibu, kohort bayi, dll). Laporan pelayanan
kesehatan swasta. Kunjungan ke desa/kelurahan yang statusnya jelek.
Umpan balik dapat dilakukan sesuai dengan waktu dan jenjang
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Umpan balik dari puskesmas 1 bulan
sekali. Umpan balik dari kabupaten/kota 1 bulan sekali. Umpan balik
dari provinsi 6 bulan sekali. Umpan balik dari pusat 1 tahun sekali
Penerapan PWS KIA, menggunakan barasan operasional dan indikator
pemantauan seperti berikut.
1. Pelayanan antenatal.
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
profesional untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan antenaral yang ditetapkan.
2. Penjaringan (deteksi) dini kehamilan berisiko.
Kegiatan ini bertujuan menemukan ibu hamil berisiko, yang dapat
dilakukan oleh kader, dukun bayi, dan tenaga kesehatan.
3. Kunjungan ibu hamil.
Maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional
untuk mendapatkan pelayanan antenaral sesuai standar yang
ditetapkan.
4. Kunjungan ibu hamil (K1).
Maksudnya kunjungan pertama kali ibu hamil pada masa kehamilan.
5. Kunjungan ulang.
Maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional yang
kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standart selama satu periode kehamilan berlangsung.
6. K4.
Maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional yang
keempat atau lebih. Untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar
yang ditetapkan, syaratnya minimal melakukan satu kali kontak pada
triwulan I, minimal satu kali kontak pada triwulan II, dan minimal
dua kali pada triwulan III.
7. Cakupan KI.
Maksudnya adalah presentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam
kurun waktu tertentu, yang pernah mendapat pelayanan anrenaral
sesuai standar paling sedikit satu kali selama kehamilan.
8. Cakupan ibu hamil (cakupan K4).
Maksudnya adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah tertentu,
dalam kurun waktu tertentu yang mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian
pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada
triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga.
9. Sasaran ibu hamil.
Sasaran ibu hamil adalah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam
kurun waktu satu tahun.
10. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Maksudnya adalah persentase ibu bersalin di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu yang ditolong persalinannya oleh tenaga
profesional.
11. Cakupan penjaringan ibu hamil berisiko oleh masyarakat.
Maksudnya adalah persentase ibu hamil berisiko yang ditemukan
oleh kader dan dukun bayi, yang kemudian di rujuk ke
puskesmas/tenaga profesional dalam kurun waktu tertentu.
12. Cakupan penjaringan ibu hamil berisiko oleh tenaga kesehatan.
Maksudnya adalah persentase ibu hamil berisiko yang ditemukan
oleh tenaga profesional, yang ditinjaklanjuti (dipantau secara intensif
dan ditangani sesuai kewenangan dan/atau dirujuk ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi) dalam kurun waktu tertentu.
13. Ibu hamil berisiko.
Maksudnya adalah ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tinggi
kecuali ibu hamil normal.
14. Cakupan pelayanan neonates (cakupan KI nenonatus)
Maksudnya adalah persentase bayi pada usia neonatus (kurang dari
satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal satu kali
dari tenaga profesional dalam kurun waktu tertentu.
13. Pelaporan
Pelaporan Daerah dari tingkat puskesmas dikumpulkan dan
kemudian diolah. Hasilnya dimasukkan ke dalam format 1 seperti di
bawah ini.
Format 1 merupakan rekapitulasi cakupan (indikator PWS KIA) dari
tiap desa/kelurahan dikirimkan ke puskesmas paling lambat tanggal
5 setiap bulan. Puskesmas melakukan pelaporan setiap bulan untuk
dikirimkan ke dinas kesehatankabupaten/kota. Laporan ini
dikirimkan setiap bulan, selambat-lambatnya tanggal 10 bulan
berikutnya. Dinas kesehatan kabupaten/kota membuat rekapitulasi
laporan puskesmas (Format 1) dengan menggunakan Format 2,
untuk dikirimkan ke provinsi selambat-lambatnya tanggal 15 bulan
berikutnya. Selanjutnya, provinsi membuat rekapitulasi laporan
kabupaten dalam Format 3, untuk dikirimkan ke pusat. Laporan ini
dikirimkan ke pusat setiap triwulan, paling lambat satu bulan setelah
triwulan tersebut berakhir.
BAB III
PENGKAJIAN

A. Data Geografis RW 07 Kelurahan Pudak Payung

1. LUAS WILAYAH : ( ???) km2


2. BATAS WILAYAH
Barat : RW 05, RW 12
Utara : RW 08, RW 14, RW 15
Selatan : RW 04
Timur : Kabupaten Semarang
0. Jumlah RT :8
1. Jumlah Penduduk RW 7 : 1.423
2. Jumlah KK RW 7 : 435
B. Peta Wilayah RW VII Kelurahan Pudak Payung

C. Piramida Penduduk RW 07 Kelurahan Pudak Payung

PIRAMIDA PENDUDUK RW 07 PUDAK PAYUNG

> 60

55 s.d 50

50 s.d 54

45 s.d 49

40 s.d 44

35 s.d 39

30 s.d 34

25 s.d 29

20 s.d 24

15 s.d 19

10 s.d 14

5 s.d 9

0 s.d 4

80 60 40 20 20 40 60 80
LAKI - LAKI PEREMPUAN
D. Pengkajian Kelompok

Jumlah remaja putri yang mengonsumsi tabet fe sebanyak 18 orang berada


dalam persentase 20,2% sedangkan remaja putri yang tidak mengonsumsi tabl
et fe sebanyak 71 orang dalam persentase 79,8%. Perbandingan jumlah remaja
yang mengonsumsi tablet fe sebanyak 18:71 orang, dimana jumlah tersebut be
rarti menunjukkan bahwa rendahnya angka kesadaran remaja tentang pentingn
ya tablet fe untuk jangka pendek dan jangka panjang.

