Anda di halaman 1dari 11

UJIAN AKHIR SEMESTER KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN II

“Fenomena Terkait Komunikasi Terapeutik, Komunikasi Efektif Serta


Helping Relationship Dalam Pelayanan Keperawatan ”

Disusun Oleh :

Nama : Sarah Fransiska Ohoilulin

NPM: 12114201210177

Kelas : Keperawatan C

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

GANJIL 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan pembuatan makalah ini dengan tema “Fenomena terkait Komunikasi Teraupetik,
Komunikasi Efektif, dan Helping Relationship dalam Pelayanan keperawatan” untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan II.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada
dosen mata kuliah ini yang telah memberikan tugas makalah bagi saya sebagai mahasiswa
keperawatan.
Makalah ini jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, maka kritik
dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna
bagi individdu dan pihak lain yang berkepentngan pada umumnya.

Ambon, 9 Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover.....................................................................................................1
Kata Pengantar......................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................3
Bab I Pendahuluan................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................4
Bab II Pembahasan................................................................................5
A. Fenomena terkait Komunikasi Teraupetik, Komunikasi Efeektif,
dan Helping Relationship.............................................................5
B. Asumsi terkait Fenomena Komunikasi Teraupetik, Komunikasi
Efektif, dan Helping Relationship................................................8
Bab III Penutup...................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................10
B. Saran...........................................................................................10
Daftar Pustaka.....................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan
antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman
ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial
yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang
tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih sayang (Johnson, 1989) dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat, sebagai tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi dengan pasien,
membutuhkan keterampilan khusus, termasuk keterampilan intelektual dan teknis, yang
tercermin dalam perilaku komunikasi terapeutik dengan orang lain (Sheldon, 2009).
Perawat dengan keterampilan komunikasi terapeutik tidak hanya mudah membangun
kepercayaan dengan klien, tetapi juga mencegah timbulnya masalah hukum, menjamin
kepuasan profesional dengan pelayanan keperawatan, dan meningkatkan citra profesi dan
rumah sakit (Nasir, 2009). Komunikasi keperawatan bersifat terapi, artinya komunikasi
antara perawat dan pasien dapat membuka persepsi pasien untuk meningkatkan
kesehatannya dan membawa kepuasan emosional bagi pasien. Komunikasi keperawatan
diantaranya terdapat komunikasi teraupetik, komunikasi efektif serta helping relationship
yang bertujuan mendukung proses kesembuhan pasien.
Namun, pada kenyataannya fenomena yang terjadi yaitu masih banyak perawat
yang belum bisa mengaplikasikan komunikasi teraupetik, komunikasi efektif, dan helping
realtionship secara optimal pada saat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai seorang perawat.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu :
1. Menguraikan fenomena terkait komunikasi teraupetik, komunikasi efektif, dan
helping relationship dalam pelayanan keperawatan
2. Mengemukakan pendapat atau asumsi terkait fenomena yang terjadi

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fenomena Terkait Komunikasi Teraupetik, Komunikasi Efektif dan


Helping Relationship dalam Pelayanan Keperawatan

1. Ketidakpuasan Pasien Terhadap Komunikasi Teraupetik Perawat


Fenomena yang terjadi pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa komunikasi
teraupetik tidak efektif untuk mencapai kepuasan pasien. Hal ini didukung oleh penelitian
yang telah dilakukan dan termuat pada:

