Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di


Rumah Sakit, karena itu tujuan pelayanan perawatan merupakan salah satu
bagian dari tujuan utama rumah sakit. Sesuai dengan UU No 44 tahun 2009
bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Karen itu,
perawat sebagai ujung tombak pemberi pelayanan di rumah sakit
dituntut untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, aman
dan professional sesuai dengan perkembangan IPTEK kesehatan serta
kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

Komunikasi dalam praktek keperawatan profesional merupakan unsur


utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam
mencapai hasil yang optimal dalam kegiatan keperawatan. Komunikasi
adalah bagian dari strategi koordinasi yang berlaku dalam pengaturan
pelayanan di rumah sakit khususnya pada unit keperawatan.

Komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan kesehatan


membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Ini mencakup
mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan dan bagaimana
mengatakannya serta memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk
memeriksa bahwa pesan telah diterima dengan benar. Meskipun digunakan
setiap hari dalam situasi klinis, keterampilan komunikasi perlu dipelajari,
dipraktekkan dan disempurnakan oleh semua perawat sehingga mereka
dapat berkomunikasi dengan jelas, singkat dan tepat dalam lingkungan yang
serba cepat dan menegangkan. Untuk itu diperlukan pendekatan sistematik

1
untuk memperbaiki komunikasi tersebut salah satunya dengan cara
komunikasi teknik SBAR.

Menurut Vardaman (2012) bahwa sistem komunikasi SBAR dapat


berfungsi sebagai alat untuk standarisasi komunikasi antara perawat dan
dokter. Jurnal ini menunjukkan bahwa SBAR dapat membantu dalam
pengembangan skema yang memungkinkan membuat keputusan yang
cepat

Komunikasi Situasion Background Assessment Recommendation


(SBAR) dalam dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar Pasien Safety dari
Kaiser Permanente Oakland California untuk membantu komunikasi antara
dokter dan perawat. Meskipun komunikasi SBAR di desain untuk
kumunikasi dalam situasi beresiko tinggi antara perawat dan dokter,
teknik SBAR juga dapat digunakan untuk berbagai bentuk operan tugas,
misalnya operan antara perawat.

1.2 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian komunikasi SBAR

b. Untuk mengetahui tujuan dari komunikasi SBAR

c. Untuk mengetahui keuntungan komunikasi SBAR

d. Untuk mengetahui pengaplikasian komunikasi metode SBAR

e. Untuk mengetahui kerangka komunikasi dengan metode SBAR

f. Untuk mengetahui teknik penggunaan SBAR

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Komunikasi SBAR

Komunikasi SBAR adalah komunikasi menggunakan alat yang logis


untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara
akurat dan efisien.( Richa, 2018)

Komunikasi SBAR adalah cara sederhana yang secara efekif telah


mengembangkan komunikasi dalam setting lain dan efektif pula digunakan
pada pelayanan kesehatan. Kerangka komunikasi SBAR memuat informasi
pasien tentang Situation, Background, Assessment dan Recommendation.
(Ohio’s Medicare, 2010).

2. Tujuan Komunikasi SBAR

SBAR menawarkan solusi kepada rumah sakit dan fasilitas perawatan


untuk menjembatani kesenjangan dalam komunikasi, termasuk serah terima
pasien, transfer pasien, percakapan kritis dan panggilan telepon. Ini
menciptakan harapan bersama antara pengirim dan penerima informasi
sehingga keselamatan pasien dapat tercapai.

Menggunakan SBAR, laporan pasien menjadi lebih akurat dan efisien.


Teknik komunikasi SBAR ini sederhana namun sangat efektif dan dapat
digunakan ketika seorang perawat memanggil dokter (laporan pasien),
perawatmelakukan serah terima pasien serta perawat mentransfer pasien ke
fasilitas kesehatan lain atau ke tingkat Komunikasi yang efektif antara
penyedia layanan kesehatan sangat penting untuk keselamatan pasien.
Kebanyakan perawat kurang pengalaman dalam berkomunikasi dengan
dokter dan penyedia layanan kesehatan lainnya . Teknik komunikasi SBAR
merupakan teknik komunikasi yang memberikan urutan logis, terorganisir
dan meningkatkan proses komunikasi untuk memastikan keselamatan pasien.

3
3. Keuntungan Komunikasi Efektif S-BAR
a. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif
b. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham
akan kondisi pasien
c. Memperbaiki komunikasi = memperbaiki keamanan pasien
4. Pengaplikasian Komunikasi Metode S-BAR
Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background,
Assessment, Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan
oleh semua tenaga kesehatan, sehingga dokumentasi tidak terpecah sendiri-
sendiri. Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi
dengan baik. sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan
pasien.
5. Kerangka Komunikasi dengan metode SBAR

Kerangka komunikasi SBAR adalah kerangka tehnik komunikasi


yang disediakan untuk berkomunikasi antar para petugas kesehatan dalam
menyampaikan kondisi pasien (Permanente, 2011).

SBAR adalah kerangka yang mudah untuk diingat, mekanisme yang


digunakan untuk menyampaikan kondisi pasien yang kritis atau perlu
perhatian dan tindakan segera. SBAR menyediakan metode komunikasi
yang jelas mengenai informasi yang berkaitan tentang kondisi pasien
antara tenaga medis (klinis), mengajak semua anggota tim pelayanan
kesehatan untuk memberikan masukan pada situasi/kondisi pasien
termasuk rekomendasi. Fase pemeriksaan dan rekomendasi memberikan
kesempatan untuk diskusi diantara tim pelayanan kesehatan. Metode ini
mungkin agak sulit pada awalnya bagi pemberi dan penerima informasi
(Leonard, 2014).

