BENDUNGAN ASI
OLEH : KELOMPOK 3
ANGGOTA :
1. SELVI OKTAPIA 22340196P
2. NIA AUDINA 22340153P
3. LINTAN LARA SAPTI 22340127P
4. NANA MARDIANA 22340143P
5. LEFI SYAPUTRI 22340124P
6. VERONIKA HENI V. 22340225P
7. EKA AMBARWATI 22340080P
8. YUWIKA CAHYA 22340245P
9. RAHMAYUNI BERLIAN 22340178P
10. SUSI SUSANTI :
11. YUNI ANGGRAINI :
12. MARGARETA NOVI R. :
13. THERESIA ANGGRITA C. :
14. ANDESTA RAMADHANI :
15. KRISTIANI SAMOSIR :
16. EKA OVAYANTI :
17. NURSIAH :
18. SERA AGUSTINA :
19. TITIS CHINTANI M.L. :
Kelompok
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia dimulai sejak masa bayi dalam kandungan, kemudian ibu
bersalin sampai pada masa nifas. Masa nifas ini dimulai setelah selesai persalinan
sampai 42 hari. Masa ini cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan
pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu
mengalami berbagai masalah, bahkan bisa berlanjut pada komplikasi masa nifas.
Untuk mencegah terjadinya masalah selama masa nifas ini, maka dilakukan suatu
usaha perawatan payudara agar kondisi payudara tetap baik demi keberhasilan
menyusui.
Tujuan dari perawatan masa nifas ini adalah untuk memulihkan kesehatan ibu,
mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis, mencegah infeksi dan komplikasi,
memperlancar pembentukan dan pemberian ASI, memberikan pendidikan kesehatan
dan memastikan pemahaman tentang perawatan kesehatan diri serta mengajarkan ibu
untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai.
Data Association of Soulth East Asia Nations (ASEAN) pada tahun 2013
disimpulkan bahwa presentase cakupan kasus bendungan ASI pada ibu nifas
tercatat 107.654 orang, tahun 2014 terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan
ASI sebanyak 95.698 orang, serta pada tahun 2015 ibu yang mengalami bendungan
ASI sebanyak 76.543 orang. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat
dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah.
3
payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya angka kejadian
bendungan ASI.
Masalah yang sering terjadi pada masa nifas seperti sumbatan saluran ASI
yang akan mengakibatkan terjadinya bendungan ASI karena adanya penyempitan
duktus laktiferus, puting susu datar, payudara bengkak, payudara terasa panas, dan
keras. Payudara terasa nyeri dan berwarna kemerahan disertai kenaikan suhu
badan dan abses pada payudara, sehingga penderita merasa lesu dan tidak ada
nafsu makan.
B. Tujuan
C. Manfaat
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
Tujuan kebidanan komunitas mencakup tujuan umum dan tujuan khusus berikut
ini.
a. Tujuan umum
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khusunya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya, sehingga
masyarakat mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu
memecahkan masalahnya secara mandiri.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan
tanggung jawab bidan.
2) Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
5
3) Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko kehamilan,
persalinan, nifas, dan perinatal.
4) Medukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
5) Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat
setempat atau terkait.
6
c. Membentuk jaringan kerja.
Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas antara lain Puskesmas, Polindes,
Posyandu, BPM, dasawisma, kunjungan rumah pasien (Syahlan, 1996). Di
masyarakat banyak tenaga kesehatan maupun non kesehatan, seperti PKK,
kelompok ibu-ibu pengajian, dukun beranak, kader kesehatan, perawat, PLKB,
dokter, pekerja sosial, dll. Untuk itu bekerjasama dalam tim menjadi sangat
penting. Dengan demikian bidan sebagai pimpinan tim diharapkan mampu
sebagai pengelola dan sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di komunitas,
sehimgga diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor. Tujuannya
adalah meningkatkan koordinasi dan komunikasi serta meningkatkan
kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah kesehatan dan
memaksimalkan manfaat semua pihak. Jaringan kerjasama yang dilaksanakan
di dalam satu instansi misalnya imunisasi, pemberian tablet FE, vitamin A,
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan sebagainya. Sedangkan kerjasama
lintas sektor (yang melibatkan intitusi luar) misalnya melalui BIAS (Bulan
Imunisasi Anak Sekolah), PAUD dan sebagainya.
