Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

BENDUNGAN ASI

OLEH : KELOMPOK 3
ANGGOTA :
1. SELVI OKTAPIA 22340196P
2. NIA AUDINA 22340153P
3. LINTAN LARA SAPTI 22340127P
4. NANA MARDIANA 22340143P
5. LEFI SYAPUTRI 22340124P
6. VERONIKA HENI V. 22340225P
7. EKA AMBARWATI 22340080P
8. YUWIKA CAHYA 22340245P
9. RAHMAYUNI BERLIAN 22340178P
10. SUSI SUSANTI :
11. YUNI ANGGRAINI :
12. MARGARETA NOVI R. :
13. THERESIA ANGGRITA C. :
14. ANDESTA RAMADHANI :
15. KRISTIANI SAMOSIR :
16. EKA OVAYANTI :
17. NURSIAH :
18. SERA AGUSTINA :
19. TITIS CHINTANI M.L. :

FAKULTAS ILMU KESEHATAN JURUSAN DIV KEBIDANAN


UNIVERSITAS MALHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah saya haturkan puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt. atas karunia
dan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun akhirnya dapat
menyelesaikan makalah yang dibuat ini.
Makalah ini di susun untuk memenuhi jenjang pendidikan DIV Kebidanan.
Pembahasan makalah ini adalah tentang Bendungan ASI.
Penyusun menyadari jika pembuatan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
karena itu kritik dan saran sangat terbuka untuk diterima dengan sifat yang membangun.
Diharapkan semoga makalah ini bisa memberi manfaat dengan baik khusus nya untuk
mahasiswa Kebidanan.

Bandar Lampung, Oktober 2022

Kelompok

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia dimulai sejak masa bayi dalam kandungan, kemudian ibu
bersalin sampai pada masa nifas. Masa nifas ini dimulai setelah selesai persalinan
sampai 42 hari. Masa ini cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan
pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu
mengalami berbagai masalah, bahkan bisa berlanjut pada komplikasi masa nifas.
Untuk mencegah terjadinya masalah selama masa nifas ini, maka dilakukan suatu
usaha perawatan payudara agar kondisi payudara tetap baik demi keberhasilan
menyusui.

Bendungan ASI disebabkan oleh penumpukan air susu, tersumbat dan


meningkatkan pembuluh darah, serta pembuluh limfe. Terjadi pada hari ketiga setelah
melahirkan yang dapat berlangsung selama 24 sampai 48 jam. Bendungan ASI dapat
dialami baik yang menyusui maupun yang tidak menyusui karena proses laktogenesis
telah terjadi sejak masa kehamilan.

Tujuan dari perawatan masa nifas ini adalah untuk memulihkan kesehatan ibu,
mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis, mencegah infeksi dan komplikasi,
memperlancar pembentukan dan pemberian ASI, memberikan pendidikan kesehatan
dan memastikan pemahaman tentang perawatan kesehatan diri serta mengajarkan ibu
untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai.

Berdasarkan data World Health Organitation (WHO) pada tahun 2013 di


Amerika Serikat persentase perempuan menyusui yang mengalami bendungan
ASI rata-rata mencapai 87,05% atau sebanyak 8242 ibu nifas dari 12.765 orang.
Pada tahun 2014 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 7198 orang dari
10.764 orang dan pada tahun 2015 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak
6543 orang dari 9.862 orang.

Data Association of Soulth East Asia Nations (ASEAN) pada tahun 2013
disimpulkan bahwa presentase cakupan kasus bendungan ASI pada ibu nifas
tercatat 107.654 orang, tahun 2014 terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan
ASI sebanyak 95.698 orang, serta pada tahun 2015 ibu yang mengalami bendungan
ASI sebanyak 76.543 orang. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat
dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah.

Bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah ibu-ibu pekerja, sebanyak


16% dari ibu yang menyusui. Adanya kesibukan keluarga dan pekerjaan,
menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan perawatan

3
payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya angka kejadian
bendungan ASI.

Masalah yang sering terjadi pada masa nifas seperti sumbatan saluran ASI
yang akan mengakibatkan terjadinya bendungan ASI karena adanya penyempitan
duktus laktiferus, puting susu datar, payudara bengkak, payudara terasa panas, dan
keras. Payudara terasa nyeri dan berwarna kemerahan disertai kenaikan suhu
badan dan abses pada payudara, sehingga penderita merasa lesu dan tidak ada
nafsu makan.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu Bendungan ASI ?

2. Untuk mengetahui tentang perawatan payudara ?

C. Manfaat

1. Sebagai tambahan referensi bacaan di perpustakaan mengenai perawatan


payudara.
2. Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan mahasiswa tentang
perawatan payudara serta sebagai acuan dalam penelitian-penelitian
selanjutnya

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Asuhan Kebidanan Komunitas

1. Pengertian Asuhan Kebidanan Komunitas

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan pada


aspek-aspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyakart sekitar). Maka
seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat individual
maupun kelompok. Untuk itu bidan perlu dibekali dengan strategi-strategi untuk
mengatasi tantangan/kendala seperti berikut ini.

a. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang


merugikan Ekonomi, seperti kemiskinan.
b. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.
c. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.
d. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah yang
terisolir), kumuh, padat, dll.

Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di atas


adalah bangkitnya/ lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan
memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup perempuan di lokasi tersebut

2. Tujuan Kebidanan Komunitas

Tujuan kebidanan komunitas mencakup tujuan umum dan tujuan khusus berikut
ini.

a. Tujuan umum
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khusunya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya, sehingga
masyarakat mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu
memecahkan masalahnya secara mandiri.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan
tanggung jawab bidan.
2) Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.

5
3) Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko kehamilan,
persalinan, nifas, dan perinatal.
4) Medukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
5) Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat
setempat atau terkait.

3. Sasaran Kebidanan Komunitas

Pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan melalui


pelayanan asuhan secara langsung terhadap individu, keluarga, dan kelompok
dalam konteks komunitas. Selain itu juga diperlukan perhatian langsung terhadap
kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah
kesehatan masayarakat memepengaruhi keluarga, individu dan kelompok.
Sasaran kebidanan komunitas adalah mulai dari individu, keluarga, kelompok
dan masayarakat.
a. Individu diutamakan pada individu yang ditemukan di klinik, rumah dan
tempat lain dengan masalah kesehatan.
b. Keluarga, dengan mengutamakan keluarga dengan risiko tinggi terhadap
masalah kesehatan tertentu.
c. Kelompok penduduk, diutamakan pada kelompok penduduk daerah kumuh,
daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi,
balita dan ibu hamil dll.
d. Masyarakat, yaitu dari satuan masyarakat yang terkecil sampai dengan
masayarakat secara keseluruhan.

