TINGKAT 2 A
MATA KULIAH :
PROMOSI KESEHATAN
Dosen pengajar:
SURTI ANGGRAENI, S.Kep,.M.Kes
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aspek
Sosial Budaya yang mempengaruhi Perilaku Sehat dalam Masa Kehamilan balita dan KB/KR
“ Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu sarandan kritik
yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Harapanpenulis semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman.
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Disadari
atau tidak, faktor- faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi
mengenal berbagai pantangan, hubungan sebab akibat antara makanan dan kondisi sehat
sakit,kebiasaan dan ketidak tahuan seringkali membawa dampak baik positif maupun
negatif terhadap kesehatan balita.
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah Seorang bidan herus siap fisik
maupun mental karena tugas seorang bidan sangatlah berat.Bidan yang siap mengabdi di
pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan masyarakat
yang mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat. Tidak mudah
mengubah pola pikir ataupun sosial budaya
masyarakat. Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap
masyarakat perlu mempelajari sosial buday amasyarakat tersebut, yang meliputi tingkat
pengetahuan penduduk, adat istiadat, struktur pemerintahan,dan kebiasaan sehari-hari,
pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan wilayah tersebut.
2. Tujuan
3. Rumusan masalah
1. Bagaimana aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir?
2. Apakah dampak positif maupun negatif dari aspek sosial budaya tersebut?
3. Bagaimana aspek sosial budaya yang berkaitan dengan KB/KR?
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Sosial Budaya
Sosial budaya menurut Koentjaraningrat adalah sistem gagasan, tindakan dan hasil
karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dilahirkan dari diri manusia melalui
proses pembelajaran.
Jadi, dapat menyimpulkan bahwa peninggalan sosial budaya adalah segala sesuatu
yang nampak karena hasil cipta, rasa dan karsa manusia sebagai akibat dari interaksi yang
dilakukan oleh manusia dengan manusia lainnya ataupun dengan lingkungan sekitarnya.
Jadi, ketika melakukan pelestarian peniggalan sosial budaya kita harus menjaga dan
mengembangkan sosial budaya tersebut agar tetap utuh dan tidak termakan oleh zaman.
4
• Dampak positif: mencegah balita untuk sering makan permen atau coklat
membantu menjaga agar gigi lebih sehat. Apalagi dengan selalu menyikat gigi
balita setelah makan dan sebelum tidur.
• Dampak negatif: apabila balita tidak pernah makan dan minum manis sama sekali
dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi tubuhnya. Karena tubuhnya
juga memerlukan kalori untuk pertumbuhannya.
2. Tujuan KB
Yang menjadi target atau sasaran dalam program keluarga berencana adalah pasangan
usia subur, yaitu pasangan usia 15-49 tahun, anggota masyarakat, institusi dan wilayah.
Program KB ini memiliki tujuan yang terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus.
5
1. Meningkatkan kesadaran kepada masyarakat terhadap masalah kependudukan
dalam melembagakan NKKBS.
2. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
3. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
4. Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran.
5. Meningkatkan dan memantapkan peran dan tanggungjawab pasangan usia subur
dan generasi muda dalam penanggulangan masalah kependudukan.
3. Faktor-Faktor Sosial Budaya Kependudukan
1. Pengertian Penduduk
Penduduk suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
- Orang yang tinggal di daerah tersebut
- Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.
Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan
bukti warganegara , tetapi memilih tinggal di daerah lain. Dalam sosiologi , penduduk
adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.
Demografi adalah ilmu yang mempelajari kependudukan. Berbagai aspek perilaku
menusia dipelajari dalam sosiologi, ekonomi , dan geografi . Demografi banyak
digunakan dalam pemasaran, yang berhubungan erat dengan unit-unit ekonomi,
seperti pengecer hingga pelanggan potensial.
Distribusi usia dan jenis kelamin penduduk dalam negara atau wilayah
tertentu dapat digambarkan dengan suatu piramida penduduk. Grafik ini berbentuk
segitiga, dimana jumlah penduduk pada Sistem koordinat kartesius, sedang
kelompok usia (cohort) pada Sistem koordinat kartesius. Penduduk lak-laki
ditunjukkan pada bagian kiri sumbu vertikal, sedang penduduk perempuan di bagian
kanan. Piramida penduduk menggambarkan perkembangan penduduk dalam kurun
6
waktu tertentu. Negara atau daerah dengan angka kematian bayi yang rendah dan
memiliki usia harapan hidup tinggi, bentuk piramida penduduknya hampir
menyerupai kotak, karena mayoritas penduduknya hidup hingga usia tua. Sebaliknya
yang memiliki angka kematian bayi tinggi dan usia harapan hidup rendah, piramida
penduduknya berbentuk menyerupai genta (lebar di tengah), yang menggambarkan
tingginya angka kematian bayi dan tingginya resiko kematian.
