PENDAHULUAN
1
untuk memperbaiki komunikasi tersebut salah satunya dengan cara
komunikasi teknik SBAR.
1.2 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Keuntungan Komunikasi Efektif S-BAR
a. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif
b. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham
akan kondisi pasien
c. Memperbaiki komunikasi = memperbaiki keamanan pasien
4. Pengaplikasian Komunikasi Metode S-BAR
Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background,
Assessment, Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan
oleh semua tenaga kesehatan, sehingga dokumentasi tidak terpecah sendiri-
sendiri. Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi
dengan baik. sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan
pasien.
5. Kerangka Komunikasi dengan metode SBAR
4
6. Teknik Penggunaan SBAR
2) Riwayat pengobatan
4) Riwayat alergi
5
Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :
a. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
b. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan
dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan.
c. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan.
d. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini & hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya.
e. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat
harian.
6
BAB III
KASUS
a. Situation (S) :
Nama : Tn. I
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Semarang
Tanggal MRS : 18 Agustus 2019
Pada tanggal 18 agustus 2019 klien mengalami penurunan kesadaran
sehingga klien ditempatkan di ICU. Setelah 9 hari di ICU kondisi klien
membaik lalu dipindahkan ke bangsal.Saat dibangsal klien mengalami
nyeri pada luka post operasi, nyeri akan bertambah ketika klien bergerak,
nyeri seperti ditusuk tusuk, skala nyeri : 4, nyeri pada bagian klavikula
kanan, nyeri hilang timbul sekitar 3 menitan. Diagnosa medis yaitu
contusion serebral fraktur 1/3 klavikula dekstra.
b. Background (B) :
1. Riwayat penyakit/ kondisi sebelumnya
Klien belum pernah dirawat dirumah sakit, pada keluarga klien tidak
ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi atau
diabetes mellitus, keluarga klien juga tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti hepatitis atau tuberculosis.
2. Riwayat pengobatan
Selama di bangsal klien mendapatkan terapi berupa Fenitoin 3x100
mg, Citicolin 2x500 mg, Piracetam 2x1200 mg, Codein 3x10 mg,
Citizin 1x1. Injeksi : Ceftrixone 3x1 gr, tramadol 2x100 mg.
7
3. Riwayat tindakan medis
- Mengkaji KU klien terhadap nyeri
- Mengkaji PQRST nyeri klien
- Mengajarkan teknik nafas dalam untuk memberikan rasa nyaman
- Mengkaji TTV dan KU klien
4. Riwayat alergi
Klien tidak memiliki alergi.
5. Pemeriksaan penunjang
- Hasil Laboratorium
a. Hemoglobin : 11,1 gr/dl
b. Hematrolit : 33,40
c. Leukosit : 12,3 /ul
d. Trombosit :659
- Rontgen dengan hasil tampak plate dan screw pada 1/3 klavikula
dekstra , garis fraktur tampak segaris, tak tampak pelebaran celah
sendi, tak tampak dislokasi sendi.
6. Vital Sign
- TD : 140/90 mmHg
- N : 86x/mnt
- RR : 22x/mnt
- S : 37 C
e. Assessment (A) :
1. Klien masih merasakan nyeri pada 1/3 klavikula dekstra
2. Klien masih meringis kesakitan
f. Recommendation (R) :
1. Pertahankan posisi supinasi selama luka operasi belum kering
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
10