7
Menyusui adalah suatu jenis seni yang harus dipelajari dalam
pemberian ASI, untuk keberhasilan laktasi tidak diperlukan alat-alat yang
khusus dan biaya yang mahal karena yang diperlukan hanyalah kesababaran,
waktu, pengetahuan tentang menyusui dan dukungan dari linfkungan
terutama suami (Erniyati, 2020:1).
Menyusui adalah cara alami untuk memberikan asupan gizi, imunitas
dan memelihara emosional secara optimal bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Tidak ada susu formula yang dapat menyamai ASI bail
dalam hal kandungan nutrisi, factor pertumbuhan, hormone dan terutama
imunitas. Karena imunitas bayi hanya bisa didapatkan dari ASI (Erniyati,
2020:1).
b. Pengaruh Hormonal
1) Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormone
yang menstimulasi munculnya ASI dalam payudara. Proses bekerjanya
hormone dalam menghasilkan ASI adalah sebagai berikut :
2) Saat bayi menghisap, sejumlah sel saraf di payudara ibu mengirimkan
pesan ke hipotalamus.
3) Ketika menerima pesan itu, hipotatalamus melepas “rem” penahan
prolaktin.
4) Untuk mulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan kelenjar
pituitary merangsang kelenjar-kelenjar susu di payudara ibu.
Hormon-hormon yang terlibat dalam proses pembentukan ASI adalah sebagai
berikut:
1) Progesterone
Mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Kadar progesterone dan
estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi
produksi ASI.
2) Estrogen
Menstimulasi system saluran ASI untuk membesar.
3) Prolaktin
Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan. Hormon ini
memiliki peranan penting untuk memproduksi ASI.
4) Oksitosin
Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan
setelahnya, seperti hal nya juga dalam orgasme. Selain itu, pasca
melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli
untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam
proses turunya susu letdown/milk ejection reflex.
5) Human Placental Lactogen (HPL)
Sejak bulan kedua kahamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL yang
berperan dalam pertumbuhan payudara, putting dan aerola sebelum
melahirkan (Yusari dan Risneni, 2016:16-19).
8
C. Air Susu Ibu (ASI)
1. Pengertian ASI
ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang disekresikan oleh kedua
belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik yang
bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung
komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang
tersedia setiap saat, siap disajikan dalam suhu kamar dan bebas dari kontaminasi.
ASI juga mengandungbeberapa mikronutrien yang dapat membantu
memperkuat daya tahan tubuh bayi.Selain itu, pemberian ASI minimal selama 6
bulan juga dapat menghindarkan bayi dari obesitas atau kelebihan berat badan
karena ASI membantu menstabilkan pertumbuhan lemak bayi.
Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan
kebutuhan tumbuh kembang bayi. ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu :
a. Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini
disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke empat pasca
persalinan.Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan
berwarna kekuningan.Kolostrum mengandung tinngi protein, mineral, garam,
vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI
matur. Selain iu, kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa.
Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume
kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang
berusia 1-2 hari.Volume kolostrum antara 150-300 ml/jam.
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum
ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu,
volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta
komposisisnya.Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak
dan laktosa meningkat.
c. ASI Matur
9
rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjutnya,
air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi
dan membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan demikian, bayi akan
membutuhkan keduanya, baik foremilk maupun hindmilk.
d. Manfaat ASI
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI pada ibu antara
lain:
1) Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila
makanan ibu teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan
mempengaruhi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja
sempurna tanpa makanan yang cukup.
