Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA BAYI BARU LAHIR

Disusun untuk Memenuhi Ujian Praktek ISBD


Dosen Pengampu : Neng Ayu Rosita ,M.Kes

Disusun Oleh :
Windiya Januarita Imelda (211540139)

TINGKAT 1
PRODI DIII KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan Ujian Praktik mata kuliah
ISBD. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.
Makalah tentang “aspek sosial budaya pada bayi baru lahir” disusun guna
memenuhi Ujian Praktik Ibu Neng Ayu Rosita ,M.Kes pada Mata Kuliah ISBD
di Poltekkes kemenkes Pangkalpinang. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang apa saja aspek
sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir dan perkembangan aspek
sosial budaya pada masa sekarang.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ISBD
ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pangkalpinang, 22 November 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan dan Maksud....................................................................................5
BAB II..................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................6
2.1 Aspek Sosial Budaya pada Bayi baru lahir.................................................6
2.2 Pendekatan melalui agama.......................................................................12
2.3 Pendekatan melalui kesenian tradisional..................................................13
2.4 Pendekatan melalui Paguyuban................................................................13
2.5 Pendekatan melalui Pesantren..................................................................13
2.6 Perkembangan Aspek Sosial dan Budaya di masa sekarang....................14
BAB III...............................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................15
3.1 Kesimpulan......................................................................................15
3.2 Saran................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aspek sosial dan budaya memiliki dampak yang besar bagi kehidupan manusia. Di era
globalisasi ini banyak sekali perubahan yang ekstrim sehingga semua orang harus
memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu permasalahan yang ada di masyarakat
saat ini adalah beragamnya perawatan pada bayi baru lahir.
Hal ini sebenarnya berkaitan erat dengan faktor sosiokultural dan lingkungan masyarakat
tempat bayi baru lahir tinggal. Disadari atau tidak, berbagai pantangan, hubungan sebab
akibat antara makanan, kesehatan dan penyakit, kepercayaan dan faktor pengetahuan
budaya seperti kebiasaan dan ketidaktahuan, baik positif maupun negatif bagi kesehatan
bayi.Sering kali berdampak.
Faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat adalah adat istiadat dan kebiasaan.
Dimana mereka mempercayai akan hal yang berbau mistis atau pamali. Adat istiadat
merupakan ciri khas suatu daerah yang melekat sejak dahulu kala dalam diri masyarakat,
serta menjadi kebiasaan yang dilakukan hingga sekarang, kebiasaan tersebut sulit di
hilangkan karena masyarakat mempercayai jika adat istiadat yang mereka jalani adalah
hal yang baik bagi mereka.
Menjadi bidan tidaklah mudah. Pekerjaan bidan sangat sulit, sehingga bidan perlu
dipersiapkan secara fisik dan mental. Bidan yang bersedia melayani di daerah pedesaan
menghadapi tugas berat untuk mengubah gaya hidup mereka yang berdampak buruk
pada kesehatan masyarakat. Mengubah cara berpikir dan sosial budaya masyarakat
bukanlah hal yang mudah. Selain itu, tantangan khusus bidan di pedesaan adalah
kemiskinan, pendidikan dan budaya yang buruk.
Oleh karena itu, kemampuan mengidentifikasi masalah dan mencari solusi bersama
masyarakat merupakan keterampilan dasar yang perlu dimiliki bidan. Dalam kasus
demikian, bidan perlu mempelajari sosial budaya masyarakat untuk mendekati
masyarakat. Ini mencakup tingkat pengetahuan tentang kependudukan, struktur
pemerintahan, adat dan kebiasaan sehari-hari, norma dan nilai, agama, dan bahasa. , Seni,
dan hal-hal lain yang terkait dengan bidang. Terutama yang berkaitan dengan aspek
sosial budaya bayi baru lahir.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir?
2. Bagaimana solusi pendekatan melalui Agama?
3. Bagaimana solusi pendekatan melalui kesenian tradisional?
4. Bagaimana solusi pendekatan melalui paguyuban?
5. Bagaimana solusi pendekatan melalui pesantren?
6. Bagaimana perkembangan aspek sosial budaya pada masa sekarang?

