Anda di halaman 1dari 13

Aspek Sosial Budaya yang mempengaruhi Perilaku Sehat dalam

Masa Kehamilan balita dan KB/KR

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3


NAMA ANGGOTA
NANDA AGUSTINA ( PO7124321003 )
SUCI NOVITA SARI ( PO7124321029 )
VIOLIN NATASHA ( PO7124321034 )
NITA MARESA ( PO7124321023 )
TIA ANGGRIANI ( PO7124321033 )
POPI PUSPITA ( PO7124321037 )
MECTI ELSYA ( PO7124321025 )
HIKMATUN NAZILAH ( PO7124321024 )

TINGKAT 2 A
MATA KULIAH :
PROMOSI KESEHATAN

Dosen pengajar:
SURTI ANGGRAENI, S.Kep,.M.Kes

PRODI D-III KEBIDANAN MUARA ENIM


POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aspek
Sosial Budaya yang mempengaruhi Perilaku Sehat dalam Masa Kehamilan balita dan KB/KR
“ Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu sarandan kritik
yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Harapanpenulis semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman.

Muara Enim, 06 Maret 2023

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Disadari
atau tidak, faktor- faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi
mengenal berbagai pantangan, hubungan sebab akibat antara makanan dan kondisi sehat
sakit,kebiasaan dan ketidak tahuan seringkali membawa dampak baik positif maupun
negatif terhadap kesehatan balita.

Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah Seorang bidan herus siap fisik
maupun mental karena tugas seorang bidan sangatlah berat.Bidan yang siap mengabdi di
pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan masyarakat
yang mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat. Tidak mudah
mengubah pola pikir ataupun sosial budaya

masyarakat. Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap
masyarakat perlu mempelajari sosial buday amasyarakat tersebut, yang meliputi tingkat
pengetahuan penduduk, adat istiadat, struktur pemerintahan,dan kebiasaan sehari-hari,
pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan wilayah tersebut.

2. Tujuan

1. Agar mahasiswa mengetahui aspek budaya budaya pada balita


2. Agar mahasiswa mengetahui aspek sosial budaya pada KB/KR

3. Rumusan masalah

1. Bagaimana aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir?
2. Apakah dampak positif maupun negatif dari aspek sosial budaya tersebut?
3. Bagaimana aspek sosial budaya yang berkaitan dengan KB/KR?

3
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Sosial Budaya
Sosial budaya menurut Koentjaraningrat adalah sistem gagasan, tindakan dan hasil
karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dilahirkan dari diri manusia melalui
proses pembelajaran.
Jadi, dapat menyimpulkan bahwa peninggalan sosial budaya adalah segala sesuatu
yang nampak karena hasil cipta, rasa dan karsa manusia sebagai akibat dari interaksi yang
dilakukan oleh manusia dengan manusia lainnya ataupun dengan lingkungan sekitarnya.
Jadi, ketika melakukan pelestarian peniggalan sosial budaya kita harus menjaga dan
mengembangkan sosial budaya tersebut agar tetap utuh dan tidak termakan oleh zaman.

1. Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Balita


Masa balita adalah masa dimana seorang anak membutuhkan perhatian dan
kesehatan agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal Usia balita adalah mutal
13 sampai dengan 59 bulan. Dimana pada masa ini peran serta orang tua sangat
penting untuk menjaga pola makan dan kebutuhan balita itu sendiri.Gizi yang
seimbang dan kasih sayang sangat penting dalam menjaga
pertumbuhan balita, terutama pada lingkungan keluarga dan sekitar balita itu sendiri
Aspek sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan akal dan
pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek sosial budaya inilah,
berkembang yang namanya mitos dan fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Kebudayaan pada balita ini menyebabkan banyaknya mitos mengenai balita.
Mitos-mitos yang lahir dimasyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk
akal dan bahka dapat berbahaya bagi balita. Hal ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang merawat balita. Mitos dan fakta,dampak positif dan
negatif yang berkembang sekitar perawatan balita, yaitu sebagai berikut:
1) Mitos: makanan dan minuman manis membuat gigi berlubang.
2) Fakta: bahwa gigi menjadi berlubang diakibatkan karena kuman, suasana asam
dan keduanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Bila makanan yang mengandung gula menetap pada sela gigi, kuman akan
mengubahnya menjadi asam. Kondisi asam disertal bakteri yang juga
menjadinaktif pada suasana asam, adalah penyebab utama gigi berlubang. Hal-hal
yang dapat menyebabkan gigi berlubang antara lain adalah minum susu dengan
botol sampai tertidur. Makanan manis tidak secara langsung menyebabkan gigi
berlubang.tetapi memudahkan pertumbuhan kuman penyebab kerusakan gigi jika
tidak rajin membersihkan gigi dan mulut.