Remaja rata-rata mendapatkan tablet fe dari puskesmas yang disalurkan ke


tiap sekolah, tetapi mereka tidak meminum tablet fe tersebut dikarenakan berb
agai factor, seperti : rendahnya pengetahuan tablet fe, merasa mual muntah set
elah minum, dan pusing sehingga akan mengganggu proses pembelajaran sela
ma berlangsung.

Kurangnya pengetahuan menyebabkan remaja menganggap efek samping


yang ditimbulkan setelah meminum tablet fe merupakan ketidaknormalan tubu
h dalam menerima reaksi tablet fe tersebut. Tablet fe dianggap kurang penting
karena mereka tidak langsung merasakan keuntungan dari mengonsumsi tablet
fe.
Penyuluhan tentang pentingnya tablet fe dilakukan hanya sekilas saat perta
ma pengenalan tentang tablet fe, mereka tentunya masih kurang mengerti apa i
tu tablet fe.
Patut diketahui bahwa kurangnya konsumsi tablet fe dapat menyebabkan a
nemia pada remaja secara khusus yang dialami remaja putri akan berdampak
lebih serius, mengingat mereka adalah para calon ibu yang akan hamil dan
melahirkan seorang bayi, sehingga memperbesar risiko kematian ibu
melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya anemia pada remaja
putri yaitu tingkat pengetahuan gizi yang kurang, pola konsumsi yang buruk,
kondisi sosial ekonomi yang rendah, status kesehatan, serta aktifitas fisik yang
kurang
Anemia dapat dihindari dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam
folat, vitamin A, vitamin C dan zink, dan pemberian tablet tambah darah
(TTD). Pemerintah memiliki program rutin terkait pendistribusian TTD bagi
wanita usia subur (WUS), termasuk remaja dan ibu hamil.
E. PLAN OF ACTION (POA)
DESA SIROTO RW 7 KELURAHAN PUDAK PAYUNG KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG

N Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Waktu Tempat Sumber Pelaksana / Evaluasi


o Biaya Penanggun
g Jawab
1. Penyuluhan 1. Meningkatkan Remaja Ceramah Selasa, 22 Masjid Al- Swadana Mahasiswa Input :
Tentang pengetahuan Desa Tanya Novembe Hidayah mahasiswa. dan remaja - Man : pelaksana
Kesehatan remaja tentang Siroto RW Jawab dan r 2022. Desa desa Siroto kegiatan telah siap.
Remaja Pentingnya 7 demonstras Siroto RW RW 7 - Money : swadana
(Pentingnya tablet Fe, Gizi Kelurahan i 7 mahasiswa
tablet Fe, Gizi Remaja, Seks Pudak (cara Kelurahan - Method : ceramah
Remaja, Seks Education, Payung. minum Pudak tanya jawab dan
Education, Penggunaan tablet Fe Payung. demonstrasi (cara
Penggunaan Gadget pada bersama). minum tablet Fe
Gadget pada remaja, bersama)
remaja, posyandu - Material : Power
posyandu remaja. Point.
remaja). 2. Meningkatkan
perilaku hidup Proses :
sehat pada Penyuluhan telah
remaja. dilaksanakan sesuai
3. Meningkatkan jadwal, peserta antusias
motivasi dan memperhatikan yang
remaja untuk telah diajarkan.
tetap menjaga Output :
kesehatan. -Peserta yang datang
aktif bertanya, ada lima
peserta yang bertanya.
- MC memberikan 1
pertanyaan tambahan,
dan dijawab oleh 1
peserta.
- Peserta yang bertanya
mendapatkan hadiah.

Pertanyaan Peserta:
1. Cara mengatasi nyeri
perut saat menstruasi
selain pakai air hangat
(Aisyah)
2. Perbedaan dimensi
kultural dan dimensi
sosial di seks education
(Iqbal)
3. Apakah menstruasi
telat dapat menggangu
masa tua (menopause)?
(Jessica)
4. Faktor apa yang
mempengaruhi telat
menstruasi? (Tania)
5. Kenapa perempuan
umur 5-16 tahun lebih
tinggi daripada laki-laki,
kemudian malah
sebaliknya. Dan apa saja
yang harus dikonsumsi
agar memperbaiki
pertumbuhan (Mas
Koco)
6. Siapa nama pemateri?
(Tasya)