4
1.3 Tujuan dan Maksud
Untuk mengetahui aspek sosial budaya pada bayi baru lahir, kemudian solusi
pendekatannya melalui Agama, Kesenian Tradisional, Paguyuban dan Pesantren.
Kemudian untuk mengetahui perkembangan aspek sosial budaya di zaman sekarang.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aspek Sosial Budaya pada Bayi baru lahir


Aspek sosial budaya pada dasarnya berkaitan dengan akal dan pemikiran manusia dalam
kehidupan bermasyarakat. Karena aspek sosial budaya inilah mitos dan fakta berkembang
dalam kehidupan masyarakat. Budaya baru lahir ini telah menciptakan banyak mitos.
Kebenaran mitos yang lahir di masyarakat ini terkadang tidak masuk akal dan bisa berbahaya
bahkan bagi ibu dan bayi. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
merawat bayi baru lahir.
Mitos dan fakta yang berkembang seputar bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
1. Daerah Solo
Sebagian besar masyarakat di Solo telah meninggalkan mitos dan masalah sosial budaya yang
terkait dengan bayi baru lahir. Tapi masih ada orang yang percaya mitos. Aspek mitos dan
budaya yang masih dipercaya dan diyakini adalah:
a.Bayi dibedong untuk menjaga kakinya tetap hangat dan bengkok.
b.Penggunaan gerita untuk mencegah perut kembung.
c.Penggunaan gelang yang terbuat dari bangle dan potongan dringo untuk mencegah bayi
mengalami gangguan dari (hantu).
d.Saat bayi sakit, Rendam bayi menggunakan air pusar yang telah mengering
e.Penggunaan peniti pakaian/topi bayi untuk mencegah gangguan makhluk astral
f.Ari-ari dikubur bersama dengan berbagai piranti (garam, daun waru, benang dan jarum,
uang, bunga serta beberapa bumbu tradisional), diberi lampu untuk penerangan serta ditaburi
bunga.
g.(ubun-ubun) diberi bawang merah agar bayi sehat dan mata bayi bisa bening.
h.Pemakaikan krim/bedak dingin yang terbuat dari beras dan bumbu-bumbu tradisional
diseluruh tubuh bayi agar tubuh bayi tidak kepanasan.
2. Daerah Sragen
Di  Sragen masih terdapat aspek budaya tentang perawatan bayi baru lahir yang masih
dipercayai oleh masyarakat sekitar, meliputi :
a.       Bayi baru lahir harus dibedong yang dipercaya dapat membuat tulang kaki bayi lurus dan
kuat untuk berjalan. Jika  bayi tidak digedong dipercaya dapat membuat kaki bayi bengkok
tulangnya.

6
b.      Bayi baru lahir harus dipakaikan gerita hingga umur 3 bulan dan dilepas jika bayi mulai
dapat tengkurap. Karena dipercaya dapat membuat perut bayi menjadi tidak melar, dapat
menahan tali pusat sehingga tali pusat tidak menjulur ke bawah, juga untuk kekuatan tulang
bayi karena dipercaya tulang bayi baru lahir masih lembek sehingga harus dipakaikan gerita .
c.       Plasenta (ari-ari) bayi baru lahir harus dipendam dan diberi lampu diatasnya sampai
plasenta (ari-ari) itu kering. Hal tersebut dipercaya dapat membuat plasenta (ari-ari) terhindar
dari incaran kucing atau anjing untuk dimakan. Ada juga yang meyakini supaya plasenta (ari-
ari) tidak dikerumuni semut.
d.      Topi bayi baru lahir diberi peniti yang berisi bawang dan blingo (baunya seperti
temulawak). Hal tersebut dipercaya dapat menjauhkan bayi dari setan-setan.
e.       Di samping kamar bayi baru lahir diberi bawang, sapu, pisau dan kembang yang
dipercaya untuk membuang sawan.
f.       Bayi baru lahir setelah magrib hingga setelah isya’ harus dipangku tidak boleh
ditidurkan. Hal tersebut dipercaya supaya bayi tersebut tidak digoda oleh setan karena bayi
fikirannya masih kosong tidak seperti kita yang telah terisi ibadah.