 Jurnal Endurance Vol 3 No.1 (hal 88-95) : “Hubungan Penerapan Komunikasi


Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien” Oleh Chichi Hafifa Transyah dan
Jerman Toni; Tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh
yaitu 64% pasien tidak puas dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat.
Lebih dari separuh yaitu 74% perawat kurang melakukan komunikasi terapeutik
terhadap pasien. Berdasarkan dari hasil kuesioner didapatkan data bahwa pada saat
perawat masuk keruangan tidak tersenyum kepada pasien sebanyak 52,5%. Sebanyak
54,6% pasien mengatakan perawat tidak pernah menyebutkan tujuan sebelum
melakukan tindakan terlebih dahulu. Dan kuisioner sebanyak 53,9% pasien
mengatakan bahwa perawat tidak pernah mengingatkan untuk meminum obat.
 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan Volume VI No. 1 : “Gambaran
Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Komunikasi Teraupetik Perawat Pada Fase
Kerja Di RSP USK” oleh Wella Mellida, dkk; Tahun 2022. Hasil penelitian
didapatkan bahwa sebagian kecil responden menyatakan puas yaitu (22.2%) dan
sebagian besar responden menyatakan tidak puas yaitu (77.8%). Responden
menyatakan bahwa perawat tidak memberikan rasa aman dan nyaman bagi pasien
dalam pelaksanaan tindakan, tidak membantu mempersiapkan segala sesuatu yang
menyangkut persiapan fisik dan psikologis pasien, tidak menanyakan hal-hal yang
membuat pasien takut, tidak menjelaskan rumah sakit sudah terakreditasi sehingga
segala prosedur, sumberdaya manusia, dan alat sudah sesuai dengan standarisasi
kesehatan yang baik, serta tidak menekankan untuk pasien tetap patuh terhadap
prosedur tindakan.
 Jurnal Kesehatan – Volume 10 Nomor 2 101-105 : “ Hubungan Komunikasi
Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien” Oleh Mechi Silvia Dora, dkk; Tahun
2019. Berdasarkan hasil penelitian, perawat mampu berkomunikasi terapeutik dengan
optimal serta lancar karena melakukan fase komunikasi dnegan baik. Namun didalam
fase orientasi perawat kurang melakukan tindakan memperkenalkan diri, masih
adanya perawat yang tidak meminta persetujuan dan kesiapan pasien, serta perawat
yang tidak menjelaskan tentang kapan dan lamanya waktu yang dibutuhkan ketika
akan melakukan suatu tindakan pada pasien.

5
2. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Efektif Perawat melalui Pelatihan
Fenomena lain yang terjadi yaitu Masih banyak perawat yang tidak dapat
melaksanakan komunikasi yang efektif dengan pasien. Sehingga dibutuhkan sebuah
pelatihan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi efektif pada perawat. Hal ini
didukung oleh penelitian yang telah dilakukan dan dikemukakan pada :
 Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 – 36 : “Upaya Meningkatkan
Komunikasi Efektif Perawat – Pasien” Oleh Wanto Paju dan Luky Dwiantoro Tahun
2018. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perawat membutuhkan pola,strategi dan
ketrampilan komunikasi yang efektif melalui upaya profesional secara formal yang
memberi pengaruh pada kepuasan pasien yang dirawatnya. Efektifitas komunikasi
perawat pasien melalui evidence based literature review mendapatkan bahwa untuk
memiliki ketrampilan komunikasi yang efektif melalui upaya pelatihan komunikasi,
membuat panduan keterampilan komunikasi yang peka terhadap budaya, Program
komunikasi terapeutik terencana, mini workshop.
 Jurnal Kesehatan Terpadu (Integrated Health Journal) Vol. 11 No. 1, ( hal 14-21) :
“Pengaruh Pelatihan Komunikasi Efektif Terhadap Caring Perawat Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Bali Royal” Oleh Anak Agung Ayu Sri Suwitri, dkk Tahun
2020. Peningkatan perilaku caring perawat setelah dilakukannya pelatihan
komunikasi efektif terutama dalam komunikasi terpeutik ketika melakukan asuhan
keperawatan pada pasien terlihat dari hasil penelitian, yaitu adanya perubahan atau
peningkatan perilaku perawat yang meliputi kemampuan BHSP (Bina Hubungan
Saling Percaya), kemampuan memberikan penjelasan dan memediasi, kemampuan
memenuhi kenyamanan, kemampuan melakukan tindakan pencegahan dan
kemampuan memberi bantuan dan pengawasan serta kemampuan dalam memberikan
bimbingan rohani sesuai dengan kepercayaan pasien.
 Prosiding Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya : “Peningkatan
Komunikasi Efektif Antar Profesional Pemberi Asuhan Melalui Pelatihan
Komunikasi Efektif Pada Perawat Di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya“ Oleh
Made Indra Ayu, dkk; Tahun 2021. Pelatihan komunikasi efektif yang dilakukan
pada perawat di Rumah Sakit Gotong Royong efektif bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan perawat tentang komunikasi efektif. Tingkat pengetahun setelah
dilakukan pelatihan 80,5% (33) orang dalam kategori baik. Tingkat pengetahuan
perawat di Rumah Sakit Gotong Royong mengalami peningkatan. Sebelum dilakukan
pelatihan rata-rata nilai yang diperoleh peserta adalah 5 yaitu dalam kategori cukup,
sedangkan setelah dilakukan pelatihan rata-rata nilai yang diperoleh peserta adalah 8
yaitu dalam kategori baik. Pelatihan komunikasi efektif yang dilakukan pada perawat
di Rumah Sakit Gotong Royong efektif untk meningkatkan pengetahuan perawat
tentang komunikasi efektif.