Jawaban:
1. Cara mengatasi nyeri
perut saat menstruasi
yaitu tetap dikompres
dengan air hangat
tetapi masih ada
acara lain yaitu
minum air putih yang
banyak, minum air
jahe hangat dan olah
raga teratur sehari
minimal 30 menit.
2. Dimensi kultural
yaitu menunjukkan
bahwa perilaku seks
itu merupakan bagian
dari budaya yang ada
di masyarakat,
sedangkan dimensi
sosial yaitu berkaitan
dengan bagaimana
seksualitas muncul
dalam relasi antar
manusia serta
bagaimana
lingkungan
berpengaruh dalam
pembentukan
pandangan mengenai
seksualitas dan
pilihan perilaku seks
3. Menstruasi telat tidak
dapat menggangu
menopause karena
hormon tiap orang
berbeda, waktu haid
biasanya berkisar
usia 10-14 tahun,
haid pertama juga
bisa terjadi lebih awal
yaitu usia 9 tahun
namun menstruasi
pertama dapat lebih
lambat yaitu usia 15
thn atau lebih, jika
mengalami haid lebih
awal atau lebih
lambat jangan
khawatir itu adalah
hal normal jika
lambatnya tidak
melebihi usia 21
tahun karena itu
batasan usia remaja.
4. Faktor yang
mempengaruhi telat
menstruasi yaitu:
– Pubertas
Hormon dalam tubuh
tidak seimbang
karena tubuh akan
akan menghasilkan
hormone-hormon
baru untuk
mendukung tumbuh
kembang tubuh.
- Terlalu kurus
Saat mengalami
gangguan makan
tumbuh tiak
mendapatkan asupan
kalori yang cukup
untuk isa berfungsi
dengan baik, tubuh
pun berisiko
mengakami gizi
buruk dan bisa
menjadi sangat kurus,
jika terlu kurus
produksi hormon
untuk ovulasi akan
terganggu akibat
hipotalamus yang
tidak berfungsi
dengan baik.
- Obesitas
Selain terlalu kurus,
terlalu gemuk juga
bisa menyebabkan
haid telat hingga 1
bulan pada masa
remaja, pada kondisi
ini hipotalamus yang
tidak bisa berfungsi
dengan baik karena
lemak berlenih pada
tubuh bisa
mempengaruhi masa
ovulasi dan
menyebabkan tidak
terjadinya menstruasi.
- Stres
Setres bisa
mempengaruhi fungsi
kerja hipotalamus
yaitu bagian otak
yang mengatur kadar
bormon pengatur
siklus haid, saat
mengalami setres
berlebih hormone
yang terdapat didalam
tubuh bisa mengalami
perubahan sehingga
mempengaruhi siklus
haid.
5. Saat memasuki masa
pubertas, seorang
remaja akan
mengalami masa
percepatan
pertumbuhan (growth
spurt). Pada pria
remaja, percepatan
pertumbuhan dimulai
sejak usia 10–15
tahun, sedangkan
pada wanita remaja,
masa ini dimulai
sejak usia 8–13
tahun. Masa
percepatan
pertumbuhan dapat
berlangsung sekitar
2–5 tahun, hingga
seorang remaja
mencapai
kematangan fisik.
Setelah pertumbuhan
puncak tinggi badan
tercapai, menstruasi
pertama kali akan
segera dimulai.
Meskipun puncak
pertumbuhan anak
perempuan terjadi
sebelum menarche
(menstruasi pertama
kali), tinggi badan
masih tetap tumbuh
hingga 7-10 cm lagi
setelah menstruasi.
Namun, pertumbuhan
tinggi badan ini tidak
terjadi secepat
sebelum menstruasi.
Pada dasarnya, tinggi
badan seseorang
dipengaruhi oleh
faktor genetik atau
keturunan.
Yang harus dikonsumsi
agar memperbaiki
pertumbuhan yaitu
½ isi piring terdiri dari :
⅓ lauk pauk dan
⅔ makanan pokok

½ piring lagi berisi :


