Anda di halaman 1dari 26

TUGAS PSIKOSOSIAL & BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

“Perawatan Kehamilan dan Kelahiran di Daerah Bali”

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Keperawatan - C
Nama NPM Nama NPM
Meilany Amanupunyo 12114201210128 Marwen A Batmomolin 12114201210125
Rindu Noya 12114201210166 Sefriyona L Maitale 12114201210178
Rosdiana T Tiwery 12114201210169 Mersya Liptiay 12114201210133
Rosmyana V Hutabarat 12114201210170 Rivaldo J Batlayery 12114201210168
Octhovina C Tariola 12114201210146 Sarah F Ohoilulin 12114201210177
Natasya Taraleuw 12114201210143 Ricko Latupana 12114201210165
Naomi A Tanmelay 12114201210140 Roy Manduapessy 12114201210171

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Psikososial & Budaya
dalam Keperawatan dengan kasus “Perawatan Kehamilan dan Kelahiran di
Daerah Bali”.
Ketika penulisan makalah ini kami mengalami beberapa kesulitan, namun
berkat mencari dari sumber-sumber serta mempelajari materi yang diberikan oleh
dosen pengampu akhirnya kami pun dapat menyelesaikannya.
Tidak lupa kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Kami menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan dari makalah ini.
Harapan kami juga semoga makalah ini dapat diterima dan mendapatkan nilai
yang baik sesuai usaha kami.

Ambon, 05 Agustus 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Tujuan..........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. Perawatan Ibu Hamil Pada Keluarga Hindu Bali...................................6
B. Asuhan Keperawatan (Berdasarkan Budaya Bali)................................11
C. Jurnal dan Evidence based practice........................................................18
D. Trend dan Issue.........................................................................................20
BAB III..................................................................................................................22
PENUTUP.............................................................................................................22
A. Kesimpulan................................................................................................22
B. Saran..........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat hindu bali memiliki kearifan lokal dalam perawatan ibu hamil
sehingga proses menuju kelahiran berjalan lancar dan menghasilkan anak yang
sehat dan baik (suputra). Sejak diketahui adanya kehamilan pada seorang ibu,
berbagai macam tradisi dilaksanakan secara turun temurun sebagai bentuk
syukur dan perhatian kepada ibu dan calon bayi. Perawatan ibu hamil
berdasarkan nilai pendidikan agama Hindu sangat menekankan pada
kepercayaan bahwa ibu hamil memiliki kekhususan. Seseorang pada saat
hamil mendapatkan perhatian lebih karena dalam keyakinan masyarakat,
memiliki keturunan adalah menjadi idaman dan harapan utama seseorang
dalam berkeluarga. Melanjutkan keturunan adalah salah satu dari tujuan
perkawinan dan berkeluarga (Sartini, 2020:396).
Perawatan ibu hamil yang baik adalah mewajibkan ibu untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan secara teratur ke tenaga kesehatan (Bidan atau
Dokter), pemerintah mewajibkan minimal empat kali kunjungan selama
kehamilan. Kunjungan pertama pada trimester pertama, kunjungan kedua pada
trimester kedua, kunjungan ketiga dan keempat pada trimester ketiga (Depkes,
2010). Adapun kunjungan tersebut bertujuan untuk memonitor kemajuan
kehamilan dan tumbuh kembang janin, meningkatkan serta mempertahankan
kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan bayi, mendeteksi secara dini
ketidaknormalan / komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,
menyiapkan ibu hamil untuk mempersiapkan persalinannya (Yuliani, 2017:
56).
Permasalahan gizi pada ibu hamil di Indonesia tidak terlepas dari faktor
budaya setempat. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan
dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Kepercayaan bahwa
ibu hamil dan post partum pantang mengkonsumsi makanan tertentu
menyebabkan kondisi ibu post partum kehilangan zat gizi yang berkualitas.
Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan
pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenarnya sangat
dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap
kesehatan ibu dan janin. Dapat dikatakan bahwa persoalan pantangan atau
tabu dalam mengkonsumsi makanan tertentu terdapat secara universal di
seluruh dunia (Husaini dkk, 2017: 141).

4
Pemahaman mengenai konsep perawatan ibu hamil pada masyarakat
menjadi sangat penting, hal ini diperlukan sebagai bagian dari upaya
pencegahan dan promotif terhadap kesehatan yang nantinya mampu
membentuk perilaku masyarakat yang sehat, sehingga berimplikasi pada
pembangunan kesehatan. Masih banyaknya budaya masyarakat berupa
pantangan makan, larangan berkegiatan, ataupun hal tabu lainnya yang
berkaitan dengan ibu hamil menjadi salah satu indikator kurangnya
pemahaman masyarakat terkait perawatan ibu hamil sehingga dapat
mengakibatkan perilaku yang justru berdampak negatif bagi ibu hamil,
termasuk juga janin dalam kandungan.