4
• Dampak positif: mencegah balita untuk sering makan permen atau coklat
membantu menjaga agar gigi lebih sehat. Apalagi dengan selalu menyikat gigi
balita setelah makan dan sebelum tidur.
• Dampak negatif: apabila balita tidak pernah makan dan minum manis sama sekali
dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi tubuhnya. Karena tubuhnya
juga memerlukan kalori untuk pertumbuhannya.

B. Aspek Sosial Budaya Dalam Program Kb


1. Pengertian Keluarga Berencana (KB)
Keluarga berencana adalah program yang dibentuk oleh pemerintah untuk
menurunkan tingkat fertilitas. Pencanangan program keluarga berencana (KB) pertama
kali dicanangkan pada tahun 1970 dengan dibentuknya suatu badan yang mempunyai
tugas mensukseskan program tersebut. Badan tersebut adalah Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Dalam menjalankan program KB, BKKBN menyarankan masyarakat untuk memiliki


dua anak saja. Hal ini dikarenakan jumlah masyarakat Indonesia terbilang besar.
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6
juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya, setiap tahun selama
periode 2000-2010, jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Dengan jumlah
penduduk yang besar, tentunya pemerintah semakin sulit untuk mengatur dan
menyediakan berbagai fasilitas dalam rangka meningkatkan kesejahteraan. Hal ini
terjadi pada suatu masyarakat yang memiliki jumlah anak banyak dengan status ekonomi
dan pendidikan rendah. Permasalahan yang mungkin terjadi adalah apakah keluarga
tersebut dapat menyediakan kebutuhan, memberikan pendidikan, makanan bergizi, dan
lain sebagainya sehingga dapat melahirkan generasi tangguh atau hanya menambah
jumlah penduduk yang menjadi beban keluarga juga pemerintah. Untuk itulah
pemerintah melalui BKKBN membuat program KB. Salah alternatif yang disarankan
BKKBN adalah penggunaan alat kontrasepsi untuk mengontrol kepemilikan anak.

2. Tujuan KB
Yang menjadi target atau sasaran dalam program keluarga berencana adalah pasangan
usia subur, yaitu pasangan usia 15-49 tahun, anggota masyarakat, institusi dan wilayah.
Program KB ini memiliki tujuan yang terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum KB adalah meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka


mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus
menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.

Adapun tujuan khususnya adalah:

5
1. Meningkatkan kesadaran kepada masyarakat terhadap masalah kependudukan
dalam melembagakan NKKBS.
2. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
3. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
4. Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran.
5. Meningkatkan dan memantapkan peran dan tanggungjawab pasangan usia subur
dan generasi muda dalam penanggulangan masalah kependudukan.
3. Faktor-Faktor Sosial Budaya Kependudukan
1. Pengertian Penduduk
Penduduk suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
- Orang yang tinggal di daerah tersebut
- Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.

Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan
bukti warganegara , tetapi memilih tinggal di daerah lain. Dalam sosiologi , penduduk
adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.
Demografi adalah ilmu yang mempelajari kependudukan. Berbagai aspek perilaku
menusia dipelajari dalam sosiologi, ekonomi , dan geografi . Demografi banyak
digunakan dalam pemasaran, yang berhubungan erat dengan unit-unit ekonomi,
seperti pengecer hingga pelanggan potensial.

1.1 Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk dihitung dengan membagi jumlah penduduk dengan


luas area dimana mereka tinggal. Beberapa pengamat masyarakat percaya bahwa
konsep kapasitas muat juga berlaku pada penduduk bumi, yakni bahwa penduduk
yang tak terkontrol dapat menyebabkan katastrofi Malthus . Beberapa menyangkal
pendapat ini. Negara-negara kecil biasanya memiliki kepadatan penduduk tertinggi,
di antaranya: Monako , Singapura , Vatikan , dan Malta . Di antara negara besar
yang memiliki kepadatan penduduk tinggi adalah Jepang dan Bangladesh .