⅓ buah buahan dan
⅔ sayuran

6. Nama pemateri
adalah Kak Okta dan
Kak Nabila.
F. Implementasi (yang dilakukan ditulis semua, undangan, PJ, penyuluh,
SAP)
1. Pelaksannaan Implementasi
Masalah Utama: kurangnya pengetahuan pada remaja putri tentang penti
ngnya tablet Fe
Implementasi: 22 November 2022
a) Melakukan penyuluhan kepada remaja tentang tablet fe meliputi:
- Pengertian tablet Fe
- Pentingnya tablet Fe
- Pengertian Anemia
- Cara pencegahan anemia
- Dampak anemia pada remaja putri
- Contoh makanan yang mengandung Fe
- Cara mengkonsumsi tablet Fe
- Efek samping tablet Fe
Hasil: penyuluhan tentang tablet Fe telah dilaksanakan pada Selasa,
22 November 2022 bertempat di Masjid Al-Hidayah Siroto yang dih
adiri oleh para remaja sejumlah 20 remaja dengan didominasi oleh re
maja putri. Di dalam pelaksanaan penyuluhan tersebut, diadakan kui
s berhadiah untuk menarik para remaja agar mereka mendengarkan d
an fokus terhadap materi yang diberikan oleh pemateri. Hal ini dibuk
tikan dengan keaktifan para remaja pada sesi diskusi dan tanya jawa
b.
b) Melakukan penyuluhan tentang gizi remaja, sex education, pengguna
an gadget pada remaja.
Hasil: Materi yang diberikan merupakan materi yang diusulkan oleh
pihak RW dan Karang Taruna, guna menambah wawasan pengetahu
an para remaja.
c) Memberikan materi mengenai Posyandu remaja
Hasil: Para remaja mengetahui tentang posyandu remaja, kegiatan ya
ng dilakukan saat posyandu remaja.
2. Undangan
Dalam penyuluhan ini, kelompok RW 07 mengundang berbagai pihak, an
tara lain:
- Perwakilan Puskesmas
- Ketua Karang Taruna dan anggotanya
- Ketua Remaja Masjid dan anggotanya
- Para remaja yang tidak mengikuti organisasi pada wilayah RW 7
3. Penanggung jawab dalam terselenggaranya penyuluhan
- Mengkoordinasi seluruh anggota kelompok
Penanggung jawab: Ketua dan Wakil Ketua
- Mengurus penyuratan dan arsip kegiatan
Penanggung jawab: Sekretaris
- Mengelola keuangan
Penanggung jawab: Bendahara
- Koordinasi dengan Pihak RW, Karang Taruna, Remaja Masjid, dan
Puskesmas
Penanggung jawab: Sie Humas
- Penyebaran Undangan
Penanggung jawab: Sie Humas
- Pembuatan MMT dan dokumentasi kegiatan
Penanggung jawab: Sie Dekdok
- Persiapan alat,tempat dan konsumsi:
Penanggung jawab: Sie Perkap dan Sie Konsumsi
- Menyusun rangkaian acara dalam penyuluhan
Penanggung jawab: Sie Acara
HASIL KEGIATAN
Kegiatan Implementasi MMD 1 telah dilaksanakan pada tanggal 22 Nove
mber 2022 pukul 19.30 WIB. Sebelum acara berlangsung para remaja yang datan
g akan diarahkan menuju ke meja pendaftaran terlebih dahulu untuk mengisi nama
dan tanda tangan. Setelah itu, mereka melakukan pengukuran berat badan, tinggi b
adan, lila dan pengukuran tekanan darah. Setelah hasil didapatkan, kemudian men
uju ke bagian pendataan hasil. Pada meja pendataan bagi remaja putri akan diberik
an tablet Fe sekaligus.
Acara Implementasi MMD 1 dipimpin oleh MC yang dikoordinasi oleh In
ggrit dan Vera. Untuk pemaparan materi saat acara implementasi berlangsung dip
aparkan oleh Nabila dan Oktaviana. Materi yang dipaparkan antara lain pentingny
a tablet Fe, gizi pada remaja, pendidikan seksual, dan penggunaan gadget pada re
maja. Dari hasil survey terdapat 195 remaja yang terdiri dari 89 remaja putri dan 1
06 remaja putra. Dari hasil kegiatan Implementasi MMD 1 didapatkan jumlah rem
aja yang hadir adalah 20 remaja, yang terdiri dari 8 remaja putra dan 12 remaja pu
tri.
Dalam Implementasi MMD 1 dan setelah dilakukan pemaparan materi, re
maja antusias mendengarkan penjelasan materi dengan baik. Dibuktikan dengan b
eberapa remaja mengajukan pertanyaan di akhir sesi. Setelah dilakukan kegiatan i
mplementasi, para remaja mengeahui pentingnya tablet Fe (dapat mencegah dari d
ampak jangka pendek dan jangka panjang), gizi pada remaja (bagaimana cara men
ghitung IMT), pendidikan seksual (dampak yang ditimbulkan), dan penggunaan g
adget pada remaja yang dapat mengganggu psikologis.
Pada materi mengenai kegiatan pendidikan sex para remaja cukup mempu
nyai pengetahuan yang cukup dan merasa jika pendidikan sex bukan merupakan s
esuatu hal tabu yang harus dibicarakan. Sehingga mereka lebih mengetahui dan m
enambah wawasan mengenai Pendidikan sex agar dapat lebih menjaga diri sendiri
dan terhindar dari hal yang tidak diinginkan.
Sebelum Implementasi selesai, dilakukan kegiatan minum tablet Fe bersa
ma yaitu Mahasiawa D3 Kebidanan sejumlah 27 orang dan remaja putri RW 7 sej
umlah 12 orang didampingi oleh Perawat Gigi, Aisyah dari pihak puskesmas Puda
k Payung dan Perwakilan Karang Taruna RW 7, Erwin.
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan peta wilayah RW 07, sebelah Utara berbatasan dengan RW 0


8, RW 14 dan RW 15, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang, se
belah Selatan berbatasan dengan RW 04, sebelah Barat berbatasan dengan RW 05
dan RW 12. Wilayah RW 07 memiliki 8 RT dengan jumlah penduduk sebanyak 1.
423 jiwa dan jumlah KK sebanyak 435 kepala.
Dari peta di atas dapat di lihat RT1 ditandai dengan warna oren dengan ju
mlah penduduk 268 jiwa dan prioritas masalah yang ada di RT 1 adalah balita obe
sitas dan ibu menopause dengan hipertensi. RT 2 di tandai dengan warna biru den
gan jumlah penduduk 135 jiwa dan prioritas masalah yang ada di RT 2 adalah rem
aja dengan dismenore. RT 3 di tandai dengan warna Hijau dengan jumlah pendud
uk 256 jiwa dan prioritas masalah yang ada di RT 3 adalah KEK . RT 4 di tandai
dengan warna hitam dengan jumlah penduduk 74 jiwa dan prioritas masalah yang
ada di RT 4 adalah kekurangan air. RT 5 di tandai dengan warna merah dengan ju
mlah penduduk 218 jiwa dan prioritas masalah yang ada di RT 5 adalah balita saki
t dengan batuk pilek dan panas. RT 6 di tandai dengan warna pink dengan jumlah
penduduk 214 jiwa dan prioritas masalah yang ada di RT 6 adalah remaja dengan
dismenore dan balita sakit dengan batuk pilek dan panas. RT 7 di tandai dengan w
arna Toska dengan jumlah penduduk 187 jiwa dan prioritas masalah yang ada di
RT 7 adalah ibu hamil dengan usia >35 tahun. RT 8 di tandai dengan warna Ungu
dengan jumlah penduduk 71 jiwa dan prioritas masalah yang ada di RT 8 adalah b
alita sakit dengan batuk pilek.

Berdasarkan gambar piramida penduduk yang disajikan menunjukkan bah


wa piramida tersebut merupakan piramida stasioner yang berarti angka kematian d
an kelahiran di RW 07 bisa dikatakan seimbang. Selain itu, jumlah penduduk di R
W 07 di dominasi oleh pasangan usia subur dengan usia 30 sampai 44 tahun.
Kemudian di urutan kedua yaitu lansia dengan usia >60 tahun, dan di urutan
ketiga ada anak sekolah dengan usia 10 sampai 14 tahun.
Jumlah remaja putri yang mengonsumsi tabet fe sebanyak 18 orang berada
dalam persentase 20,2% sedangkan remaja putri yang tidak mengonsumsi tablet fe
sebanyak 71 orang dalam persentase 79,8%. Perbandingan jumlah remaja yang m
engonsumsi tablet fe sebanyak 18:71 orang, dimana jumlah tersebut berarti menun
jukkan bahwa rendahnya angka kesadaran remaja tentang pentingnya tablet fe unt
uk jangka pendek dan jangka panjang.

