Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

KOMUNIKASI SBAR

Clinical Teacher (CT):

M. Syafwani,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

AULIA RAHAYU SULISTYANINGRUM NPM 1614201110067

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020
A. Komunikasi SBAR
Komunikasi yang tidak efektif akan menimbulkan risiko kesalahan dalam
pemberian asuhan keperawatan. Sebagai contoh kesalahan dalam pemberian obat
ke pasien, kesalahan melakukan prosedur tindakan perawatan. Mencegah
terjadinya risiko kesalahan pemberian asuhan keperawatan maka perawat harus
melaksanakan sasaran keselamatan pasien : komunikasi efektif di Instalasi Rawat
Inap. Komunikasi efektif dapat dilakukan antar teman sejawat (dokter dengan
dokter/ perawat dengan perawat) dan antar profesi (perawat dengan dokter).
Kualitas suatu rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan produk
teknologi jasa kesehatan sudah tentu tergantung juga pada kualitas pelayanan
medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien (Tjiptono,2001). 
Menurur Walker, Evan dan Robbson (2003), komunikasi efektif dalam praktik
keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal. Kegiatan
keperawatan yang memerlukan komunikasi efektif adalah saat serah terima tugas
(handover) dan komunikasi lewat telepon,
Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis
untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara
akurat dan efisien. Komunikasi dengan menggunakan alat terstruktur S-BAR
(Situation, Background, Assesment, Recomendation) untuk mencapai ketrampilan
berfikir kritis, dan menghemat waktu. (NHS, 2012).
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi
penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap
eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat
digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift atau antara
staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim
kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk
memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara
anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
B. Tujuan Komunikasi SBAR
Dengan berkomunikasi secara efektif dapat menjalin saling pengertian dengan
teman sejawat perawat atau perawat dengan dokter karena komunikasi memiliki
manfaat, antara lain adalah :
a. Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas
sesuai dengan yang dimaksudkan.
b. Adanya saling kesefahaman dalam suatu permasalahan, sehingga terhindar
dari salah persepsi.
c. Memberikan sesuatu pesan kepada pihak tertentu, dengan maksud agar
pihak yang diberi informasi dapat memahaminya. 

C. Keuntungan Komunikasi S-BAR


a. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif
b. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham
akan kondisi pasien
c. Memperbaiki komunikasi / memperbaiki keamanan pasien

D. Pengaplikasian Komunikasi Metode S-BAR


Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background, Assessment,
Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga
kesehatan, sehingga dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri. Diharapkan
dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. sehingga
tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien.

a. Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?


- Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.
- Diagnosa medis
- Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan

b. Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan


dengan situasi?
- Obat saat ini dan alergi
- Tanda-tanda vital terbaru
- Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes
sebelumnya untuk perbandingan
- Riwayat medis
- Temuan klinis terbaru

c.      Assessment : berbagai hasil penilaian klinis perawat


- Apa temuan klinis?
- Apa analisis dan pertimbangan perawat?
- Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?

d. Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?


- Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki
masalah?
- Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter?
- Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi
pasien?
- Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?
Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :
a. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
b. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan
dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan.
c. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan.
d. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini & hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya.
e. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat
harian.

E. Alasan penggunaan komunikasi dengan SBAR


Komunikasi yang terjadi antara perawat dan dokter di pelayanan ternyata
tidak memadai, hal ini telah menjadi akar penyebab paling umum dari kesalahan
yang serius baik secara klinis maupun secara keorganisasian. Beberapa hambatan
yang mendasar telah terjadi dalam komunikasi di seluruh disiplin ilmu yang
berbeda pada staf di pelayanan. Hambatan ini dapat terjadi termasuk hirarki, jenis
kelamin, latar belakang etnis dan perbedaan dalam gaya komunikasi antara
kedissiplinan dan individu itu sendiri. Komunikasi lebih efektif di dalam tim jika
ada standa komunikasi yang terstruktur di tempat tersebut.
Komunikasi dengan SBAR mengurangi insiden komunikasi yang tidak
terjawab dan telah terjadi melalui penggunaan asumsi, bantuan atau
ketidakjelasan sikap diam mereka. Komunikasi dengan tool SBAR dapat
membantu untuk mencegah kerusakan dalam komunikasi verbal dan tertulis,
dengan cara menciptakan model mental bersama di semua handover pasien dan
situasi yang membutuhkan eskalasi atau pertukaran informasi secara kritis. Tool
SBAR digunakan selama serah terima dan dapat mengurangi waktu yang
dihabiskan untuk kegiatan ini sehingga mengurangi waktu untuk perawatan klinis.
Cahyono (2008) menambahkan metode SBAR yang digunakan dalam
timbang terima antar tenaga kesehatan atau yang dilakukan antara perawat dapat
memberikan informasi pada perawat hal apa saja yang harus disampaikan ketika
berkomunikasi sehingga akan mengurangi kebingungan setiap perawat dalam
berkomunikasi serta memungkinkan semua informasi tentang pasien akan
tersampaikan karena metode SBAR sudah terstandarisasi, SBAR ini dapat
digunakan untuk membentuk komunikasi pada setiap tahap perjalanan pasien, dari
isi surat rujukan dokter umum, konsultan untuk rujukan, konsultan untuk
berkomunikasi. Perawat menggunakan alat ini dalam pengaturan klinis disertai
dengan membuat rekomendasi yang menjamin komunikasi menjadi jelas.

DAFTAR PUSTAKA
1.       Depkes RI. (2006). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient
safety). Jakarta: Bakti Husada.

2.       Permenkes RI No 1691 (2010). Keselamatan pasien rumah sakit. Jakarta :


Menteri Kesehatan RI.
                                                                                                              
3.      Materi komunikasi efektif.
Diakses http://galericampuran.blogspot.com/2013/03/materi-komunikasi-efektif.html

4.      Joint Commission Accreditation of Health Organization. (2010). National patient


safety goals.

5.      Rofii, Muhamad. (2013). Komunikasi efektif dengan SBAR. Disampaikan dalam


pelatihan di RSUD Tugurejo Semarang tanggal 21 November 2013.

Anda mungkin juga menyukai