Anda di halaman 1dari 16

TATA CARA KOMUNIKASI YANG BAIK ANTAR TIM

KESEHATAN

DOSEN PEMBIMBING:

MARIA KURNI MENGA,S.KEP.,NS.,M.KEP.

DISUSUN OLEH KELOMPOK :

1. NUR ADHAYANI
2. NURDIANI
3. NUDYA AULIA AZZAHRA
4. SIPRIANUS N.W
5. RAHMAWATI
6. SINDI PATIKA SARI
7. RIDHA MUSTAUFIDA
8. DESTI NATALIA

POLITEKNIK SANDI KARSA MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga makalah yang berjudul “TATA
CARA KOMUNIKASI YANG BAIK ANTAR TIM KESEHATAN” ini dapat
diselesaikan dengan baik serta tepat waktu. Dalam penyusunan makalah mungkin
ada sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman
serta bimbingan dari dosen, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah
Manajemen Pasien Safety.Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari
pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu
dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan yang maha Esa dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

A. Komunikasi Antar Anggota Tim Kesehatan.........................................3


B. Komunikasi SBAR...............................................................................7

BAB III PENUTUP..........................................................................................11

A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari
kehidupankita tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu
berhubungandengan orang lain entah itu pasien, sesama teman, dokter,
atasan dan sebagainya.Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana
yang sangat efektif bagi perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya
dengan baik.
Komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan teraupetik
karena komunikasi mencakup pencapaian informasi serta pertukaran
pikiran dan perasaan. Proses komunikasi teraupetik seringkali meliputi
kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk
membentuk klien mencapai keberhasilan keperawatan bersama.
Komunikasi efektif merupakan komponen penting
untukmeningkatkan keselamatan pasien. Hal ini sesuai dengam pelaporan
kasus oleh JCI dan WHO sebanyak 25.000-30.000 kecacatan yang
permanen pada pasien di Australia 11% disebabkan karena kegagalan
komunikasi. Laporan IKP di Indonesia tahun 2007 berdasarkan provinsi
menemukan 145 insidenyang dilaporkan, kasus tersebut terjadi diwilayah
Jakarta 37,9%, JawaTengah 15,9%, Yogyakarta 13,8%, Jawa Timur 11,7%,
Sumatra Selatan6,5%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Sulawesi Selatan
0,69% dan Aceh0,68%. Laporan IKP adalah laporan insiden keselamatan
pasien yangmemiliki manfaat agar mengetahui angka kejadian
keselamatan pasien diRumah Sakit. Insiden ini disebabakan beberapa
faktor yang salah satufaktor adalah kesalahan dalam pelaporan akibat
kurangnya komunikasi.
Komunikasi yang kurang menjadi salah satu faktor kesalahan dalam
pelaporan sangat penting untuk diperbaiki. Hal ini dikarenakan
komunikasi merupakan salah satu standar KARS 2012 pada poin
PMKP1.4. Poin PMKP 1.4 yang menyebutkan komunikasi yang efektif
merupakan standar dalam peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi
efektif yang dapat digunakan sesama tenaga medis kesehatan adalah
dengan komunikasi SBAR(Kemenkes RI, 2012).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana komunikasi antara anggota tim kesehatan?
2. Apakah yang dimaksud komunikasi SBAR?
C. Tujuan
Bersumber pada rumusan permasalahan yang di susun oleh penulis di
atas,hingga tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi antara anggota tim
kesehatan.
2. Untuk mengetahui komunikasi SBAR.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Komunikasi Antar Anggota Tim Kesehatan