Remaja rata-rata mendapatkan tablet fe dari puskesmas yang disalurkan ke


tiap sekolah, tetapi mereka tidak meminum tablet fe tersebut dikarenakan berbagai
factor, seperti : rendahnya pengetahuan tablet fe, merasa mual muntah setelah min
um, dan pusing sehingga akan mengganggu proses pembelajaran selama berlangs
ung.

Kurangnya pengetahuan menyebabkan remaja menganggap efek samping


yang ditimbulkan setelah meminum tablet fe merupakan ketidaknormalan tubuh d
alam menerima reaksi tablet fe tersebut. Tablet fe dianggap kurang penting karena
mereka tidak langsung merasakan keuntungan dari mengonsumsi tablet fe.
Penyuluhan tentang pentingnya tablet fe dilakukan hanya sekilas saat perta
ma pengenalan tentang tablet fe, mereka tentunya masih kurang mengerti apa itu t
ablet fe.
Patut diketahui bahwa kurangnya konsumsi tablet fe dapat menyebabkan a
nemia pada remaja secara khusus yang dialami remaja putri akan berdampak lebih
serius, mengingat mereka adalah para calon ibu yang akan hamil dan melahirkan
seorang bayi, sehingga memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir
prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya anemia pada remaja
putri yaitu tingkat pengetahuan gizi yang kurang, pola konsumsi yang buruk,
kondisi sosial ekonomi yang rendah, status kesehatan, serta aktifitas fisik yang
kurang
Anemia dapat dihindari dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam
folat, vitamin A, vitamin C dan zink, dan pemberian tablet tambah darah (TTD).
Pemerintah memiliki program rutin terkait pendistribusian TTD bagi wanita usia
subur (WUS), termasuk remaja dan ibu hamil.

Plan of action (poa) desa Siroto RW 7 kelurahan Pudak payung kecamata


n Banyumanik kota Semarang. Kegiatannya yaitu penyuluhan tentang kesehatan r
emaja (pentingnya tablet Fe, gizi remaja, seks education, penggunaan gadget pada
remaja, posyandu remaja). Kegiatan tersebut mempunyai tujuan diantaranya untuk
meningkatkan pengetahuan remaja tentang pentingnya tablet Fe, gizi remaja, seks
education, penggunaan gadget pada remaja, posyandu remaja, meningkatkan peril
aku hidup sehat pada remaja, serta meningkatkan motivasi remaja untuk tetap men
jaga kesehatan.
Sasaran pada kegiatan ini adalah remaja desa Siroto RW 7 kelurahan Puda
k payung. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu ceramah tanya jawab
dan demonstrasi
(cara minum tablet Fe bersama). Kegiatan ini diselangarakan pada Selasa, 22 Nov
ember 2022 dan bertempat di Masjid Al-Hidayah desa Siroto RW 7 Kelurahan Pu
dak payung.

Kegiatan ini memperoleh sumber biaya dari swadana mahasiswa . Pelaksa


na atau penanggung jawab dari kegiatan ini adalah mahasiswa dan remaja desa Sir
oto RW 7. Setelah kegiatan terlaksana ada evaluasi yaitu :

Input :

- Man : pelaksana kegiatan telah siap.


- Money : swadana mahasiswa
- Method : ceramah tanya jawab dan demonstrasi (cara minum tablet Fe
bersama)
- Material : Power Point.

Proses :

Penyuluhan telah dilaksanakan sesuai jadwal, peserta antusias dan memperhatika


n yang telah diajarkan.
Output :

- Peserta yang datang aktif bertanya, ada lima peserta yang bertanya.
- MC memberikan 1 pertanyaan tambahan, dan dijawab oleh 1 peserta.
- Peserta yang bertanya mendapatkan hadiah

Berdasarkan hasil tabulasi data yang telah kami lakukan, terdeteksi 1 priori
tas masalah di lingkungan wilayah RW 07, yaitu kurangnya pengetahuan mengena
i pentingnya mengkonsumsi Tablet Fe pada remaja putri. Oleh karena itu kami me
ngadakan penyuluhan mengenai hal tersebut. Penyuluhan ini dilaksanakan pada h
ari Selasa, 22 November 2022 pada pukul 19.30 s/d 21.10 WIB bertempat di Masj
id Al-Hidayah RW 07. Dalam pelaksanaannya dilakukan juga beberapa pemeriksa
an Kesehatan dasar, meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, LILA, dan Te
kanan Darah. Setelah pemeriksaan, remaja putri diberikan Tablet Fe yang diminu
m bersama di akhir acara.(impementasi)

Berdasarkan hasil survey dan tabulasi data di wilayah RW 07 didapatkan


satu prioritas masalah yaitu kurangnya pengetahuan akan pentingnya
mengonsumsi tablet Fe pada remaja putri. Oleh karena itu, kami melakukan
implementasi kegiatan akan pentingnya tablet Fe pada remaja putri. Sehingga,
dapat mencegah terjadinya anemia yang dapat timbul baik dari jangka pendek
maupun jangka panjang. Selain itu, dari hasil survey dan tabulasi data yang telah
dilakukan, didapatan jika sebagian besar remaja telah cukup mengetahui akan
pengetahuan gizi remaja, pendidikan sex dan penggunaan gadget pada remaja
yang telah diberikan di sekolah. Akan tetapi, setelah dilakukan koordinasi dengan
beberapa pihak yang terlibat dengan pengimplementasian masalah ini, mereka
meminta untuk diberikan materi-materi tersebut.