4. Strategi Kebidanan Komunitas

Strategi intervensi kebidanan komunitas yaitu proses kelompok, pendidikan


kesehatan, dan kerja sama (kemitraan). Kebidanan komunitas merupkan bentuk
pelayanan/asuhan langsung yang berfokus pada kebutuhan dasar komunitas.
Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kerjasama dengan masyarakat
adalah dengan cara sebagai berikut (Azwar, 2001).
a. Pengorganisir masyarakat.
Dengan cara melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat, kunjungan atau
tatap muka untuk menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan kegiatan asuhan
komunitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

b. Mengajar masyarakat seperti perilaku hidup sehat.


Sebagai bidan yang berperan sebagi pendidik, seyogyanya menerapkan
tindakan preventif dan promotif, salah satunya adalah bagaimana
menginformasikan perilaku hidup sehat pada individu maupun kelompok.
Sebagai contoh adalah memberikan penyuluhan tentang pentingnya cuci
tangan sebelum makan.

6
c. Membentuk jaringan kerja.
Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas antara lain Puskesmas, Polindes,
Posyandu, BPM, dasawisma, kunjungan rumah pasien (Syahlan, 1996). Di
masyarakat banyak tenaga kesehatan maupun non kesehatan, seperti PKK,
kelompok ibu-ibu pengajian, dukun beranak, kader kesehatan, perawat, PLKB,
dokter, pekerja sosial, dll. Untuk itu bekerjasama dalam tim menjadi sangat
penting. Dengan demikian bidan sebagai pimpinan tim diharapkan mampu
sebagai pengelola dan sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di komunitas,
sehimgga diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor. Tujuannya
adalah meningkatkan koordinasi dan komunikasi serta meningkatkan
kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah kesehatan dan
memaksimalkan manfaat semua pihak. Jaringan kerjasama yang dilaksanakan
di dalam satu instansi misalnya imunisasi, pemberian tablet FE, vitamin A,
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan sebagainya. Sedangkan kerjasama
lintas sektor (yang melibatkan intitusi luar) misalnya melalui BIAS (Bulan
Imunisasi Anak Sekolah), PAUD dan sebagainya.

d. Memberdayakan pihak lain.


Pemberdayaan pihak lain adalah pemanfaatan fasilitas dan potensi yang ada di
masyarakat untuk diberdayakan, seperti potensi sumber daya alam, potensi
desa, dan sumber daya manusia atau kader kesehatan. Contohnya adalah bila
di suatu desa ditemukan lahan industri maka pabrik atau instansi terkait terlibat
untuk memberikan fasilitas kesehatan yang sifatnya umum yaitu didirikan
tempat Mandi Cuci Kakus (MCK) bagi warga yang tidak memiliki sumber air
bersih dan pembuangan hajat di rumahnya.

e. Membicarakan masalah secara terbuka.


Melakukan dialog terbuka atau pertemuan secara formal kepada tokoh
masyarakat untuk menyampikan hasil pendataan tentang status kesehatan
berdasarkan data primer atau data seukunder. Hal ini bertujuan agar
masyarakat dan tokoh terkait mau tahu dan mampu mengatasi masalahnya
sendiri secara swadaya dan gotong royong. Contohnya adalah hasil pendataan
tentang masih banyaknya remaja yang putus sekolah pada usia sekolah

B. Konsep Dasar Kasus


1. Laktasi dan Menyusui

a. Pengertian Laktasi dan menyusui


Laktasi adalah suatu seni yang harus dipelajari dalam pemberian ASI,
untuk keberhasilan laktasi tidak diperlukan alat-alat yang khusus dan biaya
yang mahal karena yang diperlukan hanyalah kesabaran, waktu pengetahuan
tentang menyusui dan dukungan dari lingkungan terutama suami (Sujiayanti,
2010).

7
Menyusui adalah suatu jenis seni yang harus dipelajari dalam
pemberian ASI, untuk keberhasilan laktasi tidak diperlukan alat-alat yang
khusus dan biaya yang mahal karena yang diperlukan hanyalah kesababaran,
waktu, pengetahuan tentang menyusui dan dukungan dari linfkungan
terutama suami (Erniyati, 2020:1).
Menyusui adalah cara alami untuk memberikan asupan gizi, imunitas
dan memelihara emosional secara optimal bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Tidak ada susu formula yang dapat menyamai ASI bail
dalam hal kandungan nutrisi, factor pertumbuhan, hormone dan terutama
imunitas. Karena imunitas bayi hanya bisa didapatkan dari ASI (Erniyati,
2020:1).

b. Pengaruh Hormonal
1) Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormone
yang menstimulasi munculnya ASI dalam payudara. Proses bekerjanya
hormone dalam menghasilkan ASI adalah sebagai berikut :
2) Saat bayi menghisap, sejumlah sel saraf di payudara ibu mengirimkan
pesan ke hipotalamus.
3) Ketika menerima pesan itu, hipotatalamus melepas “rem” penahan
prolaktin.
4) Untuk mulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan kelenjar
pituitary merangsang kelenjar-kelenjar susu di payudara ibu.
Hormon-hormon yang terlibat dalam proses pembentukan ASI adalah sebagai
berikut:
1) Progesterone
Mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Kadar progesterone dan
estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi
produksi ASI.
2) Estrogen
Menstimulasi system saluran ASI untuk membesar.
3) Prolaktin
Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan. Hormon ini
memiliki peranan penting untuk memproduksi ASI.
4) Oksitosin
Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan
setelahnya, seperti hal nya juga dalam orgasme. Selain itu, pasca
melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli
untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam
proses turunya susu letdown/milk ejection reflex.
5) Human Placental Lactogen (HPL)
Sejak bulan kedua kahamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL yang
berperan dalam pertumbuhan payudara, putting dan aerola sebelum
melahirkan (Yusari dan Risneni, 2016:16-19).

8
C. Air Susu Ibu (ASI)

1. Pengertian ASI

ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang disekresikan oleh kedua
belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik yang
bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung
komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang
tersedia setiap saat, siap disajikan dalam suhu kamar dan bebas dari kontaminasi.
ASI juga mengandungbeberapa mikronutrien yang dapat membantu
memperkuat daya tahan tubuh bayi.Selain itu, pemberian ASI minimal selama 6
bulan juga dapat menghindarkan bayi dari obesitas atau kelebihan berat badan
karena ASI membantu menstabilkan pertumbuhan lemak bayi.