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu
dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk
ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan
terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam
keadaan tenang.
3) Penggunaan kontrasepsi
10
Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan kontrasepsi hendaknya
diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat
mempengaruhiproduksi ASI.
4) Perawatan payudara
5) Faktor istirahat
Bila ibu jarang menyusui anak dan berlangsung sebentar maka isapan anak
berkurang dengan demikian pengeluaran ASI ibu berkurang.
Penyebabnya :
b) Payudara bengkak
11
ada hari ketiga dan keempat sesudah melahirkan. Pembengkakan
payudara ini dapat dicegah dengan :
d) Mastitis
e) Abses Payudara
12
mengeluarkan ASI dapat dilakukan dengan tangan/pompa kemudian
dapat diberikan dengan sendok/pipet. Laktasi dapat terjdi di bawah
pengaruh berbagai kelenjar endokrin, terutama horomon-hormon
hipofisis prolaktin dan oksitosin. Keadaan ini dipengaruhi oleh isapan
bayi dan emosi ibu. Laktasi mempunyai dua arti, yaitu :
D. Bendungan ASI
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi
ASI-nya berlebihan apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu dan
payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI didalam
payudara.Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan
bendungan ASI.
Pada masa laktasi, bila ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau
bayi tidak aktif mengisap, maka menimbulkan bendungan ASI.
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu, akibatnya ibu
tidak mau menyusu bayinya dan terjadi bendungan ASI.
13
d. Puting susu terbenam
Puting susu terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu karena bayi
tidak dapat mengisap puting dan areola sehingga bayi tidak mau menyusu dan
akibatnya terjadi bendungan ASI.
3. Tanda Gejala
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh
terasa panas,berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak ada kemerahan. ASI
biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung
membesar, membengkak dan sangat nyeri, putting susu teregang menjadi rata.
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengeyut untuk menghisap ASI.
Ibu kadang kadang menjadi demam,tapi biasanya akan hilang 24 jam
(Wiknjosastro, 2010 : 480-481)
Bendungan ASI umumnya terjadi pada hari kedua sampai hari keempat
postpartum terjadi perubahan jenis air susu dari kolostrum menjadi mature
milk. Terjadinya pembengkakan payudara dan secara palpasi teraba keras,
kadang terasa nyeri, namun tanpa disertai tanda-tanda kemerahan ataupun
demam (Mangesi, ). Hal ini apabila dibiarkan dapat menghambat pemberian
ASI eksklusif pada bayi (Sarwono, 2010) (Lidyaningsih, 2018).
Umumnya satu atau lebih bagian yang berdekatan meradang (sebagai akibat
dipaksanya ASI masuk ke dalam jaringan ikat payudara) dan tampak sebagai
daerah yang memisahkan antara sisi yang memerah dan sisi yang membengkak.
Jika ASI juga dipaksa masuk aliran darah, nadi, dan suhu wanita tersebut dapat
naik dan pada beberapa kasus gejala mirrip flu, yang sebagian mencakup
menggigil atau kaku. Ada atau tidaknya gejala sistematis tidak membantu
membedakan antara mastitis akibat infeksi atau non infeksi (Fraser, 2009 : 743) .
14
5. Pencegahan Bendungan ASI
a. Sangga payudara
b. Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan
rasa sakit.
c. Bila perlu berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
15
d. Jangan dipijat atau menggunakan kompres hangat pada payudara.
b. Pijat Oketani
Pijat oketani merupakan manajemen keterampilan untuk mengatasi
masalah laktasi seperti produksi ASI yang tidak cukup, pembengkakan
payudara, pijat oketani akan menyebabkan payudara menjadi lunak, lentur
dan areola akan menjadi elastis, duktus lactiferous dan putting susu juga
menjadi elastis. Seluruh payudara menjadi lentur dan menghasilkan ASI
berkualitas baik karena kandungan total solids, konsentrasi lemak dan gross
energy meningkat (Machmudah,dkk 2014).
d. Perawatan Payudara
1) Defenisi Perawatan Payudara
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat
payudara terutama selama masa nifas (masa menyusui)untuk
memperlancar pengeluaran ASI. Perawatan payudara adalah perawatan
setelah ibu melahirkan dan sedang atau tidak menyusui yang merupakan
suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar
dengan lancar. Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama
hamil sampai menyusui dikarenakan payudara satu-satunya penghasil
16
ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga
harus dilakukan dengan sedini mungkin.