3. Daerah Boyolali
a)      Setelah lahir ari-ari bayi di cuci bersih kemudian di masukkan ke dalam wadah, di beri
garam, bumbu empon-empon, dan bumbu dapur dibungkus kain warna warni (supaya bayi
jika memakai  baju selalu cocok), diberi bunga lalu di tutup, dipendam.
b)      Setelah BBL dimandikan diambilkan degan lalu diberi pada BBL untuk dijilat-jilat
supaya anak tidak cepat rewel,  sebagai ganti bila ASI belum keluar.
c)      BBL harus digedong Karena dipercaya berguna untuk membentuk postur tangan dan kaki
yang lurus dan bagus, kemudian supaya mempercepat proses berjalan dan untuk
menghangatkan tubuh si bayi.
d)     Dikamar/didekat si bayi diberi sapu lidi yang ujung-ujung sapunya diberi cabai, bawang
merah, bawang putih dan sebagainya karena menurut kepercayaannya bahwa sapu lidi diberi
cabai, bawang merah dan sebagainya  itu disebut  gaman sewu yang dipercaya bahwa apabila
bayi tersebut akan di ganggu makhluk halus itu tidak bisa karena adanya benda tersebut.
e)      Pada acara puputan adat yang ada di desa tersebut adalah mbah dukun  diberi beras, gula,
teh, kinang, dan uang.
f)       Apabila kepala (ubun-ubun) si bayi diberi brambang/bawang merah dan puyang,
dipercaya supaya ubun-ubun si bayi cepat keras.
g)      Apabila ibu setelah melahirkan dijidatnya dikasih pilis karena dipercaya, ibu tersebut
apabila melihat matanya tidak buram.
h)      Tali pusat bayi dikasih njet dan kunyit dipercaya supaya tidak infeksi dan supaya cepat
puput/lepas tali pusatnya.

7
i)        Apabila seorang bayi baju dan topinya diberi dingobengkle dan pulo waras maka,
dipercaya apabila si bayi tersebut di ajak bepergian tidak terkena sawan.
j)        Budaya di desa tersebut apabila menengok BBL harus diam, tidak boleh berbicara
sesuatu tentang ibu bayi tersebut karena dipercaya apabila berbicara tentang ibu bayi apa
yang kita bicarakan itu akan mengenai/imbasnya akan kena ke kita sendiri (contohnya apabila
kita berbicara bahwa payudara si ibu itu besar, nanti kalau kita pulang dari rumah si ibu
tersebut payudara kita akan menjadi sakit).
k)      Apabila ada seseorang yang menikah bayi dimintakan bedak pengantin tersebut di
percaya supaya bayi tersebut tidak terkena sawan dan apabila bayi tersebut perempuan
supaya bayi tersebut cantik seperti pengantin perempuannya dan apabila bayinya laki-laki
supaya ganteng/tampan seperti pengantin laki-lakinya.
l)        Apabila BBL diberi bedak dingin supaya bulu kalong/bulu halusnya cepat hilang.
m)    Rambut bayi  sering digunduli karena dipercaya bahwa dengan rambutnya digunduli itu
kepalanya tidak gatal-gatal.
n)      Apabila akan menengok BBL harus ke dapur terlebih dahulu. Dipercaya supaya apabila
ada sesuatu/makhluk halus yang mengikuti kita tidak ikut ke kamar/tempat bayi berada
karena makhluk halus takut dengan panas api.

4. Mitos: Bayi baru lahir perlu dipijat setiap hari


Fakta: Pemijatan hanya berguna jika dilakukan dengan benar dan tepat. Sebaiknya yang
melakukan pijat adalah ibu si bayi sendiri. Tentu saja setelah mempelajari teknik memijat
bayi dengan baik. Perlu diperhatikan kondisi si kecil, apakah ia sedang dalam keadaan
nyaman dan sehat untuk dipijat. Selain itu perlu juga diperhatikan bahan-bahan atau minyak
yang digunakan untuk memijat dapat membuat bayi alergi.
5. Mitos: membedong bayi dapat memperkuat kaki atau membuat struktur kaki bayi
menjadi lurus
Yang sebenarnya adalah sentuhan kulit ke kulit membuat bayi baru lahir, terutama bayi
premature, lebih baik perkembangannya. Walaupun begitu, tidak diperlukan untuk
memijatnya setiap hari. Yang perlu dilakukan adalah perbanyak sentuhan dan berkomunikasi
dengan si kecil agar ia merasa nyaman dan aman.
6. Mitos: makanan dan minuman yang manis membuat gigi berlubang
Fakta: Bahwa gigi menjadi berlubang diakibatkan tiga hal, yaitu kuman, suasana asam dan
keduanya berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila makanan yang
mengandung gula menetap pada sela gigi, kuman akan mengubahnya menjadi asam. Kondisi
asam disertai bakteri yang juga menjadi aktif pada suasana asam, adalah penyebab utama dari

