Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SOSIAL BUDAYA, HUMANIORA DAN SPIRITUAL KONTEKS


DALAM KEBIDANAN DALAM SEBUAH KASUS YANG MEMPUNYAI
KEBIASAAN ANAK BALITA TIDAK BOLEH MAKAN TELUR DAN
IKAN YANG DIPERCAYAI MENGAKIBATKAN BISULAN DAN
CACINGAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2 S1 KEBIDANAN

CRISTINA OCTAVIA (211000415201006)

CINDY WULANDARI (211000415201005)

FINI FABIO ARIANI (211000415201008)

FEBRIONA SABARILLA (211000415201007)

DOSEN PENGAMPU :

KHOLILAH LUBIS,S.ST.,M.Keb

MATA KULIAH : PENGANTAR ASUHAN KEBIDANAN

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

TA 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi Allah SWT, yang telah
memberikanrahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah
makalah yang berjudul "Sosial budaya, humaniora dan spiritual konteks dalam kebidanan
dalam sebuah kasus yang mempunyai kebiasaan anak balita tidak boleh makan telur dan ikan
yang dipercayai mengakibatkan bisulan dan cacingan”

Shalawat di beriring salam kami sampaikan untuk junjungan kita


NabiMuhammad SAW, keluarga dan sahabat beliau sekalian serta orang-orang
mukmin yang tetap istiqamah dijalan-Nya. Adapun makalah ini ditulis untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah pengantar asuhan kebidanan.

Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak
kepada orang orang yang telah membantu, dan menyadari banyaknya kesalahan dalam
pembuatan makalah ini.

Bukittinggi, 10 juni 2022

Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR.............................................................................................................................

DAFTAR
ISI................................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR
BELAKANG...............................................................................................................................

1.2 TUJUAN
PRAKTIKUM.............................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN

3.1 ASPEK SOSIAL


BUDAYA....................................................................................................................................

3.2 HUMANIORA DAN SPIRITUAL KONTEKS DALAM


KEBIDANAN.............................................................................................................................

3.3 UU ATAU PERATURAN TERKAIT SERTA JURNAL/ PENELITIAN YANG


MENDUKUNG PEMBAHASAN
KASUS........................................................................................................................................

BAB IV
KESIMPULAN...........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ilmu kebidanan dan Ilmu Humaniora, sebenarnya 2 ilmu yang berbeda antara satu dengan
yang lain. Namun, ternyata keduannya memiliki hubungan yang saling melengkapi.
Pelayanan kebidanan tanpa dilandasi konsep humaniora bisa dikategorikan tindak kriminal
karena baik secara langsung maupun tidak langsung, tindakan tidak manusiawi tersebut
akan merampas hak klien sebagai pengguna layanan kebidanan. Hal ini tentunya merugikan
bagi pengguna jasa maupun pelaksana pelayanan dalam hal ini adalah bidan. Bagi bidan
yang tidak menerapkan ilmu humaniora bisa dikatakan telah melanggar kode etiknya dan
kepadanya diberikan sanksi yang tegas atas kelalaian yang dibuat baik sengaja maupun
tidak disengaja. Ilmu social budaya Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola
kehidupan manusia. Di era globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu
ekstrem menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu
masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun
kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial
budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada. Bisadari atau tidak,
faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai
berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit,
kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif
terhadap kesehatan ibu dan anak. Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah.
Seorang bidan harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat.
Bidan yang siap mengabdi di kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam
mengubah pola kehidupan masyarakat yang mempunyai dampak negative terhadap
kesehatan masyarakat. Tidak mudah mengubah pola pikir ataupun sosial budaya
masyarakat. Apalagi masalah proses persalinan yang umum masih banyak menggunakan
dukun beranak. Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah
kemiskinan, pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah
dan mencari solusi bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki
bidan. Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat
perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan
penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma
dan nilai,agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
Konsep spiritualitas merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam pelayanan
kebidanan. Price et al dalam penelitiannya yang berjudul “The Spiritual Experience of
High‐Risk Pregnancy” menyebutkan bahwa aspek spiritualitas membantu dalam mengatasi
stres pada kehamilan risiko tinggi, dan diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan
janin.
Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat
kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh
keadaan gizi. Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi
keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang
dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan
individu dan masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal
serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur.
Gizi baik membuat berat badan normal atau sehat tubuh tidak mudah terkena penyakit
infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian
dini. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak
menular terkait gizi, maka pola makan masyarakat.