Perawatan payudara yang tidak tepat, bisa menimbulkan kanker
payudara.Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya benjolan
sebesar kelereng. Benjolan ini tidak teraba dengan tangan ketika
ukurannya kecil. Selain itu, salah satu puting susu mengeluarkan cairan
berwarna merah dan berbekas dibra jika gejala ini muncul, sebaiknya
segera hubungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
17
Apabila terjadi puting susu lecet, oleskan kolostrum/ASI yang
keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.
Menyusui tetap dilakukan dengan mendahulukan puting susu yang
lecet.
Jika lecet puting termasuk kategori berat, maka bagian yang sakit
dapat
diistrahatkan, ASI dikeluarkan, dan diminumkan dengan sendok
Persiapan Alat Perawatan Payudara
18
dikendorkan. Prosedur ini diulangi terus hingga beberapa kali dalam
sehari.
Kompres kedua puting menggunakan minyak kelapa/baby oil
selama ± 3-
5 menit. Kemudian angkat kapas sambil membersihkan kotoran
yang
menempel di puting. Jika kurang bersih, diulangi lagi. Oleskan
minyak
kelapa/baby oil ke payudara.
Kedua telapak tangan diletakkan di tengah di antara kedua payudara
dengan ujung-ujung jari menghadap ke bawah. Kemudian telapak
tangan
ditarik ke atas meligkari payudara sambil menyangga payudara
tesebut
lalu tangan dilepaskan dengan gerakan cepat ke arah depan.
Lakukan
geakan ini ± 20 kali dengan tujuan untuk menjaga kekenyalan dan
kekencangan payudara.
Mengurut payudara dari pangkal payudara ke arang puting memakai
genggaman tangan menyeluruh atau ruas-ruas jari. Lakukan gerakan
ini ±
20 kali.
Tangan kanan menyangga payudara kanan, kemudian sisi ulnar
tangan
kiri mengurut payudara ke arah puting susu. Tujuan dilakukan
pengurutan
payudara agar ASI dapat keluar dengan lancar. Lakukan gerakan ini
± 20
kali.
Basuh payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian
dan
dikerjakan berulang-ulang lalu dikeringkan dengan handuk.
Puting susu dirangsang dengan waslap/handuk kering yang
digerakkan ke
atas dan ke bawah beberapa kali dengan tujuan meningkatkan
erektilitas
puting susu dan mengurangi insiden puting lecet.
Pakai BH untuk menyusui yang menyangga dan ukuran yang sesuai
dengan pertumbuhan payudara.
19
dapat dilakukan oleh bidan bersama dengan klien, suami maupun anggota keluarga
yang lain. Jika bidan tidak melakukan asuhan secara mandiri, maka bidan tetap
memikul tanggungjawab atas terlaksananya seluruh perencanaan sesuai dengan
lingkup kewenangannya. Bidan tetap memiliki tanggungjawab untuk mengarahkan
penatalaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana. Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan bagi klien sesuai dengan lingkup kewenangan dan tanggungjawab
bidan dalam asuhan. Manajemen kebidanan yang efisien akan meningkatkan mutu
dan asuhan kepada klien. Pada saat penatalaksanaan asuhan, kaji ulang apakah semua
rencana asuhan telah dilaksanakan. Beberapa aspek yang perlu diingat terkait
penatalaksanaan dalam lingkup manajemen kebidanan, adalah sebagai berikut.