Komunikasi antar tim anggota kesehatan merupakan hubungan antara
tim kesehatan satu dengan yang lainnya yang terintegrasi dan bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien. Komunikasi ini meliputi
komunikasi antara perawat dengan dokter, komunikasi antara perawat
dengan perawat,komunikasi antara perawat dengan tenaga ahli respiratorik
(fisioterapis),komunikasi antara perawat dengan farmasi dan komunikasi
antara perawat dengan ahli gizi, sehingga akan menghasilkan tindakan
kolaborasi antar anggota tim kesehatan.
1. Komunikasi Antara Perawat dengan Dokter
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang
telah cukup lama dikenal ketika memberikan asuhan kepada pasien.
Perawat bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk.Perawat
mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan
keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang
perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah
ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat
dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.
Contoh dari hubungan perawatan dengan dokter ialah ketika perawat
menyiapkan pasien yang diabetes pulang ke rumah, perawatdan dokter
bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga bagaimana cara
perawatan diabetes di rumah. Selain itu komunikasi antara perawat
dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu
peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV,
anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien, dan data penunjang
seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara
pasti mengenai penyakit pasien. Pada saat perawat berkomunikasi
dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah
perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak
terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan
dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik
apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya
menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah
kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter
membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan
keperawatan dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk
mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan
penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud
dengan baik apabila komunikasi antara perawat dengan dokter terjalin
dengan baik.
2. Komunikasi Antara Perawat dengan Perawat
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien,komunikasi
antar tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting.
Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang
telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila
hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan
profesional,hubungan struktural dan hubungan interpersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan
hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung
jawab yang sama dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Contohnya komunikasi yang terjadi pada saat koordinasi antara
perawat A dengan perawat B pada saat menerima pasien baru dari IGD
untuk diberikan perawatan lebih lanjut di ruang rawat inap. Maka
antara perawat A dan perawat B akan menjalin komunikasi.
Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan
jabatan atau struktur masing - masing perawat dalam menjalankan
tugas berdasarkan wewenang dan tanggung jawabnya dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat pelaksana
tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer
atau ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi
klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada perawat
pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.
Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan
yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi
dalam hubungan ini adalah hal-hal yang tidak terkait dengan pekerjaan
dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan
wewenangnya. Contohnya perawat di suatu ruangan membicarakan
mengenai kondisi keluarganya di rumah. Mereka saling mencurahkan
isi hati dan bertukar pikiran, secara otomatis hal ini memerlukan yang
namanya proses komunikasi.
3. Komunikasi Antara Perawat dengan Ahli Terapi Respiratorik.
Ahli terapi respiratorik ialah seorang fisioterapis yang ditugaskan
untuk memberikan pengobatan yang dirancang untuk peningkatan
fungsi ventilasi atau oksigenasi klien. Perawat bekerja dengan pemberi
terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli
terapi (fisioterapis) lalu dilanjutkan dengan evaluasi oleh perawat.
Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama
dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien
dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk
perawatan lebih jauh.
Contoh komunikasi antar perawat dengan ahli terapi respiratorik
misalnya, perawat merawat seseorang yang mengalamai PPOK dan
merujuk klien tersebut ke seorang fisioterapis untuk belajar latihan
agar menguatkan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana
menghemat energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar
teknik untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
4. Komunikasi Antara Perawat dengan Ahli Farmasi.
Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin
untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi
dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam
konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem
pemberian obat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika
membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien
membangun pengertian yang benar dan jelas tentang
pengobatan,mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan
bersama tenaga kesehatan lainnya.
Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang
tepat dan efek samping dari semua obat-obatan yang diberikan.Bila
informasi ini tidak tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-
teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus berkonsultasi pada
ahli farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi
tentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat di campur atau yang
dapat di berikan secara bersamaan.kesalahan pemberian dosis obat
dapat di hindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetauhi
dosis yang diberikan . Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang
bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli
farmasi dapat menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual
bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan dapat
berinteraksi merugikan, sehingga informasi ini dapat dimasukkan
dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang
profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan
mendistribusikan obat-obatan.
Contoh, ketika perawat meminta obat di apotek maka antara perawat
dengan apoteker akan menjalin komunikasi. Perawat akan meminta
obat sesuai dengan kebutuhan pasien. sedangkan apoteker akan
memberikan obat beserta penjelasan terkait obat tersebut. Perawat
mendengarkan dengan baik lalu mengeceknya.
5. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi.
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM).Pelayanan
gizi di RS merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar
tercapai pelayanan yang bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan
maka perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang obat-
obatan yang digunakan pasien, jika perawat tidak
mengkomunikasikannya maka bisa saja pilihan makanan yang
diresepkan oleh ahli gizi akan menghambat absorbsi dari obat tersebut.
Jadi komunikasi dua arah yang baik antara perawat dengan ahli gizi
sangat di perlukan.
B. Komunikasi SBAR
1. Pengertian komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR (situation,background,assasement,recomendation)
adalah metode komunikasi yang digunakan untuk anggota tim medis
kesehatan dalam melaporkan kondisi pasien. SBAR digunakan sebagai
acuan dalam pelaporan kondisi pasien saat transfer pasien.Teknik
SBAR menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi antara anggota
tim kesehatan tentang kondisi pasien. SBAR merupakan mekanisme
komunikasi yang mudah diingat dan merupakan cara yang mudah
untuk berkomunikasi dengan anggota tim,serta mengembangkan kerja
anggota tim dan meningkatkan keselamatan pasien.
2. Komponen SBAR
Komunikasi SBAR memiliki beberapa komponen. Komponen tersebut
meliputi:
a. Situation: Komponen situation ini secara spesifik perawat harus
menyebut usia pasien, jenis kelamin, diagnosis preoperasi,
prosedur, status mental, kondisi pasien apakah stabil atau tidak.
b. Background: Komponen background menampilkan pokok masalah
atau apa saja yang terjadi pada diri pasien, keluhan yang
mendorong untuk dilaporkan seperti sesak nafas, nyeri dada, dan
sebagainya. Menyebutkan latar belakang apa yang menyebabkan
munculnya keluhan pasien tersebut,diagnosis pasien, Dan data
klinik yang mendukung masalah pasien.
c. Assement: komponen assememt ini berisi hasil pemikiran timbul
dari temuan serta difokuskan pada problem yang terjadi pada
pasien yang apabila tidak diantisipasi akan menyebabkan kondisi
yang lebih buruk.
d. Recommendation:Komponen recommendation menyebutkan hal-
hal yang dibutuhkan untuk ditindak lanjuti. Apaintervensi yang
harus direkomendasikan oleh perawat.
Berikut adalah contoh komponen komunikasi SBAR meliputi:
1.) S: Identifikasi unit, pasien, status penyebab dari status klinik,
status diagnosa, status secara singkat seperti kapan dimulai,
tujuan dari transfer dan indikasi klinik atau tujuan dari tes
diagnosis.
2.) B: tanggal penerimaan, vital sign, alergi, situasi nyeri,
medikasi(dosis obat), antibiotik, IV infus, hasil laboratorium,
diit,klinik informasi lainnya meliputi jenis monitoring yang
dibutuhkan.
3.) A: prioritas dari fokus masalah, karakteristik nyeri,
pencegahan keamanan petugas kesehatan, kemampuan koping
dari penyakitnya, pencegahan kulit, monitoring
gastroentestinal perdarahan.
4.) R: pasien harus segera diperiksa, perintah terbaru, perintah
diubah,pencegahan keselamatan dari petugas dan pasien,
transfer pasien, medikasi infus, monitoring dan intervensi
nyeri.
3. Manfaat Komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR memiliki manfaat untuk :
a. Meningkatkan patient safety
b. Menurunkan angka malpraktik akibat komunikasi yang kurang
c. Meningkatan kerja tim untuk menggunakan komunikasi yang
efektif.
d. Memberikan informasi terkait kondisi pasien secara lengkap.

