Disusun oleh:
Nama : Maria Muda. S.ST
NIM : 21159010058
Kelas : B
LAPORAN KASUS
Disusun oleh:
Disetujui:
Kepala Ruangan
Tanggal: 05 September 2022
Di: Puskesmas Lambunga Maria AIK Ratumakin,Amd Keb
Pembimbing Institusi
Tanggal: 05 September 2022
Dwi Wahyuning Tiya,S.SiT,.MPH
NIDN :07270484401
Pembimbing Kasus
Tanggal: 05 September 2022
Di: Puskesmas Lambunga (Maria AIK Ratumakin,Amd Keb)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang
Komunitas dalam Kontes Keluarga pada Ny “H” terutama pada An “C” dengan stunting disusun
guna menmenuhi persyaratan ketentuan stase asuhan kebidaan komunitas di Desa Muda
Penyusunan Laporan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas praktik di Program Studi
Profesi Bidan STIKES Ngudia Husada Madura untuk memenuhi target yang telah ditetapkan
oleh pihak kampus. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing,
bidan coordinator ruangan dan yang telah membantu dalam penyusunan Laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penyusunan
Laporan Asuhan Kebidanan ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca demi peningkatan penyusunan Asuhsn Kebidanan selanjutnya.
PENDAHULUAN
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu
sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas
adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal. Dalam rangka
masyarakat, dimana perawatan kesehatan masyarakat itu sendiri adalah bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara kesehatan masyarakat dan perawatan yang didukung peran serta
tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh, melalui proses
keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri
berbagai upaya kesehatan serta mendorong kemandirian dalam memecahkan masalah kesehatan.
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai subyek dan obyek
Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara mandiri
serta pendekatan edukatif pada individu, keluarga, kelompok khusus ataupun pada
2) Khusus
1.3. Manfaat
kebidanan komunitas.
bekal bekerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 STUNTING
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (Bagi bayi dibawah lima
tahun) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi Stuntingbaru nampak setelah bayi berusia 2
tahun.
depan. Stunting dapat pula disebabkan tidak melewati periode emas yang dimulai
1000 hari pertama kehidupan yang merupakan pembentukan tumbuh kembang anal
pada 1000 hari pertama.Pada masa tersebut nutrisi yang diterima bayi saat didalam
kandungan dan menerima ASI memiliki dampak jangka panjang terhadap kegidupan
saat dewasa. Hal ini dapat terlampau maka akan terhindar dari terjadinya stunting
pada anak- anak dan status gizi yang kurang (Depkes, 2015).
Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan
panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan
2006. Stunting pada anak merupakan indikator status gizi yang dapat memberikan
sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek)
adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui deficit 2 SD dibawah
rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak –
Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<- 2SD),ditandai
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunting merupakan
kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan
sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.Stunting dapat
mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai
dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk
mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan
Pada masa ini merupakan proses terjadinya Stunting pada anak dan peluang
retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami
yang akhirnya berpeluang terjadinya Stunting (Depkes, 2011). Gizi buruk kronis
(Stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang telah dijelaskan
diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling
berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab Stunting yaitu
asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air), riwayat berat
badan lahir rendah (BBLR), riwayat penyakit, praktek pengasuhan yang kurang baik,
termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada
masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Anak yang menderita
Stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada
menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh
proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya. Gagal tumbuh yang
terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada
ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang yaitu kurang energi dan protein,
pekerjaan, pendapatan, pola asuh, pola makan dan jumlah anggota dalam keluarga,
faktor genetik, penyakit infeksi, kejadian BBLR, kekurangan energi dan protein,
sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak sesuai.
a. Pendidikan Orangtua
Menurut George F. Kneller yang dikutip oleh Siswoyo dkk (2007) pendidikan
dapat dipandang dalam arti luas dan teknis.Dalam arti luas pendidikan menunjuk
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
adalah pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu
yang sengaja dilakukan oleh orangtua siswa TK Islam Zahrotul Ulum untuk
yang berjenjang.