1. Penatalaksanaan dilaksanakan berdasarkan rencana asuhan yang telah disusun.
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas ancaman kondisi klien.
2. Tindakan antisipasi dirumuskan sesuai kebutuhan, artinya bahwa tindakan
antisipasi dilaksanakan karena adanya diagnosa atau masalah potensial yang
mengancam klien.
3. Tindakan segera sesuai kebutuhan artinya direncanakan tindakan segera apabila
kondisi klien mempunyai indikasi perlunya dilakukan tindakan segera.
4. Tindakan rutin secara komprehensif artinya tindakan yang direncanakan
menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan atau masalah fisik, psikologis, sosial
klien.
5. Penatalaksanaan asuhan melibatkan klien atau keluarga artinya klien atau
keluarga diberikan informasi tentang kondisi yang dialami klien, kemudian
dilibatkan sejak pengambilan keputusan asuhan dan tindakan yang akan
diberikan.
6. Penatalaksanaan juga mempertimbangkan kondisi psikologis, sosial budaya klien
atau keluarga artinya dalam memilih rencana tindakan tidak hanya sesuai
kebutuhan fisik, tetapi juga memperhatikan keadaan jiwa ibu, nilai dan
kepercayaan yang dimiliki ibu dan keluarga.
7. Menggunakan tindakan yang aman didukung evidence based, artinya bahwa
dalam menentukan tindakan memilih tindakan yang aman bagi klien, dan
diutamakan pada tindakan yang berdasarkan bukti riset yang terbaik, dan
tindakan tersebut terbukti menguntungkan klien.
8. Mempertimbangkan kebijakan, peraturan dan kewenangan yang berlaku, sumber
daya dan fasilitas yang tersedia tanpa mengabaikan prinsip dan standar yang
harus dilakukan.
9. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk biopsikososialspiritual dan
budaya, artinya bahwa dalam mengimplementasikan rencana tindakan pada
kliennya mempertimbangkan keadaan pasien sebagai individu yang unik,
berbeda-beda, tidak dapat disamakan antara individu yang satu dengan yang lain,
terdapat dinamika, fleksibilitas, tetapi memenuhi standar pelayanan kebidanan
yang berlaku.
20
10. Memperhatikan privasi klien, artinya dalam melaksanakan tindakan selalu
memperhatikan kebutuhan rasa nyaman, perlindungan dan harga diri klien.
Bertanggung jawab penuh pada kesinambungan asuhan kebidanan, artinya bidan
dalam melaksanakan asuhan kebidanan tidak hanya bertanggungjawab pada
tindakan yang dilakukannya sendiri, tetapi mengikuti perkembangan setiap
tindakan yang dilakukan oleh tim kesehatan.
11. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan, maksudnya adalah
bahwa setelah melakukan pemeriksaan dan tindakan bidan hendaknya mencatat
dalam status klien/catatan perkembangan pasien. Sehingga perkembangan kondisi
klien dapat terlihat, dan rangkaian asuhan yang diberikan juga dapat terlihat
(Wahyuningsih ,2018; 248)
21
l. Privasi dan kerahasiaan klien
m. Fasilitasi pemberian informasi tentang berbagai pilihan dan pemberian
persetujuan setelah mendapatkan informasi
n. Penerapan keselamatan pasien
o. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi
p. Pemenuhan kebutuhan oksigen
q. Pemenuhan kebutuhan eliminasi
r. Pemenuhan kebutuhan ambulasi dan mobilisasi
s. Manajemen nyeri
t. Bantuan Hidup Dasar (BHD)
u. Pertolongan pertama pada kecelakaan
v. Pengelolaan Jaringan
w. Perawatan luka post operasi obstetri dan ginekologi
x. Pengelolaan vaksin
y. Kebersihan diri
z. Konseling
aa. Rujukan
bb. Dokumentasi
cc. Manajemen Risiko (Menkes, 2020)
2. Pelayanan Kesehatan bagi ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan paling sedikit 4 (empat) kali yang meliputi:
a. 1 (satu) kali pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari
pascapersalinan;
b. 1 (satu) kali pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari
pascapersalinan;
c. 1 (satu) kali pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh
delapan) hari pascapersalinan; dan
d. 1 (satu) kali pada periode 29 (dua puluh sembilan) hari sampai dengan
42 (empat puluh dua) hari pascapersalina
22
a. Pelayanan kesehatan bagi ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi: pemeriksaan dan tata laksana menggunakan algoritma tata
laksana terpadu masa nifas; identifikasi risiko dan komplikasi;
b. penanganan risiko dan komplikasi;
c. konseling; dan
d. pencatatan pada buku kesehatan ibu dan anak, kohort ibu dan kartu
ibu/rekam medis.
4. Pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir sebagaimana dimaksud pada (1)
huruf b dilakukan paling sedikit 3 (tiga) kali yang meliputi:
a. 1 (satu) kali pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari
pascapersalinan;
b. 1 (satu) kali pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari
pascapersalinan; dan
c. 1 (satu) kali pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh
delapan) hari pascapersalinan;
5. Pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dilakukan secara terintegrasi dengan pelayanan kesehatan bagi
ibu yang meliputi:
a. pelayanan kesehatan neonatal esensial dengan mengacu pada pendekatan
manajemen terpadu balita sakit;
b. skrining bayi baru lahir;
c. stimulasi deteksi intervensi dini pertumbuhan perkembangan; dan
d. pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi kepada ibu dan
keluarganya mengenai perawatan dan pengasuhan bayi baru lah
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
24
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama selama
masa nifas (masa menyusui)untuk memperlancar pengeluaran ASI.
DAFTAR PUSTAKA
Astutik Reni Yuli. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans
Info Media. 2015.
Astuti, Kurniawati. Analisa Hubungan Pengaruh Cara Menyusui Dengan
Kejadian Payudara Bengkak Pada Ibu Post Partum. Vol.3 No. 4 (desember 2016).
Diakses tanggal 13 oktober 2017.
Anasari Tri. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Mastitis di RSUD
Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto. 2014. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2014
Heryani Reni. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info
Media. 2012.
Hamdani Muhammad. Pendidikan Agama Islam “Islam Dalam Kebidanan”.
Jakarta: CV. Trans Info Media. 2012.
Jannah Nurul. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
2012.
Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan. Edisi pertama. 2013.
Nova Rati Lova1 , Della Siti Nurfalah Jurnal Ilmiah Kesehatan “Gambaran
Karakteristik Ibu Postpartum Dengan Bendungan Asi Di Pmb Bd. I Citeureup
Neglasari Bandung”
Pengaruh Masase Payudara Terhadap Bendungan Asi Pada Ibu Post Partum
Di Rsia Khadijah I Makassar Yusrah Taqiyah1) , Sunarti2) , Nur Fadilah Rais3) 1,2,3
Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muslim Indonesia E-Mail : 2019
25
Tuti Meihartati Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, Vol. 13, No. 1, Juni 2017:
19-24 “Hubungan Antara Perawatan Payudara Dengan Kejadian Bendungan Asi
(Engorgement) Pada Ibu Nifas”
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Istri (ibu) Suami (Ayah)
Nama Pasien : Natalia Saroh Nama suami : Ahmat Syafii
Umur : 26 tahun Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Makartitama Alamat : Makartitam
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama : merasakan sakit pada payudara.