B. Tujuan
Untuk mengetahui cara perawatan masyarakat bali pada kehamilan dan
asuhan keperawatan.

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Teori Perawatan Ibu Hamil Pada Keluarga Hindu Bali
Perawatan ibu hamil pada keluarga Hindu di Bali dijabarkan ke dalam
beberapa aspek biologis, aspek psikologis, aspek sosial dan aspek spiritual.
Dalam pelaksanaannya ibu yang sedang hamil memiliki beberapa hal yang
menjadi anjuran dan pantangan untuk dilakukan yang didasari oleh adanya
budaya yang berkembang secara turun temurun pada masyarakat Hindu di
Bali dalam bentuk pola hubungan masyarakat. Pola hubungan masyarakat
tersebut bersumber dari nilai pendidikan agama Hindu dalam bentuk perilaku
keagamaan yang disebut aspek religiusitas (Sutriyanti, 2020: 256).
Masa kehamilan dalam sebuah keluarga menjadi penting dan berharga.
Setiap orang yang berkeluarga pasti yang diharapkan adalah kehamilan. Salah
satu tujuan berkeluarga dalam agama Hindu adalah untuk melanjutkan
keturunan. Harapan yang besar dalam kehamilan bagi seseorang yang
berkeluarga, agar dapat memberikan keturunan, karena kebahagiaan terbesar
dari keluarga adalah mempunyai keturunan. Karena keturunan inilah yang
akan melanjutkan generasi selanjutnya, sebagai generasi penerus sehingga
kehamilan itu sangat penting sekali bagi setiap keluarga Hindu di Bali.
Keyakinan yang ada dalam perawatan ibu hamil pada keluarga Hindu di Bali
diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup ibu hamil sehingga bayi yang
nantinya lahir juga memiliki kualitas yang mulia (Bhandesa, 2019: 152).
Membangun rumah dan memotong rambut adalah beberapa hal yang tidak
boleh dilakukan suami saat istri sedang hamil karena suami harus bisa
melakukan pengendalian (brata), karena secara simbolis hal tersebut dapat
diartikan menjaga psikologis istri yang sedang hamil dan beristirahat di
rumah. Saat suami memotong rambutnya akan menjadikan suami lebih
tampan, dan jika rambut dibiarkan tumbuh menjadi panjang akan menjadi
sebaliknya, pada akhirnya kemungkinan untuk suami berselingkuh menjadi
tidak ada, jadi saat hamil istri bisa tenang, hal ini dikarenakan ketenangan istri
akan mempengaruhi bayi yang dikandung, dan secara filosofis hal ini diyakini
juga merupakan petuah dari Dewa Brahma.
Suami diwajibkan membuat perasaan istri tenang, jika membangun rumah
tidak diperbolehkan, hal tersebut dikarenakan membangun rumah memerlukan
uang, secara otomatis mempengaruhi pikiran istri dan berharap fokus

6
memikirkan biaya untuk anak nantinya. Ibu hamil juga dilarang ke tempat
orang meninggal (melayat) dan menghadiri undangan ke tempat orang yang
sedang menikah. Karena pernikahan dalam agama Hindu di Bali diyakini
masih dalam keadaan kotor (cuntaka/sebel) dan terikat oleh nafsu, begitu pula
dalam kebudayaan masyarakat Hindu di Bali jika orang meninggal disebutkan
sedang mengalami kesedihan (cuntaka), oleh sebab itu ibu hamil dilarang
mengunjungi orang menikah dan meninggal.
Perawatan ibu hamil pada keluarga Hindu di Bali dalam bentuk
kebudayaan yang berlangsung secara turun temurun memberikan pengaruh
terhadap kesehatan janin dalam kandungan. Memberikan pemahaman kepada
masyarakat secara umum tentang bagaimana memberikan perhatian dan
perilaku sehat bagi ibu hamil, serta keluarga dengan baik dan benar akan
memberikan implikasi positif bagi kesehatan janin dalam kandungan maupun
psikologis ibu dan keluarga. Dengan beragam hal pantangan dan anjuran yang
berlangsung secara turun temurun diharapkan menjaga kesehatan dan
keselamatan ibu hamil dan keluarga Hindu di Bali sehingga akan lahir
keturunan yang suputra (mulia).
Perawatan ibu hamil pada keluarga Hindu di Bali diwujudkan dalam
bentuk upacara melukat dan magedong-gedongan. Melalui upacara melukat
diharapkan ibu hamil senantiasa dalam keadaan bersih secara rohani, dan
upacara megedong-gedongan merupakan upacara penyucian bayi dalam
kandungan agar bayi dalam kandungan senantiasa sehat, kuat, dan selamat
nantinya melalui proses persalinan. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada
usia kehamilan 6-7 bulan kalender.

1. Perawatan Secara Biologis


Ibu hamil diharapkan untuk selalu menjaga dan mempertahankan
kebutuhan dasar biologisnya seperti pemberian kebutuhan makan dan
minum yang mampu memenuhi kebutuhan ibu hamil, istirahat tidur,
pernapasan (bernapas dengan normal) eliminasi metabolisme tubuh seperti
BAB, BAK, keringat, mempertahankan postur tubuh, memilih pakaian
yang cocok dan menanggalkan pakaian yang kurang membuat nyaman,
menjaga suhu tubuh dalam batas normal, menjaga tubuh tetap bersih dan
rapi. Pada hakekatnya seorang ibu hamil sangat penting dalam menjaga
kesehatan biologis untuk menghindari rasa tidak nyaman dan masalah
kesehatan yang timbul.
Pemberian nutrisi dan pemilihan makan juga sangat penting bagi ibu
hamil. Pemberian nutrisi yang baik akan menjamin kesehatan ibu hamil
dan menghindari berbagai keluhan sakit selama masa kehamilan. Hal ini
akan menentukan kenyamanan selama masa kehamilan. Ibu hamil