2. Komposisi Gizi dalam ASI

Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan
kebutuhan tumbuh kembang bayi. ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu :

a. Kolostrum

Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini
disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke empat pasca
persalinan.Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan
berwarna kekuningan.Kolostrum mengandung tinngi protein, mineral, garam,
vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI
matur. Selain iu, kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa.
Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume
kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang
berusia 1-2 hari.Volume kolostrum antara 150-300 ml/jam.

b. ASI Transisi/ Peralihan

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum
ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu,
volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta
komposisisnya.Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak
dan laktosa meningkat.

c. ASI Matur

ASI matur disekresi pada hari ke sepuluhdan seterusnya.ASI matur tampak


berwarna putih.Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila
dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit
pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer dan mempunyai kandungan

9
rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjutnya,
air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi
dan membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan demikian, bayi akan
membutuhkan keduanya, baik foremilk maupun hindmilk.

d. Manfaat ASI

Menyusui merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi ibu, sekaligus


memberikan manfaat yang tak terhingga pada anak. Manfaat yang dimaksud
tersebut, antara lain :

1) Bayi mendapatkan nutrisi dan enzim terbaik yang dibutuhkan.


2) Bayi mendapatkan zat-zat imun, serta perlindungan dan kehangatan
melaluin kontal dari kulit ke kulit denga ibunya.
3) Meningkatkan sensitivitas ibu akan kebutuhan bayinya.
4) Mengurangi perdarahan, serta konservasi zat besi, protein, dan zat
lainnya, mengingat ibu tidak haid sehingga menghemat zat yang
terbuang.
5) Penghematan karena tidak perlu membeli susu.
6) ASI eksklusif dapat menurunkan angka kejadian alergi, tergganggunya
pernafasan, diare, dan obesitas pada anak.

e. Hal-hal Yang Mempengaruhi Produksi ASI

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI pada ibu antara
lain:

1) Makanan

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila
makanan ibu teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan
mempengaruhi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja
sempurna tanpa makanan yang cukup.

2) Ketenangan jiwa dan pikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu
dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk
ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan
terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam
keadaan tenang.

3) Penggunaan kontrasepsi

10
Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan kontrasepsi hendaknya
diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat
mempengaruhiproduksi ASI.

4) Perawatan payudara

Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise untuk


mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi dan
hormon oxytocin.

5) Faktor istirahat

Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan


fungsinya, dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI
berkurang.

6) Faktor isapan anak

Bila ibu jarang menyusui anak dan berlangsung sebentar maka isapan anak
berkurang dengan demikian pengeluaran ASI ibu berkurang.

7) Masalah Dalam Pemberian ASI

Beberapa keadaan yang dapat menjadi pengalaman yang tidak


menyenangkan bagi ibu selama masa menyusui antara lain :

a) Puting susu lecet

Penyebabnya :

 Kesalahan dalam teknik menyusui.


 Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, dan lain-lain untung
mencuci puting susu.
 Mungkin saja terjadi pada bayi yang frenulum lingue (tali lidah yang
pendek), yang menyebabkan bayi sulit menghisap sehingga
hisapannya
hanya pada puting susu.
 Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui kurang
hati – hati.

b) Payudara bengkak

Penyebabnya : Pembengkakan ini terjadi karena ASI tidak disusui


secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang
mengakibatkan terjadinya pembengkakan.Pembengkakan bisa terjadi

11
ada hari ketiga dan keempat sesudah melahirkan. Pembengkakan
payudara ini dapat dicegah dengan :

 Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.


 Susukan bayi tanpa dijadwal.
 Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI
melebihi kebutuhan bayi.
 Melakukan perawatan payudara.

c) Saluran susu tersumbat

Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus laktiferus,


dengan penyebabnya adalah :

 Tekanan jari ibu pada waktu menyusui.


 Pemakaian BH yang terlalu ketat.
 Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak
segera
dikeluarkan sehingga menimbulkan sumbatan.

d) Mastitis

Hal ini merupakan radang pada payudara, yang disebabkan oleh :

 Payudara bengkak, yang tidak disusu secara adekuat.


 Puting lecet yang memudahkan masuknya kuman dan terjadi
payudara
bengkak.
 BH yang terlalu ketat.
 Ibu yang diet jelek, kurang istirahat, anemi akan mudah terinfeksi.

e) Abses Payudara

Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini


dikarenakan
meluasnya peradangan payudara.Payudara tampak merah mengkilap
dan terdapat nanah sehingga perlu insisi untuk mengeluarkannya.

f) Kelainan anatomis pada puting susu (puting tenggelam/datar)

Pada puting yang mengalami kelainan dapat diatasi dengan perawatan


payudara dan prasat Hofflman secara teratur. Jika hanya salah satu
putting yang tenggelam maka masih dapat menyusui di puting susu
lainnya. Jika puting susu masih tidak bisa diatasi maka untuk

12
mengeluarkan ASI dapat dilakukan dengan tangan/pompa kemudian
dapat diberikan dengan sendok/pipet. Laktasi dapat terjdi di bawah
pengaruh berbagai kelenjar endokrin, terutama horomon-hormon
hipofisis prolaktin dan oksitosin. Keadaan ini dipengaruhi oleh isapan
bayi dan emosi ibu. Laktasi mempunyai dua arti, yaitu :

 Pembentukan/produksi air susu.


 Pengeluaran air susu.

D. Bendungan ASI

1. Defenisi Bendungan ASI

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan


duktus laktiferi atau kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna karena
kelainan pada puting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan
pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan
bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Bendungan ASI ini
terjadi karena adanya penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat
terjadi apabila ibu memiliki kelainan puting susu (misalnya puting susu datar,
terbenam dan cekung)

2. Faktor Penyebab Bendungan ASI

Beberapa faktor yang menyebabkan bendungan ASI yaitu :

a. Pengosongan payudara tidak sempurna

Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi
ASI-nya berlebihan apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu dan
payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI didalam
payudara.Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan
bendungan ASI.

b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif

Pada masa laktasi, bila ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau
bayi tidak aktif mengisap, maka menimbulkan bendungan ASI.

c. Faktor posisi menyusui yang tidak benar.

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu, akibatnya ibu
tidak mau menyusu bayinya dan terjadi bendungan ASI.

13
d. Puting susu terbenam

Puting susu terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu karena bayi
tidak dapat mengisap puting dan areola sehingga bayi tidak mau menyusu dan
akibatnya terjadi bendungan ASI.