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan Praktikum adalah yang paling utama adalah menginformasikan, menganalisis,
dan membujuk dengan cara yang lugas dan memungkinkan pembaca untuk terlibat secara kritis
dalam suatu topik ilmiah. Dan Untuk menjelaskan, menganalisis, dan mendemonstrasikan
secara umum tentang materi Sosial budaya, humaniora dan spiritual konteks dalam kebidanan
dalam sebuah kasus yang mempunyai kebiasaan anak balita tidak boleh makan telur dan ikan
yang dipercayai mengakibatkan bisulan dan cacingan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Aspek Sosial Budaya Dalam Kebidanan

Dalam masyarakat pada umumnya masih banyak yang belum memahami pentingnya
kesehatan. Hal ini bisa dikarenakan oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, budaya serta mitos
ttg cara mengobati masalah kesehatan mereka. Karena hal diatas maka menjadi penghambat
dalam peningkatan kesehatan masyarakat terutama masalah ibu dan anak.

Setiap daerah memiliki kebiasaan/mitos yang berbeda- beda mengenai :

• Kehamilan

• Persalinan

• Nifas

• BBL

Kebiasaan / mitos kesehatan yang ada di masyarakat :

1. Ibu hamil

a. Ibu hamil dilarang makan ikan, daging dan telur krn akan berbau amis

b. Ritual upacara selamatan ibu hamil saat usia kandungan 4 , 7 dan 9 bulan

c. Minum air dan minyak kelapa agar melancarkan persalinan

d. Membawa gunting/pisau agar tidak diganggu makhluk halus

e. Kepercayaan kalau perut ibu hamil membulat maka anaknya perempuan

f. Ibu hamil tidak boleh mkn nenas atw durian

g. Ibu hamil tdk boleh membicarakan kejelakan org lain krn bs berbalik kpd anak

h. Saat hamil tdk boleh menyimpan sesuatu ke dlm kantong dlm wkt lama dan mengusap
minyak sembarangan krn akan menyebabkan tompel pada anak
i. Di Suku Dani Papua, kehamilan di anggap menganggu tugas pokok wanita (mencari Ubi
dan bahan makanan) maka bnyak mereka melakukan aborsi secara tradisional yg dapat
berdampak buruk pada Ibu.

j. Di daerah jawa dan sunda jika Ibu hamil mengidam , maka keluarga harus segera
memenuhi keinginan Ibu krn jika tidak maka akan menyebabkan bayi ileran nantinya

k. Ibu hamil dilarang makan cumi-cumi, udang, krn takut nanti saat anak dilahirkan tubuh
anak akan membungkuk seperi udang dan memiliki tangan yang bersekat

Pernikahan merupakan suatu sarana untuk menyatukan 2 insan manusia. Berdasarkan pada
aspek social budaya maka dalam pernikahan ada 4 fase/proses yang akan dihadapi yaitu:

- Pada fase pertama bulan madu, pada masa ini semua terasa indah dan menyennagkan
- Pada fase kedua pengenalan kenyataan, pasangan mengetahui karakteristik serta
kebiasaan yang sebenarnya dari pasangan
- Pada fase ketiga, krisis perkawinan terjadi proses penyesuaian akan adanya perbedaan
yang terjadi
- Fase keempat, menerima kenyataan yaitu apabila suskses menerima kenyataan maka
pasangan tersebut akan mendapat kebahagiaan

Faktor pendukung keberhasilan penyesuaian perkawinan

- Saling memberi dan menerima cinta


- Saling menghargai dan menghormati
- Saling terbuka

Menjadi seorang bidan desa dan ditempatkan pada desa di pelosok masih tinggi menjunjung
adat istiadat dan mitos mitos yang ada dalam masyarakat. Sehingga bidan harus bekerja keras,
karena masyarakat lebih mempercayai mitos dari pada nakes dan mereka sangat mempercayai
dukun untuk menolong persalinan dan mengobati penyakit mereka. Padahal persakinan dengan
bidan sangat riskan terhadap infeksi.