Tingkat pendidikan mempengaruhi pola konsumsi makan melalui cara
pemilihan bahan makanan dalam hal kualitas dan kuantitas. Pendidikan orang tua
ayah merupakan faktor yang mempengaruhi harta rumah tangga dan komoditi
mempengaruhi status gizi anak, dimana semakin tinggi pendidikan ibu maka
akan semakin baik pula status gizi anak. Tingkat pendidikan juga berkaitan
dengan pengetahuan gizi yang dimiliki, dimana semakin tinggi pendidikan ibu
b. Pekerjaan Orangtua
susunan makanan. Pengeluaran yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin
(Soetjiningsih, 2000
c. Tinggi badan orangtua
Tinggi badan adalah jarak dari puncak kepala hingga telapak kaki.Parameter
dan tidak sensitif untuk mendeteksi permasalahan gizi pada waktu yang singkat.
kegunaan, yaitu dalam penilaian status gizi, penentuan kebutuhan energi basal,
penghitungan dosis obat, dan prediksi dari fungsi fisiologis seperti volume paru,
kekuatan otot, dan kecepatan filtrasi glomerulus. Tinggi badan dapat ukur dari
(vertical) dengan kaki menempel pada lantai, posisi kepala dan leher tegak,
pandangan rata-rata air, dada dibusungkan, perut datar dan tarik nafas beberapa
saat. Menurut Wahyudi (2011) yang dikutip Catur baharudin (2007) berpendapat
bahwa tinggi badan diukur dalam posisi berdiri sikap sempurna tanpa alas kaki.
Untuk mengukur tinggi badan seseorang pada posisi berdiri secara anatomis,
dapat diukur dari kepala bagian atas sampai ketelapak kaki bagian bawah.
d. Status Gizi
keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan oleh
tubuh untuk berbagai fungsi biologis. Status gizi merupakan gambaran terhadap
ketiga indikator, yakni berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) terjadi akibat faktor
langsung dan tidak langsung, maka berdasarkan hasil riset tersebut menggunakan
data sekunder (Depkes, 2011). Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa berat
badan dan tinggi badan orang tua dengan status gizi, dimana hasil penelitian ini
menjadi gambaran mengenai situasi gizi balita berdasarkan berat dan tinggi
badan orang tua. Tinggi badan pada ibu bukan merupakan faktor risiko terhadap
kejadian Stunting. Tinggi badan merupakan salah satu bentuk dari ekspresi
genetik, dan merupakan faktor yang diturunkan kepada anak serta berkaitan
antara lain cara yang paling mudah dan praktis dilakukan serta dapat
kesimpulan bahwa status gizi adalah suatu keadaan seseorang sebagai akibat dari
mengkonsumsi dan proses terhadap makanan dalam tubuh dan kesesuaian gizi
yang dikonsumsi dengan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Keadaan kesehatan
anak sebagai gambaran konsumsi zat makanan yang masuk keadaan tubuh dan
penggunaannya, sebagai hasil ini dapat diketahui dari tinggi badan dan berat
badan anak, yang merupakan indikator terbaik bagi penentuan status gizi.
Soekirman (2005), status gizi berarti sebagai keadaan fisik seseorang atau
sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-
ukuran gizi tertentu.Menurut (Supariasa, 2007), status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam
seseorang atau kelompok balita tersebut mempunyai status gizi kurang, baik atau lebih.
