0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
29 tayangan5 halaman
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan metode SBAR dan TBAK oleh perawat di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda dalam meningkatkan budaya keselamatan pasien. Studi pendahuluan menunjukkan penerapan SBAR dan TBAK belum sesuai standar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan kuesioner, observasi, dan wawancara. Hasil yang diharapkan adalah mengetahui tingkat penerapan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan metode SBAR dan TBAK oleh perawat di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda dalam meningkatkan budaya keselamatan pasien. Studi pendahuluan menunjukkan penerapan SBAR dan TBAK belum sesuai standar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan kuesioner, observasi, dan wawancara. Hasil yang diharapkan adalah mengetahui tingkat penerapan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan metode SBAR dan TBAK oleh perawat di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda dalam meningkatkan budaya keselamatan pasien. Studi pendahuluan menunjukkan penerapan SBAR dan TBAK belum sesuai standar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan kuesioner, observasi, dan wawancara. Hasil yang diharapkan adalah mengetahui tingkat penerapan
PERAWAT PELAKSANA TERHADAP PENINGKATAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RSUD ABDOEL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
RSUD ABDOEL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA 2020 ANALISIS PENERAPAN METODE SBAR DAN TBAK OLEH PERAWAT PELAKSANA TERHADAP PENINGKATAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RSUD ABDOEL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA I. PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat maupun tenaga kesehatan lainnya kepada pasien dan keluarga di rumah sakit sangatlah penting untuk memperhatikan keselamatan pasien. Melalui komunikasi efektif yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lainnya baik ketepatan waktu, keakuratan, kelengkapan, kejelasan serta pemahaman penerima dapat meminimalisir terjadinya kesalahan dalam berkomunikasi. Komunikasi antar petugas adalah komunikasi yang dilakukan secara akurat, lengkap, dimengerti tidak duplikasi, dan tepat kepada penerima informasi, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahpahaman. Informasi tentang asuhan pasien dan respon terhadap asuhan dikomunikasikan antara praktisi medis, keperawatan dan praktisi kesehatan lainnya saat pergantian shift. Informasi tersebut dapat dikomunikasikan baik secara lisan, tertulis atau elektronik (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2012). Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien. Metode SBAR merupakan metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap peningkatan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. Dengan SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya. Penerapan metode SBAR juga harus diikuti dengan teknik TBaK agar tidak terjadi kesalahan informasi (Langsa, 2015). Komunikasi dalam praktek keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal dalam kegiatan keperawatan. Komunikasi adalah bagian dari strategi koordinasi yang berlaku dalam pengaturan pelayanan di rumah sakit khususnya pada unit keperawatan. Komunikasi terhadap berbagai informasi mengenai perkembangan pasien antar profesi kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang fundamental dalam perawatan pasien (Suhriana,2012). Menurut Vardaman (2012) bahwa sistem komunikasi SBAR dapat berfungsi sebagai alat untuk standarisasi komunikasi antara perawat dan dokter. Jurnal ini menunjukkan bahwa SBAR dapat membantu dalam pengembangan skema yang memungkinkan membuat keputusan yang cepat oleh perawat. Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efesien. Komunikasi dengan menggunakan alat terstruktur SBAR ( Situation, Background, Assesement, Recomendation ) untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis dan menghemat waktu (NHS, 2012). Menurut hasil penelitian Catherine (2008) di Denver Health Medical Center Kegagalan komunikasi perawat dalam melakukan operan antar shift 30% disebabkan karena kegagalan komunikasi secara langsung seperti: 1) Komunikasi yang terlambat, 2) Kegagalan komunikasi dengan semua anggota tim keperawatan, 3) Isi komunikasi yang tidak jelas. Hal ini menyebabkan tujuan komunikasi yang diharapkan tidak tercapai. Karena operan merupakan sarana komunikasi perawat dalam menyampaikan dan menerima informasi secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan perawat serta perkembangan kesehatan pasien. Tetapi operan sering dilakukan hanya laporan di nurse station tanpa melihat keadaan pasien langsung dengan alasan kelelahan kerja perawat. Studi pendahuluan dilakukan melalui wawancara dengan kepala Ruangan dan beberapa perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap serta observasi langsung, Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa dalam melaksanakan komunikasi SBAR, perawat masih belum sepenuhnya menerapkan sesuai SOP. Dan pada saat lapor dokter tentang kondisi pasien maupun tentang pemeriksaan penunjang menggunakan komunikasi SBAR, read back jarang dibaca dan dan stempel komfirmasi masih sering terlewatkan t idak ditandatangani oleh dokter. Pelaksanaan komunikasi SBAR di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie dalam pelaksanaannya belum mencapai target 100%. Berdasarkan standar yang sudah ditetapkan 100% di Instalasi Rawat Inap RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda didapatkan hasil pengumpulan data kepatuhan menggunakan komunikasi efektif dirawat inap belum mencapai standar dengan rata-rata pencapaian pada bulan Februari 2016, SBAR 33 , 58 %, TbaK ( Tulis, baca, konfirmasi kembali) 37,22%, dan tanda tangan dokter 38,33%. Data PMKP RSUD Abdoel Wahab Sjahranie triwulan 3 tahun 2019 pelaksanaan Indikator Sasaran keselamatan pasien (ISKP 2) kepatuhan verifikasi terhadap intruksi via telpon dalam 1 x 24 jam oleh dr. DPJP dan dr.Umum, angkah kepatuhannya masih di bawah standar 100 %, angkah kepatuhan dari bulan Januari sampai September berkisar 67,31 % - 81, 14 % salah satu faktor penyebabnya perawat sering terlewat untuk meminta tanda tangan. Berdasarkan latar belakang di atas membuat peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang “ Analisa penerapan metode SBAR dan TBAK oleh perawat terhadap peningkatan budaya keselamatan pasien di ruang rawat inap RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda “ II. METODE PENELITIAN Desain ini penelitian ini menggunakan menggunakan Metode kuantitatif yang lebih Spesifik, jelas, dan rinci. Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian menunjukan hubungan antar variabel, menguji teori, mencari generalisasi yang serta mempunyai nilai prediktif. Tehnik Pengumpulan yang digunakan menggunakan Kuesioner , Observasi dan wawancara terstruktur , Intrumen penelitian menggunakan angket, wawancara terstruktur, Instrumen yang telah terstandar. Jumlah sampel besar, representatif, sedapat mungkin random III. HASIL YANG DI HARAPKAN Hasil yang di harapkan dari penelitian ini adalah, melihat sejauhmana penerapan Metode SBAR dan TBAK oleh Perawat Pelaksana terhadap peningkatan budaya keselamatan pasien di RSUD A.Wahab Sjahranie Samarinda, meningkatkan kesadaran dan kemauan perawat dalam melaksanakan Metode SBAR dan TBAK.
DAFTAR PUSTAKA
Catherine Dingley, M. K. (2008). Improving Patient Safety Through
Provider Communication Strategy Enhancements. Advances in Patient Safety: New Directions and Alternative Approaches (Vol. 3: Performance and Tools). Kusumapradja, R. (2012). Patient safety in nursing. Makalah seminar. Tidak dipublikasikan. Leonard, M., Graham, S., & Bonacum, D. (tidak di publikasikan) Kementerian Kesehatan RI (2011). Standar Akreditasi Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Jakarta. Langsa. (2015). Term of Reference Pelatihan Komunikasi Terapetik yang Efektif dalam Asuhan ke Pasien, 1, 1–4. Suhriana. (2012). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Bula Kabupaten Seram Bagian Timur, FKM Unhas Makassar. Suprapta Anik. (2012). Vardaman, J., Cornell, P., Gondo, M., Amis, J., Townsend-Gervis, M, & Thetford, C. (2012). Beyond communication: the role of standardized protocols in a changing health care environment. Health Care Management Review, 37(1), 88–97. https://doi.org/10.1097/HMR.0b013e3182 1fa503