Humaniora adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan membuat manusia menjadi lebih
manusiawi (humanior), dalam pengertian manusia lebih berbudaya. Humaniora dalam ilmu
Kebidanan Humaniora dalam ilmu kebidanan merupakan studi yang memusatkan perhatiannya
pada kehidupan manusia menekankan unsur kreativitas, kebaharuan, orisinalitas, keunikan dan
berusaha mencari makna dan nilai, sehingga bersifat normatif.

Humaniora Kebidanan dalam Pendidikan Agama

- Semula humaniora mencangkup didalamnya juga agama/kepercayaan, tetapi


kemudian, sejak William Caxton (1422-1491) (Enycl Britt, 1973) agama dipisahkan
dari humaniora yang mempercayai adanya hubungan supranatural sebagai naluri
manusia.
- Nilai-nilai agama diturunkan kepada manusia melalui wahyu, yang dibawakan oleh
utusan-NYA.Nilai-nilai religious seharusnya merupakan nilai – nilai yang paling dasar
dari segala tata nilai dan karena itu ada titik temu dengan nilai – nilai budaya yang
dikembangkan manusia (Muljohardjono, 2004)

Humaniora adalah salah satu Ilmu pengetahuan yang mempelajari apa yang diciptakan atau
diperhatikan manusia. Pengertian lain menyebutkan bahwa humaniora adalah ilmu yang
berkaitan dengan rasa seni yang dimiliki oleh manusia, seperti seni sastra, musik, pahat, lukis,
dan sebagainya. Berangkat dari pemahaman tentang manusia yang demikian , maka ilmu
humaniora itu penting dipelajari, di samping mempelajari ilmu-ilmu yang canggih.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 ASPEK SOSIAL BUDAYA

Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era
globalisasi sekarang ini, dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem menuntut kita semua
manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Disadari atau tidak, faktor-faktor
kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan,
hubungan sebab-akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan,
seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak,
terutama pada anak balita. Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan
harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap
mengabdi di kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola
kehidupan masyarakat yang mempunyai dampak negative terhadap kesehatan masyarakat.
Tidak mudah untuk mengubah pola pikir ataupun sosial budaya masyarakat. Ditambah lagi
tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan, pendidikan rendah, dan
budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi bersama masyarakat
menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan. Untuk itu kita sebagai seorang bidan
agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu mempelajari sosial-budaya
masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat
istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai,agama, bahasa, kesenian, dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut. Konsep spiritualitas ini merupakan hal
yang tidak dapat diabaikan dalam pelayanan kebidanan.

Kebiasaan makan berbeda antar bangsa, suku dan keluarga. Kebiasaan ini dipengaruhi
oleh lingkungan. Biasanya,bangsa yang hidup di daerah tempat musim secara naluri lebih
banyak makan lemak dari pada hidup di daerah panas. Makanan yang mengandung lemak itu
biasanya mengandung banyak protein terutama sumber protein hewani.

Di Indonesia terdapat pula kebiasaan makan antar suku. Penduduk di Indonesia bagian
timur lebih banyak makan ikan, karena daerah tersebut banyak menghasilkan ikan. Terkadang
ada beberapa daerah yang membuat mitos bahwa anak balita tidak boleh memakan ikan dan
telur. Para orangtua tersebut mempercayai apabila balita makan telur dan ikan akan
mengakibatkan bisulan dan cacingan dan para dukun pun mengiyakan kebiasaan itu.

Akibatnya banyak mitos disetiap daerah terutama yang berhubungan dengan anak balita
yang tidak boleh makan telur dan ikat karena dapat dipercayai menyebabkan bisulan dan
cacingan, membuat banyak balita kekurangan energi protein. Dimana pada anak balita itu
mereka sangat memerlukan zat gizi yang sangat tinggi. Kebutuhan zat gizi protein ini sangat
penting dalam kehidungan termasuk kehidupan balita ini.