Penilaian status gizi anak balita tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
keseimbangan antara zat gizi yang masuk dalam tubuh dengan zat gizi yang digunakan
oleh tubuh, sehingga tercipta kondisi fisik yang optimal. Ada berbagai cara dalam
Pada penilaian gizi secara langsung yaitu ada empat penilaian yaitu klinis, biokimia,
1) Pemeriksaan klinis
mendeteksi kelainan atau gangguan yang terjadi pada kulit, rambut, mata,
membran mukosa mulut, dan bagian tubuh yang lain dapat dipakai sebagai
petunjuk ada tidaknya masalah gizi kurang. Tanda-tanda klinis malnutrisi tidak
spesifik, karena ada beberapa penyakit yang mempunyai gejala yang sama tetapi
2) Biokimia
Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan dalam penelitian adalah tehnik
pengukuran kandungan berbagai zat gizi dan subtansi kimia lain dalam darah
dan urine. Hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar normal yang
diperoleh di rumah sakit atau pusat kesehatan, dan pada pemeriksaan ini hanya
3) Biofisik
Penilaian status gizi dengan biofisik adalah melihat dan kemampuan fungsi
jaringan dan perubahan stuktur, dimana tes kemampuan fungsi jaringan meliputi,
kemampuan kerja dan adaptasi sikap. Pemeriksaan ini bisa dilakukan secara
klinis maupun tidak. Penilaian status gizi secara biofisik sangat mahal dan
memerlukan tenaga profesional. Penelitian ini dilakukan melalui tiga cara yaitu
4) Antropometri
antropometri adalah umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,
lingkar kepala, dan lingkar dada (Supariasa, 2005). Indeks antropometri yang
umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan menurut umur
(BB/ U), tinggi badan menurut umur (TB/ U), dan berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB). Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan termasuk air,
lemak, tulang dan otot, indeks TB/U adalah pengukuran pertumbuhan linier,
indeks BB/TB adalah indeks untuk membedakan apakah kekurangan gizi terjadi
tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor yang berpengaruh
tangga dan individual. Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah tingkat
2) Statistik vital
Cara untuk mengetahui keadaan gizi di suatu wilayah adalah dengan cara
dengan kesehatan dan gizi antara lain: angka kesakitan, aneka kematian,
(Supariasa, 2007).
3) Ekologi
budaya. Jadi jumlah makanan dan zat-zat gizi yang tersedia bergantung pada
mempengaruhi status gizi dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Menurut Soekirman (2007), penyebab langsung timbulnya gizi kurang pada anak
adalah :
1) Umur : Umur merupakan salah satu faktor yang menentukan kebutuhan gizi
melakukan aktifitas sehingga membutuhkan energi yang lebih besar. AKG yang
energipada usia 2-10 tahun membutuhkan kebutuhan yang berbeda menurut pola
2) Jenis Kelamin :
Jenis kelain merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi kebutuhan gizi
bayak jaringan tidak aktif didalam tubuhnya, meskipun memiliki berat badan yang
10% daripada laki-laki. Kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak
perempuan dan biasanya lebih tinggi karena anak laki-laki memiliki aktifitas fisik
Penyakit infeksi merupakan salah stau penyebab langsung penyakit infeksi pada
anak. Hadirnya penyakit infeksi dalam tubuh akan membawa pengaruh terhadap
keadaan gizi anak. Sebagai reaksi pertama akibat infeksi yaitu menurunnya nafsu
makan anak yang berarti kekurangan intake zat gizi ke dalam tubuh anak. Keadaan
akan memburuk jika disertai muntah yang mengakibatkan kekurangan zat gizi yang
dapat menyerang anak yang secara langsung berpengaruh pada berat badan anak
menurun, apabila keadaan ini terus berlangsung anak akan menjadi kurus dan
timbullah masalah kurang gizi yang berdampak pada status kurang menjadi
terganggu.
2015), dimana pengetahuan gizi seseorang berpengaruh pada sikap dan perilaku
perilaku dan kebiasaan makanan dapat menjadi penyebab terjadinya masalah gizi.
Pengetahuan gizi anak selain didapat dari orangtua dan lingkungan sekitar juga
dapat diperoleh dari pendidikan gizi dari tenaga kesehatan serta media (koran TV,
brosur dll).