6
3. Kurangnya Pengetahuan Perawat Terkait Komunikasi Teraupetik
Tingkat pengetahuan atau pendidikan perawat dapat mempengaruhi proses komunikasi
teraupetik yang terjadi antara perawat dengan pasien. Hal ini dikarenakan, perawat yang
mempunyai tingkat pengetahuan rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung
dan akan mempengaruhi kemampuannya dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien. Hal dibuktikan melalui beberapa penelitian yaitu :

 Jurnal Akademika Baiturrahim Vol.6 No.2 : “Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat Pada Pasien Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi” Oleh Dwi
handayani dan Armina ; Tahun 2017. Dari hasil penelitian didapatkan pengetahuan
perawat sangat rendah . Hal ini dilihat dari 15 pertanyaan tentang pengetahuan
komunikasi terapeutik. Ternyata banyak perawat yang tidak mengetahui tentang
tahap-tahap dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik dan teknik komunikasi
terapeutik. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan perawat tentang komunikasi
terapeutik.

 Jurnal Medika Saintika Vol.7 No.2 : “Hubungan Pengetahuan Dan Jenis Kelamin
Perawat Dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik Kepada Pasien” Oleh Vino
Rika Nofia ; Tahun 2016. Berdasarkan survei awal penelitian terkait pengetahuan
perawat tentang penerapan komunikasi terapeutik, 8 orang menyatakan tidak
mengetahui pengertian komunikasi terapeutik, 7 orang mengatakan tidak mengetahui
tujuan dari komunikasi terapeutik, 6 orang mengatakan tidak mengetahui manfaat
dari komunikasi terapeutik, 7 orang mengatakan tidak mengetahui tahapan
komunikasi terapeutik dan 8 orang mengatakan tidak mengetahui teknik dari
komunikasi terapeutik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat
tentang penerapan komunikais teraupetik masih sangat rendah.

 Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol 10, No, 2 (Hal 74-78) : “Pengetahuan
Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik Di Rumah Sakit” Oleh Darmi Arda Tahun
2019. Menunjukan bahwa responden dengan pengetahuan baik sebanyak 45 orang
(86,5%) dan responden dengan penerapan komunikasi kurang baik sebanyak 7 orang
(13,5%). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa secara umum gambaran tingkat
pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik termasuk kedalam kategori baik.
Namun, masih ada juga perawat yang kurang baik pengetahuannya tentang
komunikasi teraupetik. Hal ini tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tolak ukur
kegagalan proses asuhan keperawatn di Rumah Sakit.Sehingga optimalisasi agar
semua perawat memiliki tingkat pengetahuan yang sama sangat diperlukan.