Apalagi protein dalam telur dan ikan. Ada yang mengatakan makan telur dan ikan dapat
menyebabkan bisul. Bisul itu adalah kantong sempit berisi nanah yang berkumpul di jaringan,
organ, atau ruang di dalam tubuh.

Ketika suatu daerah dalam tubuh menjadi terinfeksi, sistem kekebalan tubuh
mengirimkan sel darah putih untuk melawan infeksi. Sel-sel ini menyatuk dan bergabung
dengan jaringan yang rusak dan kuman, menghasilkan cairan yang disebut nanah.

Sebenarnya penyebab utama bisul adalah bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri ini
umumnya berada pada kulit atau di dalam hidung manusia. Akan tetapi, bakteri ini tak memicu
infeksi. Namun, infeksi ini bisa terjadi ketika bakteri masuk ke folikel lewat luka gores atau
gigitan serangga.Nah, apabila seseorang menagalami bisul sehabis makan telur kemungkinan
terjadi karena orang tersebut memiliki alergi terharadap telur. Sehingga pernyataan makan telur
dapat mengakibatkan bisulan adalah mitos.

3.2 HUMANIORA DAN SPIRITUAL KONTEKS DALAM KEBIDANAN

Pada saat sekarang ini, laju pertumbuhan anak balita menurun bila dibandingkan
dengan masa bayi. Pada saat usia ini anak anak pada mulai berbicara dan mulai memahami
bahasa nya sehingga mereka dapat meminta makanan yang mereka inginkan. Perkembangan
kemampuan motoric ini memungkinkan mereka untuk belajar makan sendiri dengan
menggunakan tangan mereka atau sendok dan minum dengan cangkir atau gelas. Kemudian
mereka mengenal berbagai macam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur. Mereka juga
belajar bermain yang sering mneghilangkan keinginan mereka untuk makan. Pada saat itulah
orangtua harus dapat amengarahkan anak mereka untuk mengenal berbagai jenis makanan yang
akan berpengaruh pada kebiasaan makan selanjutnya.

Ada masyarakat yang mengatakan sebuah mitos, memakan telur dan ikan bisa
mengakibatkan bisulan dan cacingan. Padahal bisulan dan cacingan itu bisa disebabkan oleh
bakteri. Tetapi karena kita hidup berbudaya, Kita harus pandai meyakinkan orang lain bahwa
hal itu tidak benar. Kita tidak boleh langsung menghakimi mereka karena mengatakan mitos
tersebut. Sampaikan faktanya dengan baik, sehingga mereka mudah mengerti.

3.3 UU ATAU PERATURAN TERKAIT SERTA JURNAL/ PENELITIAN YANG


MENDUKUNG PEMBAHASAN KASUS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN


2014 TENTANG PEDOMAN GIZI SEIMBANG

Salah satu ciri bangsa maju itu adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan,
kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dia dipengaruhi oleh keadaan
gizi. Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi
seseorang. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang
dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu
dan masyarakat. Gizi yang optimal ini sangat penting untuk pertumbuhan normal serta
perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi yang
baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh kita menjadi tidak mudah terkena penyakit
infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini.
Agar tubuh kita tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak
menular terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi
seimbang. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat.
Ada berbagai makanan yang dikonsumsi beragam baik antar kelompok pangan (makanan
pokok, lauk pauk, sayur dan buah) maupun dalam setiap kelompok pangan. Masing-masing
contoh jenis pangan dari berbagai kelompok pangan ini seperti
makanan pokok, contohnya itu seperti beras, kentang, singkong, ubi jalar, jagung, talas, sagu,
sukun. Kemudian ada juga lauk pauk sumber protein seperti yang kita makan dalam kehidupan
sehari hari contihnya itu ikan, telur, unggas, daging, susu dan kacang-kacangan serta hasil
olahannya (tahu dan tempe). Kemudian sayuran, nah, sayuran ini adalah sayuran hijau dan
sayuran berwarna lainnya. Kemudian juga buah-buahan yang berwarna.