2) Kebiasaan Makan Pagi : Makan pagi atau sarapan merupakan salah satu kebiasaan
makan yang dilakukan di pagi hari sebelum memulai aktifitas. Kebiasaan makan
sehari-hari terdiri dari makan pagi, makan siang, makan malam. Selama waktu
tidur sistem metabolisme didalam tubuh tetap berlangsung sehingga pada pagi hari
perut kosong. Kebutuhan energi diambil dari cadangan lemak tubuh (Muhilal,
seorang anak. Hal ini dikarenakan anak usia sekolah masih dalam masa
akan terhambat, anak akan menderita kekurangan gizi, anemia zat gizi besi dan
kesehatan akan terganggu. Sarapan pagi bukan berarti makan pagi yang terdiri dari
hidangan lengkap tetapi cukup beberapa jenis makanan saja, yang penting dalam
2010).
3) Pola asuh gizi : Pola asuh gizi merupakan faktor yang secara tidak langsung
mempengaruhi konsumsi makanan pada bayi. Dengan demikian pola asuh gizi dan
gizi. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi pola asuh gizi sudah dijelaskan
pengetahuan ibu, aktivitas ibu, jumlah anggota keluarga dan budaya pantang
makanan.
tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) merupakan program nasional sejak tahun 1997,
dimana tujuan program ini adalah meningkatkan ketahanan fisik siswa SD selama
jajanan lokal yang aman dan bersih serta upaya-upaya untuk hidup sehat. Tujuan
melalui cara pemilihan bahan makanan dalam hal kualitas dan kuantitas.
Pendidikan orang tua terutama ayah memiliki hubungan timbal balik dengan
tangga dan komoditi pasar yang dikonsumsi karena dapat mempengaruhi sikap dan
mempengaruhi status gizi anak, dimana semakin tinggi pendidikan ibu maka akan
semakin baik pula status gizi anak. Tingkat pendidikan juga berkaitan dengan
pengetahuan gizi yang dimiliki, dimana semakin tinggi pendidikan ibu maka
6) Pekerjaan orang tua : Pekerjaan orangtua mempunyai andil yang besar dalam
masalah gizi. Pekerjaan orangtua berkaitan erat dengan penghasilan keluarga yang
makanan. Pengeluaran yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih
7) Konsumsi Zat Gizi: Kebutuhan zat gizi menurut FAO/WHO adalah konsumsi
energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi
aktivitas anak seperti bermain dan olah raga. Anak laki-laki lebih membutuhkan
aktivitas fisik dianatar keduanya. Seorang yang gemuk lebih banyak mengunakan
energinya untuk melakukan suatu pekerjaan daripada anak yang kurus (Almatsier,
2003).
energi. Energi yang masuk melalui makanan harus seimbang dengan energi yang
ragam menu maka semakin tercapai keseimbangan dalam interaksi berbagai zat
gizi. Kegunaan angka kecukupan gizi yang antara lain untuk menilai kecukupan
gizi yang telah dicapai melalui konsumsi makanan bagi masyarakat.Konsumi zat
gizi yang tidak mencukupi maka anak tidak mendapatkan asupan makanan yang
tidak baik berdampak pada status gizinya menjadi kurang, sebaliknya anak yang
memperoleh makanan cukup dan seimbang daya tahan tubuhnya dapat meningkat
1. Pengkajian Data
Asuhan Kebidanan adalah data subyektif dan atau data obyektif dari pasien. Bidan dapat
a. Data subyektif Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh
dari hasil wawancara langsung kepada pasien atau klien (Anamnesis) atau dari
kebidanan. Data yang telah terkumpul diolah, disesuaikan dengan kebutuhan pasien