3. Tanda Gejala
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh
terasa panas,berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak ada kemerahan. ASI
biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung
membesar, membengkak dan sangat nyeri, putting susu teregang menjadi rata.
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengeyut untuk menghisap ASI.
Ibu kadang kadang menjadi demam,tapi biasanya akan hilang 24 jam
(Wiknjosastro, 2010 : 480-481)
Bendungan ASI umumnya terjadi pada hari kedua sampai hari keempat
postpartum terjadi perubahan jenis air susu dari kolostrum menjadi mature
milk. Terjadinya pembengkakan payudara dan secara palpasi teraba keras,
kadang terasa nyeri, namun tanpa disertai tanda-tanda kemerahan ataupun
demam (Mangesi, ). Hal ini apabila dibiarkan dapat menghambat pemberian
ASI eksklusif pada bayi (Sarwono, 2010) (Lidyaningsih, 2018).
Umumnya satu atau lebih bagian yang berdekatan meradang (sebagai akibat
dipaksanya ASI masuk ke dalam jaringan ikat payudara) dan tampak sebagai
daerah yang memisahkan antara sisi yang memerah dan sisi yang membengkak.
Jika ASI juga dipaksa masuk aliran darah, nadi, dan suhu wanita tersebut dapat
naik dan pada beberapa kasus gejala mirrip flu, yang sebagian mencakup
menggigil atau kaku. Ada atau tidaknya gejala sistematis tidak membantu
membedakan antara mastitis akibat infeksi atau non infeksi (Fraser, 2009 : 743) .

4. Dampak Bendungan ASI


Bendungan ASI pada payudara ibu terjadi demam, nyeri, dan peradangan
apabila tidak ditangani segera mungkin akan terjadi mastitis atau abses
payudara. Mastitis pada payudara ibu terhadap bayi tidak dapat asupan gizi
dengan baik (Sarwono 2011). sedangkan abses payudara merupakan komplikasi
lanjutan setelah terjadinya mastitis dimana terjadi penimbunan nanah didalam
payudara (Rukiyah, 2012).
Pembengkakan payudara juga menyebabkan ibu menghentikan proses
menyusui karena payudara terasa sakit, tidak nyaman saat menyusui, dan
mengganggap jika payudara bermasalah maka proses menyusui dihentikan
agar tidak menularkan penyakit kepada anaknya (Apriani, Wijayanti,
Widyastutik, 2018). Hal ini dapat memberikan dampak terhadap pemberian
ASI eksklusif pada bayi, jika bayi tidak mendapatkan ASI maka
kebutuhan gizi bayitidak terpenuhi secara baik dan bayi akan mudah
terkena penyakit (Alhadar dan Umaternate, 2017).

14
5. Pencegahan Bendungan ASI

Upaya pencegahan bendungan ASI adalah :

a. Menyusui bayi segera setelah melahirkan dengan posisi dan perlengkatan


yang benar.
b. Menyusui bayi tanpa jadwal.
c. Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi kebutuhan
bayi.
d. Jangan memberikan minuman lain pada bayi.
e. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (massase dan
sebagainnya).
f. Menyusui sesering mungkin

6. Penanganan Bendungan ASI

a. Bila ibu menyusu bayinya Susukan sesering mungkin.


b. Kedua payudara disusukan.
c. Kompres hangat payudara sebelum disusukan.
d. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih
lembek, sehingga lebih mudah memasukkannya ke dalam mulut
bayi.
e. Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau
pompa dan berikan pada bayi dengan sendok.
f. Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai
bendungan teratasi.
g. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan
dingin.
h. Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang
rasa sakit.
i. Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat
untuk memperlancar pengeluaran ASI.
j. Pada saat menyusui, sebaiknya ibu tetap rileks.
k. Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
perbanyak minum.
l. Bila perlu berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
m. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya.

Bila Ibu Tidak Menyusui

a. Sangga payudara
b. Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan
rasa sakit.
c. Bila perlu berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.

15
d. Jangan dipijat atau menggunakan kompres hangat pada payudara.

Penanganan Bendungan ASI menggunakan terapi komplementer

a. Kompres dengan Aloe vera


Teknik meredakan nyeri payudara dilakukan dengan kompres lidah
buaya karena mengandung banyak zat yang dapat meredakan nyeri sehingga
dapat mengurangi rasa nyeri. Komposisi lidah buaya terdapat berbagai zat
anti peradangan, antara lain asam salisilat, indometasin, mannose 6-fosfat,
dan B-sitosterol yang dapat menurunkan skala nyeri pembengkakan payudara
pada ibu post-partum. Komponen lain dari lignin, saponin dan antrakuinon
terdiri dari aloin, babaloin, antrafenol, antrasena, asam lidah buaya, dan lidah
buaya-emodin yang merupakan bahan dasar antibiotik dan analgesik
(Yuliani, 2016).

b. Pijat Oketani
Pijat oketani merupakan manajemen keterampilan untuk mengatasi
masalah laktasi seperti produksi ASI yang tidak cukup, pembengkakan
payudara, pijat oketani akan menyebabkan payudara menjadi lunak, lentur
dan areola akan menjadi elastis, duktus lactiferous dan putting susu juga
menjadi elastis. Seluruh payudara menjadi lentur dan menghasilkan ASI
berkualitas baik karena kandungan total solids, konsentrasi lemak dan gross
energy meningkat (Machmudah,dkk 2014).

c. Kompres Dingin Daun Kubis


Tanaman kubis (Brassica oleraceae Var Capitata L.) merupakan sayuran
yang banyk dibudidayakan di dataran tinggi. Kubis adalah sayuran yang
dimanfaatkan daunya dan bernilai gizi tinggi. Kubis di masyarakat lebih
dikenal dengan sebutan kol. Daun kubis dingin sangat efisien untuk memberi
pengaruh dalam penurunan intensitas nyeri dan pembengkakan pada
payudara (Green, 2015), selain itu daun kubis sangat efektif dan murah dan
dapat di jangkau oleh seluruh kalangan ibu-ibu yang mengalami bendungan
ASI.

d. Perawatan Payudara
1) Defenisi Perawatan Payudara
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat
payudara terutama selama masa nifas (masa menyusui)untuk
memperlancar pengeluaran ASI. Perawatan payudara adalah perawatan
setelah ibu melahirkan dan sedang atau tidak menyusui yang merupakan
suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar
dengan lancar. Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama
hamil sampai menyusui dikarenakan payudara satu-satunya penghasil

16
ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga
harus dilakukan dengan sedini mungkin.
Perawatan payudara yang tidak tepat, bisa menimbulkan kanker
payudara.Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya benjolan
sebesar kelereng. Benjolan ini tidak teraba dengan tangan ketika
ukurannya kecil. Selain itu, salah satu puting susu mengeluarkan cairan
berwarna merah dan berbekas dibra jika gejala ini muncul, sebaiknya
segera hubungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

2) Tujuan Perawatan Payudara

Tujuan dilakukannya perawatan payudara adalah :

 Memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran


susu
sehingga memperlancar pengeluaran ASI dengan cara menjaga agar
payudara senantiasa bersih dan terawat (puting susu) karena saat
menyusui payudara ibu akan kontak langsung dengan mulut bayi.
 Menghindari puting susu yang sakit dan infeksi payudara, serta
menjaga
keindahan bentuk payudara.