8
gigi berlubang. Diawali dengan kerusakan pada lapisan email gigi, jika dibiarkan lama
kelamaan gigi menjadi berlubang. Hal-hal yang dapat menyebabkan gigi berlubang antara
lain adalah kebiasaan mengemut atau minum susu dengan botol sampai tertidur. Makanan
manis tidak secara langsung menyebabkan gigi berlubang, tapi memudahkan pertumbuhan
kuman penyebab kerusakan gigi jika tidak rajin membersihkan gigi dan mulut.
7. Mitos: Jika anak rewel saat diberi ASI artinya ASI sedikit dan harus diganti susu
botol
Fakta: ASI diproduksi sesuai dengan hisapan si bayi, jadi banyak sedikitnya ASI ditentukan
oleh bayi sendiri. Bayi yang banyak minum ASI akan membuat produksi ASI meningkat.
Jadi, sebenarnya tidak ada istilah ASI sedikit.Bahwa kondisi tertentu mungkin dapat
mengurangi produksi ASI, seperti jika ibu menyusui mengkonsumsi obat-obatan tertentu,
stress atau tidak tenang saat menyusui, sedang sakit dan sebagainya. Di sisi lain, bayi
mungkin merasa tidak nyaman saat menyusu karena posisi yang kurang nyaman, puting susu
yang cenderung masuk ke dalam, ASI yang memancar terlalu kencang atau ia sedang tidak
lapar, sedang tidak enak badan dan sebagainya.
8. Mitos: Air susu ibu (ASI) sebagai makanan yang komplit sampai usia si kecil satu
tahun
Fakta: ASI sangat baik untuk pertumbuhan bayi sampai sia berusia 6 bulan. Namun semakin
bertambahnya usia bayi, ASI tidaklah mengandung cukup kalori dan kurang mengenyangkan
seiring dengan makin aktifnya si kecil. Ada beberapa zat tambahan yang dibutuhkan anak,
misalnya zat besi dan vitamin C yang banyak didapat dari sumber makanan. Jadi, anak tetap
memerlukan makanan tambahan untuk kebutuhan gizinya juga untuk menghindari resiko
anemia.
9. Mitos: Baby Walker membantu anak berlatih berjalan
Fakta: Justru sebaliknya, baby walker dapat menghambat perkembangan motorik anak. Anak
tanpa baby walker dapat lebih bebas bergerak, berguling, duduk dan berdiri serta bermain di
lantai yang merupakan dasar untuk belajar berjalan. Penelitian pada saudara kembar
menunjukan kembar yang menggunakan baby walker mengalami gangguan motorik berjalan
ketimbang saudaranya. Baby walker tidak lagi disarankan karena menjadi penyebab utama
kecelakaan pada bayi usia 5-15 bulan.
10. Mitos: Gurita mencegah perut buncit
Faktanya pemakaian gurita pada bayi—terutama bayi perempuan, sama sekali tidak ada
hubungannya dengan upaya pencegahan agar perut anak Anda tidak melar ketika ia dewasa.

