Anda di halaman 1dari 15

KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA TEAM KESEHATAN

DISUSUN OLEH : AYUNI NADIRA

EA DE JALMAF

GITA MELIANI

KURNIA SARI

RAHMA AMALIA

SINTA MULIADI

VENNY AMANDA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Komunikasi Antar Team
Kesehatan” yang merupakan tugas Management Patient Safety.

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis telah banyak mendapat bantuan


danmasukan diberbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantumenyelesaikan makalah ini.

Penulis berharap dalam penyusunan makalah ini dapat memberikan


manfaat kepada pembaca. Tentu penulis dalam meyusun makalah ini masihjauh
dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, kitik dan saran yang
membangun sangat diharapkan penulis untuk memperbaiki makalah ini.

Samarinda, 15 Desember 2022

  Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita tidak terkecuali
perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain entah itu pasien,
sesama teman, dokter, atasan dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting sebagai
sarana yang sangat efektif bagi perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya dengan
baik. Komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan teraupetik karena komunikasi
mencakup pencapaian informasi serta pertukaran pikiran dan perasaan. Proses komunikasi
teraupetik seringkali meliputi kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat
untuk membentuk klien mencapai keberhasilan keperawatan bersama. Komunikasi efektif
merupakan komponen penting untuk meningkatkan keselamatan pasien. Hal ini sesuai
dengam pelaporan kasus oleh JCI dan WHO sebanyak 25.000-30.000 kecacatan yang
permanen pada pasien di Australia 11% disebabkan karena kegagalan komunikasi.
Laporan IKP di Indonesia tahun 2007 berdasarkan provinsi menemukan 145 insiden yang
dilaporkan, kasus tersebut terjadi diwilayah Jakarta 37,9%, Jawa Tengah 15,9%,
Yogyakarta 13,8%, Jawa Timur 11,7%, Sumatra Selatan 6,5%, Jawa Barat 2,8%, Bali
1,4%, Sulawesi Selatan 0,69% dan Aceh 0,68%. Laporan IKP adalah laporan insiden
keselamatan pasien yang memiliki manfaat agar mengetahui angka kejadian keselamatan
pasien di Rumah Sakit. Insiden ini disebabakan beberapa faktor yang salah satu faktor
adalah kesalahan dalam pelaporan akibat kurangnya komunikasi.

Komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali
perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien,
sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting,
sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan
fungsinya dengan baik. Komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik

karena komunikasi mencakup pencapaian informasi, pertukaran pikiran dan perasaan.


Proses komunikasi terapeutik seringkali meliputi kemampuan dan komitmen yang tulus
pada pihak perawat untuk membantu klien mencapai keberhasilan keperawatan bersama.

Kolaborasi pendidikan dan praktik antar profesi kesehatan tentunya sangat dibutuhkan.
Semua jenis profesi harus mempunyaikeinginan untuk berkolaborasi. Perawat, bidan,
dokter, dan semua profesi lain merencanakan dan mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya

4
di bangku pelajar. Ketergantungan antar profesi pun dapat tetap ada asalkan dalam batas-
batas lingkup praktek yang sesuaidengan aturan yang ada.Jadi, dalam melaksanakan tugas
sehari-harinya komunikasi sangatlah penting dan utama di atas semuanya. Karena
komunikasi antar anggota team kesehatan yang baik akantercipta apabila komunikasi
berjalan lancar dan sinkron antar anggota team kesehatan yang bekerja sama dengan baik
dan adanya saling pengertian satu sama lain.

B.Rumusan Masalah

1.Apakah yang dimaksud dengan komunikasi antara anggota tim kesehatan ?

2.Bagaimana komunikasi antara perawat dengan dokter ?

3.Bagaimana komunikasi antar perawat dengan perawat ?

4.Bagaimana komunikasi antara perawat dengan ahli terapi respiratorik (fisioterapis) ?

5.Bagaimana komunikasi antara perawat dengan ahli farmasi ?

6.Bagaimana komunikasi antara perawat dengan ahli gizi ?

7.Apakah yang dimaksud komunikasi SBAR?