3) Manfaat Perawatan Payudara

Adapun manfaat perawatan payudara selama masa nifas yaitu :

 Menjaga kebersihan payudara terutama pada puting susu.


 Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI
banyak
dan lancar.
 Mendeteksi kelainan-kelainan pada payudara secara dini.
 Melakukan upaya mengatasi serta mempersiapkan mental ibu untuk
menyusui.

4) Waktu Perawatan Payudara

Perawatan payudara tidak hanya dilakukan pada saat hamil saja


yaitu sejak kehamilan tujuh bulan, tetapi juga dilakukan setelah
melahirkan.Perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin
yaitu 1-2 hari setelah bayi lahir dan dilakukan dua kali sehari sebelum
mandi. Prinsip perawatan payudara adalah sebagai berikut :

 Menjaga payudara agar bersih dan kering terutama puting susu.


 Menggunakan bra/BH yang menopang.

17
 Apabila terjadi puting susu lecet, oleskan kolostrum/ASI yang
keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.
 Menyusui tetap dilakukan dengan mendahulukan puting susu yang
lecet.
 Jika lecet puting termasuk kategori berat, maka bagian yang sakit
dapat
diistrahatkan, ASI dikeluarkan, dan diminumkan dengan sendok
 Persiapan Alat Perawatan Payudara

Alat yang diperlukan untuk perawatan payudara antara lain sebagai


berikut:

 Handuk untuk mengeringkan payudara yang basah.


 Kapas digunakan untuk mengompres puting susu.
 Minyak kelapa/baby oil sebagai pelicin.
 Waskom yang berisi air hangat untuk kompres hangat.
 Waskom yang berisi air dingin untuk kompres dingin.
 Waslap digunakan untuk merangsang erektilitas puting susu

5) Langkah-langkah Perawatan Payudara

Langkah-langkah perawatan payudara yang akan dilakukan antara lain


sebagai beriut :

 Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.


 Cuci tangan di bawah air mengalir dengan sabun.
 Kompres puting susu dengan kapas yang telah dibasahi
minyak/baby oil ± 2 menit.
 Bila puting susu masuk ke dalam, lakukan gerakan Hoffman atau
gunakan
pompa puting. Gerakan hoffman dengan cara tarik telunjuk sesuai
dengan arah tandapanah pada gambar. Gerakan ini akan
meregangkan kulit kalang payudara dan jaringan yang ada di
bawahnya. Lakukan 5-10 kali lalu gerakan diulang dengan letak
telunjuk dipindah berputar di sekeliling puting sambil menarik
puting susu yang masuk. Lakukan gerakan 5-10 kali. Jika
penggunaan pompa puting. Bila pompa puting tidak tersedia, dapat
dibuat dari modifikasi spuit 10 ml. Bagian ujung dekat jarum
dipotong dan kemudian pendorong dimasukkan dari arah potongan
tersebut. Cara penggunaannya yaitu dengan menempelkan ujung
pompa (spuit injeksi) pada paydara sehingga puting berada di dalam
pompa. Kemudian tarik perlahan hingga terasa ada tahanan dan
dipertahankan selama 1/2 -1 menit. Bila terasa sakit, tarikan

18
dikendorkan. Prosedur ini diulangi terus hingga beberapa kali dalam
sehari.
 Kompres kedua puting menggunakan minyak kelapa/baby oil
selama ± 3-
5 menit. Kemudian angkat kapas sambil membersihkan kotoran
yang
menempel di puting. Jika kurang bersih, diulangi lagi. Oleskan
minyak
kelapa/baby oil ke payudara.
 Kedua telapak tangan diletakkan di tengah di antara kedua payudara
dengan ujung-ujung jari menghadap ke bawah. Kemudian telapak
tangan
ditarik ke atas meligkari payudara sambil menyangga payudara
tesebut
lalu tangan dilepaskan dengan gerakan cepat ke arah depan.
Lakukan
geakan ini ± 20 kali dengan tujuan untuk menjaga kekenyalan dan
kekencangan payudara.
 Mengurut payudara dari pangkal payudara ke arang puting memakai
genggaman tangan menyeluruh atau ruas-ruas jari. Lakukan gerakan
ini ±
20 kali.
 Tangan kanan menyangga payudara kanan, kemudian sisi ulnar
tangan
kiri mengurut payudara ke arah puting susu. Tujuan dilakukan
pengurutan
 payudara agar ASI dapat keluar dengan lancar. Lakukan gerakan ini
± 20
kali.
 Basuh payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian
dan
dikerjakan berulang-ulang lalu dikeringkan dengan handuk.
 Puting susu dirangsang dengan waslap/handuk kering yang
digerakkan ke
atas dan ke bawah beberapa kali dengan tujuan meningkatkan
erektilitas
puting susu dan mengurangi insiden puting lecet.
 Pakai BH untuk menyusui yang menyangga dan ukuran yang sesuai
dengan pertumbuhan payudara.

E. Penatalaksaan Asuhan Kebidanan Nifas


Pada penatalaksanaan asuhan kebidanan, merupakan bentuk rencana asuhan
menyeluruh yang dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan

19
dapat dilakukan oleh bidan bersama dengan klien, suami maupun anggota keluarga
yang lain. Jika bidan tidak melakukan asuhan secara mandiri, maka bidan tetap
memikul tanggungjawab atas terlaksananya seluruh perencanaan sesuai dengan
lingkup kewenangannya. Bidan tetap memiliki tanggungjawab untuk mengarahkan
penatalaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana. Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan bagi klien sesuai dengan lingkup kewenangan dan tanggungjawab
bidan dalam asuhan. Manajemen kebidanan yang efisien akan meningkatkan mutu
dan asuhan kepada klien. Pada saat penatalaksanaan asuhan, kaji ulang apakah semua
rencana asuhan telah dilaksanakan. Beberapa aspek yang perlu diingat terkait
penatalaksanaan dalam lingkup manajemen kebidanan, adalah sebagai berikut.
1. Penatalaksanaan dilaksanakan berdasarkan rencana asuhan yang telah disusun.
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas ancaman kondisi klien.
2. Tindakan antisipasi dirumuskan sesuai kebutuhan, artinya bahwa tindakan
antisipasi dilaksanakan karena adanya diagnosa atau masalah potensial yang
mengancam klien.
3. Tindakan segera sesuai kebutuhan artinya direncanakan tindakan segera apabila
kondisi klien mempunyai indikasi perlunya dilakukan tindakan segera.
4. Tindakan rutin secara komprehensif artinya tindakan yang direncanakan
menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan atau masalah fisik, psikologis, sosial
klien.
5. Penatalaksanaan asuhan melibatkan klien atau keluarga artinya klien atau
keluarga diberikan informasi tentang kondisi yang dialami klien, kemudian
dilibatkan sejak pengambilan keputusan asuhan dan tindakan yang akan
diberikan.
6. Penatalaksanaan juga mempertimbangkan kondisi psikologis, sosial budaya klien
atau keluarga artinya dalam memilih rencana tindakan tidak hanya sesuai
kebutuhan fisik, tetapi juga memperhatikan keadaan jiwa ibu, nilai dan
kepercayaan yang dimiliki ibu dan keluarga.
7. Menggunakan tindakan yang aman didukung evidence based, artinya bahwa
dalam menentukan tindakan memilih tindakan yang aman bagi klien, dan
diutamakan pada tindakan yang berdasarkan bukti riset yang terbaik, dan
tindakan tersebut terbukti menguntungkan klien.
8. Mempertimbangkan kebijakan, peraturan dan kewenangan yang berlaku, sumber
daya dan fasilitas yang tersedia tanpa mengabaikan prinsip dan standar yang
harus dilakukan.
9. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk biopsikososialspiritual dan
budaya, artinya bahwa dalam mengimplementasikan rencana tindakan pada
kliennya mempertimbangkan keadaan pasien sebagai individu yang unik,
berbeda-beda, tidak dapat disamakan antara individu yang satu dengan yang lain,
terdapat dinamika, fleksibilitas, tetapi memenuhi standar pelayanan kebidanan
yang berlaku.

20
10. Memperhatikan privasi klien, artinya dalam melaksanakan tindakan selalu
memperhatikan kebutuhan rasa nyaman, perlindungan dan harga diri klien.
Bertanggung jawab penuh pada kesinambungan asuhan kebidanan, artinya bidan
dalam melaksanakan asuhan kebidanan tidak hanya bertanggungjawab pada
tindakan yang dilakukannya sendiri, tetapi mengikuti perkembangan setiap
tindakan yang dilakukan oleh tim kesehatan.
11. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan, maksudnya adalah
bahwa setelah melakukan pemeriksaan dan tindakan bidan hendaknya mencatat
dalam status klien/catatan perkembangan pasien. Sehingga perkembangan kondisi
klien dapat terlihat, dan rangkaian asuhan yang diberikan juga dapat terlihat
(Wahyuningsih ,2018; 248)

F. Standar Kompetensi Bidan


Salah satu tantangan terbesar dalam menerjemahkan standar kompetensi adalah
memahami bagian-bagian dari kompetensi tersebut. Daftar pokok bahasan ini dapat
digunakan bidan untuk memberi pengertian dari setiap kompetensi dalam praktik
kebidanan. Demikian juga institusi pendidikan kebidanan dapat menggunakan daftar
ini sebagai acuan dalam menerjemahkan standar kompetensi ke dalam bentuk bahan
atau tema pengajaran kurikulum pendidikan kebidanan.
Daftar pokok bahasan ini disusun berdasarkan masukan dari pemangku
kepentingan bersama dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan, Organisasi
Profesi, dan Kementerian Kesehatan. Daftar Pokok Bahasan komponen kompetensi
adalah sebagai berikut: Nomor HK.01.07/MENKES/320/2020 tentang Standar Profesi
Bidan
1. Area Kompetensi 5: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Masa Nifas
a. Perubahan fisik dan psikologis pada ibu nifas
b. Masa laktasi
c. Asuhan kebidanan pada masa nifas
d. Deteksi dini, komplikasi dan penyulit masa nifas
e. Tatalaksana kegawatdaruratan pada masa nifas dan rujukan
Keterampilan Dasar Praktik Klinis Kebidanan:
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik dan penunjang dalam kebidanan
c. Pencegahan Infeksi
d. Pengelolaan pelayanan kebidanan di fasyankes
e. Persiapan dan pengelolaan alat kebidanan
f. Pemberian (administering) obat
g. Pengaturan berbagai posisi klien
h. Komunikasi efektif dan promosi kesehatan
i. Penggunaan teknologi tepat guna dalam bidang kebidanan
j. Persiapan klien dan alat pada kasus-kasus kebidanan
k. Bimbingan antisipasi masalah

21
l. Privasi dan kerahasiaan klien
m. Fasilitasi pemberian informasi tentang berbagai pilihan dan pemberian
persetujuan setelah mendapatkan informasi
n. Penerapan keselamatan pasien
o. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi
p. Pemenuhan kebutuhan oksigen
q. Pemenuhan kebutuhan eliminasi
r. Pemenuhan kebutuhan ambulasi dan mobilisasi
s. Manajemen nyeri
t. Bantuan Hidup Dasar (BHD)
u. Pertolongan pertama pada kecelakaan
v. Pengelolaan Jaringan
w. Perawatan luka post operasi obstetri dan ginekologi
x. Pengelolaan vaksin
y. Kebersihan diri
z. Konseling
aa. Rujukan
bb. Dokumentasi
cc. Manajemen Risiko (Menkes, 2020)

G. Standar Pelayanan Kebidanan


Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan, Pasal 21
1. Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan meliputi:
a. pelayanan kesehatan bagi ibu;
b. pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir; dan
c. pelayanan kesehatan bagi bayi dan anak

2. Pelayanan Kesehatan bagi ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan paling sedikit 4 (empat) kali yang meliputi:
a. 1 (satu) kali pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari
pascapersalinan;
b. 1 (satu) kali pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari
pascapersalinan;
c. 1 (satu) kali pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh
delapan) hari pascapersalinan; dan
d. 1 (satu) kali pada periode 29 (dua puluh sembilan) hari sampai dengan
42 (empat puluh dua) hari pascapersalina

3. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada periode sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) huruf a merupakan pelayanan kesehatan di luar pelayanan
persalinan dan dapat dilakukan sebelum ibu dipulangkan sesuai ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19.