9
Ketika dilahirkan, semua bayi memang memiliki perut yang ukurannya lebih besar daripada
dada. Seiring pertambahan usia, perut bayi akan kelihatan mengecil dengan sendirinya.
Pemakaian gurita malah sebaiknya dihindari karena membuat bayi Anda susah bernapas.
Pasalnya, pada awal kehidupan, bayi bernapas dengan menggunakan pernapasan perut
sebelum ia belajar menggunakan pernapasan dada. Pemakaian gurita yang menekan perut
bisa membatasi jumlah udara yang dihirupnya. Mitos ini tak benar, karena organ dalam tubuh
malah akan kekurangan ruangan. Dinding perut bayi masih lemas, volume organ-organ
tubuhnya pun tak sesuai dengan rongga dada dan rongga perut yang ada karena sampai 5
bulan dalam kandungan, organ-organ ini terus tumbuh sementara tempatnya sangat terbatas.
Jika bayi menggunakan gurita maka ruangan untuk pertumbuhan organ-organ ini akan
terhambat. Kalau mau tetap memakaikan gurita, boleh saja. Asal ikatan bagian atas
dilonggarkan sehingga jantung dan paru-paru bias berkembang. Bila gurita digunakan agar
tali pusar bayi tidak bodong, sebaiknya pakaikan hanya disekitar pusar dan ikatannya
longgar. Jangan sampai dada dan perut tercekik sehingga jantung tidak bias berkembang
dengan baik karena gurita yang terlalu kencang.
11. Mitos: Pusar ditempel uang logam supaya tidak bodong
Faktanya pusar menonjol atau sering diistilahkan bodong pada bayi adalah kondisi yang
wajar. Sebab, otot dinding perut pada bayi masih lemah sehingga bisa mempengaruhi bentuk
pusar. Seiring bertambah kuatnya dinding perut, bentuk pusar juga akan mengalami
perubahan. Pusar bayi bisa menonjol akibat terlalu banyak menangis atau ‘ngulet’. Kondisi
ini sering dialami bayi yang alergi susu sapi atau formula. Atau, pada bayi ASI yang sensitif
serta memiliki bakat alergi terhadap makanan yang dikonsumsi ibunya. Misal, makanan laut,
cokelat, telur, kacang tanah, serta produk makanan yang mengandung susu.
12. Mitos: Bedong agar kaki bayi tidak bengkok
Fakta: Tidak ada hubungan antara membedong dengan kekuatan kaki atau struktur kaki bayi.
Justru bayi akan lebih mudah bergerak untuk melatih kaki dan tangannya, jika bedong
dilakukan dengan longgar. Biarkan kaki dan tangan bayi bebas bergerak. Membedong anak
sekuat mungkin tidak ada hubungannya sama sekali untuk meluruskan kaki bayi. Semua kaki
bayi memang bengkok pada awalnya. Hal ini berkaitan dengan posisi bayi yang meringkuk di
dalam rahim. Nanti, dengan semakin kuatnya tulang anak dan kian besarnya keinginan untuk
bisa berjalan, kaki anak akan lempeng sendiri. Perkembangan fisiologis kaki memang seperti
itu.
13. Bawang yang dicampur minyak dikenal bias menurunkan panas

10
Faktanya secara ilmiah benar, karena bawang adalah tumbuhan yang mengeluarkan minyak
yang mudah menguap dan menyerap panas.
14. Mitos: Upacara tedak siti (menginjak tanah) saat bayi 6-7 bulan
Faktanya secara ilmiah pun ternyata salah, karena pas dengan usia reflek menapak bayi. Di
permukaan badan terdapat putik saraf yang bias menjadi sensor tekanan. Saraf ini tumbuh
saat bayi 6-7 bulan, bersamaan dengan tumbuhnya struktur otak untuk keseimbangan dan
alat-alat keseimbangan untuk posisi berdiri. Tak heran jika di usia ini bayi sudah mulai
belajar menapak.
15. Mitos: Hidung ditarik agar mancung
Faktanya ini jelas salah, karena tidak ada hubungannya menarik pucuk hidung dengan
mancung atau tidaknya hidung. Mancung atai tidaknya hidung seseorang ditentukan oleh
bentuk tulang hidung yang sifatnya bawaan.
16. Mitos: Bayi usia seminggu diberi makan pisang dicampur nasi agar tidak kelaparan
Faktanya hal ini salah, karena pasalnya usus bayi diusia ini belum punya enzim yang mampu
mencerna karbohidrat dan serat-serat tumbuhan yang begitu tinggi. Akibatnya bayi jadi
sembelit, karena makanan padat pertama adalah di usia 4 bulan, yakni bubur susu dan 6 bulan
makanan padat kedua yaitu bubur tim.
17. Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari
Mungkin yang tepat adalah jangan pergi ke tempat yang penuh orang (crowded). Banyak
orang berarti banyak kuman penyakit. Kalau kepadatan pada suatu ruangan tinggi, maka
penyakit pun tinggi. Misalnya ke mal atau membawa bayi ke perhelatan. Ingat kekebalan
bayi masih sangat rentan saat usianya dibawah 40 hari. Jadi, dibawah setahun sebaiknya
jangan dibawa ke mal, kecuali memang sangat penting dan hanya sebentar.
18. Menggunting bulu mata agar lentik
Memotong bulu mata bisa mengurangi fungsinya untuk melindungi mata dari benda-benda
asing. Panjang pendeknya bulu mata sudah menjadi bawaan dari bayi itu sendiri.
19. Beri setetes kopi agar bayi tidak step (kejang)
Pemberian kopi pada bayi jelas berbahaya karena mengandung kafein yang akan memacu
denyut jantungnya bekerja lebih cepat. Lagi pula bayi itu minumnya susu bukan kopi.
20. Jangan memeras kencang-kencang saat mencuci baju bayi, bayi akan gelisah
tidurnya.
Kalo di pikir secara logika jelas tidak masuk akal, mungkin bayi gelisah saat tidur karena dia
pipis, pub, gerah, atau ada faktor lain, jadi bukan karena saat memeras pakaiannya, mungkin