Setelah dilakukan implementasi kegiatan dan pemaparan materi para


remaja menjadi lebih tau akan pentingnya mengonsumsi tablet Fe, gizi seimbang
pada remaja (cara mengetahui IMT), pendidikan sex, dan penggunaan gadget pada
remaja.(hsl kegiatan)
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus yang telah dilakukan
pada Asuhan Kebidanan Komunitas di Kelurahan Pudak Payung RW 07, d
apat disimpulkan :
1. Dari hasil pengkajian yang kami lakukan didapatkan sikap masyarakat
begitu kooperatif saat dilakukan wawancara, begitu juga dengan
lingkungan serta pengetahuan masyarakat yang cukup mengenai
PHBS, garam beryodium, dan ketersediaan air bersih.
2. Dari hasil observasi yang Mahasiswa lakukan ada masalah yang
berhubungan dengan masyarakat melalui Musyawarah Masyarakat
Desa.
3. Mahasiswa merencanakan Asuhan Kebidanan Komunitas dengan
diberikan penyuluhan yang berhubungan dengan masalah yang ada di
masyarakat.
4. Tindakan segera yang harus dilakukan oleh Mahasiswa adalah
memberikan penyuluhan masalah kesehatan yaitu pentingnya tablet Fe
bagi remaja putri, sex education, gizi remaja dan penggunaan gadget
pada remaja serta mengantisipasi yang mungkin terjadi di masyarakat.
5. Dari perencanaan dan implementasi yang sudah dilakukan, didapatkan
remaja putri sudah mengerti akan pentingnya tablet Fe bagi remaja
putri.

B. Saran
1. Bagi Remaja Putri
a. Diharapkan remaja putri lebih peduli dengan kesehatan.
b. Diharapkan remaja putri lebih patuh dalam mengkonsumsi
tablet Fe guna menjaga kesehatan untuk dimasa yang akan
dating.
c. Diharapkan remaja putri dapat meningkatkan motivasi dan niat
dalam mengkonsumsi tablet Fe guna mencegah anemia.
2. Bagi Puskesmas Pudak Payung
a. Diharapkan dapat melakukan pengawasan secara rutin
terhadap distribusi tablet Fe dan konsumsi tablet Fe pada
remaja putri melalui Kader di wilayah RW 07.
b. Diharapkan dapat memberikan penyuluhan atau edukasi secara
rutin kepada remaja putri tentang anemia dan pencegahan
anemia dengan mengkonsumsi tablet Fe.
c. Diharapkan dapat berkoordinasi bersama FKK untuk
membentuk posyandu remaja guna meningkatkan status
kesehatan remaja di wilayah RW 07.
3. Bagi kader di wilayah RW 07 Diharapkan untuk lebih meningkatkan
upaya promotif kepada remaja putri di wilayah RW 07 mengenai
masalah kesehatan. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan atau
pemberian edukasi kepada remaja melalui kerja sama dengan
puskesmas terkait.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
untuk penelitian selanjutnya.
5. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat khususnya ibu hamil mengingat bahwa pengetahuan
tentang anemia dan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet
besi menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
anemia selama kehamilan maka peneliti menyarankan dilakukan
edukasi kepada ibu hamil dan keluarga. Edukasi dapat dilakukan
dengan cara penyuluhan di posyandu, puskesmas, dan rumah sakit
LAMPIRAN

A. SAP

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

KESEHATAN REMAJA RW 07 KELURAHAN PUDAK PAYUNG

OLEH:

MAHASISWA DIII KEBIDANAN SEMARANG

KELOMPOK RW VII

PRODI DIII KEBIDANAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2022
Pokok Bahasan : Pemberian tablet Fe pada remaja
Sub Pokok Bahasan : Pencegahan anemia pada remaja
Sasaran : Remaja Putri Rw 07 Kelurahan Pudak Payung
Hari/Tanggal : Selasa, 22 November 2022
Tempat : Masjid Al-Hidayah RW 07
Waktu : 19.30 – 21.10 WIB

I. TIU (Tujuan Instruksional Umum)


Remaja putri Rw 07 Kelurahan Pudak Payung dapat mengetahui
pentingnya tablet darah untuk mencegah terjadinya anemia.

II. TIK (Tujuan Instruksional Khusus)


1. Mengetahui pengertian tablet Fe
2. Mengetahui pentingnya tablet Fe
3. Mengetahui hubungan tablet Fe dengan anemia
4. Mengetahui pengertian anemia
5. Mengetahui tanda dan gejala anemia
6. Mengetahui penyebab anemia
7. Mengetahui bahaya anemia
8. Mengetahui dampak anemia bagi remaja putri dan WUS
9. Mengetahui pencegahan anemia

III. Kegiatan Penyuluhan

Waktu Kegiatan Penanggung Jawab

19.30 WIB - 20.00 WI - Registrasi Sie Acara


B - Absensi
- Pemeriksaan (TB,
BB, LiLA, Tekanan
Darah).
- Pemberian tablet Fe
untuk remaja putri.

