PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi pada wanita merupakan persoalan tentang seksualitas dan reproduksi
yang terkait dengan pelayanan pemeriksaan kehamilan, proses persalinan, dan pengobatan pasca
persalinan. Angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan indikator kesehatan
reproduksi di mana di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara lainnya. Penelitian
sebelumnya diketahui bahwa faktor budaya dan social demografi berpengaruh terhadap tingginya
angka kematian ibu dan bayi. Kepercayaan dan keyakinan budaya terhadap perawatan ibu post
partum, masih banyak di jumpai di lingkungan masyarakat. Mereka meyakini budaya perawatan
ibu setelah melahirkan dapat memberikan dampak yang positif dan menguntungkan bagi mereka.
Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Andhra Pradesh pada 100 orang ibu post
Dari hasil penelitiannya di dapatkan banyak kepercayaan dan keyakinan budaya perawatan
ibu post partum, di antaranya pembatasan asupan cairan, makanan di batasi dan hanya boleh makan
sayur-sayuran, tidak boleh mandi, diet makanan, tidak boleh keluar rumah, menggunakan alas kaki,
menggunakan gurita, tidak boleh tidur di siang hari bahkan mereka meyakini kolustrum tidak baik
untuk anak. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa
masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berpikir.
Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif. Hubungan antara
budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu masyarakat
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti berbagai
pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan
ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan bayi.
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik maupun
mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di kawasan
pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan masyarakat yang
mempunyai dampak negatif tehadap kesehatan masyarakat. Tidak mudah mengubah pola pikir
Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan,
pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi
Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu
struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama,
bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut. Terutama yang
1. Apa saja aspek sosial budaya yang berkaitan dengan ibu nifas?
2. Apa saja aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi, balita dan anak ?
1. untuk mengetahui aspek sosial budaya yang berkaitan dengan ibu nifas.
2. Untuk mengetahui aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir.
3. Untuk mengetahui perkembangan aspek sosial budaya tersebut pada masa sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN
Batee (bakar batu) Sale dilakukan dengan memakai arang panas yang di taruh pada sebuah
tungku, kemudian menggunakan tempat tidur atau dipan (balai-balai) yang dibuat dari kayu atau
batang bambu yang bercelah- celah, sehingga uap dan panas bisa masuk
Mayoritas menggunakan parem setelah mandi. Pada seluruh bagian tubuh. parem ini di
gunakan dengan cara di oleskan ke seluruh tubuh. Parem ini dapat diperoleh dari pasar.
Makan telur, sehingga jahitannya menyebabkan terjadi gatal-gatal dan dianggap bahwa telur
Mengkonsumsi jamu. Jamu tersebut di olah sendiri, yang ramuannya berasal dari kunyit.
Dengan cara kunyit ditumbuk, disaring, kemudian air kunyit tersebut di minum setiap pagi juga
dibantu dengan makan tape. Manfaatnya dari minum air kunyit adalah apabila masih ada darah
kotor belum kering maka akan cepat kering. Juga supaya tidak bau badan. ramuan jenis lainnya
dalam perawatan masa nifas. Ramuan tersebut ada yang menggunakan daun nilam, daun, kates,
bahan ada ramuan yang mereka beli di toko tanpa harus mengolahnya.
B. Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Bayi,Balita dan anak
Perawatan pada bayi baru lahir merupakan faktor yang menentukan tingkat kesehatan bayi
tersebut, terutama perkembangan dan pertumbuhan bayi. Perawatan yang benar serta sesuai dengan
standar kesehatan pada dasarnya sangat diperlukan. Namun, pada kenyataannya masyarakat masih
mempercayai mitos-mitos yang kebenarannya kadang tidak masuk akal bahkan ada yang berbahaya
bagi kesehatan ibu dan anak. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
Sebagian besar masyarakat kota solo sudah banyak yang meninggalkan mitos atau aspek sosial
budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir. Namun, masih ada beberapa orang yang
mempercayai mitos tersebut. Mitos atau aspek budaya yang masih dipercayai dan diyakini yaitu :
c. Pemakaian gelang yang terbuat dari potongan bangle dan dlingo agar bayi tidak terkena sawan
(makhluk halus).
d. Tali pusat bayi yang telah mengering disimpan untuk digunakan pada saat bayi sakit. Cara
pemakaiannya adalah dengan memandikan bayi dengan air rendaman tali pusat.
e. Pemakaian peniti pada pakaian/topi bayi agar selamat dan terhindar dari sawan.
f. Ari-ari dipendam bersama dengan berbagai piranti (garam, daun waru, benang dan jarum, uang,
bunga serta beberapa bumbu tradisional), diberi lampu untuk penerangan serta ditaburi bunga.