11
lebih masuk akal kalau jangan memeras terlalu keras karena akan merusak pakaian si bayi
yang kalau sudah koyak atau lepas jahitannya akan membuat gelisah sang ayah karena harus
membelikan pakaian yang baru lagi.
21. Jangan menyusui bayi jika bunda sedang sakit
Tadinya saya percaya karena penalaran saya bayi akan tertular sakit si ibu, ternyata saya
salah karena setelah saya konsultasi ke dokter ternyata malah sebaliknya, saat ibu sedang
sakit tubuh si ibu akan menghasilkan sistem kekebalan tubuh yang lebih banyak dan akan
ikut ke dalam asi yang jika di minum si bayi akan meningkatkan
sistem kekebalan tubuhnya. Yang tidak boleh adalah menyusui bayi saat sakit tanpa ada
pelindung untuk anda, contohnya pakailah masker penutup mulut dan hidung saat anda flu
karena akan memularkan penyakit, jadi bukan karena ASI nya.
22. Asupan lain ketika ASI belum keluar
Masyarakat Kerinci di Sumatera Barat , pada usia 1 bulan bayi sudah diberi bubur tepung,
bubur nasi, pisang , dan lain-lain. Dan ada juga kebiasaan memberikan roti,nasi yang sudah
dilumatkan ataupun madu, dan teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar.
23. Kolostrum dianggap sebagai susu yang sudah rusak
Masyarakat tradisional menganggap kolostrum sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik
diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang
menganggap kolostrum dapat menyebabkan diare, muntah , dan masuk angin pada bayi.
Aspek tumbuh kembang pada anak prasekolah dewasa ini adalah salah satu aspek yang
diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang
menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial.
Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai
tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa
selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman
bahwa pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama ( Nursalam,
2005).

2.2 Pendekatan melalui agama


Dari permasalahan aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir kita dapat
memberikan solusi pendekatan melalui agama. Agama memberikan petunjuk/pedoman pada
umat manusia dalam menjalani hidup meliputi seluruh aspek kehidupan. Selain itu juga
agama dapat membantu umat manusia dalam memecahkan berbagai masalah hidup yang
12
sedang dihadapi. Melalui pendekatan agama, bidan dapat mengadakan pengajian bersama
masyarakat yang kemudian diselingi dengan memberikan informasi mengenai cara merawat
bayi baru lahir. Serta mengklarifikasi tentang mitos yang berkembang di masyarakat seputar
bayi baru lahir.

2.3 Pendekatan melalui kesenian tradisional


Dari permasalahan aspek sosial budaya berkaitan dengan bayi baru lahir, kita dapat
memberikan solusi dengan pendekatan melalui Kesenian Tradisional. Pendekatan sosial
budaya yang dilakukan oleh bidan melalui kesenian tradisonal menyatakan bahwa peran
bidan bukan hanya dalam pelayanan kesehatan saja, tetapi bidan juga dapat menjadi seorang
bidan pengelola. Misalnya seorang bidan praktik selain sebagai tenaga kesehatan, bidan juga
dapat membuka hubungan kerja sama dengan suatu sanggar tari, lewat yayasan tersebut ia
dapat menyampaikan pesan atau melakukan penyuluhan kesehatan. Dalam perannya sebagai
peneliti dimana bidan ikut meneliti tentang kebudayaan apa yang ada pada suatu daerah
tempat penelitiannya tersebut. Melalui pendekatan Kesenian tradisional: bidan dan ahli
kesehatan lainnya dapat ikut dalam kesenian tradisional misalnya kesenian wayang orang
yang di dalamnya menampilkan pesan-pesan tentang hal yang mitos dan yang nyata agar
masyarakat awam tidak salah persepsi dan tidak mempercayai hal-hal yang belum ada
kebenarannya. Dan juga memberikan penyuluhan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir,
agar para ibu dan masyarakat di lingkungannya dapat mengerti benar.