20.00 WIB – 20.05 W - Pembukaan Sie Acara


IB

20.05 WIB – 20.20 W - Sambutan - Sie Acara


IB sambutan

20.20 WIB – 20.40 W - Pemaparan materi Pemateri


IB penyuluhan

20.40 WIB – 21.00 W - Sesi tanya jawab dan Pemateri


IB giveaway

21.00 WIB – 21.05 W - Minum tablet Fe Perwakilan Puskesmas


IB Bersama

21.05 WIB –21.10 WI - Dokumentasi dan Sie Dekdok


B penutup

IV. Media Penyuluhan


- PPT
- Tablet Fe

V. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi

VI. Pokok Materi


1. Pengertian tablet Fe
2. Pentingnya tablet Fe
3. Hubungan tablet Fe dengan anemia
4. Pengertian anemia
5. Tanda dan gejala anemia
6. Penyebab anemia
7. Bahaya anemia
8. Dampak anemia bagi remaja putri dan WUS
9. Pencegahan anemia

VII. Evaluasi
Memberikan pertanyaan kepada peserta penyuluhan, yaitu:
1. Bagaimana cara meminum Tablet Fe yang benar?
2. Kapan waktu yang tepat untuk meminum Tablet Fe?
3. Apa saja contoh makanan yang mengandung zat besi (Fe)?

VIII. Sumber Pustaka


Akib, A., & Sumarmi, S. (2017). Kebiasaan Makan Remaja Putri yang
Berhubungan dengan Anemia : Kajian Positive Deviance.
Amerta Nutrition, 1(2), 105.

Kemenkes.(2021). Bagaimana Cara Mengkonsumsi Tablet Tambah


Darah. https://promkes.kemkes.go.id/poster-bagaimana-cara-
mengonsumsi-tablet-tambah-darah.

Promkes.kemenkes.(2021).Buku Pencegahan dan Penanggulangan


Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur.
https://promkes.kemkes.go.id/buku-pedoman-pencegahan-dan-
penanggulangan-anemia-pada-remaja-putri-dan-wanita-usia-
subur.

IX. Lampiran Materi


1. Pengertian Tablet Fe
Tablet zat besi atau dapat disebut juga dengan tablet
tambah darah adalah tablet bulat atau lonjong berwarna merah tua
yang sekurangnya mengandung zat besi setara dengan 60 mg besi
elemental dan 0,4 mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah
maupun diperoleh sendiri (Dinas Kesehatan, 2020).
Tablet zat besi diberikan kepada wanita usia subur dan ibu
hamil. Bagi wanita usia subur diberikan sebanyak satu kali
seminggu dan satu kali sehari selama haid sedangkan untuk ibu
hamil diberikan setiap hari satu tablet selama masa kehamilannya
atau minimal 90 tablet (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

2. Pentingnya Tablet Fe
Kondisi kekurangan sel darah merah di dalam tubuh atau ya
ng dikenal dengan anemia bisa dialami oleh siapa saja, termasuk an
ak remaja. Namun, dibandingkan remaja putra, remaja putri berisik
o lebih tinggi mengalami anemia. Salah satu alasannya karena rem
aja putri mengalami menstruasi setiap bulannya.
Menstruasi bulanan menyebabkan para remaja putri mudah
mengalami anemia, yaitu kondisi dimana sel darah merah atau kon
sentrasi hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari biasanya. Sehin
gga membuat tubuh lebih mudah lemas dan mudah untuk pingsan.
Tidak berhenti sampai disitu, dampak anemia juga menyeba
bkan para remaja putri mengalami berbagai kondisi seperti:
1. Penurunan imunitas sehingga lebih rentan terpapar berbagai
penyakit infeksi

2. Penurunan konsentrasi belajar di kelas

3. Penurunan prestasi di sekolah

4. Penurunan kebugaran dan produktivitas kerja


Melihat kondisi demikian, maka upaya pemberian Tablet T
ambah Darah (TTD) menjadi penting untuk diberikan untuk remaj
a putri dalam proses pertumbuhannya.

Selain untuk meminimalisir potensi anemia yang berakibat


terhadap kesehatan dan prestasi di sekolah, pemberian tablet tamb
ah darah juga untuk mempersiapkan kesehatan remaja putri pada
saat sebelum menjadi seorang ibu. Pemberian TTD pada remaja p
utri ini untuk mencegah ibu nantinya melahirkan bayi dengan tub
uh pendek (stunting) atau berat badan lahir rendah (BBLR)

3. Hubungan Konsumsi Tablet Fe dengan kejadian Anemia


Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Kristiyan, dkk.
dalam jurnal Hubungan Kepatuhan Minum Tablet Fe dengan Kejad
ian anemia (Hb) pad Remaja Putri di SMP Negeri 1 Tapen Kabupa
ten Bondowono, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan signifi
kan antara kepatuhan minum tablet Fe dengan kejadian anemia. Sej
alan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti, dkk (2015) m
enunjukkan bahwa ada hubungan secara signifikan antara kepatuha
n minum tablet Fe dengan kejadian anemia pada remaja putri di M
A Darul Imad. Pencegahan anemia defisiensi zat besi telah lama dil
akukan di Indonesia. Salah satu pencegahannya melalui program s
uplementasi besi yang diberikan secara gratis. Dalam mengatasi da
n melakukan pencegahan anemia dilakukan perbaikan diet secara u
mum dan menjaga waktu makan pagi, siang dan malam. Selain itu
perlu mengkonsumsi makanan yang spesifik yang dianggap sesuai
dan yang kaya akan vitamin seperti liver, limpa, bayam dan ekstrak
buah yang berwarna merah. Pendapat lain menyatakan pendekatan
untuk penanganan anemia dalam jangka pendek dapat dilakukan su
plementasi besi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakuka
n oleh Rusmiyawati (2015) yang menyebutkan bahwa seluruh rema
ja putri kelas IX dan telah diberikan tablet Fe selama 6 minggu berj
umlah 49 orang. Hasil penelitian didapatkan bahwa responde yang
mengalami anemia sebanyak 20 orang (40,8%) dan sebanyak 20 or
ang (40,8%) tidak patuh mengkonsumsi tablet besi 1 kali sehari sel
ama 6 minggu. Hasil uji chi square didapatkan ada hubungan antar
a kepatuhan minum tablet besi dengan kejadian anemia di MA Dar
ul Imad Kecamatan Tatah Makmur Kabupaten Banjar Tahun 2013.
Perlunya meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang anemia d
an manfaat tablet Fe yang dibagikan agar anemia pada remaja putri
dapat diatasi dengan baik (Rusmiyawati, 2015).
Peneliti berasumsi bahwa adanya hubungan ini dapat dipen
garuhi oleh kepatuhan remaja dalam minum tablet Fe. Apabila rem
aja mengkonsumsi tablet Fe secara rutin maka kadar Hb juga akan
meningkat. Sedangkan apabila kepatuhan remaja kurang dalam me
ngkonsumsi tablet Fe maka nilai Hb akan menurun. Dalam peneliti
an ini terdapat hubungan yang positif semakin bagus tingakt kepatu
han maka akan semakin baik nilai Hb. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe sangat ber
pengaruh terhadap kadar Hb. Dalam meningkatkan kepatuhan dipe
rlukan adanya dukungan dari orang tua, guru dan peningkatan peng
etahuan tentang pentingnya konsumsi tablet Fe pada remaja.