g. Kepala depan bayi (ubun-ubun) diberi bawang merah agar bayi sehat dan mata bayi bisa
bening.
h. Pemakaikan krim/bedak dingin yang terbuat dari beras dan bumbu-bumbu tradisional diseluruh
Di daerah Sukoharjo juga masih terdapat mitos-mitos/ aspek sosial budaya yang berkaitan
a. Bayi baru lahir segera dimandikan bertujuan untuk membersihkan darah yang menempel pada
tubuh bayi . Kemudian dikeringkan menggunakan handuk dan diberi bedak seluruh tubuh serta
b. Tali Pusat diberi parutan kunyit yang telah dibungkus kassa supaya cepat puput (kering dan
lepas). Biasanya dalam waktu sekitar 5 hari sudah puput. Pamakaiannya diganti 2 kali sehari.
c. Pemakaian gerita untuk menahan tali pusat agar tidak bergeser. Pemakaian gerita dilakukan
selama 1 bulan, tetapi ada yang setelah puput di ganti kaos dalam.
e. Dipakaikan kopyah yang diberi bawang lanang, blenge yang dipasangkan dengan peniti.
g. Ditidurkan di tempat tidur yang diberi cermin, tebah dan gunting supaya terhindar dari sawan.
Perawatan ari-ari :
i. Dikubur bersamaan dengan pensil dan jarum diharapkan supaya bayi tersebut bisa jadi anak
yang pintar.
ii. Untuk bayi perempuan, dipendam di sebelah kiri pintu utama sedangkan untuk bayi laki-laki di
pendam di sebelah kanan pintu utama. Hal ini bertujuan sebagai lambang.
Di Sragen masih terdapat aspek budaya tentang perawatan bayi baru lahir yang masih
a. Bayi baru lahir harus digedong yang dipercaya dapat membuat tulang kaki bayi lurus dan kuat
untuk berjalan. Jika bayi tidak digedong dipercaya dapat membuat kaki bayi bengkok
tulangnya.
b. Bayi baru lahir harus dipakaikan gerita hingga umur 3 bulan dan dilepas jika bayi mulai dapat
tengkurap. Karena dipercaya dapat membuat perut bayi menjadi tidak melar, dapat menahan tali
pusat sehingga tali pusat tidak menjulur ke bawah, juga untuk kekuatan tulang bayi karena
dipercaya tulang bayi baru lahir masih lembek sehingga harus dipakaikan gerita .
c. Plasenta (ari-ari) bayi baru lahir harus dipendam dan diberi lampu diatasnya sampai plasenta
(ari-ari) itu kering. Hal tersebut dipercaya dapat membuat plasenta (ari-ari) terhindar dari
incaran kucing atau anjing untuk dimakan. Ada juga yang meyakini supaya plasenta (ari-ari)
e. Di samping kamar bayi baru lahir diberi bawang, sapu, pisau dan kembang yang dipercaya
f. Bayi baru lahir setelah magrib hingga setelah isya’ harus dipangku tidak boleh ditidurkan. Hal
tersebut dipercaya supaya bayi tersebut tidak digoda oleh setan karena bayi fikirannya masih
Cara perawatan pada bayi baru lahir didaerah Gebang, Sukodono, Sragen masih dipengaruhi
a. Riwayat Dukun
ii. Dukun di dusun tersebut dipilih oleh kepala desa untuk menempuh pendidikan dukun untuk
b. Perawatan Plasenta
i. Pada saat BBL plasenta di potong dengan menggunakan bambu ulung atau kulit bambu yang di
tajamkan.
ii. Plasenta dibersihkan kemudian plasenta di masukkan di dalam bathok dengan posisi telentang
bersama dengan beras, garam, di taburin abu halus tutup dengan kertas lalu dipendam diberi
penerang selama 40 hari. (Tradisi ini dilakukan sudah sejak zaman nenek moyang hingga
sekarang).
i. Tali pusat diberi kunir yang dikupas dicuci, dikeringkan kemudian ditumbuk halus. Digoreng
tersebut kemudian ditempelkan di tali pusat, diganti setiap hari sebagai pengganti betadine.
iii. BBL di gerita selama 1 bulan agar perut bayi tidak bertambah besar.
Siapa pun yang ingin melihat BBL harus menuju ke dapur terlebih dahulu kemudian kaki
e. Penangkal Sawan
Pada bayi diberi peniti yang terdapat bawang merah, bawang putih dan dlingu. Pada ibu
1. Perawatan Plasenta
Dipendam diberi penerang dipendam didekat bayi selama bayi belum puput.
III. Hal ini dilakukan agar perut bayi tidak melebar.Masih dibedong agar tubuh bayi
hangat.