22
a. Pelayanan kesehatan bagi ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi: pemeriksaan dan tata laksana menggunakan algoritma tata
laksana terpadu masa nifas; identifikasi risiko dan komplikasi;
b. penanganan risiko dan komplikasi;
c. konseling; dan
d. pencatatan pada buku kesehatan ibu dan anak, kohort ibu dan kartu
ibu/rekam medis.

4. Pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir sebagaimana dimaksud pada (1)
huruf b dilakukan paling sedikit 3 (tiga) kali yang meliputi:
a. 1 (satu) kali pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari
pascapersalinan;
b. 1 (satu) kali pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari
pascapersalinan; dan
c. 1 (satu) kali pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh
delapan) hari pascapersalinan;

5. Pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dilakukan secara terintegrasi dengan pelayanan kesehatan bagi
ibu yang meliputi:
a. pelayanan kesehatan neonatal esensial dengan mengacu pada pendekatan
manajemen terpadu balita sakit;
b. skrining bayi baru lahir;
c. stimulasi deteksi intervensi dini pertumbuhan perkembangan; dan
d. pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi kepada ibu dan
keluarganya mengenai perawatan dan pengasuhan bayi baru lah

6. Pelayanan kesehatan bagi bayi dan anak sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf c dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
7. Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan standar pelayanan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan (Permenkes RI, 2020).

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan


duktus laktiferi atau kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna karena
kelainan pada puting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan
pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan
bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Bendungan ASI ini
terjadi karena adanya penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat
terjadi apabila ibu memiliki kelainan puting susu (misalnya puting susu datar,
terbenam dan cekung.

Penanganan Bendungan ASI Bila ibu menyusu bayinya Susukan sesering


mungkin. Penanganan bendungan ASI dapat mengguakan terapi komplementer
seperti kompres dengan kompres lidah buaya karena mengandung banyak zat yang
dapat meredakan nyeri sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Pijat oketani
merupakan manajemen keterampilan untuk mengatasi masalah laktasi seperti
produksi ASI yang tidak cukup, pembengkakan payudara, pijat oketani akan
menyebabkan payudara menjadi lunak, lentur dan areola akan menjadi elastis, duktus
lactiferous dan putting susu juga menjadi elastis. Kompres Dingin Daun Kubis sangat
efisien untuk memberi pengaruh dalam penurunan intensitas nyeri dan pembengkakan
pada payudara (Green, 2015), selain itu daun kubis sangat efektif dan murah dan
dapat di jangkau oleh seluruh kalangan ibu-ibu yang mengalami bendungan ASI.

24
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama selama
masa nifas (masa menyusui)untuk memperlancar pengeluaran ASI.

DAFTAR PUSTAKA

Astutik Reni Yuli. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans
Info Media. 2015.
Astuti, Kurniawati. Analisa Hubungan Pengaruh Cara Menyusui Dengan
Kejadian Payudara Bengkak Pada Ibu Post Partum. Vol.3 No. 4 (desember 2016).
Diakses tanggal 13 oktober 2017.
Anasari Tri. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Mastitis di RSUD
Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto. 2014. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2014
Heryani Reni. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info
Media. 2012.
Hamdani Muhammad. Pendidikan Agama Islam “Islam Dalam Kebidanan”.
Jakarta: CV. Trans Info Media. 2012.
Jannah Nurul. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
2012.
Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan. Edisi pertama. 2013.
Nova Rati Lova1 , Della Siti Nurfalah Jurnal Ilmiah Kesehatan “Gambaran
Karakteristik Ibu Postpartum Dengan Bendungan Asi Di Pmb Bd. I Citeureup
Neglasari Bandung”
Pengaruh Masase Payudara Terhadap Bendungan Asi Pada Ibu Post Partum
Di Rsia Khadijah I Makassar Yusrah Taqiyah1) , Sunarti2) , Nur Fadilah Rais3) 1,2,3
Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muslim Indonesia E-Mail : 2019

25
Tuti Meihartati Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, Vol. 13, No. 1, Juni 2017:
19-24 “Hubungan Antara Perawatan Payudara Dengan Kejadian Bendungan Asi
(Engorgement) Pada Ibu Nifas”

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


TERHADAP NY.N POST PARTUM HARI KE 7
DENGAN BENDUNGAN ASI
DI BPM YUNI ANGGRAINI

A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Istri (ibu) Suami (Ayah)
Nama Pasien : Natalia Saroh Nama suami : Ahmat Syafii
Umur : 26 tahun Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Makartitama Alamat : Makartitam
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama : merasakan sakit pada payudara.
b. Riwayat Pernikahan
Nikah : Iya / Tidak Nikah : 1 Kali
Pernikahan ke 1 menikah sejak umur 19 tahun lama pernikahan 7 tahun
c. Riwayat Obstetrik (Kehamilan, Persalinan, dan nifas terdahulu)

26
G2 P1 A0

NO Tahun Jenis Umur Penolong Tempat BB Komplikasi ket


Persalianan kehamilan lahir (penyulit)
1 25-1- Normal 40 Bidan PMB 3000 Tidak ada Sehat
2015 minggu gr
2 27-3- Normal 40 Bidan PMB 3000 Tidak ada Sehat
2022 minggu gr

d. Riwayat KB

No Jenis Pasang Lepas


. Kontrasep
Tgl Oleh Tempa Keluha Tgl Oleh Tempa Alasan
si
t n t

1 Suntik KB 4-3- Bida PMB Tidak 20- bida PMB Progra


3 bulan 201 n ada 10- n m
5 201 hamil
9

e. Riwayan Kesehatan / Penyakit


Riwayan Kesehatan / Penyakit sekarang : Tidak Ada
Riwayan Kesehatan / Penyakit dulu : Tidak Ada
Riwayan Keturunan : Tidak Ada
Riwayan Penyakit Keluarga : Tidak Ada
f. Riwayan Persalinan Terakhir

Kala Lama Tindakan Perdarahan keterangan


Kala 1 7 jam Obesrvasi Tidak Ada Pk. 07.00 WIB buka
Kemajuan 10cm
persalianan
Kala II 30 menit Pertolongan Tidak Ada Bayi Lahir normal
Persalianan menangis kuat pk.
07.30 WIB JK : P

27
BB : 3000gr PB 49
cm
Kala 10 menit Pengeluaran Tidak Ada Plasenta lahir
III plasenta lengkap pk. 07.40
WIB
Kala 2 jam Observasi Tidak Ada Normal
IV Perdarahan
post partum

g. Anak : Kedua
BB : 3000 gram PB : 49 cm LK : 34 cm LD : 33 cm
h. Kelainan Bawaan : Tidak Ada
i. Pola Pemenuhnan Kebutuhan Sehari-hari