4
6. Teknik Penggunaan SBAR

Menurut Leonard (2014), adapun prinsip-prinsip bagaimana


menggunakan SBAR dan apa saja yang harus dikomunikasi adalah sebagai
berikut:

a. S (Situation) mengandung informasi tentang identitas pasien, masalah


yang terjadi saat ini dan diagnosa medis.

b. B (Background) menggambarkan riwayat/data sebelumnya yang


mendukung situasi saat ini seperti:

1) Riwayat penyakit/kondisi sebelumnya

2) Riwayat pengobatan

3) Riwayat tindakan medis atau keperawatan yang sudah dilakukan

4) Riwayat alergi

5) Pemeriksaan penunjang yang mendukung

6) Vital sign terakhir

c. A (Assessment) adalah kesimpulan dari masalah yang terjadi saat ini,


apakah kondisi membaik atau memburuk.

d. R (Recommendation) mengandung informasi tentang:

1) Tindakan apa yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang


terjadi

2) Solusi apa yang bisa ditawarkan ke dokter

3) Solusi/tindakan apa yang direkomendasi oleh dokter.

4) Kapan dan dimana dilakukan.

5
Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :
a. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
b. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan
dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan.
c. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan.
d. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini & hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya.
e. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat
harian.

Dari beberapa laporan dan penelitian yang dilakukan disimpulkan


bahwa tehnik SBAR efektif dalam mencegah terjadinya kesalahan pelayanan
yang dilakukan oleh penyedia layanan. Komunikasi tidak efektif merupakan
akar penyebab tertinggi dari sentinel event (Amato-Vealey, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh The Joint Commmission Organizations


tentang sentinel events didapatkan data bahwa kejadian total sentinel
events terjadi oleh karena masalah komunikasi sebesar 70% ( Mikos,
2007). Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah komunikasi adalah hal
yang penting dalam pelayanan keperawatan karena kesalahan komunikasi
dapat mengakibatkan insiden keselamatan pasien.

6
BAB III

KASUS

a. Situation (S) :
Nama : Tn. I
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Semarang
Tanggal MRS : 18 Agustus 2019
Pada tanggal 18 agustus 2019 klien mengalami penurunan kesadaran
sehingga klien ditempatkan di ICU. Setelah 9 hari di ICU kondisi klien
membaik lalu dipindahkan ke bangsal.Saat dibangsal klien mengalami
nyeri pada luka post operasi, nyeri akan bertambah ketika klien bergerak,
nyeri seperti ditusuk tusuk, skala nyeri : 4, nyeri pada bagian klavikula
kanan, nyeri hilang timbul sekitar 3 menitan. Diagnosa medis yaitu
contusion serebral fraktur 1/3 klavikula dekstra.
b. Background (B) :
1. Riwayat penyakit/ kondisi sebelumnya
Klien belum pernah dirawat dirumah sakit, pada keluarga klien tidak
ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi atau
diabetes mellitus, keluarga klien juga tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti hepatitis atau tuberculosis.
2. Riwayat pengobatan
Selama di bangsal klien mendapatkan terapi berupa Fenitoin 3x100
mg, Citicolin 2x500 mg, Piracetam 2x1200 mg, Codein 3x10 mg,
Citizin 1x1. Injeksi : Ceftrixone 3x1 gr, tramadol 2x100 mg.

7
3. Riwayat tindakan medis
- Mengkaji KU klien terhadap nyeri
- Mengkaji PQRST nyeri klien
- Mengajarkan teknik nafas dalam untuk memberikan rasa nyaman
- Mengkaji TTV dan KU klien
4. Riwayat alergi
Klien tidak memiliki alergi.
5. Pemeriksaan penunjang
- Hasil Laboratorium
a. Hemoglobin : 11,1 gr/dl
b. Hematrolit : 33,40
c. Leukosit : 12,3 /ul
d. Trombosit :659
- Rontgen dengan hasil tampak plate dan screw pada 1/3 klavikula
dekstra , garis fraktur tampak segaris, tak tampak pelebaran celah
sendi, tak tampak dislokasi sendi.
6. Vital Sign
- TD : 140/90 mmHg
- N : 86x/mnt
- RR : 22x/mnt
- S : 37 C
e. Assessment (A) :
1. Klien masih merasakan nyeri pada 1/3 klavikula dekstra
2. Klien masih meringis kesakitan
f. Recommendation (R) :
1. Pertahankan posisi supinasi selama luka operasi belum kering

2. Jangan terlalu banyak gerak

3. Mengajarkan napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri

8
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Komunikasi efektif adalah unsur utama dari sasaran keselamatan pasien


karena komunikasi adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien
(patient safety). Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap,
jelas, dan dipahami oleh penerima mengurangi kesalahan dan meningkatkan
keselamatan pasien. Maka dalam komunikasi efektif harus dibangun aspek
kejelasan, ketepatan, sesuai dengan konteks baik bahasa dan informasi, alur
yang sistematis, dan budaya.

Kerangka komunikasi yang efektif yang dapat digunakan salah satunya


adalah komunikasi model SBAR (Situation, Background, Assessment,
Recommendation). Metode ini digunakan secara efektif saat serah terima
antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika
Sugiharto, A. S, Dkk. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi MPKP di Rumah
Sakit. Jakarta: EGC
Noprianty, Richa. 2018.Modul Praktikum Nurshing Management. Yogyakarta :
Deepublish

10

Anda mungkin juga menyukai