1.2 Piramida penduduk

Distribusi usia dan jenis kelamin penduduk dalam negara atau wilayah
tertentu dapat digambarkan dengan suatu piramida penduduk. Grafik ini berbentuk
segitiga, dimana jumlah penduduk pada Sistem koordinat kartesius, sedang
kelompok usia (cohort) pada Sistem koordinat kartesius. Penduduk lak-laki
ditunjukkan pada bagian kiri sumbu vertikal, sedang penduduk perempuan di bagian
kanan. Piramida penduduk menggambarkan perkembangan penduduk dalam kurun

6
waktu tertentu. Negara atau daerah dengan angka kematian bayi yang rendah dan
memiliki usia harapan hidup tinggi, bentuk piramida penduduknya hampir
menyerupai kotak, karena mayoritas penduduknya hidup hingga usia tua. Sebaliknya
yang memiliki angka kematian bayi tinggi dan usia harapan hidup rendah, piramida
penduduknya berbentuk menyerupai genta (lebar di tengah), yang menggambarkan
tingginya angka kematian bayi dan tingginya resiko kematian.

1.3 Pengendalian jumlah penduduk

Pengendalian penduduk adalah kegiatan membatasi pertumbuhan


penduduk, umumnya dengan mengurangi jumlah kelahiran. Dokumen dari
Yunani Kuno telah membuktikan adanya upaya pengendalian jumlah penduduk
sejak jaman dahulu kala. Salah satu contoh pengendalian penduduk yang
dipaksakan terjadi di Republik Rakyat Tiongkok yang terkenal dengan
kebijakannya 'satu anak cukup'; kebijakan ini diduga banyak menyebabkan
terjadinya aksi pembunuhan bayi, pengguguran kandungan yang dipaksakan,
serta sterilisasi wajib. Indonesia juga menerapkan pengendalian penduduk, yang
dikenal dengan program Keluarga Berencana (KB), meski program ini cenderung
bersifat persuasif ketimbang dipaksakan. Program ini dinilai berhasil menekan
tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia.

1.4 Ledakan penduduk

Buku berjudul The Population Bomb (Ledakan Penduduk) pada tahun


1968 oleh Paul R. Ehrlich meramalkan adanya bencana kemanusiaan akibat
terlalu banyaknya penduduk dan ledakan penduduk. Karya tersebut menggunakan
argumen yang sama seperti yang dikemukakan Thomas Malthus dalam An Essay
on the Principle of Population (1798), bahwa laju pertumbuhan penduduk
mengikuti pertumbuhan eksponensial dan akan melampaui suplai makanan yang
akan mengakibatkan kelaparan .

2. Masalah Sosial Budaya Kependudukan


Permasalahan pembangunan kependudukan yang perlu mendapat perhatian
adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang masih relatif
tinggi dan persebarannya yang tidak merata, dan kualitasnya masih relatif rendah.
Dewasa ini kualitas penduduk Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan
negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia dan Thailand. Berdasarkan Human
Development Report 2001, Indonesia menempati urutan ke 102, sedangkan Malaysia
dan Thailand masing-masing menempati urutan ke 56 dan ke 66. Kualitas penduduk
tersebut juga tergambar dari angka harapan hidup waktu melahirkan (AHH) penduduk
Indonesia yang relatif rendah yaitu 65,5 tahun (Inkesra, 1999), sedangkan Malaysia
dan Thailand tercatat masing-masing 72,0 tahun dan 68,8 tahun. Rendahnya angka

7
harapan hidup tersebut erat kaitannya dengan masih tingginya angka kematian bayi
dan angka kematian ibu melahirkan.
Dalam dimensi kuantitas, jumlah penduduk Indonesia relatif telah dapat
dikendalikan pertumbuhannya menjadi 1,35 persen per tahun pada periode 1990-2000
sehingga jumlah penduduk pada Sensus 2000 diperkirakan mencapai 203,4 juta orang,
terdiri dari 101,8 juta perempuan dan 101,6 juta laki-laki. Namun demikian,
mengingat jumlah penduduk Indonesia saat ini masih besar secara absolut, maka
pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya juga masih besar. Salah satu penyebab
masih cukup tingginya laju pertumbuhan penduduk adalah masih relatif tingginya
angka kelahiran total (TFR). Angka kelahiran total (TFR) Indonesia pada tahun 2000
diperkirakan 2,5 per perempuan, dan cukup bervariasi baik antar daerah maupun antar
propinsi.