7
B. Asumsi Terkait Fenomena Komunikasi Teraupetik, Komunikasi Efektif
dan Helping Relationship

1. Fenomena Ketidakpuasan Pasien Terhadap Komunikasi Teraupetik Perawat


Seorang perawat dengan keterampilan komunikasi terapeutik mampu menawarkan
pasien kepuasan mereka sendiri dalam pencapaian penuh tujuan perawatan. Komunikasi
terapeutik bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pasien dan meningkatkan
kesinambungan terhadap informasi yang diberikan oleh perawat, sehingga perawat dapat
memahami dan menilai secara tepat perspektif dan perasaan pasien sehubungan dengan
situasi saat ini sehingga komunikasi terapeutik berespons. Sebagian besar keberhasilan
komunikasi teraupetik ditentukan oleh tingkat kepuasan pasien. Semakin baik
komunikasi terapeutik yang dilaksanakan maka semakin puas pasien dalam meneriman
pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang bagus akan meningkatkan
kepercayaan pasien terhadap kinerja dan kualitas rumah sakit tersebut.
Hal ini akan mendorong penggunaan berulang fasilitas atau menjadi pilihan yang
lebih disukai untuk pasien yang mencari perawatan medis. Ini ditandai dengan perlakuan
saat perawat memasuki ruangan, tidak tersenyum kepada pasien, tidak menyebutkan
tujuan sebelum prosedur, tidak mengingatkannya untuk minum obat, perawat tidak
bereaksi saat pasien meringis, menunjukkan wajah bermusuhan, memberikan informasi
terkait penyakit, tidak mengatur janji tindak lanjut, tidak dapat menjawab pertanyaan
pasien, sikap perawat tampak cuek saat berbicara dengan pasien, mengabaikan
pertanyaan pasien dan menunjukkan wajah yang tegang. Untuk mengatasi fenomena
tersebut, diharapkan seluruh perawat di rumah sakit memiliki kemampuan komunikasi
terapeutik melalui pelatihan dan pendidikan yang ekstensif, sehingga semua pasien
mencapai kepuasan emosional.

2. Fenomena Peningkatan Kemampuan Komunikasi Efektif Perawat melalui


Pelatihan
Komunikasi Efektif disebut sebagai standar keperawatan profesional. Salah satu hal
yang dilakukan perawat dalam menjalin kerjasama yang baik dengan pasien untuk
membantu kepuasan pelayanan kesehatan pasien dan dengan tenaga kesehatan lain untuk
membantu mengatasi masalah pasien adalah komunikasi. Melalui komunikasi, Perawat
dapat mendengarkan perasaan klien dan menjelaskan tugas keperawatan. Komunikasi
yang efektif bermanfaat dan berdampak pada pemulihan pasien, terkait dengan kolaborasi
antara perawat dan petugas kesehatan lainnya, dan berdampak pada kepuasan pasien dan
keluarga.
Untuk mencapai proses komunikasi yang efektif, beberapa faktor harus diperhatikan,
yaitu kepekaan terhadap penerima komunikasi, pemahaman dan pemahaman makna
simbolik, waktu dan umpan balik serta Komunikasi tatap muka.
8
Pelaksanaan pelatihan komunikasi untuk perawat sangat penting untuk dilaksanakan
karena dapat meningkatkan kemampuan perawat saat melakukan komunikasi yang efektif
melalui komunikasi terapeutik yang direncanakan dan ditargetkan secara sadar untuk
perbaikan pasien. Pelatihan komunikasi efektif bagi perawat meningkatkan pengetahuan
perawat tentang komunikasi efektif. Pengetahuan perawat tentang komunikasi yang
efektif diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam menggunakan
komunikasi yang efektif dengan pasien atau antar perawat profesional, sehingga
pelayanan yang berpusat pada pasien juga dapat ditingkatkan terutama mengenai proses
kesembuhan pasien.