satu dengan yang lainnya sehingga menunjukan fakta. Tujuan dari pengolahan data
adalah untuk menunjukan fakta berdasarkan kumpulan data. Data ynag telah diolah
Setelah menetukan masalah dan masalah utama selanjutnya bidan memutuskan dalam satu
pernyataan yang mencakup kondisi, masalah, penyebab, dan prediksi terhadap kondisi
tersebut. Prediksi yang dimaksud mencakup masalah potensial dan prognosis hasil dari
perumusan masalah yang merupakan keputusan yang ditegakan oleh bidann yang disebut
keprofesian bidan sangat diperlukan. Penetuan diagnosis bidan mencakup hal-hal berikut :
c. Masalah potensial
3. Pelaksanaan Dalam melaksanakan rencana asuhan kebidanan,
bidan harus bertindak sesuai rencana yang sudah ditentukan. Pencatatan dalam pelaksanaan
juga termasuk penanganan kasus-kasus yang memerlukan tindakan diluar wewenang bidan
sehingga perlu dilakukan kegiatan kolaborasi atau rujukan. Selain itu, pengawasan dan
TINJAUAN KASUS
1 Kunjungan Awal
Tanggal pengkajian :
Jam pengkajian :
1) Data Subjektif
a. Identitas/biodata
1) Identitas anak
Nama : An. C
Tanggal lahir : 26 Agustus 2020
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : kedua
Umur ; 2 tahun
b.susunan keluarga
2. Data Obyektif
1.kesehatan Ibu
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Berat badan : 45 kg
Tinggi badan : 150 cm
TTV : T :110/70 mmgh
N : 80 x/mnt
S : 36,7 oC
Rr ; 22x/mnt
Lila : 25 cm
Inspeksi
2. Keadaan anak
Keadaan umum : Baik\
Kesadaran : Composmentis
Berat badan : 7,6 kg (grafik -2 SD)
Tinggi badan : 77,5 cm (grafik -2 SD)
LK : 46 cm (dalam grafik hijau)
Lila : 13 cm
Inspeksi
- Kepala : simetris, tidak ada benjolan/massa
- Rambut : bentuk rambut lurus, tidak berbau, bersih
- Muka : bentuk muka simetris,tidak ada oedema 48
- Mata : Simetris kanan dan kiri, konjungtiva merah muda, sclera putih
- Hidung : simetris, tidak ada kotoran hidung, tidak ada pernapasan cuping
hidung
- Mulut : simetris, berwarna merah muda,
- Gigi : tidak karies, gusi merah muda
- Telinga : simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen
- Leher : tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan vena jugularis
- Dada : tidak ada bunyi wheezing pada paru-paru, bunyi jantung teratur
- Payudara : simetris kanan dan kiri, tidak ada benjolan/massa, putting susu
belum menonjol
- Abdomen : tidak ada benjolan/massa, tidak ada bekas luka operasi
- Genitalia : normal tidak ada kelainan
- Anus : tidak ada hemoroid
- Tulang belakang : tidak ada kelainan seperti lordosis, kiposis, atau scoliosis
2.3 Data Dasar
DO ku : baik
BB: 7,6 kg
TB : 77,5 cm
2 Hygenis sanitasi lingkungan yang masih DS :
jelek ibu mengatakan Rumah milik sendiri
DO
- lantai rumah terbuat dari semen dan
tampak kotor
- halaman rumah tampak agak kotor
- kamar mandi dan jamban terletak
diluar rumah dengan kondisi terbuka
dan agak kotor
- pembuangan sampah di belakang
halaman rumah dan sampah
berserahkan
3.5 Intervensi
Kriteria
Ibu kooperatif dan mampu
menjawab semua pertanyaan yang
diberikan
Intervensi
1. Lakukan pendekataan
1. Dengan
Terapeutik pada Ibundan pendekataan
terapeutik
keluarga
diharapkan ibu dan
keluarga dapaat
lebih kooperatif
2 Tujuan
No Diagnose Implementasi
1 Kurangnya pengetahuan ibu tentang 1. Melakukan pendekatan terapeutik kepada