4. PEMBERDAYAAN KELUARGA DAN KB


Tingkat kelahiran yang relatif tinggi merupakan salah satu beban dalam
pembangunan sosial dan budaya. Tingkat kelahiran yang relatif tinggi ini
mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi dan jumlah anggota
keluarga yang relatif besar. Tingginya angka kelahiran dewasa ini berkaitan dengan
penyelenggaraan program Keluarga Berencana (KB) yang belum sepenuhnya
berkualitas dalam memenuhi hak-hak dan kesehatan reproduksi masyarakat.
Pendekatan program KB yang telah diarahkan pada pemenuhan hak-hak dan
kesehatan reproduksi, dalam pelaksanaannya masih dijumpai beberapa pelayanan KB
yang mencerminkan pendekatan pemenuhan target akseptor. Pendekatan target
akseptor mengakibatkan proses dan kualitas penyampaian komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE), serta pelayanan KB lebih ditujukan untuk mencapai target akseptor
KB melebihi perhatian terhadap kecocokan cara KB dan kepuasan akseptor KB.
Kualitas program KB yang belum sepenuhnya memuaskan klien mengakibatkan
pemenuhan hak-hak dan kesehatan reproduksi termasuk KB yang merupakan dasar
terwujudnya keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera belum dapat dirasakan oleh
sebagian masyarakat dan keluarga. Hal ini dikarenakan keterbatasan dan jenis alat
kontrasepsi laki-laki, antara lain juga disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan laki-
laki di bidang hak-hak dan kesehatan reproduksi.
Kelembagaan dan jaringan pelayanan KB juga belum sepenuhnya berkualitas
dan mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Hal ini antara lain disebabkan
oleh keterbatasan kemampuan sumber daya program KB. Peran masyarakat dan pihak
di luar Pemerintah juga masih sangat terbatas, walaupun tokoh agama, organisasi
profesi dan Lembaga Swadaya dan Organisasi Masyarakat (LSOM) terbukti sangat
mempengaruhi keberhasilan program KB di beberapa daerah. Sementara itu,
kemitraan pemerintah dengan masyarakat terutama PUS dan sektor di luar pemerintah
dalam penyelenggaraan KB dan kesehatan reproduksi belum sepenuhnya dapat
diwujudkan.
8
5. PENERAPAN PROGRAM KB
Keluarga yang sehat sejahtera dan berkualitas akan terwujud jika angka
kelahiran dapat diatur melalui program KB. Banyak yang diharapkan dari adanya
gerakan ini, tetapi tampaknya banyak pula kendala yang dihadapi oleh para pelaksana
di lapangan. Salah satu kendala itu muncul dari lembaga di daerah yang mengurus
soal KB ini di lebur entah ke unit-unit lain yang mengakibatkan program kegiatannya
pun menjadi tidak jelas.
Banyak hal yang telah dilakukan pemerintah dalam menumbuhkan kembali
kesadaran masyarakat untuk ber-KB. Sejalan denga era otonomi, hubungan
pemerintah pusat dan daerah terjalin berdasarkan prinsip desentralisasi termasuk
mekanisme pelayanan program KB di lapangan. Tetapi, konsekuensinya adalah
adanya perubahan kebijakan dan sistem manajemen sesuai kenyataan di
lapangan.Salah satu dampaknya, adalah menurunnya kemampuan daerah
menyelenggarakan pelayanan KB secara langsung. Tetapi yang pasti, katanya,
lembaga pemerintah yang mengelola KB di daerah perlu didukung dengan kebijakan