2.4 Pendekatan melalui Paguyuban


Dari permasalahan aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir kita dapat
memberikan solusi dengan pendekatan melalui paguyuban. Paguyuban atau Gemeinschaft
adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para warganya di warnai dengan
hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal,serta
jauh dari pamrih-pamrih ekonomi.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-
pendekatan khususnya paguyuban. Untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan khususnya calon
bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran
aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan, misalnya saja dengan
mengadakan kegiatan posyandu di puskesmas-puskesmas.
Melalui pendekatan Paguyuban: bidan dapat masuk kedalam kelompok masyarakat untuk
bersosialisasi dan mencari tahu apa masalah yang sedang dialami masyarakat yang
berhubungan dengan bayi baru lahir, serta harus meluruskan mitos yang berkembang di
masyarakat ini dengan cara yang baik agar tidak merusak hubungan sosial yang sudah ada di
dalamnya.

13
2.5 Pendekatan melalui Pesantren
Dari permasalahan aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir, kita dapat
memberikan solusi pendekatan melalui pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan islam yang mengembangkan fungsi pendalaman agama, kemasyarakatan dan
penyiapan sumber daya manusia.
Tujuan umumnya adalah tercapainya pengembangan dan pemantapan kemandirian pondok
pesantren dan masyrakat sekitar dalam bidang kesehatan. Tujuan khususnya adalah
tercapainya pengertian positif pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya tentang norma
hidup sehat, meningkatkan peran serta pondok pesantren dalam menyelenggarakan upaya
kesehatan, terwujudnya keteladanan hidup sehat di lingkungan pondok pesantren.
Melalui pendekatan Paguyuban: bidan dapat melakukan penyuluhan di pesantren mengenai
aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir serta mitos yang berkembang yang
tidak boleh dipercayai dan yang boleh dipercaya.
2.6 Perkembangan Aspek Sosial dan Budaya di masa sekarang
Aspek  sosial pada bayi baru lahir tersebut merupakan kebudayaan yang turun temurun.
Budaya tersebut masih berlangsung hingga saat ini, tetapi hanya sebagian orang yang
melakukannya tergantung pada permintaan keluarga. Hal tersebut karena masyarakat telah
mengikuti perkembangan zaman.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Aspek sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan akal dan
pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek sosial budaya inilah, berkembang
yang namanya mitos dan fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan pada bayi
baru lahir ini menyebabkan banyaknya mitos mengenai bayi baru lahir.Masyarakat masih
mempercayai mitos-mitos yang kebenarannya kadang tidak masuk akal bahkan ada yang
berbahaya bagi kesehatan ibu dan anak. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang perawatan bayi baru lahir.

3.2 Saran

Dalam menghadapi suatu kebudayaan pada masa bayi baru lahir, maka kita memerlukan
suatu perencanaan dan pemantauan kesehatan salah satunya dengan penyuluhan agar kita
dapat mengubah atau memperbaiki suatu keadaan dalam mitos yang dapat merugikan ibu,
bayi, karena bila tidak, dapat membahayakan pertumbuhan dan keadaan bayi bahkan dapat
dikatakan bahwa mitos-mitos yang merugikan dan membahayakan bagi bayi. Tenaga
kesehatan khususnya bidan harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya,
beradaptasi dengan budaya-budaya dominan yang ada di daerahnya. Dan memberikan
penyuluhan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir, agar para ibu dan masyarakat di
lingkungannya dapat mengerti benar, serta harus meluruskan mitos yang berkembang di
masyarakat ini dengan cara yang baik agar tidak merusak hubungan sosial yang sudah ada di
dalamnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://hany96.mahasiswa.unimus.ac.id/2016/01/06/aspek-sosial-budaya/

http://repository.stikes-bth.ac.id/1645/

https://www.carinfomu.com/2015/01/makalah-bbl-aspek-sosial-budaya-pada.html

https://www.ilmulengkap.xyz/2017/02/makalah-aspek-sosial-budaya-yang.html

Mulyani, S. (2021). PRAKTEK BUDAYA SUNDA PADA IBU POSTPARTUM DAN


BAYI BARU LAHIR DI DESA MULYASARI KECAMATAN PATARUMAN KOTA
BANJAR JAWA BARAT (Doctoral dissertation, STIKes BTH Tasikmalaya).

16

Anda mungkin juga menyukai