KONDISI RENTAN
DOSEN :
KELOMPOK 9 :
KELAS B
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu yang berjudul
“Materi 12: Promosi Kenormalan Pada Ibu dan Asuhan Pada Perempuan Berkebutuhan Khusus”.
Harapan kami sebagaimana penyusun yaitu agar pembaca dapat memahami. Kami ingin
mengucapkan rasa terima kasih kami kepada dosen mata kuliah Askeb Pada Kasus Kompleks
dan Perempuan Pada Kondisi Rentan, DR. Maryati Sutarno, SPd, SST, MARS, yang telah
membimbimbing kami dalam menyusun makalah ini menjadi lebih baik.
Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik dalam sistematika penulisan maupun penggunaan bahasa. Kami berharap
semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu wawasan kita.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO, lebih dari 1 miliar orang atau 15% dari populasi dunia, atau 1 dari
7 orang mengalami kecacatan, yaitu antara 110 juta (2.2) dan 190 juta (3.8%) orang yang
berusia 15 tahun dan lebih tua, mengalami kesulitan dalam fungsi tubuhnya. Selain itu,
diperkirakan bahwa 93 juta anak-anak atau 1 dari 20 anak usia di bawah 15 tahun, hidup
dengan disabilitas meningkat sebagian dikarenakan penuaan usia dan kondisi kesehatan
kronis. Sementara itu berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang
dilaksanakan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, jumlah penyandang disabilitas di
Indonesia sebanyak 6 juta oorang, terdiri dari 30% disabilitas netra, 8% disabilitas rungu-
wicara, 7% disabilitas grahita/intelektual, 10% disabilitas tubuh, 3% disabilitas yang sulit
mengurus diri sendiri, dan sekitar 40% disabilitas ganda.
Penyandang disabilitas umuna memiliki keterbatasan aksen dalam memperoleh
pelayanan kesehatan. Sebagian besar penyandang disabilitas di Indonesia hidup dalam
kondisi rentan, terbelakangan, dan/atau miskin yang disebabkan masih adanya
pembatasan, hambatan, kesulitan, dan pengurangan atau penghilangan hak penyandang
disabilitas, prasangka, dan penolakan akses terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, dan partisipasi dalam masyarakat menyebabkan penyandang disabilitas akan
beresiko hidup dalam kemiskinan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari promosi kesehatan?
2. Apa tujuan dari promosi kesehatan?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian dari promosi kesehatan
2. Untuk mengetahui tujuan dari promosi kesehatan
3. Untuk mengetahui layanan kesehatan bagi perempuan penyandang berkebutuhan
khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan menurut WHO adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Promosi kesehatan
merupakan suatu upaya meningkatkan kesehatan melalui berbagai intervensi sosial dan
lingkungan yang berdampak positif terhadap kualitas hidup serta pencegahan penyakit
tanpa harus menggunakan pengobatan dan perawatan terlebih dahulu.
2. Fungsi pengelola
a) Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga,
kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat
yang didukung oleh partisipasi masyarakat
b) Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan kerjanya
c) Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan
d) Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antar sektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan
e) Memimpin evaluasi hadil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan
3. Fungsi pendidik
a) Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga dan kelompok masyarakat terkait
dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana
b) Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan bidang
tanggung jawab bidan
c) Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di
klinik dan di masyarakat
d) Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya
4. Fungsi peneliti
a) Melakukan evaluasi, pengkajian, survey, dan penelitian yang dilakukan sendiri
atau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan
b) Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana
Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 mengatakan bahwa jumlah
penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,5 juta atau sekitar 5%. Catatan WHO
melaporkan bahwa rata-rata 10% dari jumlah penduduk di negara berkembang termasuk
Indonesia mengalami disabilitas. Apabila mengacu pada perbandingan laki-laki dan
perempuan (1:3) maka kira-kira akan terdapat angka 13,7 juta orang perempuan yang
mengalami disabilitas (Roosmawati, 2012).
2) Tatalaksana:
a) Komunikasi, informasi dan edukasi/konseling
b) Pelayanan gizi
c) Skrining dan imunisasi TT
d) Pengobatan/terapi dan rujukan
c. Asuhan persalinan
Promotif
a) Peningkatan pemahaman bagi penyandang disabilitas dan keluarga
atau pendamping tentang kehamilan, persalinan, nifas, KBPP dan
manajemen laktasi.
b) Memberikan konseling persalinan kepada pemdamping maupun
penyandang disabilitas bahwa harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
dan di fasilitas pelayanan kesehatan.
c) Pengenalan dan pemanfaatan buku KIA
Preventif
a) Persalinan pada penyandang disabilitas dilaksanakan sesuai keadaan
klinis pasien atau sesuai hasil pemeriksaan pada saat masa kehamilan.
b) Konseling kesehatan ibu dan anak
c) Mengenai tanda awal persalinan
Tatalaksana
a) Mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar. Pelayanan
dilakukan minimal oleh bidan yang memiliki STR dan sesuai
kewenangannya.
b) Pelayanan dimulai dari Kala I sampai dengan Kala IV persalinan.