yang terintegrasi, dengan mendayagunakan sumber daya manusia yang ada di daerah
setempat. Karena itu, tidak salah bila memang kemudian BKKBN menggandeng PKK
yang selama ini pun dikenal sebagai ujung tombak bagi pelaksanaan peningkatan
kesejahteraan keluarga. Bahkan selama ini pun PKK juga dikenal sebagai gerakan
yang mempunyai tugas utama adalah berupaya memberdayaan kesejahteraan keluarga
di semua aspek kehidupan, seperti di bidang ekonomi, sosial budaya dan lingkungan
hidup.
Yang menjadi salah satu fungsi utama BKKBN adalah mengupayakan
pelayanan di bidang kesehatan kepada masyarakat terutama dalam memperkecil
petumbuhan penduduk dan keluarga sehat. Untuk menjalankan misi yang diemban
BKKBN itu, maka keikutsertaan PKK mempunyai peran penting. Sebab PKK sudah
lama eksis di seluruh aspek kehidupan bahkan di tingkat pemerintahan sudah berada
dari tingkat pusat sampai ke desa-desa.
Dalam kondisi seperti ini diharapkan PKK menjadi jembatan kepentingan
pemerintah dan masyarakat dengan tujuan akhir meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Karena itu, implementasi menciptakan
keluarga sehat dan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dalam membina
generasi dan keluarga yang berkualitas di masa depan dibebankan kepada PKK.
Untuk itu, PKK di semua tingkatan dapat memberikan peran aktif yang tidak terbatas
hanya dalam pelaksanaan Harganas, tetapi harus dilakukan secara rutin dan terus-
menerus.
Kebijakan Departemen Dalam Negeri seperti tertuang dalam Permendagri No
44 tahun 2005 tentang Rencana Strategis Departemen Dalam Negeri tahun 2005-
2009, diarahkan kepada upaya memperkuat dasar sistem politik dan pemerintahan
khususnya di daerah, menjaga dan memperkokoh NKRI dan meningkatkan kapasitas
9
pembangunan daerah dan pemberdataan masyarakat. Untuk itu, fokus dalam
pemberdayaan masyarakat memerlukan perhatian dalam pembinaan sampai ke tingkat
daerah dengan aspek utama pada pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, sosial
budaya, politik, dan lingkungan.
Peringatan Harganas yang jatuh setiap tanggal 29 Juni, pada dasarnya sebagai
bukti nyata untuk lebih meningkatkan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga
dalam seluruh aspek kehidupan. Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari
keluarga. Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam kehidupan masyarakat.
Sedangkan pemberdayaan keluarga tentu saja harus menyentuh setiap individu dalam
keluarga itu. Artinya, semua lembaga, individu, baik pemerintah maupun swasta
berkewajiban mengemban tanggungjawab untuk memberdayakan keluarga.
Sedangkan menurut Dirjen PMD, pemerintah sendiri telah melakukan
berbagai upaya pemberdataan masyarakat, antara lain melalui program PNPM sebagai
upaya pengentasan kemiskinan, peningkatan derajat kesehatan, termasuk perilaku
hidup bersih dan sehat, pengaturan kelahiran melalui program KB, pemenuhan hak-
hak dasar bagi anak. Upaya tesebut diharapkan dapat memberdayakan masyarakat
Indonesia baik kedudukan di dalam kelompok maupun keluarga sebagai pribadi.
Program ini, selain merangsang tumbuh semakin erat PKK dan KB, maka akan
mendorong juga semakin hidup Posyandu.

6. ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI KB


Faktor sosial budaya tidak dapat dihindari dan memegang peranan penting dalam
perilaku masyarakat. Aspek inilah yang menjadikan masyarakat berpikir atau sebagai
dasar pertimbangan untuk menerima suatu hal dalam perubahan. Misalnya, dalam
menjalankan program KB disarankan menggunakan alat kontrasepsi. Dalam
pencanangan program ini akan menimbulkan respon berbeda pada lingkup suatu
masyarakat, mereka akan menunjukan aksi pro atau kontra terhadap perubahan atas dasar
keadaan sosial budaya masyarakat tersebut.

Aspek sosial budaya yang mempengaruhi program KB antara lain:

1. Adat Istiadat atau Kepercayaan


Beberapa daerah tertentu, masyarakat masih memegang teguh kepercayaan dan
menjalankan adat istiadat mereka. Kepercayaan masyarakat mengawinkan anaknya
diusia muda agar cepat memperolah keturunan yang banyak merupakan salah satu
keadaan yang menghambat pelaksanaan program KB. Mereka berpikir anak adalah
aset, maka mereka percaya banyak anak banyak rezeki.

Selain kepercayaan, adat istiadat yang masih kentara hingga saat ini yang
menghambat program KB adalah pilihan jenis kelamin (laki/perempuan). Contoh,
pada masyarakat Bugis, harus ada anak perempuan, sehingga jika belum memiliki
anak perempuan, mereka mencoba terus memiliki anak sampai mendapatkan anak
10
perempuan. Keadaan demikian menjadikan masyarakat menunda penggunaan alat
kontrasepsi dan memungkinkan masyarakat atau suatu keluarga tersebut akan
menghasilkan keturunan sampai melahirkan anak dengan jenis kelamin yang
diharapkan.

2. Faktor Agama atau Religi


Faktor yang kedua adalah faktor agama. Berkaitan dengan penggunaan alat
kontrasepsi, terdapat kelompok masyarakat agama yang menerima dan menolak
program tersebut. Dalam konteks ini tentunya sebagai tenaga kesehatan, kita perlu
memahami pandangan kepercayaan atau agama pada masyarakat yang menjadi
sasaran program KB. Tentunya kepercayaan agama bukanlah suatu yang dapat kita
paksakan, tetapi yang terpenting adalah kita memahaminya.

Misalnya, dalam suatu agama tertentu melarang penggunaan alat kontrasepsi


karena dianggap menghalangi terjadinya pembuahan. Dalam ajaran agama tersebut
anak adalah karunia dari Sang Pencipta yang harus disyukuri dan dijaga.

3. Faktor Pendidikan
Masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah memahami
manfaat dari program KB tersebut dan secara terbuka akan menerima perubahan.
Berbeda dengan masyarakat dengan status pendidikan yang rendah, mereka
cenderung memiliki tingkat pemahaman yang buruk terhadap program KB dan
cenderung lebih percaya pada kepercayaan yang mereka anut.

4. Faktor Ekonomi
Salah satu faktor yang berpengaruh besar dalam pelaksanaan program KB di
Indonesia adalah tingkat ekonomi masyarakat yang berada dalam lingkaran
kemiskinan. Masyarakat akan berpikir ulang ketika mengeluarkan alat kontrasepsi
dalam bentuk mekanik maupun kimiawi. Bagi mereka yang hidup dengan pendapatan
yang minim akan lebih mengutamakan kepentingan pangannya. Namun, sebagai
seorang tenaga kesehatan yang memiliki tugas dan andil untuk mensukseskan
program ini, tentunya kita menjadi paham bahwa kesuksesan suatu program
kesehatan masyarakat tidak hanya di pengarui oleh program itu sendiri, akan tetapi
oleh faktor lain. Seperti sosial budaya yang ada dalam masyarakat menunjukkan
bahwa pendapatan, pendidikan, adat istiadat, dan agama maupun kepercayaan
merupakan faktor yang penting dalam partisipasi dalam program keluarga berencana
(KB).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aspek sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan akal dan
pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek soalal budaya inilah,
berkembang yang namanya mitos dan fakta yang ada didalam kehidupan bermasyarakat,
yang berdampak negatif maupun positif. Kebudayaan pada balita menyebabkan
banyaknya mitos mengenal anak balita Bidan sebagai salah seorang tenaga medis yang
paling dekat dengan masyarakat,mempunyai peran yang sangat penting dalam
meningkatkan status kesehatan balita di lingkungan kerjanya. Seorang bidan perlu
mempelajari sosial budaya masyarakat tersebut. Melalui kegiatan kebudayaan tradisional
setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada
masyarakat dengan melakukan penyuluhan kesehatan. Bidan harus selalu menjaga
hubungan yang efektif dengan masyarakat dengan selalu mengadakan komunikasi efektif.

B. Saran

Dari makalah yang penulis buat ini penulis harap bermanfaat bagi si pembaca untuk
menambahkan wawasannya dan jika ada kesalahan pada penulisan ataupun nama-nama
penulis harap si pembaca dapat memberikan kritikan kepada kelompok kami dan
membenarkannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan Sosial Budaya Dasar. Universitas Indonesia, Jakarta.

Kuncoroningrat dan AA. Loedin. Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pembangunan Kesehatan.


Gramedia, Jakarta.

Kuncoroningrat. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Gramedia. Jakarta

Ibrahim,Irviani."Hubungan Sosial Budaya Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59
Bulan Di Desa Bone-Bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Tahun
2020".2021.Makassar:Al Gizzai: Public Health Nutrition Journal.Diakses pada
tanggal 6 Maret 2023 melalui

https://journal3.uin alauddin.ac.id/index.php/algizzai/article/view/19079

13

Anda mungkin juga menyukai