7
sebaiknya mengurangi makan-makan yang berlemak dan perbanyak
konsumsi vitamin A supaya tidak mengalami anemia (Junitia, 2017: 12)
Hasil wawancara dengan narasumber Gusti Kade Adi Widyas Pranata,
seorang akademisi keperawatan bidang anak dan maternitas,
mengungkapkan bahwa secara teori nilai pendidikan yang diberikan di
masyarakat kepada ibu hamil sejalan dengan nilai pendidikan yang lain
seperti teori kesehatan, ibu hamil wajib mengkonsumsi makanan bergizi,
buah, susu, melaksanakan yoga hamil yang bisa merawat kesehatan ibu
hamil, menenangkan pikiran, melatih pernafasan. Sejalan dengan
keperawatan maternitas, seperti makan makanan bergizi tanpa bahan
pengawet, menjaga kebersihan, menghindari penggunaan bahan kimia
yang berbahaya bagi ibu hamil, dianjurkan mengkonsumsi makanan yang
bergizi, minum air kelapa muda (bungkak/klungah) saat menginjak hamil
tua.
2. Perawatan Secara Psikologis
Perawatan secara psikologis yang perlu diperhatikan bagi seorang ibu
hamil. Ketika ibu hamil perlu mendapatkan perhatian lebih, selain nutrisi
juga diberikan kasih sayang, apalagi pada trimester pertama sangat penting
diberikan perhatian, hal ini disebabkan pada masa awal ibu hamil
mengalami peningkatan hormon dan mood (perasaan dan suasana hati)
yang tidak stabil, pada trimester kedua sudah menjadi fase yang lebih
stabil. Ketika pada trimester ketiga juga arah perhatian secara psikologis
perlu lebih ditingkatkan kembali, karena pada masa ini adalah masa
persiapan persalinan, seperti perhatian untuk bersiap melahirkan,
bagaimana menghadapi fase persalinan, secara singkat ibu hamil tidak
panik dan fokus pada persalinan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber I Gusti Ngurah
Sudiana seorang tokoh masyarakat dan tokoh agama sekaligus akademisi
diperoleh informasi bahwa larangan berkata dan berbuat kasar
dimaksudkan dengan mengkaitkan ilmu kesehatan, mampu mengkaitkan
dengan keadaan psikologis dari ibu hamil yang harus dijaga untuk
menghindari gangguan pada ibu dan janin. Menerapkan ajaran Tri Kaya
Parisudha (berpikir, berkata, dan berperilaku yang jujur, baik dan benar)
maka secara psikologis ibu akan merasa nyaman. Psikologis yang terjaga
berdampak baik pada kesehatan karena beberapa penyakit muncul akibat
tekanan pikiran.
Ibu yang keadaan psikologisnya baik akan memberikan implikasi
positif pada janin, seperti perkembangan otak bagus, kesehatan fisik
normal serta karakter yang baik. Strategi pembentukan karakter
berdasarkan nilai pendidikan agama Hindu menyasar psikologis ibu.

8
Beberapa penelitian ilmiah membuktikan psikologis seorang ibu yang
nyaman dan bahagia secara tidak langsung membentuk karakter yang
cenderung ceria dan percaya diri. Selanjutnya strategi pembentukan
karakter berdasarkan nilai pendidikan kesehatan dan keperawatan
menekankan dari keadaan mental ibu saat hamil, sehingga karakter yang
dibentuk diharapkan berbanding lurus dengan keadaan ibu.
3. Perawatan Secara Sosial
Menurut I Gusti Ngurah Sudiana, perawatan secara sosial ibu hamil
pada keluarga Hindu di Bali juga dapat dilihat dari berbagai kegiatan
misalnya berkomunikasi dan berinteraksi dengan ibu hamil, tidak
bepergian ke kuburan, ke tempat orang yang sedang melakukan upacara
perkawinan dan kematian. Nilai budaya pada keluarga Hindu di Bali yang
mencakup perawatan ibu hamil antara lain larangan melangkahi ibu hamil,
larangan membuat kaget ibu hamil, larangan membayangi ibu hamil yang
sedang makan, larangan berkata dan berbuat kasar pada ibu hamil. Hal-hal
tersebut pada dasarnya merupakan nilai yang sudah ada dalam nilai-nilai
ajaran agama, secara etika memberikan hubungan dan interaksi yang baik
kepada orang lain khususnya ibu hamil, sebagaimana manusia
memperlakukan diri sendiri secara baik dan benar.
Perawatan secara sosial juga dalam bentuk interaksi terutama bagi
suami untuk lebih menjaga komunikasi yang baik dengan ibu hamil, lebih
mendekatkan diri dengan tuhan, menjaga agar ibu hamil tidak mendengar
dan melihat sesuatu yang menyebabkan terganggunya pikiran ibu hamil,
termasuk tidak berkatakata kasar, lebih sering mendengarkan nyanyian dan
musik lantunan yang merdu dan menghindarkan untuk bepergian ke
tempat-tempat yang terlalu ramai dan bising. Interaksi dan komunikasi ini
diharapkan mampu mewujudkan kesehatan pada ibu hamil dan
keluarganya.
4. Perawatan Secara Spiritual
Perawatan spiritual pada ibu hamil pada keluarga Hindu di Bali tidak
dapat dilepaskan dari ajaran agama Hindu yang berkembang di masyarakat
sehingga menjadi sebuah budaya. Hal ini dapat dikatakan bahwa budaya
masyarakat Bali dijiwai oleh agama Hindu yang mana salah satu tujuan
dari agama adalah spiritualitas. Wujud kebudayaan perawatan ibu hamil
yang diajarkan pada keluarga Hindu di Bali dapat dilihat dari beberapa
rangkaian acara (upacara dan upakara) seperti upacara pembersihan
(melukat), dan upacara tujuh bulanan (magedong-gedongan), rajin
sembahyang dan mendengarkan gayatri mantram dan beragam kidung suci
lainnya, tidak menghadiri upacara pernikahan (manusa yadnya) dan
upacara kematian (pitra yadnya) selama kehamilan, berpikir berkata dan