Penjabaran dari menu seimbang 4 sehat 5 sempurna itu dia memiliki konsep dasar gizi
seimbang, yaitu menu yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan zat-zat gizi, tiap
bahan makanan itu dapat saling melengkapi, kita mengkonsumsi beraneka ragam makanan
setiap harinya, bahan makanan itu kita dapat
kelompokkan pada tiga fungsi utama, yaitu sebagai sumber energi, contihnya makanan pokok,
misalnya nasi, jagung, terigu, umbi, sagu . Kemudian juga sebagai sumber zat pembangunan
seperti lauk-pauk misalnya daging, ayam,telur, susu, tempe, tahu, kacang-kacangan,lalu juga
sebagai sumber zat pengatur misalnya sayuran dan buah buahan untuk mencapai gizi seimbang
terutama untuk balita. Telur dan ikan sangat diperlukan.
BAB IV

KESIMPULAN

3.1 ASPEK SOSIAL BUDAYA

Di era globalisasi sekarang ini, dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem
menuntut kita semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Menjadi seorang
bidan bukanlah hal yang mudah. Bidan yang siap mengabdi di kawasan pedesaan mempunyai
tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan masyarakat yang mempunyai dampak
negative terhadap kesehatan masyarakat. Untuk itu kita sebagai seorang bidan agar dapat
melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat
tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan
kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai,agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan wilayah tersebut. Konsep spiritualitas ini merupakan hal yang tidak
dapat diabaikan dalam pelayanan kebidanan. Akibatnya banyak mitos disetiap daerah terutama
yang berhubungan dengan anak balita yang tidak boleh makan telur dan ikat karena dapat
dipercayai menyebabkan bisulan dan cacingan, membuat banyak balita kekurangan energi
protein. Dimana pada anak balita itu mereka sangat memerlukan zat gizi yang sangat tinggi.

3.2 HUMANIORA DAN SPIRITUAL KONTEKS DALAM KEBIDANAN

Pada saat sekarang ini, laju pertumbuhan anak balita menurun bila dibandingkan
dengan masa bayi. Pada saat usia ini anak anak pada mulai berbicara dan mulai memahami
bahasa nya sehingga mereka dapat meminta makanan yang mereka inginkan. Mereka juga
belajar bermain yang sering mneghilangkan keinginan mereka untuk makan. Pada saat itulah
orangtua harus dapat amengarahkan anak mereka untuk mengenal berbagai jenis makanan
yang akan berpengaruh pada kebiasaan makan selanjutnya.

Tetapi karena kita hidup berbudaya, Kita harus pandai meyakinkan orang lain bahwa hal itu
tidak benar.
3.3 UU ATAU PERATURAN TERKAIT SERTA JURNAL/ PENELITIAN YANG
MENDUKUNG PEMBAHASAN KASUS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN


2014 TENTANG PEDOMAN GIZI SEIMBAN

Salah satu ciri bangsa maju itu adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan,
kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dia dipengaruhi oleh keadaan
gizi. Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi
seseorang. Gizi yang baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh kita menjadi tidak
mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit
kronis dan kematian dini. Agar tubuh kita tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit
kronis atau penyakit tidak menular terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan
kearah konsumsi gizi seimbang. Kemudian ada juga lauk pauk sumber protein seperti yang kita
makan dalam kehidupan sehari hari contihnya itu ikan, telur, unggas, daging, susu dan kacang-
kacangan serta hasil olahannya . Kemudian sayuran, nah, sayuran ini adalah sayuran hijau dan
sayuran berwarna lainnya. Kemudian juga buah-buahan yang berwarna.

SARAN

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. dkk. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama

https://pendidikankedokteran.net/index.php/61-pengantar-mingguan/1228-spiritualitas-dan-
spiritual-care-dalam-asuhan-kebidanan

http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/viewFile/2734/7154

https://journal.ugm.ac.id/jkn/article/view/25500/18838

http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%2041%20ttg%20Pedoman%
20Gizi%20Seimbang.pdf

Anda mungkin juga menyukai