4. Penerapan Komunikasi SBAR


a. Operan
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
suatu
laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien.Tujuan dilakukan
operan adalah untuk menyampaikan kondisi pasien, menyampaikan
asuhan keperawatan yang belum dilaksanakan, menyampaikan hal
yang harus ditindaklanjuti,menyusun rencana kerja. Untuk
mencapai tujuan harus diterapkan komunikasi seperti SBAR. .
b. Pelaporan kondisi pasien
Pelaporan kondisi pasien di lakukan oleh perawat kepada tenaga
medis lain masuk dokter. Hal ini bertujuan untuk melaporkan setiap
kondisi pasien kepada dokter sehingga dokter dapat memberikan
tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien. Pelaporan kondisi
pasien yang efektif dapat meningkatkan keselamatan pasien. Faktor
yang dapat mempengaruhi pelaporan kondisi pasien adalah
komunikasi.
Komunikasi yang tidak efektif antara perawat dan dokter dapat
mempengaruhi keselamatan pasien.Berbagai jurnal yang telah di
teliti di hasilkan komunikasi efektif seperti SBAR dapat
meningkatkan komunikasi antara perawat-dokter sehingga angka
keselamatan pasien meningkat.
c. Tranfer pasien
Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke
ruangan lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut. Transfer pasien di bagi
menjadi transfer pasien internal dan ekstrenal. Transfer pasien
internal adalah transfer antara ruangan di dalam rumah sakit dan
transfer pasien eksteral transfer rumah sakit. Transfer pasien
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah memiliki kemampuan
dan pengetahuan terkait prosedur transfer. Kemampuan dan
pengetahuan tenaga kesehatan yang harus dimiliki adalah
memahami proses pra transfer pasien,peralatan transfer,dan
komunikasi saat transfer pasien.
Komunikasi yang efektif diperlukan untuk proses transfer pasien.
Komunikasi SBAR merupakan salah satu komunikasi efektif yang
dapat meningkatkan keselamatan pasien.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam melaksanakan tugasnya, pearawat tidak dapat bekerja tanpa
berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lain di antaranya adalah dokter,
ahli gizi, apoteker dsb. Setiap tenaga profesi tersebut mempunyai
tanggung jawab terhadap kesehatan pasien. Bila setiap profesi telah dapat
saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin dengan
baik.
Dalam berkomunikasi antar anggota tim kesehatan, di gunakan
metode SBAR(situation, backgroud, assment dan recommendation) untuk
mempermudah dan memperjelas anggota tim kesehatan lain dalam
mengetahui kondisi pasien saat itu.
Perawat mempunyai dan memiliki tanggung jawab untuk:
1. Perawat senantiasa memilihara hubungan baik antara sesama perawat
dan tenaga kesehatan lainya, baik dalam memilihara kerehasiaan
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh.
2. Perawat sentiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan kemapuan dalam bidang keperawatan.
3. Perawat merupakan kesatuan integral dengan tenaga kesehatan lainnya
yang tidak bisah pisah-pisahkan dan disendirikan.
Sehingga komunikasi sebagai dasar pembentuk hubungan yang baik
harus ditekankan pada setiap tim kesehatan sebagai upaya yang
berfokus pada peningkatan mutu pelayanan dan derajat kesehatan
masyarakat.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, penulis berharap bahwa ini dapat
menjadi pengingat bagi perawat maupun profesi lainnya untuk senantiasa
menjaga komunikasi satu sama lain untuk menghindari adanya kesalah
pahaman, untuk meningkatkan kekompakan antar profesi, dan juga untuk
memperjelas status perkembangan kesehatan klien demi tercapainya
keselamatan dan kesembuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA

blog. (09, 03 2019). Cara Komunikasi Efektif Sebelum Pengobatan dengan Pasien yang
Wajib Diketahui. Retrieved from https://blog.assist.id/cara-komunikasi-efektif-
dengan-pasien-yang-wajib-diketahui/

Pardi, D. (2021, 08 26). 11 Cara Komunikasi Efektif Dalam Tim Kerja. Retrieved from
koinworks: https://koinworks.com/blog/efektif-berkomunikasi-dalam-tim/

selviana, m. (2019, 05 03). Komunikasi antara anggota tim kesehatan. Retrieved from
scribd: https://www.scribd.com/document/408509190/komunikasi-antar-
anggota-tim-kesehatan-docx

Anda mungkin juga menyukai