9
berbuat yang baik sesuai ajaran tri kaya parisudha (isi arti dlm bhs
Indonesia). Tidak malas bergerak selama masa kehamilan selain untuk
pembentukan karakter juga membantu proses persalinan seperti jalan-jalan
di usia kehamilan tua.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Jero Mangku Pande Dharmajati
salah seorang tokoh masyarakat Desa Kintamani Batur, dikemukakan
bahwa nilai pendidikan ibu hamil yang dapat dipetik dari beberapa ajaran
Hindu dan berkembang di masyarakat secara turun temurun dapat dilihat
dari kisah Arjuna sedang bercerita dengan istri tentang bagaimana dirinya
menceritakan kehebatannya, dan itupun didengar oleh sang anak yang
walaupun masih ada dalam kandungan. Nilai-nilai pendidikan yang
ditanamkan yaitu yang bernilai positif diantaranya: (1) Guru bhakti,
mengajarkan secara tidak langsung bagaimana berperilaku dan berbakti
yang baik; (2) Guru susrusa, mengajarkan kepada sang buah hati yang
masih ada dalam kandungan untuk ditanamkan nilai-nilai kebahagiaan,
kesejahteraan, dan kerukunan; (3) Hukum karma, apa pun yang diberikan
akan berpengaruh kepada janin dalam kandungan, hal ini tidak terlepas
dari perbuatan (karma) itu sendiri, adanya hukum sebab akibat (karma
phala) yang dipercayai masyarakat Hindu di Bali yang terdapat dalam
keyakinan agama Hindu, yaitu Panca Sradha. Nilai yang ditanamkan untuk
mendidik anak yang masih di dalam kandungan serta melibatkan ibu,
ayah, dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, keluarga diharapkan
menjaga agar hal positif dapat masuk selama kehamilan dan hal negative
tidak dapat dapat masuk pada masa kehamilan.
Secara umum ibu hamil tidak boleh melakukan hal yang dapat
membahayakan sang bayi seperti melakukan pekerjaan berat. Berdasarkan
hasil wawancara dengan beberapa narasumber sebagian daerah telah
menuangkan ke dalam bentuk hukum adat (awig-awig) yang ditujukan
untuk ibu hamil sebagai berikut: (1) Tidak diizinkan bepergian pada saat
sore menjelang malam (sandi kala); (2) Tidak mengkonsumsi makanan
yang berbau keras seperti durian; (3) Baik ibu dan ayah tidak diizinkan
bergosip, mengejek, menghina, dan diharuskan menjaga perilaku, berbuat
baik karena akan mempengaruhi janin dalam kandungan; (4) Tidak
diizinkan membantu tetangga (metulung) yang sedang melaksanakan
upacara pernikahan, mepandes; dan potong rambut.

10
B. Asuhan Keperawatan (Berdasarkan Budaya Bali)
1. Kasus
Ny.B umur 23 tahun, agama hindu pendidikan SMP, pekerjaan sebagai
IRT, klien menikah dengan tuan A 26 tahun agama hindu pendidikan
SMA pekerjaan Wirasuasta Suku bali dan tinggal bersama mertuanya.
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang pertama, usia kehamilan 8
minggu. Ny.B mendapat informasi mengenai kehamilan dari mertuanya.
Ny.B merasa pusing, lemas dan pucat selama 5 hari. Kemudian Ny.B
memeriksakan kehamilannya di RS. Di RS Ny.B diperiksa keadaannya
seerti tensi, ukur bb, tb, lingkar panggul, USG, cek darah, dll. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan bahwa HB Ny.B 7 mg/dl dan dari hasil USG
didapatkan bahwa bayi Ny.B adalah laki-laki dan sungsang. Dokter
menyimpulkan bahwa Ny.B menderita anemia kemudian dokter menyuruh
perawat melakukan pengkajian pola makan, istirahat, aktifitas dan lain-
lainya.
Dari hasil pengkajian tersebut didaerahnya masih percaya pada
kekuatan yang dari jarak jauh seperti santet, masih percaya pada sihir dan
hal-hal gaib. Pada saat isterinya hamil, suaminya maupun semua anggota
kelurganya, tidak boleh membunuh binatang seperti kucing karena akan
mengakibatkan anaknya lahir cacat. Suaminya tidak boleh memotong
rambut karena suami harus bisa melakukan pengendalian (brata), karena
secara simbolis hal tersebut dapat diartikan menjaga psikologis istri yang
sedang hamil dan beristirahat di rumah. Saat suami memotong rambutnya
akan menjadikan suami lebih tampan, dan jika rambut dibiarkan tumbuh
menjadi panjang akan menjadi sebaliknya, pada akhirnya kemungkinan
untuk suami berselingkuh menjadi tidak ada, jadi saat hamil istri bisa
tenang, hal ini dikarenakan ketenangan istri akan mempengaruhi bayi yang
dikandung, dan secara filosofis hal ini diyakini juga merupakan petuah
dari Dewa Brahma.
Dan didapatkan pantangan makanan pada ibu hamil yang diyakini
didaerahnya yaitu ibu hamil tidak boleh makan makanan yang
mengandung unsur babi karena babi memiliki potensi untuk menyebabkan
infeksi parasit seperti toxoplasmosis, selain itu tidak boleh makan anjing,
dan sapi karena sapi dipercaya itu suci karena merupakan kendaraan dewa.