penyebab terjadinya stunting dan ibu dan keluarga dengan cara :
perilaku pemberian pola makanan pada Menyapa
anak umur 2 tahun Member salam
Memperkenalkan diri
Menjawab semua pertanyaan ibu
dan keluarga
Menjelaskan maksud dan tujuan
2. Memberikan penyuluhan tentang
penyebab terjadinya stunting dan
perilaku pemberian pola makanan pada
anak umur 2 tahun
Kurangi pemberian mie instan
dan jajan pada anak
Pemberian makanan dengan
menu seimbang terdiri dari
nasi,lauk .sayur dan buah serta
diberikan susu formula
2 Hygienis sanitasi lingkungan yang 1. Melakukan pendekatan terapeutik
kepada ibu dan keluarga dengan cara :
masih jelek
Menyapa
Member salam
Memperkenalkan diri
Menjawab semua pertanyaan ibu
dan keluarga
Menjelaskan maksud dan tujuan
2. Memberikan penyuluhan tentang
sanitasi lingkungan yang sehat
Kebersihan di dalam rumah
harus tetap dijaga dan di
bersihkan setiap hari
Sampah harus dibuang pada
tempatnya yang benar
Kebersihan kamar mandi dan
jamban tetap diperhatikan agar
tetap bersih terhindar dari
kuman penyakit
3.7 Evaluasi
Tanggal jam
Masalah I
S : ibu mengatakan sudah mengerti tentang apa yang sudah di informasikan oleh
Petugas
P : Rencana di lanjutkan yaitu diberikan penyuluhan tentang masalah yang di alami keluarga
Dan tetap memantau perkembangaann anak Tiap bualan dalam kegiatan Posyandu
Masalah II
S : ibu mengatakan sudah mengerti tentang apa yang sudah di informasikan oleh
Petugas
A : Masalah sebagian teratasi yaitu ibu dan keluarga menjadi kooperatif serta melakukan apa
P : Rencana di lanjutkan yaitu dilakukan kunjungan rumah 4 hari lagi untuk melihat
4.1 Kesimpulan
Masalah kesehatan yang dialami keluarga disebabkan karena ketidaktahuan ibu dan
keluarga tentang penyebab stunting dan pola pemberian makanan yang benar serta
pentingnya sanitasi lingkungan yang baik mbagi kesehatan.selain itu kebiasaan masyarakat
yang cendrung mengkonsumsi karbohidrat dan makanan instan yang sebenrnya kurang
baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak karena nutrisi yang dibutuhkan
kurang.oleh sebab itu, diperulhkan dukungan, bimbingan dan motifasi dari tenaga
kesehatan dan kader untuk merubah pola kebiasaan yang kurang baik dan kurang
bermanfaat.
4.2 Saran
meningkatkan kemampuan yang di miliki. Bidan meningkatkan kerja sama yang baik
dengan petugas kesehatan yang lain, klien dan keluarga dalam memberikan penyuluhan-
Lebih meningkatkan wawasan dan kerjasama yang baik dengan masyarakat dan
petugas kesehatan sehingga mampu meberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat dan
- Melakukan konsultasi dengan kader dan petugas kesehatan jika ada masalah yang
Anggraeni, P. S., Munawaroh, M., & Ciptiasrini, U. (2020). Hubungan Pengetahuan, Sikap,
Sarana Prasarana Puskesmas tentang Gizi Seimbang terhadap Perilaku Pemenuhan Gizi
Balita. Ilmiah Kebidanan Indonesia,
Astuti S. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat. Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Komalasari, Supriati, E., Sanjaya, R., & Ifayanti, H. (2020). Faktor-Faktor Penyebab Kejadian
Stunting Pada Balita. Majalah Kesehatan Indonesia.
Marni, & Raharjo, K. (2018). Asuhan Neonatus, Bayi,Balita, dan Anak Prasekolah.
Sandra, F., Ahmad, S., & Arinda, V. (2020). Gizi Anak dan Remaja