Kebutuhan Freakuensi Keluhan


Nutrisi Tidak ada
- Makan 3 kali sehari
- Minum Per 1-2 jam
Eliminasi Tidak Ada
- BAK 1 kali perhari
- BAB 4-6 kali per hari
Istirahat istirahat cukup Tidak Ada
Aktifitas Normal seperti biasa Tidak Ada
Personal Hygiene Mandi 2 kali sehari Tidak Ada
Rekreasi Jika hari libur Tidak Ada
Pola seksual 2 kali seminggu Tidak Ada

j. Data Psikososial Spiritual


Tanggapan ibu atas masa nifas : Tidak ada Keluhan
Tanggapan ibu dan keluarga atas kelahiran bayi : Ibu dan kelurga bersyukur dan
senang anak bisa lahir sehat dan normal
Rencana ibu menyusui bayi ( √ ) iya ( ) tidak sampai : 2 tahun
Hewan peliharaan : Tidak Ada
Pengetahuan ibu

28
Tentang masa nifas : Ibu Tahu
Tentang menyusui/makanan bayi : Ibu Tahu cara menyusui
Tentang perawatan bayi : Ibu sudah pernah punya bayi
Tentang alat KB : Ibu pernah KB suntik
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
Keadaan Emosional : normal stabil
2. Antropometri
TB : 156 cm
BB sebelum hamil : 52 Kg
BB sekarang : 64 Kg
LILA : 26 cm
3. Tanda Vital
Suhu 36,8◦ C Tekanan darah 120/80 mmHg
Nadi 82x per menit Pernapasan 20x per menit
4. Pemeriksaan fisik
Kepala : Normal tidak ada pembengkakan
Rambut : .Bersih
Muka : Cloasma Gravidarum : tidak ada, tidak ada pembengkakan

Mulut : Lidah : normal


Gigi : Geraham: normal Gigi:normal Carries :tidak ada
Mata :Kelopak Mata: normal Konjungtiva: normal, tidak ikterikSklera:normal
Telinga : Simetris kanan kiri
Hidung : Normal bisa mmebau
Leher : Kelenjar tyroid : tidak ada pembesaran tyroid
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran

Aksila : Tidak ada pembesaran


Dada : simetris, Jantung: normal Paru-paru: normal
Pernapasan : normal
Payudara : Pemesaran Puting Susu : menonjol
Pengeluaran Asi: Tidak lancar

29
Simetris : kanan dan kiri
Benjolan : tidak ada Nyeri : tidak ada
Kemerahan :tidak ada
Terdapat bendungan ASI
5. Pemeriksaan obstetrik
a. Abdomen
1) Tinggi fundus uteri : 2 jari dibawah pusat
2) Kontraksi uterus : Normal
3) Posisi uterus : Antefleksi
4) Palpasi kandung kemih : Kosong
b. Pengeluaran pervaginam
1) Warna lokhea : Rubra
2) Banyaknya : ±.75 ml
3) Bau : Amis normal
c. Perineum dan anus
1) Luka episiotomi / jahitan : Tidak Ada
2) Keadaan luka :-
3) Tanda radang :-
4) Keadaan vulva : Normal tidak Odema
5) Anus : Normal Tidak haemoroid
d. Ekstremitas
1) Atas : Normal Simetris Kanan Kiri
2) Bawah : Normal Tidak Odema
6. Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin : 11 gr%
Golongan Darah :A
Protein Urine : Negatif
Glukosa Urine : Negatif
USG : tidak dilakukan

C. ANALISIS DATA

Diagnosa : Ibu P2A0 nifas hari ke 7 dengan bendungan ASI


Masalah : Bendungan ASI

30
Kebutuhan : Perawatan Payudara
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga berdasarkan hasil pemeriksaan,
Rasionalisasi : Ibu dan keluarga mengerti kondisi saat ini
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti.
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, payudara teraba keras, terdapat nyeri
dan ASI sedikit keluar, tanda-tanda vital yaitu: TD 120/90 mmHg, nadi 80x/menit,
suhu 37 ℃, respirasi 21x/menit. TFU 3 jari dibawah pusat dan menjelaskan pada ibu
bahwa ibu mengalami bendungan ASI.
Rasional : ibu dan keluarga mengerti kondisi ibu saat ini

Evaluasi : ibu dan keluarga mengerti


3. Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan bergizi dan beraneka ragam yang
mengandung karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur dan buah-buahan
Rasionalisasi : agar terpenuhi kebutuhan nutrisinya
Evaluasi : ibu bersedia
4. Anjurkan ibu memenuhi kebutuhan air minum (14 gelas sehari)
Rasionalisasi : agar terpenuhi kebutuhan air minumnya
Evaluasi : ibu bersedia
5. Anjurkan ibu menjaga personal hygine/ kebersihan diri, termasuk kebersihan
daerah kemaluan, ganti pembalut sesering mungkin
Rasionalisasi : agar tidak terjadi infeksi
Evaluasi : ibu mengerti advis yang diberikan
6. Anjurka ibu istirahat cukup, saat bayi tidur ibu ikut istirahat
Rasionalisasi : agar ibu tidak kelelahan
Evaluasi : ibu mengerti advis yang diberikan
7. Anjurkan ibu menyusui secara benar dan hanya ASI saja selama 6 bulan (ASI
Ekslusif)
Rasionalisasi : agar bayi terpenuhi kebutuhan ASI nya selama 6bulan pertama
Evaluasi : ibu mengerti advis yang diberikan
8. Berikan ibu pengetahuan cara perawatan payudara
Rasionalisasi : Agar ibu dapat merawat payudara di rumah
Evaluasi : ibu mengerti advis yang di berikan
9. Melakukan pemeberian terapi yaitu :

31
Amoxillin 3x1 (500 mg)
Dexametason 3x1 (0,5 mg)
AsamFenamat 3x1 (500 mg)
10. Menganjurkan ibu untuk mengeluarkan ASI di kelurkan sedikit demi sedikit
untuk mengurangi bendungan ASI
Rasionalisasi : untuk mengurangi bendungan ASI
Evaluasi : ibu sudah bisa mengikuti advis yang di anjurkan
11. Anjurkan ibu untuk menyusui bayi nya setiap 2 jam sekali pada payudara kanan
dan kiri
Rasionalisasi : Agar bayi dapat terpernuhi nutrisi nya dan mencegah terjadi nya
bendungan ASI kembali
Evalusi : ibu mengerti dengan advis yang di berikan
12. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang
Rasionalisasi : Agar keadaan ibu terpantau
Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang

32

Anda mungkin juga menyukai