11
Ibu hamil juga Tidak diizinkan mengkonsumsi makanan yang berbau
keras seperti durian, dan tidak diizinkan bepergian pada saat sore
menjelang malam.
Larangan ini bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu hamil dan
keamanan janin. kepercayaan tersebut diyakini dan dipatuhi oleh mertua
dan semua anggota keluarganya. Dokter menganjurkan Ny.B untuk
menguragi aktivitas yang berlebihan, sering berolahraga (jalan-jalan),
melakukan senam hamil, istirahat yang cukup dan diberi Obat penambah
darah (Zat Besi). Dari hasil USG yang menyatakan bahwa bayi Ny.B
sungsang, mertuanya membawa Ny.B kedukun bayi untuk dipijat
perutnya. Setelah beberapa hari, kondisi Ny.B tidak membaik karena Ny.B
tidak bisa atau jarang minum Obat yang diberikan oleh dokter. Akhirnya
Ny.B dirawat inap di RS.
2. Pengkajian (teori sunrise model)
Teori Sunrise model
Model ini dipandang sebagai matahari terbit dan harus digunakan
sebagai alat yang tersedia bagi perawat saat melakukan penilaian budaya.
Model ini menghubungkan konsep Leininger dan membentuk struktur
yang dapat digunakan dalam praktik. Model ini menyediakan cara
sistematis untuk mengidentifikasi keyakinan, nilai, makna, dan perilaku
orang. Dimensi model meliputi faktor teknologi, agama, filosofis,
kekerabatan, sosial, nilai dan jalur kehidupan, politik, hukum, ekonomi,
dan pendidikan. Faktor-faktor ini mempengaruhi lingkungan dan bahasa,
yang mempengaruhi kesehatan individu secara keseluruhan. Individu yang
mungkin merasa tidak dipahami dapat menolak atau menunda perawatan
atau mungkin menahan informasi penting. Faktor-faktor ini membantu
perawat memahami klien dan mengenali apa yang unik tentang klien.
Model ini membantu setiap perawat menghindari stereotip individu ke
dalam budaya berdasarkan faktor minimal ras atau etnis (Sousa et al.,
2022). Semua faktor dan konsep ini memandu perawat menuju tujuan
akhir mereka untuk memberikan perawatan yang kompeten secara budaya.
Faktor-faktor dan tujuan-tujuan ini memungkinkan perawat untuk
memenuhi kebutuhan individu untuk memiliki perawatan berbasis budaya
yang holistik dan komprehensif.

12
a. Faktor teknologi
Ny. b biasa ke RS dan berobat bersama dokter, namun dilain sisi
masih percaya pada sihir dan hal gaib pada saat hamil. .Ny.B
memeriksakan kehamilannya di RS dan berencana akan melahirkan
disana karena teknologi RS yang lengkap.
b. Faktor agama dan falsafah hidup
Agama yang dianut Ny.B dan keluarga yaitu agama hindu, Ny.B
dan kelurga percaya bahwa membunuh binatang seperti kucing pada
saat hamil bisa membuat anaknya cacat (lahir tidak sempurna). Klien
masih memepercayaai adanya hal mistik seperti tidak boleh makan
makanan yang mengandung unsur babi dan berbau keras seperti
durian, sedangkan suaminya pantang untuk membunuh binatang dan
memotong rambut.
c. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan
- Nama lengkap : Ny.B
- Umur: 23 tahun
- Jenis kelamin: Perempuan
- Status: Menikah
- Tipe keluarga: Keluarga inti
- Pengambilan keputusan dalam anggota keluarga ada pada pihak
laki-laki
d. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup
Faktor ini dikaji berdasarkan nilai budaya dan kepercayaan yang
diyakini oleh keluarga Ny.B. Nilai budaya dan kepercayaan yang
dianut oleh keluarga tersebut terlihat dari

13
- Makanan pantangan saat hamil yaitu makanan yang mengandung
unsur babi selain itu tidak boleh makan anjing, dan sapi karena
sapi dipercaya itu suci karena merupakan kendaraan dewa, dan
makanan berbau keras seperti durian. Ny.B pergi kedukun bayi
untuk membenahkan keadaan kehamilannya yang letaknya
sungsang. Suaminya tidak boleh membunuh binatang dan
memotong rambut.
- Persepsi sehat sakit berhuhungan dengan aktivitas sehari-hari,
yaitu: Ny.B memeriksakan kehamilannya di RS dan berencana
melahirkan disana. Ny.B jarang minum vitamin, jarang berolahraga
Ny.B mengeluh pusing, lemas dan pucat selama 5 hari, Ny.B di
anjurkan untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan, sering
berolahraga (jalan-jalan), melakukan senam hamil, istirahat yang
cukup dan diberi obat penambah darah (Zat besi).

e. Faktor kebijakan dan peraturan


Berdasarkan kebijakan dan aturan kepercayaan di desa Ny.B
mereka lebih mengikuti percaya pada kekuatan yang dari jarak jauh,
masih percaya pada sihir dan hal-hal gaib, dan memeriksakan kondisi
di dukun/ orang balian, walaupun kadang memeriksakan kesehatan
mereka di dokter. Setelah dilakukan pengobatan dukun/ orang balian
tidak boleh atau jarang mengkonsummsi obat medis yang diberikan
karena dapat mempengaruhi kekuatan pengobatan dukun/ orang balian.
f. Faktor ekonomi
Faktor ini dapat dilihat dari status pekerjaan Ny.B sebagai IRT,
Tn.A sebagai wiraswasta. Keluarga Ny.B tergolong cukup. Walaupun
begitu, Ny.B dan keluarga telah menyiapkan tabungan untuk
persalinan.
g. Faktor pendidikan
Pendidikan Ny.B adalah SMP dan suaminya Tn.A adalah SMA.
Pekerjaan Ny.B adalah IRT dan suaminya sebagai wiraswasta (penjaga
tokoh). Setelah didiagnosis anemia dan keadaan bayinya sungsang
Ny.B dan keluarga tidak menerima dan merencanakan pergi ke dukun
bayi untuk diperiksa dan dilakukan pemijatan perut. Kemampuan dan
pengetahuan Ny.B masih minim karena masih percaya hal gaib dari
pada medis.
3. Diagnosis keperawatan
a. D.0114 Ketidakpatuhan b.d efek samping program perawatan/
pengobatan d.d Ny.B dan mertuanya meragukan hasil pemeriksaan

14
USG dokter dan memilih pergi ke dukun bayi untuk di periksa dan
dipijat perutnya, dan Ny.B jarang meminum obat yang diberikan
dokter.
b. D. 0111 Defisit Pengetahuan b.d kekeliruan mengikuti anjuran d.d
Ny.B masih percaya pada kekuatang yang dari jarak jauh yaitu santet,
masih percaya pada sihir dan hal-hal gaib, dukun/ orang balian dari
pada medis.

4. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi


1. D.0114 Ketidakpatuhan L.12110 Tingkat Kepatuhan I.12361 Dukungan Kepatuhan
Ketidakpatuhan b.d efek Setelah dilakukan asuhan Program Pengobatan
samping program perawatan/ keperawatan selama 1 x 24 Observasi:
pengobatan d.d Ny.B dan jam, diharapkan Tingkat - Identifikasi kepatuhan
mertuanya meragukan hasil Kepatuhan meningkat dengan menjalani program
pemeriksaan USG dokter dan kriteria hasil: pengobatan.
memilih pergi ke dukun bayi - Verbalisasi kemauan
untuk di periksa dan dipijat mematuhi program
perutnya, dan Ny.B jarang perawatan atau pengobatan Terapeutik:
meminum obat yang meningkat. - Buat komitmen menjalani
diberikan dokter. - Verbalisasi mengikuti program pengobatan dengan
anjuran meningkat. baik.
- Perilaku mengikuti program - Dokumentasikan aktivitas
perawatan/pengobatan selama menjalani program
membaik. pengobatan.
- Perilaku menjalankan - Diskusikan hal-hal yang
anjuran membaik. dapat mendukung atau
menghambat berjalannya
program pengobatan.
- Libatkan keluarga untuk
mendukung program

15
pengobatan yang dijalani.
Edukasi:
- Informasikan manfaat yang
akan diperoleh jika teratur
menjalani program
pengobatan.
- Anjurkan keluarga untuk
mendampingi dan merawat
pasien selama menjalani
program pengobatan.

2. D.0111 Defisit Pengetahuan L.12111 Tingkat I.12383 Edukasi Kesehatan


Defisit Pengetahuan b.d Pengetahuan Observasi:
kekeliruan mengikuti anjuran Setelah dilakukan asuhan - Identifikasi kesiapan dan
d.d Ny.B masih percaya pada keperawatan selama 1 x 24 kemampuan menerima
kekuatang yang dari jarak jam, diharapkan Tingkat informasi.
jauh yaitu santet, masih Pengetahuan meningkat Terapeutik:
percaya pada sihir dan hal- dengan kriteria hasil: - Berikan kesempatan untuk
hal gaib, dukun/ orang balian - Perilaku sesuai anjuran bertanya.
dari pada medis. meningkat. Edukasi:
- Perilaku sesuai dengan - Jelaskan faktor risiko yang
pengetahuan meningkat. dapat mempengaruhi
- Persepsi yang keliru kesehatan.
terhadap masalah menurun. - Ajarkan perilaku hidup
- Menjalani pemeriksaan yang bersih dan sehat.
tidak tepat menurun.

5. Implementasi keperawatan
 D.0114 Ketidakpatuhan
Cultural care preservation/ maintenance (Mempertahankan budaya)
- Mengidentifikasi kepatuhan menjalani program
pengobatan.Budaya yang di anut Ny.B bertentangan dengan
kesehatan, Ny.B sebaiknya mengikuti mengikuti program
pengobatan medis yang dianjurkan dokter daripada memilih pergi
ke dukun/ balian untuk pengobatan.
Cultural care accomodation/ negotiation (Negosiasi budaya)
- Mendokumentasikan aktivitas selama menjalani program
pengobatan.
- Mendiskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau menghambat
berjalannya program pengobatan

16
- Melibatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang
dijalani.
Perawat melakukan negosiasi tentang tindakan pengobatan medis secara
cepat dan tepat pada Ny.B, agar masalah kesehatan Ny.B tidak semakin
memburuk dan dapat segera teratasi.
Cultural care repatterning/ reconstruction (Restrukturisasi budaya)
- Membuat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik
- Menginformasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur
menjalani program pengobatan
- Menganjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien
selama menjalani program pengobatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup Ny.B dimana memilih
pergi kedukun bayi untuk diperiksa dan dipijat perutnya, dan jarang
minum obat yang diberikan dokter menjadi menjalani program pengobatan
yang dianjurkan secara teratur.
 D. 0111 Defisit Pengetahuan
Cultural care preservation/ maintenance (Mempertahankan budaya)
- Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
Budaya yang di anut Ny.B bertentangan dengan kesehatan, Ny.B
sebaiknya mengikuti program pengobatan medis yang dianjurkan dokter
dan perawat. daripada memilih pergi ke dukun/ balian untuk pengobatan.
Cultural care accomodation/ negotiation (Negosiasi budaya)
- Memberikan kesempatan untuk bertanya
Perawat membantu Ny.B agar dapat memilih dan menentukan budaya lain
yang lebih mendukung peningkatan kesehatan dimana yang tadinya Ny.B
percaya pada kekuatan yang dari jarak jauh, masih percaya pada sihir dan
hal-hal gaib, memilih pergi ke dukun/ orang balian dapat diganti dengan
mengikuti pengobatan medis yang telah dianjurkan dokter dan perawat
saat pemeriksaan.
Cultural care repatterning/ reconstruction (Restrukturisasi budaya)
- Menjelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.
- Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup Ny.B, dimana Ny.B sesuai
anjuran dokter perlu mengurangi aktivitas yang berlebihan, sering
berolahraga (jalan-jalan), melakukan senam hamil, istirahat yang cukup
dan diberi obat penambah darah (Zat Besi).
6. Evaluasi keperawatan

No Diagnosa Evaluasi
1. D.0114 Ketidakpatuhan S: Ny.B mengatakan akan mengikuti
Ketidakpatuhan b.d efek samping pengobatan yang dianjurkan dokter

17
program perawatan/ pengobatan dan perawat.
d.d Ny.B dan mertuanya O: Ny.B tampak mulai patuh
meragukan hasil pemeriksaan terhadap pengobatan yang diberikan.
USG dokter dan memilih pergi ke A: Masalah teratasi sebagian.
dukun bayi untuk di periksa dan P: Intervensi dilanjutkan.
dipijat perutnya, dan Ny.B jarang
meminum obat yang diberikan
dokter.