7
harapan hidup tersebut erat kaitannya dengan masih tingginya angka kematian bayi
dan angka kematian ibu melahirkan.
Dalam dimensi kuantitas, jumlah penduduk Indonesia relatif telah dapat
dikendalikan pertumbuhannya menjadi 1,35 persen per tahun pada periode 1990-2000
sehingga jumlah penduduk pada Sensus 2000 diperkirakan mencapai 203,4 juta orang,
terdiri dari 101,8 juta perempuan dan 101,6 juta laki-laki. Namun demikian,
mengingat jumlah penduduk Indonesia saat ini masih besar secara absolut, maka
pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya juga masih besar. Salah satu penyebab
masih cukup tingginya laju pertumbuhan penduduk adalah masih relatif tingginya
angka kelahiran total (TFR). Angka kelahiran total (TFR) Indonesia pada tahun 2000
diperkirakan 2,5 per perempuan, dan cukup bervariasi baik antar daerah maupun antar
propinsi.
Selain kepercayaan, adat istiadat yang masih kentara hingga saat ini yang
menghambat program KB adalah pilihan jenis kelamin (laki/perempuan). Contoh,
pada masyarakat Bugis, harus ada anak perempuan, sehingga jika belum memiliki
anak perempuan, mereka mencoba terus memiliki anak sampai mendapatkan anak
10
perempuan. Keadaan demikian menjadikan masyarakat menunda penggunaan alat
kontrasepsi dan memungkinkan masyarakat atau suatu keluarga tersebut akan
menghasilkan keturunan sampai melahirkan anak dengan jenis kelamin yang
diharapkan.
3. Faktor Pendidikan
Masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah memahami
manfaat dari program KB tersebut dan secara terbuka akan menerima perubahan.
Berbeda dengan masyarakat dengan status pendidikan yang rendah, mereka
cenderung memiliki tingkat pemahaman yang buruk terhadap program KB dan
cenderung lebih percaya pada kepercayaan yang mereka anut.
4. Faktor Ekonomi
Salah satu faktor yang berpengaruh besar dalam pelaksanaan program KB di
Indonesia adalah tingkat ekonomi masyarakat yang berada dalam lingkaran
kemiskinan. Masyarakat akan berpikir ulang ketika mengeluarkan alat kontrasepsi
dalam bentuk mekanik maupun kimiawi. Bagi mereka yang hidup dengan pendapatan
yang minim akan lebih mengutamakan kepentingan pangannya. Namun, sebagai
seorang tenaga kesehatan yang memiliki tugas dan andil untuk mensukseskan
program ini, tentunya kita menjadi paham bahwa kesuksesan suatu program
kesehatan masyarakat tidak hanya di pengarui oleh program itu sendiri, akan tetapi
oleh faktor lain. Seperti sosial budaya yang ada dalam masyarakat menunjukkan
bahwa pendapatan, pendidikan, adat istiadat, dan agama maupun kepercayaan
merupakan faktor yang penting dalam partisipasi dalam program keluarga berencana
(KB).
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aspek sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan akal dan
pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek soalal budaya inilah,
berkembang yang namanya mitos dan fakta yang ada didalam kehidupan bermasyarakat,
yang berdampak negatif maupun positif. Kebudayaan pada balita menyebabkan
banyaknya mitos mengenal anak balita Bidan sebagai salah seorang tenaga medis yang
paling dekat dengan masyarakat,mempunyai peran yang sangat penting dalam
meningkatkan status kesehatan balita di lingkungan kerjanya. Seorang bidan perlu
mempelajari sosial budaya masyarakat tersebut. Melalui kegiatan kebudayaan tradisional
setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada
masyarakat dengan melakukan penyuluhan kesehatan. Bidan harus selalu menjaga
hubungan yang efektif dengan masyarakat dengan selalu mengadakan komunikasi efektif.
B. Saran
Dari makalah yang penulis buat ini penulis harap bermanfaat bagi si pembaca untuk
menambahkan wawasannya dan jika ada kesalahan pada penulisan ataupun nama-nama
penulis harap si pembaca dapat memberikan kritikan kepada kelompok kami dan
membenarkannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan Sosial Budaya Dasar. Universitas Indonesia, Jakarta.
Ibrahim,Irviani."Hubungan Sosial Budaya Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59
Bulan Di Desa Bone-Bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Tahun
2020".2021.Makassar:Al Gizzai: Public Health Nutrition Journal.Diakses pada
tanggal 6 Maret 2023 melalui
https://journal3.uin alauddin.ac.id/index.php/algizzai/article/view/19079
13