C.Tujuan Penulisan

1.Tujuan Umum

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui komunikasi
antar anggota tim kesehatan dalam manajemen patient safety.

2.Tujuan Khusus

a.Untuk mengetahui pengertian komunikasi antara anggota tim kesehatan

b. Untuk mengetahui komunikasi antara perawat dengan dokter

c.Untuk mengetahui komunikasi antar perawat dengan perawat

5
d.Untuk mengetahui komunikasi antara perawat dengan ahli terapi respiratorik
(fisioterapis)

e.Untuk mengetahui komunikasi antara pearawat dengan ahli farmasi

f.Untuk mengetahui komunikasi antara perawat dengan ahli gizi.

g.Untuk mengetahui komunikasi SBAR.

D.Sistematika Penulisan

Makalah ini berisi komunikasi antar anggota tim kesehatan dalam manajemen
patient safety yang ditulis dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Patient Safety. Makalah ini memiliki sistematika penulisan yang dibagi menjadi 3 bab
utama, yakni bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang dari komunikasi
antar anggota tim kesehatan dalam manajemen patient safety, rumusan masalah, tujuan
yang terdiri dari tujuan utama dan tujuan khusus serta sistematika penulisan dari makalah
ini. Bab II merupakan tinjauan teori yang berisi beberapa pembahasan yaitu pembahasan
mengenai komunikasi antar anggota tim kesehatan dalam manajemen patient safety
menjelaskan serta memaparkan tujuan pembuatan makalah ini. Bab III merupakan
penutup yang berisi kesimpulan dari pembahasan dalam makalah dan berisi saran untuk
keperawatan untuk masa yang akan datang.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A.Komunikasi Antar Anggota Tim Kesehatan

Komunikasi antar tim anggota kesehatan merupakan hubungan antara tim


kesehatan satu dengan yang lainnya yang terintegrasi dan bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan pasien. Komunikasi ini meliputi komunikasi antara perawat dengan
dokter, komunikasi antara perawat dengan perawat, komunikasi antara perawat dengan
tenaga ahli respiratorik (fisioterapis), komunikasi antara perawat dengan farmasi dan
komunikasi antara perawat dengan ahli gizi, sehingga akan menghasilkan tindakan
kolaborasi antar anggota tim kesehatan.

1.Komunikasi Antara Perawat dengan Dokter

Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang


telah cukup lama dikenal ketika memberikan asuhan kepada pasien. Perawat
bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di
lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi
medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur
yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat
dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.

Contoh dari hubungan perawatan dengan dokter ialah ketika perawat menyiapkan
pasien yang diabetes pulang ke rumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan
klien dan keluarga bagaimana cara perawatan diabetes di rumah. Selain itu komunikasi
antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu
peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-
keluhan dari pasien, dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat
mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien. Pada saat perawat berkomunikasi
dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut
untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi
dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari kedua
pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara individu,

7
perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan.
Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan
keperawatan dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa
secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien.
Semua itu dapat terwujud dengan baik apabila komunikasi antara perawat dengan dokter
terjalin dengan baik.

2.Komunikasi Antara Perawat dengan Perawat

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien, komunikasi antar


tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan
informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan
dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik Hubungan perawat dengan perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan
profesional, hubungan struktural dan hubungan intrapersonal. Hubungan
profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang terjadi
karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam memberikan
pelayanan keperawatan. Contohnya komunikasi yang terjadi pada saat koordinasi
antara perawat A dengan perawat B pada saat menerima pasien baru dari IGD
untuk diberikan perawatan lebih lanjut di ruang rawat inap. Maka antara perawat
A dan perawat B akan menjalin komunikasi. Hubungan sturktural merupakan
hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing - masing
perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan tanggung
jawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat
pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer
atau ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan
supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada perawat pelaksana merupakan
contoh hubungan struktural. Hubungan interpersonal perawat dengan perawat
merupakan hubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi
komunikasi dalam hubungan ini adalah hal-hal yang tidak terkait dengan pekerjaan
dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
Contohnya perawat di suatu ruangan membicarakan mengenai kondisi
keluarganya di rumah. Mereka saling mencurahkan isi hati dan bertukar pikiran,
secara otomatis hal ini memerlukan yang namanya proses komunikasi.