2. D. 0111 Defisit Pengetahuan S: Ny.B mengatakan sudah paham


Defisit Pengetahuan b.d mengenai informasi yang diberikan
kekeliruan mengikuti anjuran d.d perawat.
Ny.B masih percaya pada O:Ny.B tampak mulai mengikuti dan
kekuatang yang dari jarak jauh melakukan pengobatan medis yang
yaitu santet, masih percaya pada diberikan.
sihir dan hal-hal gaib, dukun/ A: Masalah teratasi sebagian.
orang balian dari pada medis. P: Intervensi dilanjutkan.
C. Jurnal Dan Evidence Based Practice
Jurnal Keperawatan Ibu Hamil di Bali

Judul Dimensi Keperawatan Ibu Hamil pada Keluarga Hindu di


Bali
Jurnal JURNAL KAJIAN BALI
Journal of Bali Studies
Volume & Volume 11, Nomor 02, Halaman 427-444
Halaman
Tahun Oktober 2021
Penulis Asthadi Mahendra Bhandesa
Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif,
adapun yang menjadi objek kajian adalah perawatan ibu
hamil pada keluarga Hindu di Bali yang banyak
dipengaruhi faktor internal terkait dengan nilai dan norma
serta keyakinan yang berkembang dan hidup di
masyarakat.
Hasil Penelitian Artikel ini memberikan kontribusi dalam bentuk
konsep perawatan ibu hamil pada keluarga Hindu di Bali
berdasarkan tradisi, budaya dan agama yang sudah sesuai
dengan perawatan medis dalam bentuk perawatan biologis,
psikologis, sosial dan spiritual, sehingga harapan dari
proses perawatan ibu hamil dalam bentuk kesehatan dan

18
keselamatan ibu hamil dan bayi dalam kandungan dapat
terjaga dengan baik.
Masyarakat hindu bali memiliki kearifan lokal dalam
perawatan ibu hamil sehingga proses menuju kelahiran
berjalan lancar dan menghasilkan anak yang sehat dan baik
(suputra). Sejak diketahui adanya kehamilan pada seorang
ibu, berbagai macam tradisi dilaksanakan secara turun
temurun sebagai bentuk syukur dan perhatian kepada ibu
dan calon bayi. Perawatan ibu hamil berdasarkan nilai
pendidikan agama Hindu sangat menekankan pada
kepercayaan bahwa ibu hamil memiliki kekhususan.
Masih banyaknya budaya masyarakat hindu bali berupa
pantangan makan, larangan berkegiatan, ataupun hal tabu
lainnya yang berkaitan dengan ibu hamil menjadi salah
satu indikator kurangnya pemahaman masyarakat terkait
perawatan ibu hamil sehingga dapat mengakibatkan
perilaku yang justru berdampak negatif bagi ibu hamil,
termasuk juga janin dalam kandungan.
Evidence Based Practice terkait Kebudayaan di Bali pada Ibu Hamil
Perawatan spiritual pada ibu hamil pada keluarga Hindu di Bali tidak dapat
dilepaskan dari ajaran agama Hindu yang berkembang di masyarakat sehingga
menjadi sebuah budaya. Hal ini dapat dikatakan bahwa budaya masyarakat Bali
dijiwai oleh agama Hindu yang mana salah satu tujuan dari agama adalah
spiritualitas. Wujud kebudayaan perawatan ibu hamil yang diajarkan pada
keluarga Hindu di Bali dapat dilihat dari beberapa rangkaian acara (upacara dan
upakara) seperti upacara pembersihan (melukat), dan upacara tujuh bulanan
(magedong-gedongan), rajin sembahyang dan mendengarkan gayatri mantram dan
beragam kidung suci lainnya, tidak menghadiri upacara pernikahan (manusa
yadnya) dan upacara kematian (pitra yadnya) selama kehamilan, berpikir berkata
dan berbuat yang baik sesuai ajaran tri kaya parisudha (isi arti dlm bhs
Indonesia). Tidak malas bergerak selama masa kehamilan selain untuk
pembentukan karakter juga membantu proses persalinan seperti jalan-jalan di usia
kehamilan tua.
Hal terkait Perawatan spiritual yaitu Upacara untuk Ibu Hamil kemudian
dibuktikan dalam praktek keperawatan berbasis penelitian yang tertuang dalam
jurnal yang berjudul Pengaruh Melukat Terhadap Kecemasan Selama Hamil
pada Ibu Hamil di Desa Sibang Kaja, Kec. Abiansemal, Kab. Badung Provinsi
Bali
Judul Pengaruh Melukat Terhadap Kecemasan Selama Hamil
pada Ibu Hamil di Desa Sibang Kaja, Kec. Abiansemal,
Kab. Badung
Jurnal Jurnal Riset Kesehatan Nasional