3. Perawatan Ubun-Ubun
Ubun-ubun bayi diberi parutan atau tumbukan bawang merah, minyak kayu putih, agar
tahan angin.
4. Panangkal Sawan
Menggunakan peniti dengan ada bawang merah (tergantung kemauan keluarga). Ketika ada
pengantin, maka pada bayi diberi bedak pengantin agar terhindar dari sawan (masih
1. Perawatan Plasenta
Plasenta di pendam bila bayi laki-laki ditaruh disebelah kanan pintu bila permpuan di kiri
c. Bayi dibedong agar hangat, tidak banyak bergerak dan tidak banyak rewel selama
1bulan.
d. Menggunakan gurita tergantung pada kondisi bayi agar tali pusat tidak hilang
selama 1minggu.
3. Penangkal Sawan
Ubun-ubun diberi bawang putih, bawang merah, dan dlingu untuk menolak sawan sampai
bayi bisa tengkurep atau bisa menggunakan gelang yang rangkaiannya diselingi bawang
putih. Pada saat bayi baru lahir bersamaan dengan adanya pengantin baru maka bayi
4. Pemandian Bayi
Bayi yang belum puput dimandikan pada saat pagi hari tetapi apabila sudah puput
dimandikan pada pagi dan sore hari. Hal ini dilakukan agar bayi tidak pilek. Bayi setelah
puput diurut agar bentuk kepala bagus, tidak rewel, sembuh capeknya.
a. Setelah lahir ari-ari bayi di cuci bersih kemudian di masukkan ke dalam wadah, di beri garam,
bumbu empon-empon, dan bumbu dapur dibungkus kain warna warni (supaya bayi jika
b. Setelah BBL dimandikan diambilkan degan lalu diberi pada BBL untuk dijilat-jilat supaya anak
lurus dan bagus, kemudian supaya mempercepat proses berjalan dan untuk menghangatkan
tubuh si bayi.
d. Dikamar/didekat si bayi diberi sapu lidi yang ujung-ujung sapunya diberi cabai, bawang merah,
bawang putih dan sebagainya karena menurut kepercayaannya bahwa sapu lidi diberi cabai,
bawang merah dan sebagainya itu disebut gaman sewu yang dipercaya bahwa apabila bayi
tersebut akan di ganggu makhluk halus itu tidak bisa karena adanya benda tersebut.
e. Pada acara puputan adat yang ada di desa tersebut adalah mbah dukun diberi beras, gula, teh,
f. Apabila kepala (ubun-ubun) si bayi diberi brambang/bawang merah dan puyang, dipercaya
g. Apabila ibu setelah melahirkan dijidatnya dikasih pilis karena dipercaya, ibu tersebut apabila
h. Tali pusat bayi dikasih njet dan kunyit dipercaya supaya tidak infeksi dan supaya cepat
i. Apabila seorang bayi baju dan topinya diberi dingobengkle dan pulo waras maka, dipercaya
j. Budaya di desa tersebut apabila menengok BBL harus diam, tidak boleh berbicara sesuatu
tentang ibu bayi tersebut karena dipercaya apabila berbicara tentang ibu bayi apa yang kita
bicarakan itu akan mengenai/imbasnya akan kena ke kita sendiri (contohnya apabila kita
berbicara bahwa payudara si ibu itu besar, nanti kalau kita pulang dari rumah si ibu tersebut
k. Apabila ada seseorang yang menikah bayi dimintakan bedak pengantin tersebut di percaya
supaya bayi tersebut tidak terkena sawan dan apabila bayi tersebut perempuan supaya bayi
tersebut cantik seperti pengantin perempuannya dan apabila bayinya laki-laki supaya
l. Apabila BBL diberi bedak dingin supaya bulu kalong/bulu halusnya cepat hilang.
m. Rambut bayi sering digunduli karena dipercaya bahwa dengan rambutnya digunduli itu
n. Apabila akan menengok BBL harus ke dapur terlebih dahulu. Dipercaya supaya apabila ada
sesuatu/makhluk halus yang mengikuti kita tidak ikut ke kamar/tempat bayi berada karena
Aspek sosial pada bayi baru lahir tersebut merupakan kebudayaan yang turun temurun. Budaya
tersebut masih berlangsung hingga saat ini, tetapi hanya sebagian orang yang melakukannya
tergantung pada permintaan keluarga. Hal tersebut karena masyarakat telah mengikuti
perkembangan zaman.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat masih mempercayai mitos-mitos yang kebenarannya kadang tidak masuk akal
bahkan ada yang berbahaya bagi kesehatan ibu dan anak. Hal ini disebabkan kurangnya
B. Saran
Sebagai masyarakat yang baik seharusnya cermat dalam memilih perawatan yang baik