b. Riwayat Pernikahan
Nikah : Iya / Tidak Nikah : 1 Kali
Pernikahan ke 1 menikah sejak umur 19 tahun lama pernikahan 7 tahun
c. Riwayat Obstetrik (Kehamilan, Persalinan, dan nifas terdahulu)
26
G2 P1 A0
d. Riwayat KB
27
BB : 3000gr PB 49
cm
Kala 10 menit Pengeluaran Tidak Ada Plasenta lahir
III plasenta lengkap pk. 07.40
WIB
Kala 2 jam Observasi Tidak Ada Normal
IV Perdarahan
post partum
g. Anak : Kedua
BB : 3000 gram PB : 49 cm LK : 34 cm LD : 33 cm
h. Kelainan Bawaan : Tidak Ada
i. Pola Pemenuhnan Kebutuhan Sehari-hari
28
Tentang masa nifas : Ibu Tahu
Tentang menyusui/makanan bayi : Ibu Tahu cara menyusui
Tentang perawatan bayi : Ibu sudah pernah punya bayi
Tentang alat KB : Ibu pernah KB suntik
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
Keadaan Emosional : normal stabil
2. Antropometri
TB : 156 cm
BB sebelum hamil : 52 Kg
BB sekarang : 64 Kg
LILA : 26 cm
3. Tanda Vital
Suhu 36,8◦ C Tekanan darah 120/80 mmHg
Nadi 82x per menit Pernapasan 20x per menit
4. Pemeriksaan fisik
Kepala : Normal tidak ada pembengkakan
Rambut : .Bersih
Muka : Cloasma Gravidarum : tidak ada, tidak ada pembengkakan
29
Simetris : kanan dan kiri
Benjolan : tidak ada Nyeri : tidak ada
Kemerahan :tidak ada
Terdapat bendungan ASI
5. Pemeriksaan obstetrik
a. Abdomen
1) Tinggi fundus uteri : 2 jari dibawah pusat
2) Kontraksi uterus : Normal
3) Posisi uterus : Antefleksi
4) Palpasi kandung kemih : Kosong
b. Pengeluaran pervaginam
1) Warna lokhea : Rubra
2) Banyaknya : ±.75 ml
3) Bau : Amis normal
c. Perineum dan anus
1) Luka episiotomi / jahitan : Tidak Ada
2) Keadaan luka :-
3) Tanda radang :-
4) Keadaan vulva : Normal tidak Odema
5) Anus : Normal Tidak haemoroid
d. Ekstremitas
1) Atas : Normal Simetris Kanan Kiri
2) Bawah : Normal Tidak Odema
6. Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin : 11 gr%
Golongan Darah :A
Protein Urine : Negatif
Glukosa Urine : Negatif
USG : tidak dilakukan
C. ANALISIS DATA
30
Kebutuhan : Perawatan Payudara
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga berdasarkan hasil pemeriksaan,
Rasionalisasi : Ibu dan keluarga mengerti kondisi saat ini
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti.
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, payudara teraba keras, terdapat nyeri
dan ASI sedikit keluar, tanda-tanda vital yaitu: TD 120/90 mmHg, nadi 80x/menit,
suhu 37 ℃, respirasi 21x/menit. TFU 3 jari dibawah pusat dan menjelaskan pada ibu
bahwa ibu mengalami bendungan ASI.
Rasional : ibu dan keluarga mengerti kondisi ibu saat ini
31
Amoxillin 3x1 (500 mg)
Dexametason 3x1 (0,5 mg)
AsamFenamat 3x1 (500 mg)
10. Menganjurkan ibu untuk mengeluarkan ASI di kelurkan sedikit demi sedikit
untuk mengurangi bendungan ASI
Rasionalisasi : untuk mengurangi bendungan ASI
Evaluasi : ibu sudah bisa mengikuti advis yang di anjurkan
11. Anjurkan ibu untuk menyusui bayi nya setiap 2 jam sekali pada payudara kanan
dan kiri
Rasionalisasi : Agar bayi dapat terpernuhi nutrisi nya dan mencegah terjadi nya
bendungan ASI kembali
Evalusi : ibu mengerti dengan advis yang di berikan
12. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang
Rasionalisasi : Agar keadaan ibu terpantau
Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang
32