19
Volume & Volume 6, Nomor 2, Halaman 146-150
Halaman
Tahun Oktober 2022
Penulis Ni Ketut Sukawati,Pande Putu Indah Purnamayanthi , Ni
Made Risna Sumawati
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif
dengan jenis penelitian Quasy pre eksperimental. Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah, one group pre
test and post test design (Nursalam, 2016). Penelitian
eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja
yang dinamakan kelompok eksperimen tanpa ada
kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Penelitian
ini diukur
dengan menggunakan pre test yang dilakukan sebelum
diberikan perlakuan dan post test dilakukan setelah
diberikan perlakuan, Pengambilan sampel menggunakan
teknik total sampling (Sugiyono, 2016) Penelitian ini
menggunakan seluruh populasi ibu hamil yang berjumlah
28 orang. Data dianalisis menggunakan analisa
menggunakan uji Wilcoxon (Arikunto, 2007).
Hasil Penelitian Melukat merupakan suatu proses untuk membersihkan diri
secara niskala atau spiritual(Murjana, 2017). Selain itu
melukat juga dipahami sebagai pembersihan diri secara
fisik. Akan tetapi, pada penelitian ini pemahaman melukat
yang dipakai adalah yang pertama yaitu pembersihan diri
secara niskala yang artinya pembersihan diri terhadap hal-
hal gaib atau tak kasat mata yang dapat berpengaruh buruk
terhadap diri manusia.
Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh dari melukat
terhadap kecemasan ibu hamil selama hamil di Desa
Sibangkaja, Kec. Abiansemal, Kab. Badung, didapatkan
hasil:
1. Tingkat kecemasan ibu hamil selama hamil sebelum
dilakukan penglukatan diperoleh tingkat kecemasan
dengan kategori cemas
sedang sebanyak 15 orang (53,6%)
2. Tingkat kecemasan ibu hamil selama hamil setelah
dilakukan penglukatan diperoleh tingkat kecemasan
dengan kategori cemas
ringan sebanyak 15 orang (53,6%)
3. Hasil analisis dengan uji statistik Wilcoxon diperoleh
nilai p value pada tingkat nyeri yaitu 0,000 < α 0,05.
Dengan demikian Ha diterima yaitu ada pengaruh melukat
terhadap kecemasan ibu hamil selama hamil di Desa
Sibangkaja, Kec. Abiansemal, Kab. Badung.

20
Sehingga disimpulkan bahwa Melukat terbukti dapat
mempengaruhi penurunan kecemasan pada Ibu Hamil di
Provinsi Bali.

D. Trend Dan Issue


1. Peningkatan kesadaran tentang perawatan prenatal: Dalam beberapa tahun
terakhir, terjadi peningkatan kesadaran di kalangan ibu hamil di Bali
tentang pentingnya perawatan prenatal yang baik. Banyak wanita mulai
mencari informasi tentang diet yang sehat selama kehamilan, manajemen
stres, dan perawatan medis yang tepat.
2. Fasilitas kesehatan dan aksesibilitas: Meskipun terjadi peningkatan
kesadaran tentang perawatan prenatal, masih ada tantangan terkait
aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan yang memadai di beberapa daerah
di Bali. Beberapa wilayah mungkin memiliki akses yang terbatas terhadap
fasilitas kesehatan berkualitas, yang dapat mempengaruhi kualitas
perawatan selama kehamilan dan persalinan.
3. Upaya untuk meningkatkan persalinan aman: Organisasi dan lembaga
kesehatan di Bali terus berupaya meningkatkan persalinan aman dan
mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Salah satu langkah yang
dilakukan adalah meningkatkan ketersediaan peralatan medis yang
diperlukan dan melatih tenaga medis untuk menghadapi situasi darurat
selama persalinan.
4. Peningkatan dukungan untuk ibu pasca persalinan: Isu lain yang terkait
dengan kehamilan dan kelahiran adalah dukungan bagi ibu pasca
persalinan. Penting untuk memberikan dukungan fisik dan emosional
kepada ibu setelah melahirkan untuk membantu mereka pulih secara
menyeluruh dan dapat mengasuh bayi dengan baik.
5. Pendidikan seksualitas dan perencanaan keluarga: Pendidikan seksualitas
dan perencanaan keluarga memainkan peran penting dalam mendorong
kesadaran akan kehamilan yang diinginkan dan mengurangi angka
kehamilan remaja yang tidak direncanakan. Beberapa inisiatif telah
dilakukan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perencanaan
keluarga di Bali.

21
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dimensi keperawatan ibu hamil pada keluarga Hindu di Bali sejalan
dengan perawatan secara medis meliputi perawatan secara biologis,
psikologis, sosial dan spiritual. Perawatan secara biologis dalam bentuk
mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat, pengaturan nafas, serta
tidak bergadang. Secara psikologis berupa aktivitas berpikir, berkata,
berperilaku yang baik kepada ibu hamil, memberikan perhatian lebih
khususnya pada trimester pertama dan trimester ketiga. Secara sosial
berkomunikasi yang baik dan menjaga ketenangan ibu selama hamil.
Secara spiritual melakukan upacara (pembersihan/melukat, upacara tujuh
bulanan), rajin sembahyang, mendengarkan gayatri mantram dan beragam
kidung suci lainnya.

B. Saran

22
Saran yang dapat saya berikan yaitu, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua yang membaca, dan semoga ilmu yang didapat
bisa menjadi bekal di masa depan nanti saat menjadi seorang perawat yang
professional.

DAFTAR PUSTAKA

Wibowo Hanafi Ari Susanto, R. T. (Januari 2023). KEPERAWATAN


TRANSKULTURAL. Padang Sumatera Barat: PT GLOBAL EKSEKUTIF
TEKNOLOGI.
Bhandesa, A. M. (2021, oktober ). Dimensi Keperawatan Ibu Hamil pada
Keluarga Hindu di Bali . jurnal kajian Bali , pp. 427-444.
Sukawati, N. K., Purnamayanthi, P. P., & Sumawati, N. M. (2022). Pengaruh
Melukat Terhadap Kecemasan Selama Hamil Pada Ibu Hamil Di Desa
Sibang Kaja, Kec. Abiansemal, Kab. Badung. Jurnal Kesehatan Riset
Nasional, Volume 6, Nomor 2, 146-150.

23
24
LAMPIRAN JURNAL

25
26

Anda mungkin juga menyukai