8
3.Komunikasi antara Perawat aengan Ahli Terapi Respiratorik (Fisioterapis)

Ahli terapi respiratorik ialah seorang fisioterapis yang ditugaskan untuk


memberikan pengobatan yang dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau
oksigenasi klien. Perawat bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk
kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutkan dengan evaluasi
oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama dan
mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan keluarga. Selain
itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh.

Contoh komunikasi antar perawat dengan ahli terapi respiratorik misalnya, perawat
merawat seseorang yang mengalamai PPOK dan merujuk klien tersebut ke seorang
fisioterapis untuk belajar latihan agar menguatkan otot-otot lengan atas, untuk belajar
bagaimana menghemat energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik
untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

4.Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi

Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk
merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di
ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam
pengembangan sistem pemberian obat

Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan


dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan
demikian, perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang
pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung
jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan
lainnya. Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat dan
efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia
dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat
harus berkonsultasi pada ahli farmasi. Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi
memberikan informasi tentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau
yang dapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari
bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat

9
dapat melakukan pengecekkan ulang bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis
obat.

Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada perawat tentang obat yang
dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan dapat berinteraksi
merugikan, sehingga informasi ini dapat dimasukkan dalam rencana persiapan pulang.
Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan
dan mendistribusikan obat-obatan. Contoh, ketika perawat meminta obat di apotek maka
antara perawat dengan apoteker akan menjalin komunikasi. Perawat akan meminta obat
sesuai dengan kebutuhan pasien. sedangkan apoteker akan memberikan obat beserta
penjelasan terkait obat tersebut. Perawat mendengarkan dengan baik lalu mengeceknya.

5.Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi

Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan hak setiap
orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu. Agar
pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat harus
mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang obat-obatan yang digunakan pasien, jika
perawat tidak mengkomunikasikannya maka bisa saja pilihan makanan yang diresepkan
oleh ahli gizi akan menghambat absorbsi dari obat tersebut Jadi komunikasi dua arah yang
baik antara perawat dengan ahli gizi sangat diperlukan.

B.Komunikasi SBAR

1.Pengertian komunikasi SBAR

Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assassement, Recomendation) adalah


metode komunikasi yang digunakan untuk anggota tim medis kesehatan dalam
melaporkan kondisi pasien. SBAR digunakan sebagai acuan dalam pelaporan kondisi
pasien saat transfer pasien. Teknik SBAR menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi
antara anggota tim kesehatan tentang kondisi pasien. SBAR merupakan mekanisme
komunikasi yang mudah diingat dan merupakan cara yang mudah untuk berkomunikasi

10
dengan anggota tim, serta mengembangkan kerja anggota tim dan meningkatkan
keselamatan pasien.

2.Komponen SBAR

Komunikasi SBAR memiliki beberapa komponen. Komponen tersebut meliputi:

a.Situation: Komponen situation ini secara spesifik perawat harus menyebut usia pasien,
jenis kelamin, diagnosis pre operasi, prosedur, status mental, kondisi pasien apakah stabil
atau tidak.

b.Background: Komponen background menampilkan pokok masalah atau apa saja yang
terjadi pada diri pasien, keluhan yang mendorong untuk dilaporkan seperti sesak nafas,
nyeri dada, dan sebagainya. Menyebutkan latar belakang apa yang menyebabkan
munculnya keluhan pasien tersebut, diagnosis pasien, dan data klinik yang mendukung
masalah pasien.

c.Assesment: Komponen assessment ini berisi hasil pemikiran yang timbul dari temuan
serta difokuskan pada problem yang terjadi pada pasien yang apabila tidak diantisipasi
akan menyebabkan kondisi yang lebih buruk.

d.Recommendation: Komponen recommendation menyebutkan hal-hal yang dibutuhkan


untuk ditindak lanjuti. Apa intervensi yang harus direkomendasikan oleh perawat.

Berikut adalah contoh komponen komunikasi SBAR meliputi:

S: Identifikasi unit, pasien, status penyebab dari status klinik, status diagnosa, status
secara singkat seperti kapan dimulai, tujuan dari transfer dan indikasi klinik atau tujuan
dari tes diagnosis.