3. Fenomena Kurangnya Pengetahuan Perawat Terkait Komunikasi Teraupetik


Pada dasarnya, pengetahuan yang dimiliki oleh seorang perawat akan
menggambarkan kualitas dirinya dan pelayanan keperawatan yang akan diberikan kepada
pasien. Itu sebabnya, sebelum menjadi seorang profesional keperawatan, perawat harus
mengikuti berbagai pendidikan formal dan pelatihan agar pengetahuan yang dimiliki
perawat bertambah. Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan tidak bisa terlepas
dari komunikasi yang terjalin antara pasien dengan perawat. Komunikasi yang dimaksud
yaitu komunikasi teraupetik yang bertujuan untuk mendukung proses kesembuhan pasien.
Namun, karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki perawat mengakibatkan
komunikasi teraupetik yang terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang
dimiliki perawat dengan proses komunikasi perawat memiliki hubungan yang sangat
signifikan. Karena semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki perawat terkait komunikasi
teraupetik, maka semakin besar pula kemampuan perawat dalam melaksanakan
komunikasi teraupetik kepada pasien.
Untuk meningkatkan pengetahuan perawat terkait komunikais teraupetik, maka cara
yang baik dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan. Penyuluhan tersebut
ditujukan untuk bimbingan dan meningkatkan pengetahuan perawat, hal ini dapat
dilakukan berupa pelatihan-pelatihan, seminar, diskusi kelompok dan penyebaran leaflet.
Dalam melakukan hal tersebut hendaknya dilakukan oleh perawat yang lebih memahami
tentang komunikasi terapeutik agar dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
yang lebih baik.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan paling bermakna dalam perilaku
manusia. Pada profesi Keperawatan, komunikasi lebih bermakna karena merupakan metode
utama dalam mengimplementasikan proses asuhan keperawatan.
Fenomena yang terjadi terkait Komunikasi Teraupetik, komunikasi efektif, dan helping
relationship sering kari dijumpai pada proses pelayanan keperawatan. Hal ini menunjukkan
bahwa masih banyak masalah yang ditimbulkan jika komunikasi teraupetik, komunikasi
efektif, dan helping relationship tidak dilaksanakan secara optimal.
Maka dari itu, untuk mencapai optimalisasi proses pelayanan keperawatan, perawat haruslah
mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan akan menambah pengetahuan dan
keterampilannya.

B. Saran
Diharapkan dalam melakukan proses asuhan keperawatan, perawat dapat dengan baik
menjalankan proses komunikasi teraupetik, komunikasi efektif , dan helping relationship agar
dapat mencapai kepuasan pasien.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anak, A., & dkk. (2020). Pengaruh Pelatihan Komunikasi Efektif Terhadap Caring Perawat di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bali Royal. Jurnal Kesehatan Terpadu Vol.11
No.1, 14-21.
Chichi, H. T., & Toni, J. (2018). Hubungan Penerapan Komunikasi Teraupetik Perawat dengan
Kepuasan Pasien. Jurnal Endurance Vol.3 No.1 , 88-95.
Made, I., & dkk. (2021). Peningatan Komunikasi Efektif Antar Profesional Pemberi Asuhan
Melalui Pelatihan Komuniaksi Efektif pada Perawat di Rumah Sakit Gotong Royong
Surabaya. Prosiding Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.
Mechi, S., & dkk. (2019). Hubungan komunikasi teraupetik perawat dengan kepuasan pasien.
Jurnal Kesehatan Vol.10 No. 2, 101-108.
Mellida, W., & dkk. (2022). Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Komunikasi
Teraupetik Perawat Pada Fase Kerja di RSP USK. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Keperawatan Vol.6 No.1.
Wanto, P., & Luky, D. (2018). Upaya meningkatkan Komunikasi Efektif Perawat- Pasien.
Jurnal Keperawatan Vol.10 No.1, 28-36.

11

Anda mungkin juga menyukai