Diberikan sesuai dengan pedoman asuhan persalinan normal.
c) Penyandang disabilitas dapat melakukan persalinan normal jika
dipastikan keadaan ibu dan bayi tidak ada komplikasi atau masalah.
Untuk disabilitas intelektual atau fisik perlu pendampingan keluarga
atau orang terdekat untuk mendukung ibu saat melahirkan.
d. Asuhan masa nifas
Promotif
a) Pelayanan masa nifas pada penyandang disabilitas dilaksanakan
dengan melibatkan keluarga atau pendamping, setelah sebelumnya
dilakukan konseling oleh petugas kesehatan
b) Peningkatan pemahaman bagi penyandang disabilitas dan pendamping
mengenai pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi dan anjuran untuk
menyusui sampai usia 2 tahun.
c) Pengenalan dan pemanfaatan buku KIA
Preventif
a) Fasilitasi manajemen laktasi bagi penyandang disabilitas untuk
memerah, meinyimpan dan pengiriman ASI (apabila bayi dititipkan ke
keluarga), melalui penyediaan fasilitas alat perah (breast pump), botol
ASI, kulkas dan lain sebagainya.
b) Konseling kesehatan ibu dan anak
Tatalaksana
a) Pelayanan pasca persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki STR dan kompeten
b) Pelayanan masa nifas dilakukan minimal 4 kali dengan waktu
kunjungan ibu dan bayi baru lahir bersamaan
a) MKJP
1. IUD/AKDR
2. Implant. Bagi penyandang disabilitas yang tidak memiliki lengan, KB
implant dapat dipasang di bawah kulit perut
3. MOW/Tubektomi
4. MOP/Vasektomi
b) Non MKJP
1. Suntik. Bagi penyandang disabilitas yang tidak memiliki lengan, suntik
KB dapat diberikan secara IM di bokong atau tungkai.
2. Pil
3. Kondom
Untuk itu, perlu dipastikan penyediaan media KIE kesehatan yang ramah
terhadap disabilitas sensorik melalui:
A. Kesimpulan
Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,
intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu yang lama dalam berinteraksi
dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara
penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
Wanita penyandang disabilitas memiliki risiko lebih tinggi terhadap perawatan prenatal
yang tidak memadai, rawat inap di rumah sakit selama kehamilan, persalinan sesar,
persalinan prematur pada bayi dengan berat lahir rendah. Mengenai interaksi pada tenaga
kesehatan, mereka mengalami ketidakpekaan, kurangnya pengetahuan mengenai disabilitas,
informasi dan dukungan yang terbatas atau tidak memadai dan praktik diskriminatif.
Sementara pada survei mengungkapkan bahwa departemen kebidanan sebagian besar sesuai
dengan persyaratan peraturan bangunan yang berbeda, langkah-langkah tambahan atau
adaptasi dari inventaris untuk perempuan penyandang cacat fisik tidak dilaksanakan secara
nasional.
B. Saran
Sebaiknya meningkatan pemahaman bagi penyandang disabilitas, keluarga atau
pendamping tentang kehamilan (tanda bahaya kehamilan), persalinan, keluarga berencana
pasca persalinan dan memberikan konseling persalinan kepada pemdamping maupun
penyandang disabilitas bahwa harus dilakukan oleh tenaga kesehatan dan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Nurul, M. (2020). Modul Asuhan Pada Perempuan dan Anak Dengan Kondisi Rentan.
http://repository.stikessaptabakti.ac.id/181/1/asuhan%20perempuan%20dan%20anak
%20kondisii%20rentan.pdf
Umi. (2020). Askeb Pada Perempuan dan Anak Dalam Keadaan Rentan, Kebutuhan Khusus
Dari Segi Aspek Geografis. https://www.scribd.com/document/503699548/mb-umi
Ezi, dkk. (2020). Pandangan Profesional Kesehatan Tentang Perawatan Bersalin Untuk Wanita
Penyandang Cacat Fisik. https://www.scribd.com/document/533936149/TUGAS-KELOMPOK-
3
Tri, dkk. (2013). Akses dan Informasi Bagi Perempuan Penyandang Disabilitas Dalam
Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas.
https://www.researchgate.net/publication/344069594_Akses_dan_informasi_bagi_perempuan_p
enyandang_disabilitas_dalam_pelayanan_kesehatan_reproduksi_dan_seksualitas