B: tanggal penerimaan, vital sign, alergi, situasi nyeri, medikasi (dosis obat), antibiotik, IV
infus, hasil laboratorium, diit, klinik informasi lainnya meliputi jenis monitoring yang
dibutuhkan.

A: prioritas dari fokus masalah, karakteristik nyeri, pencegahan keamanan petugas


kesehatan, kemampuan koping dari penyakitnya, pencegahan kulit, monitoring
gastroentestinal perdarahan.

11
R: pasien harus segera diperiksa, perintah terbaru, perintah diubah, pencegahan
keselamatan dari petugas dan pasien, transfer pasien, medikasi infus, monitoring dan
intervensi nyeri.

3.Manfaat Komunikasi SBAR Komunikasi SBAR memiliki manfaat untuk :

a.Meningkatkan patient safety

b.Menurunkan angka malpraktik akibat komunikasi yang kurang

c.Meningkatkan kerja tim untuk menggunakan komunikasi yang efektif.

d.Memberikan informasi terkait kondisi pasien secara lengkap.

4.Penerapan Komunikasi SBAR

a.Operan

Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suati laporan yang
berkaitan dengan kondisi pasien. Tujuan dilakukan operan adalah untuk menyampaikan
kondisi pasien, menyampaikan asuhan keperawatan yang belum dilaksanakan,
menyampaikan hal yang harus ditindaklanjuti, menyusun rencana kerja. Untuk mencapai
tujuan harus diterapkan komunikasi efektif seperti SBAR.

b.Pelaporan Kondisi Pasien

Pelaporan kondisi pasien dilakukan olehp perawat kepada tenaga medis lain
termasuk dokter. Hal ini bertujuan untuk melaporkan setiap kondisi pasien kepada dokter
sehingga dokter dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien.
Pelaporan kondisi pasien yang efektif dapat meningkatkan keselamatan pasien. Faktor
yang dapat mempengaruhi pelaporan kondisi pasien adalah komunikasi. Komunikasi yang
tidak efektif antara perawat dan dokter dapat mempengaruhi keselamatan pasien.
Berbagai jurnal yang telah diteliti dihasilkan komunikasi efektif seperti SBAR dapat
meningkatkan komunikasi antara perawat-dokter sehingga angka keselamatan pasien

12
meningkat SBAR dapat meningkatkan komunikasi antara perawat-dokter sehingga angka
keselamatan pasien meningkat.

c.Transfer Pasien

Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke ruangan lain dan
dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Transfer pasien dibagi menjadi transfer pasien internal dan eksternal. Transfer pasien
internal adalah transfer antar ruangan di dalam rumah sakit dan transfer pasien eksternal
adalah transfer antar rumah sakit. Transfer pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan terkait prosedur transfer. Kemampuan dan
pengetahuan tenaga kesehatan yang harus dimiliki adalah memahami proses pra transfer,
peralatan transfer, dan komunikasi saat transfer pasien. Komunikasi yang efektif
diperlukan untuk proses transfer pasien. Komunikasi SBAR merupakan salah satu
komunikasi efektif yang dapat meningkatkan keselamatan pasien.

13
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi


dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli gizi, apoteker
dsb. Setiap tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan
pasien. Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan
dapat terjalin dengan baik. Dalam berkomunikasi antar anggota tim kesehatan, digunakan
metose SBAR (Situation, Background, Assesment, dan Recommendation) untuk
mempermudah dan memperjelas anggota tim kesehatan lain dalam mengetahui kondisi
pasien saat itu. Perawat mempunyai tanggung jawab dan memiliki untuk:

1.Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan
tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja
maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

2.Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya


kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain
dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang keperawatan.

3.Perawat merupakan kesatuan integral dengan tenaga kesehatan lainya yang tidak bisa
dipisah – pisahkan dan disendirikan.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/408509190/komunikasi-antar-anggota-tim-kesehatan-
docx

https://pdfcoffee.com/komunikasi-antar-anggota-team-kesehatan-2-pdf-free.html

15

Anda mungkin juga menyukai