4. Pengertian Anemia
Menurut WHO, anemia adalah suatu kondisi di mana
jumlah sel darah merah atau kapasitas oksigen tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, yang bervariasi menurut
umur, jenis kelamin, panjang badan, merokok, dan status
kehamilan.
Masyarakat lebih mengenal dengan istilah penyakit kurang
darah, berkurangnya hingga di bawah normal sel darah merah
matang yang membawa oksigen ke seluruh jaringan yang
dijalankan oleh protein yang disebut Hemoglobin (Hb) dengan
level normal 11,5 – 16,5 gr/dl untuk perempuan dan 12,5 0- 18,5
gr/dl untuk laki – laki.

5. Tanda dan Gejala Anemia

1. 5 L (Lesu, Letih, Lemah, Lelah, Lalai)


2. Sakit kepala dan pusing (“kepala muter”)
3. Mata berkunang-kunang
4. Mudah mengantuk
5. Cepat Lelah
6. Sulit konsentrasi.
Secara klinis penderita anemia ditandai dengan “pucat” pad
a muka, kelopak mata, bibir, kulit, kuku dan telapak tangan.

6. Penyebab Anemia
Ada 3 penyebab anemia, yaitu:
1. Defisiensi zat gizi
 Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang mer
upakan pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk
pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel darah me
rah/eritrosit. Zat gizi lain yang berperan penting dalam pemb
uatan hemoglobin antara lain asam folat dan vitamin B12.
 Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AI
DS,dan keganasan seringkali disertai anemia, karena kekura
nganasupan zat gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri.
2. Perdarahan (Loss of blood volume)
 Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang
mengakibatkan kadar Hb menurun.
 Perdarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan.
3. Hemolitik
 Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai
karena terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan
zat besi (hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan
limpa.
 Pada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara
genetik yang menyebabkan anemia karena sel darah
merah/eritrosit cepat pecah, sehingga mengakibatkan
akumulasi zat besi dalam tubuh.

7. Bahaya Anemia
Anemia dapat menyebabkan berbagai dampak buruk pada rematri d
an WUS, diantaranya:
1. Menurunkan daya tahan tubuh sehingga penderita anemia muda
h terkena penyakit infeksi
2. Menurunnya kebugaran dan ketangkasan berpikir karena kuran
gnya oksigen ke sel otot dan sel otak.
3. Menurunnya prestasi belajar dan produktivitas kerja/kinerja

8. Dampak Anemia bagi remaja putri dan PUS


 Meningkatkan risiko Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), pre
matur, BBLR, dan gangguan tumbuh kembang anak diantarany
a stunting dan gangguan neurokognitif.
 Perdarahan sebelum dan saat melahirkan yang dapat menganca
m keselamatan ibu dan bayinya.
 Bayi lahir dengan cadangan zat besi (Fe) yang rendah akan berl
anjut menderita anemia pada bayi dan usia dini.
 Meningkatnya risiko kesakitan dan kematian neonatal dan bayi

9. Pencegahan Anemia
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah Anemia antara lain;
1. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi.
Dilakukan dengan cara mengonsumsi makanan yang kaya a
kan sumber zat besi dari hewani, seperti hati, ikan, dan daging.
Sedangkan sumber zat besi dari nabati yaitu sayuran berwarna
hijau tua dan kacang-kacangan.
2. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi.
Fortifikasi atau menambahkan mikronutrien pada bahan ma
kanan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut. Cth
makanan yang sudah difortifikasi: tepung terigu, beras, minyak
goreng, mentega, dan beberapa snack.
3. Suplementasi zat besi.
Suplementasi zat besi dengan dosis yang tepat (rematri dan
WUS 1x/minggu) dapat mencegah anemia dan menigkatkan ca
dangan zat besi dalam tubuh.
4. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi,disarankan untuk men
gonsumsi makanan yang mengandung vit.C misalnya: jambu, je
ruk, pepaya, tomat, dan nanas.
1.

B. Media (PPT)
C. Daftar hadir kegiatan penyuluhan remaja

D. Dokumentasi kegiatan penyluhan remaja


\
DAFTAR PUSTAKA

Runjati, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC

Yulifah, Rita & Yuswanto, Tri.2009. Asuhan Kebidanan Komunitas.


Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai