Anda di halaman 1dari 10

JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

Jurnal Kesehatan Saelmakers PERDANA


ISSN 2615-6571 (cetak), ISSN 2615-6563 (online)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

PENERAPAN KOMUNIKASI SBAR (SITUATION, BACKGROUND,


ASSESMENT, RECOMENDATION) OLEH PERAWAT
DI RUMAH SAKIT PUSRI PALEMBANG
IMPLEMENTATION OF SBAR COMMUNICATION (SITUATION, BACKGROUND,
ASSESMENT, RECOMENDATION) BY NURSES
AT PUSRI HOSPITAL PALEMBANG

Sutrisari Sabrina Nainggolan


Program Studi Profesi Ners STIK Bina Husada Palembang
Email : sutrisarisabrinanainggolan@gmail.com

Submisi: 19 September 2020; Penerimaan: 27 Januari 2020; Publikasi : 10 Februari 2021

ABSTRAK
Komunikasi SBAR merupakan kerangka teknik komunikasi efektif yang disediakan bagi petugas
kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien. Perawat memiliki kesempatan untuk berdiskusi dengan
tim kesehatan lainnya. Kesalahan dalam berkomunikasi SBAR akan menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan pada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penerapan komunikasi SBAR
(Situation, Background, Assesment, Recomendation) oleh perawat di Rumah Sakit Pusri Palembang.
Desain penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian dilaksanakan bulan
April 2020 sampai dengan bulan Mei 2020. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah lima dengan
menggunakan teknik purposive sampling, dengan kriteria pendidikan minimal S1 keperawatan, masa
kerja lebih dari dua tahun, pernah mengikuti pelatihan komunikasi efektif, serta mampu menerapkan
komunikasi SBAR. Metode pengumpulan informasi dilakukan dengan wawancara mendalam dengan
menggunakan aplikasi zoom meeting. Analisis data menggunakan pendekatan Collaizi. Dari hasil
penelitian didapatkan tiga tema antara lain pengalaman penerapan komunikasi SBAR, isi laporan SBAR,
dan hambatan komunikasi SBAR. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan monitoring dan evaluasi
kinerja terhadap tenaga medis yang ada di Rumah Sakit Pusri Palembang terkait dengan penerapan
komunikasi SBAR.
Kata kunci : komunikasi, SBAR, perawat

ABSTRACT
SBAR communication is a framework for effective communication techniques provided for health workers
in communicating the patient's condition. Nurses have the opportunity to discuss with other health teams.
Mistakes in communicating SBAR will have undesirable effects on patients. This study aims to explore the
application of SBAR (Situation, Background, Assessment, Recomendation) communication by nurses at
the Pusri Palembang Hospital. Qualitative descriptive research design with a phenomenological
approach. The research was conducted from April 2020 to May 2020. There were five participants in this
study using purposive sampling technique, with the criteria of a minimum S1 nursing education, a work
period of more than two years, had attended effective communication training, and were able to apply
SBAR communication. The method of collecting information is carried out by in-depth interviews using
the zoom meeting application. The data analysis used the Collaizi approach. From the research results
obtained three themes, namely the experience of implementing SBAR communication, the contents of the
SBAR report, and the barriers to SBAR communication. The results of this study can be used as material
for monitoring and evaluating the performance of medical personnel at the Pusri Palembang Hospital
related to the application of SBAR communication.
Keywords : communication, SBAR, nurse

167 | Sutrisari Sabrina Nainggolan: Penerapan Komunikasi Situation, Background, Assesment,


Recomendation (SBAR) Pada Perawat Di Rumah Sakit Pusri Palembang
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

Pendahuluan pasien rawat jalan dan rawat inap,


Rumah sakit menetapkan regulasi komunikasi pada kasus urgent dan non
untuk melaksanakan proses urgent, komunikasi dengan pasien,
meningkatkan efektivitas komunikasi individual ataupun dengan telepon;
verbal dan atau komunikasi melalui keadaan khusus dari dokter dan
telepon antar-PPA. Komunikasi perawat, konsultasi antara dokter
dianggap efektif bila tepat waktu, dengan dokter; mendiskusikan dengan
akurat, lengkap, tidak mendua konsultan profesional lain; dan
(ambiguous), dan diterima oleh sebagainya (Tutiany, dkk, 2017)
penerima informasi yang bertujuan Dalam Peraturan menteri kesehatan
mengurangi kesalahan-kesalahan dan RI Nomor 11 (2017), perintah lisan dan
meningkatkan keselamatan pasien. yang melalui telepon ataupun hasil
Pesan secara verbal lewat telepon ditulis pemeriksaan dituliskan secara lengkap
lengkap, dibaca ulang oleh penerima oleh penerima perintah atau hasil
pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi pemeriksaan tersebut, perintah lisan dan
pesan. Penyampaian hasil pemeriksaan melalui telepon atau hasil pemeriksaan
diagnostik secara verbal ditulis lengkap, secara lengkap dibcakan kembali oleh
dibaca ulang, dan dikonfirmasi oleh penerima perintah atau hasil
pemberi pesan secara lengkap (Komisi pemeriksaan tersebut, perintah atau
Akreditasi Rumah Sakit, 2017). hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
Komunikasi SBAR merupakan individu yang memberi perintah atau
kerangka teknik komunikasi efektif hasil pemeriksaan tersebut, kebijakan
yang disediakan untuk petugas dan prosedur mendukung praktek yang
kesehatan dalam menyampaikan kondisi konsisten dalam melakukan verifikasi
pasien. Komunikasi SBAR dapat terhadap akurasi dari komunikasi lisan
digunakan dalam serah terima antar melalui telepon.
shift atau antara staf di daerah klinis Penerapan komunikasi efektif yang
yang sama atau berbeda. Komunikasi berbasis SBAR yang digunakan perawat
SBAR melibatkan semua anggota tim saat melakukan serah terima pasien
kesehatan untuk memberikan masukan dipengaruhi oleh motivasi. Perawat
ke dalam situasi pasien termasuk dalam dengan motivasi kerja yang kuat
memberikan rekomendasi. Dengan cenderung akan bekerja sesuai dengan
adanya komunikasi SBAR ini maka Standar Prosedur Operasional yang
perawat memiliki kesempatan untuk telah ditetapkan demi meningkatkan
berdiskusi dengan tim kesehatan profesionalitas dan kualitas asuhan
lainnya. Teknik TBaK adalah salah satu keperawatan yang diberikan kepada
teknik yang dalam menerapkan metode pasien (Handayani dan Lubis, 2018).
SBAR sehingga tidak terjadi kesalahan Komponen Assesment dalam
informasi (Langsa, 2015). komunikasi SBAR memiliki frekuensi
Pelaksanaan SBAR digunakan terendah dilakukan oleh perawat saat
sebagai landasan menyusun komunikasi melakukan komunikasi dengan dokter.
verbal, tertulis lewat menyusun surat Perawat jarang membaca kembali dan
dari berbagai keadaan perawatan pasien, tidak melakukan konfirmasi ulang
antara lain saat serah terima pasien, saat ketika menerima pesan dari dokter
petugas melaporkan kondisi pasien, saat melalui telepon. Perawat terburu-buru

168 | Sutrisari Sabrina Nainggolan: Penerapan Komunikasi Situation, Background, Assesment,


Recomendation (SBAR) Pada Perawat Di Rumah Sakit Pusri Palembang
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

dalam berkomunikasi dengan dokter, mengorganisasi informasi, dapat


sulit menghubungi dokter, memudahkan penyampaian pesan serta
mengantisipasi bila dokter tidak senang, berdiskusi saat berkomunikasi dengan
merasa dirinya mengganggu dokter dan dokter. Komunikasi SBAR dapat
ragu-ragu menelpon dokter. Inilah meningkatkan kemampuan perawat
faktor penyebab komunikasi yang tidak dalam berkomunikasi dengan dokter
efektif (Nazri dkk, 2015). (Mardiana, dkk, 2019). Selain itu,
Komunikasi SBAR juga aman dan penerapan komunikasi SBAR pada
efisien dan dapat direkomendasikan perawat dalam melaksanakan handover
pada semua pelayanan kesehatan. juga menemukan hambatan sehingga
Komunikasi SBAR dapat mengurangi perlu upaya manajemen keperawatan
kesalahan komunikasi setelah untuk meningkatkan penerapan metode
menggunakannya. Perawat memiliki SBAR dengan cara melakukan
persepsi yang baik mengenai perbaikan pada format SBAR sehingga
penggunaan kerangka SBAR, dan tidak pelayanan keperawatan berkelanjutan
satupun dari perawat memiliki persepsi dan kepuasan pasien meningkat (Astuti,
yang buruk. Rata-rata durasi pergantian Ilmi dan Wati, 2019).
shift berkurang setelah penggunaan Rumah Sakit Pusri telah memiliki
SBAR (Nagammal et al., 2016). standar prosedur operasional (SPO),
Penelitian yang dilakukan oleh pedoman serta kebijakan dalam
Rezkiki & Utami (2017) bahwa tidak melaksanakan komunikasi SBAR.
ada hubungan yang signifikan Komunikasi antara perawat dan tenaga
pengetahuan dengan penerapan kesehatan lainnya konfirmasi).
komunikasi SBAR pada saat overan Perawatnya telah mengikuti pelatihan
dinas. Ada hubungan yang signifikan komunikasi SBAR. Dari hasil observasi
antara sikap dan motivasi dengan dilakukan bahwa komunikasi SBAR
penerapan komunikasi SBAR pada saat dilakukan setiap laporan pasien baru
overan dinas di ruang rawat inap. Sikap yang belum ada terapi atau minta advise
kerja positif yang ditunjukkan oleh terapi tambahan atas keluhan pasien
seorang perawat cenderung berperilaku baru, kemudian juga laporan pasien
kerja yang positif. Dalam hal alergi obat, laporan hasil laboratorium,
pelaksanaan komunikasi SBAR seorang rontgen ataupun USG. Selama
perawat menunjukkan respon sikap melakukan komunikasi ini, perawat
yang positif cenderung akan terlihat kesulitan dalam menerima
melaksanakan seluruh aspek informasi dari dokter penanggung jawab
komunikasi SBAR pada saat overan pasien.
dinas. Begitu pula, perawat dengan Berdasarkan uraian latar belakang
motivasi kerja kerja yang tinggi dan beberapa referensi serta jurnal
cenderung akan bekerja sesuai dengan penelitian yang ada, maka peneliti
standar operasional prosedur yang telah tertarik untuk mengeksplorasi
ditetapkan demi meningkatkan penerapan komunikasi SBAR
profesionalitas dan kualitas kerjanya. (Situation, Background, Assesment,
Model teknik komunikasi SBAR Recomendation) di Rumah Sakit Pusri
membantu perawat untuk Palembang.
mengorganisasi cara berpikir,
169 | Sutrisari Sabrina Nainggolan: Penerapan Komunikasi Situation, Background, Assesment,
Recomendation (SBAR) Pada Perawat Di Rumah Sakit Pusri Palembang
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

Metode Penelitian 1. Tema 1 : pengalaman penerapan


Penelitian kualitatif ini komunikasi SBAR
menggunakan pendekatan fenomenologi Partisipan mengungkapkan
deskriptif. Penelitian dilaksanakan bulan pengalaman penerapan komunikasi
April 2020 sampai dengan bulan Mei 2020. SBAR antara lain dapat
Partisipannya adalah perawat. mengurangi kesalahan dalam
Lokasinya di Rumah Sakit Pusri, pemberian obat, tidak terjadi
dengan jumlah partisipan sebanyak lima kesalahan komunikasi, dan bukti
orang. Teknik pengambilan partisipan perawat dalam memberikan
dengan menggunakan purposive tindakan kepada pasien setelah
sampling, dengan kriteria pendidikan mendapatkan order dari dokter.
minimal S1 keperawatan, masa kerja Berikut ungkapan kelima
lebih dari dua tahun, pernah mengikuti partisipan.
pelatihan komunikasi efektif, serta “sebab dengan kito komunikasi
mampu menerapkan komunikasi SBAR. SBAR ini idak terjadi
Peneliti merupakan instrumen utama kesalahpahaman dalam pemberian
dalam penelitian ini. Metode obat ke pasien eee (hening
pengumpulan informasi dilakukan sejenak)”(P1)
dengan wawancara mendalam dengan “ada buktinya perawat dalam
menggunakan aplikasi zoom meeting. memberikan tindakan medis karena
Wawancara direkam setelah partisipan kan di laporan CPPT tuh ado cap
mendapat penjelasan dan memberikan dan paraf perawat dan dokter
persetujuan. Validasi data dilakukan (partisipan nada suara pelan,
pada pertemuan yang kedua dengan menatap peneliti)”(P2)
mengirimkan transkrip untuk dibaca “tidak akan terjadi salah
kembali oleh partisipan. Analisis data komunikasi di antara perawat
menggunakan pendekatan Collaizi yang dengan dokter (ekspresi wajah
terdiri dari membuat transkrip verbatim, serius, sesekali menatap
membaca berulang-ulang hasil transkrip peneliti)”(P3)
wawancara, mengidentifikasi kutipan “karena untuk mengurangi
kata dan pernyataan yang bermakna kesalahan dalam pemberian terapi
atau pengkodean, membuat kategori misalnyo gitu harus diulang, dibaca
dari beberapa kode yang mempunyai lagi, dikomunikasikan lagi siapa
kedekatan makna, menentukan sub tema tau ada yang salah jadi bisa dicek
jika diperlukan, menyusun tema, dan menyebutkan nama obat (tenang
mendeskripsikan berbagai tema yang sambil menatap peneliti)”(P4)
ditemukan. “karno kan itukan untuk
pertamo kalo kito misalnyo ado
Hasil dan Pembahasan pegangan kito bahwa yang di tulis
Pada penelitian ini didapatkan tiga itu tu memang bener dan sudah
tema yaitu pengalaman penerapan dilaporkan pasiennya ke DPJPnya,
komunikasi SBAR, isi laporan SBAR, misalnyo dio tu nyebutke injeksi
hambatan komunikasi SBAR, dan cara sarok (suara pelan, menatap
mengatasinya. Hasil penelitian akan peneliti)”(P5)
dijelaskan sebagai berikut.
170 | Sutrisari Sabrina Nainggolan: Penerapan Komunikasi Situation, Background, Assesment,
Recomendation (SBAR) Pada Perawat Di Rumah Sakit Pusri Palembang
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

Proses komunikasi dengan


teknik SBAR ini membutuhkan 2. Tema 2 : isi laporan SBAR
pencatatan sebagai bukti fisik. Partisipan mengungkapkan
Namun di RS X belum terdapat SBAR (Situation, Background,
bukti fisik tentang proses SBAR. Assessment, and Recomendation)
Sebagai bukti fisik dibutuhkan ada saat melaporkan kondisi pasien
lembar konfirmasi yang tersedia ke dokter penanggung jawab
pada catatan rekam medis pasien pasien. Berikut ungkapan kelima
(Ulva, 2017). partisipan.
Komunikasi efektif merupakan “Selamat siang dokter dari RS
kunci bagi perawat dan tenaga Pusri, mau lapor pasien baru
kesehatan lainnya untuk mencapai nyonya S umur 45 tahun (semangat
keselamatan pasien. Komunikasi bercerita) keluhannya keluhan
yang efektif, tepat waktu, akurat, sesak napas, demam, ada riwayat
lengkap, jelas dan dipahami oleh diabetes mellitus (semangat cerita,
penerima, akan mengurangi ekspresi wajah serius)...dokter, ibu
kesalahan dan meningkatkan ini tensinyo 140/70, respirasi
keselamatan pasien (Permenkes RI ratenya 30 kali per menit, hasil
No.11, 2017). rontgen : pneumonia, swab test
Komunikasi SBAR memiliki positif (semangat cerita, menatap
proses memonitor, mengevaluasi peneliti)...pasien dengan diagnosa
keselamatan pasien, dan terbukti pasien covid terkonfirmasi
meningkatkan mutu patient safety (semangat bercerita, tersenyum).
di rumah sakit. Dengan penerapan Pasien sudah dapat terapi infus RL
komunikasi SBAR ini, kepercayaan 20 tpm (hening sejenak) ado terapi
masyarakat terhadap citra rumah tambahan idak dokter. Dokternya
sakit sebagai pelayanan kesehatan nanti kasih obat yo sesuai dengan
juga semakin baik (Astuti, Suza dan keluhan dari pasien, misal nanti
Nasution, 2019). kasih tambahan vitamin C 3x1
Berdasarkan uraian di atas, tablet, trus kalau sesak kasih terapi
Rumah Sakit Pusri telah oksigen 3-4 liter, terus insulin tetap
menerapkan komunikasi SBAR. lanjut, parasetamol 3x1, trus gek
Perawat merasakan manfaat yang kito perawat konfirmasi ulang lagi
besar ketika menerapkan supaya dak kesalahan (semangat
komunikasi ini. Perawat telah bercerita, tersenyum)”(P1)
melakukannya sesuai dengan “Hallo assalammulalaikum
standar yang ditetapkan oleh rumah atau selamat pagi ye.. selamat pagi
sakit. Bagi perawat, komunikasi pak/dokter ada pasien baru tuan S
SBAR ini dapat mengurangi umur 55 tahun dengan keluhannya
kesalahan dalam pemberian terapi demam, diare, sesak napas
kepada pasien. Dengan adanya (ekspresi wajah mengkerutkan
komunikasi efektif dengan SBAR dahi)...respirasi ratenya 30 kali per
ini maka meningkatkan menit, tempnya 39, hasil rontgen :
keselamatan pasien dan pneumonia, swab test positif (nada
memberikan kepuasan bagi pasien. suara membesar, ekspresi wajah
171 | Sutrisari Sabrina Nainggolan: Penerapan Komunikasi Situation, Background, Assesment,
Recomendation (SBAR) Pada Perawat Di Rumah Sakit Pusri Palembang
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

serius)..diagnosanya dari dokter umur 47 tahun keluhannya masuk


IGDnya sementara covid dengan sesak nafas hhmm (sambil
terkonfirmasi (menundukkan menatap sebelah) demam, ada
kepala). Terapi sementara infus RL riwayat hipertensi
20 tpm, apakah ada terapi obat (tersenyum)...tanda-tanda vitalnya,
yang akan diberikan dokter? Nah misalnya pernapasannya 29 kali
nanti dokternya kasih tau kasih ini per menit, tekanan darah 140/90,
ini ini terus kita konfirmasi ulang hasil rontgen pneumonia (semangat
lagi supaya tidak terjadi kesalahan menceritakan).…Pasien dengan
(semangat bercerita)”(P2) diagnosanya covid terkonfirmasi
“Assalamualaikum dokter ini (nada suara membesar, ekspresi
dokter S. Ini dengan AR dari wajah serius). Sudah gek kito
Rumah Sakit Pusri dokter, dokter tunggu instruksi dari dokter, kalau
saya mau melapor pasien atas dokternyo minta dilakukan
nama Ny.A, umur 46 tahun pemeriksaan EKG, dan
(ekspresi wajah serius) keluhannya laboratorium, kito perawat ini catet
dokter e (diam sejenak) keluhannya yoh, terus kalau dapat order obat
dia mengatakan nafasnya sesak itu nak dinaikkan dosis atau nak
untuk S nya yah, ada riwayat diganti misalnyo, kito catet be yoh
hipertensi (ekspresi wajah (tangan kanan menopang
serius)..kalo untuk B nya dengan dagu)”(P4)
respirasinya 29 kali per menit terus “Dokter ado pasien dokter
nadinya 89 kali per menit tensinya masuk Tn.A usia 58 tahun (nada
140/90, hasil rontgen : pneumonia, suara pelan) pasien datang dengan
swab test positif (ekspresi wajah keluhan demam, sesak napas, ada
serius)...kemudian diagnosanya riwayat penyerta misalnya kencing
covid terkonfirmasi (eskpresi wajah manis (nada suara pelan, menatap
serius). Pasien sudah dapat terapi peneliti)..itu tensinyo misalnyo
ehh O2 3-4 liter eh kemudian 160/100 suhunyo 37,8 nadinyo 100
posisinya sudah semi fowler mungkin cak itu, trus hasil
kemudian ada terapi lainnya kah rontgennya pneumonia pada paru
dokter? Dokter akan kasih tau ke (nada suara pelan,
kita obat apa yang akan diberikan, tersenyum)...diagnosa pasien dari
biasanya tergantung kasusnya ya, IGD dengan covid terkonfirmasi
karena pasien covid yang (tersenyum). Yo ini terapi dari IGD
terkonfirmasi ini ada penyakit nyo misalnyo terapi RL 20 tpm
penyerta, kayak jantung, kencing yang telah diberikan di IGD tu
manis, atau riwayat asma, terus mohon terapi, terapi lanjutannyo
kalau dokter sudah kasih terapinya dokter (nada suara pelan,
kita konfirmasi ulang lagi (ekspresi tersenyum)”(P5)
wajah serius, menatap Dalam Peraturan menteri
peneliti)”(P3) kesehatan RI Nomor 11 (2017),
“Selamat pagi dokter ado perintah lisan dan yang melalui
pasien baru ini, saya perawat AH telepon ataupun hasil pemeriksaan
melaporkan pasien dengan tuan B, dituliskan secara lengkap oleh
172 | Sutrisari Sabrina Nainggolan: Penerapan Komunikasi Situation, Background, Assesment,
Recomendation (SBAR) Pada Perawat Di Rumah Sakit Pusri Palembang
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

penerima perintah atau hasil shift berkurang setelah penggunaan


pemeriksaan tersebut, perintah lisan SBAR (Nagammal et al., 2016).
dan melalui telepon atau hasil Berdasarkan uraian di atas,
pemeriksaan secara lengkap perawat di Rumah Sakit Pusri telah
dibcakan kembali oleh penerima menerapkan komunikasi SBAR
perintah atau hasil pemeriksaan sesuai dengan standar yang ada di
tersebut, perintah atau hasil rumah sakit. Perawat melaporkan
pemeriksaan dikonfirmasi oleh kondisi pasien dengan dokter
individu yang memberi perintah penanggung jawab pasien secara
atau hasil pemeriksaan tersebut, lengkap melalui telepon dan
kebijakan dan prosedur mendukung dituliskan di status pasien secara
praktek yang konsisten dalam lengkap. Kemudian dokter akan
melakukan verifikasi terhadap mengulang kembali hasil
akurasi dari komunikasi lisan pemeriksaan yang dilakukan oleh
melalui telepon. perawat. Setelah itu, dokter
Komponen Assesment dalam memberikan terapi yang akan
komunikasi SBAR memiliki diberikan kepada pasien. Perawat
frekuensi terendah dilakukan oleh mengkonfirmasi ulang terapi yang
perawat saat melakukan diberikan oleh dokter. Hasil
komunikasi dengan dokter. Perawat kegiatan pelaporan ini
jarang membaca kembali dan tidak didokumentasikan perawat di status
melakukan konfirmasi ulang ketika pasien dan ditandatangani oleh
menerima pesan dari dokter melalui perawat dan dokter penanggung
telepon. Perawat terburu-buru jawab pasien. Hal ini dilakukan
dalam berkomunikasi dengan oleh perawat untuk mengurangi
dokter, sulit menghubungi dokter, terjadinya kesalahan dan
mengantisipasi bila dokter tidak meningkatkan keselamatan pasien.
senang, merasa dirinya
mengganggu dokter dan ragu-ragu 3. Hambatan komunikasi SBAR
menelpon dokter. Inilah faktor Partisipan mengungkapkan
penyebab komunikasi yang tidak hambatan dalam melaksanakan
efektif (Nazri dkk, 2015). komunikasi SBAR. Hambatan ini
Komunikasi SBAR juga aman didapatkan dari dokter penanggung
dan efisien dan dapat jawab pasien dimana dokter tidak
direkomendasikan pada semua segera merespon komunikasi
pelayanan kesehatan. Komunikasi perawat. Berikut ungkapan kelima
SBAR dapat mengurangi kesalahan partisipan.
komunikasi setelah “Paling DPJPnyo kadang
menggunakannya. Perawat kalau ngangkat telepon tuh lamo
memiliki persepsi yang baik nian, lah berulang kali ditelepon
mengenai penggunaan kerangka masih dak angkat yoh dak tau yoh
SBAR, dan tidak satupun dari aman beliau ado visite dengan
perawat memiliki persepsi yang pasien atau lagi nerima pasien
buruk. Rata-rata durasi pergantian lainnya, kito dak tau yoh (semangat
cerita, menatap peneliti). Kalau kito
173 | Sutrisari Sabrina Nainggolan: Penerapan Komunikasi Situation, Background, Assesment,
Recomendation (SBAR) Pada Perawat Di Rumah Sakit Pusri Palembang
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

WA balasnyo jugo lamo, kadang dokter merupakan pengalaman


centang sikok itu artinyo belum yang sering diungkapkan oleh
sampai pesannyo, itu be tapi tetep responden. Hambatan lainnya
dibalasnyo (semangat cerita, adalah kebiasaan dokter terburu-
tersenyum)”(P1) buru saat berkomunikasi (Astuti,
“Kalau dokter misalnya lagi Suza dan Nasution, 2019) Perawat
ada kerjaan dokternya gak angkat yang memiliki sikap dan persepsi
telepon, sekarang kan yo agak baik dalam pekerjaannya akan
susah apolagi masa pandemi nih memiliki kinerja yang baik dalam
kan, pasien banyak (ekspresi wajah pendokumentasian keperawatan,
serius)”(P2) apabila komunikasi dan
“Komunikasi SBAR kan gak pengetahuan perawat baik, maka
selalu langsung dibalaskan oleh si layanan yang diberikan akan efektif
dokter, kadangan kita telpon nggak dan efisien (Astuti, Ilmi dan Wati,
diangkat…kan (bicara cepat). Kita 2019).
WA dan itupun gak langsung Berdasarkan uraian di atas,
dibalas oleh DPJPnya itu aja sih hambatan yang ditemukan oleh
kendalanya (ekspresi wajah perawat dalam menerapkan
serius)”(P3) komunikasi SBAR berasal dari
“Ada juga yang hp DPJPnya dokter penanggung jawab pasien.
gak diangkat, di WA gak dibalas Ketika perawat hendak
(menatap peneliti)”(P4) mengkomunikasikan kondisi
“Yoo paling susahnya pasien, dokter tidak mengangkat
dokternya dak ngangkat pas kito telepon dengan segera. Perawat
telepon tu (menatap peneliti, telah berulang kali menghubungi
tersenyum, nada suara pelan)”(P5) akan tetapi dokter tidak
Komunikasi SBAR sangat mengangkat. Hal ini dikarenakan
diperlukan saat perawat melakukan dokter sedang visit pasien di
transfer pasien karena adanya ruangan lain atau karena
beberapa hambatan yang sering kesibukannya di rumah sakit
terjadi diantaranya komunikasi sehingga tidak mengangkat telepon.
yang buruk, catatan medis yang Jika kondisi pasien ini tidak segera
kurang lengkap, dan manajemen mendapatkan solusinya, akan
pengelolaan tempat tidur baru. menimbulkan ketidaknyamanan
Hambatan ini akan berdampak bagi pasien dan keluarganya.
kepada keselamatan pasien Hambatan yang ada jika tidak ada
sehingga perlu diperhatikan perbaikan, maka akan menurunkan
komunikasi yang efektif yaitu kualitas pelayanan kesehatan
menggunakan komunikasi SBAR bahkan akan menghambat
(Sukesih dan Istanti, 2015). pemenuhan tujuan asuhan
Pengalaman terbanyak bagi pelayanan keperawaan yang akan
perawat adalah merasa terburu-buru berdampak buruk bagi pasien.
berkomunikasi dengan dokter dan
pada aspek logistik ditemukan Kesimpulan dan Saran
bahwa perawat sulit menghubungi
174 | Sutrisari Sabrina Nainggolan: Penerapan Komunikasi Situation, Background, Assesment,
Recomendation (SBAR) Pada Perawat Di Rumah Sakit Pusri Palembang
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

Berdasarkan penjelasan di atas, Referensi


maka dapat disimpulkan penerapan Astuti, A.M., Suza, D.E., & Nasution,
komunikasi SBAR (Situation, M.L. (2019). Analisis
Background, Assessment, Implementasi Komunikasi SBAR
Recomendation) di Rumah Sakit Pusri Dalam Interprofesional
Palembang adalah sebagai berikut : Kolaborasi Dokter dan Perawat
1. Partisipan mengungkapkan Terhadap Keselamatan Pasien.
pengalaman penerapan komunikasi Jurnal Ilmiah STIKES Kendal.
SBAR antara lain dapat ISSN 2089-0834
mengurangi kesalahan dalam Astuti, N., Ilmi, B., dan Wati, R. (2019).
pemberian obat, tidak terjadi Penerapan Komunikasi Situation,
kesalahan komunikasi, dan bukti Background, Assesment,
perawat dalam memberikan Recomendation (SBAR) Pada
tindakan kepada pasien setelah Perawat Dalam Melaksanakan
mendapatkan order dari dokter. Handover. Indonesian Journal of
2. Partisipan mengungkapkan SBAR Nursing Practices Vol.3 No.1
(Situation, Background, Handayani, F. & Lubis, V.H. (2018).
Assessment, and Recomendation) Faktor-Faktor Yang
ada saat melaporkan kondisi pasien Mempengaruhi Kepatuhan
ke dokter penanggung jawab Perawat Terhadap Komunikasi
pasien. Efektif (SBAR) Dalam Serah
3. Hambatan dalam melaksanakan Terima Pasien di Rumah Sakit X
komunikasi SBAR (Situation, dan Y. Jurnal Kesehatan STIKes
Background, Assessment, and IMC Bintaro Vol.II No.1, 22-37
Recomendation) didapatkan dari Istanti, Y. P. (2015). Peningkatan
dokter penanggung jawab pasien. Patient Safety Dengan
Hasil penelitian ini dijadikan Komunikasi S Bar. The 2nd
sebagai bahan monitoring dan evaluasi University Research Coloquium
kinerja terhadap tenaga medis yang ada 2015. Universitas Muhammadiyah
di Rumah Sakit Pusri Palembang terkait Yogyakarta, 177–183.
dengan penerapan komunikasi SBAR. Kementerian Kesehatan Republik
Kemudian juga perlu mempertahankan Indonesia. (2012). STANDAR
komunikasi SBAR yang telah berjalan AKREDITASI RUMAH SAKIT.
di rumah sakit, sehingga kualitas Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2017).
pelayanan perawatan pasien terjamin. Standar Nasional Akreditasi
Rumah Sakit, (Agustus).
Ucapan Terima Kasih Langsa. (2015). Term of Reference
1. Ketua Yayasan Bina Sriwijaya Pelatihan Komunikasi Terapetik
2. Ketua STIK Bina Husada yang Efektif dalam Asuhan ke
3. Direktur Rumah Sakit Pusri Pasien, 1, 1–4.
Palembang Mardiana, S.S., Kristiana, T.N., Madya,
4. Ketua UPT-PPM STIK Bina S. (2019). Penerapan Komunikasi
Husada SBAR Untuk Meningkatkan
Kemampuan Perawat Dalam
Berkomunikasi Dengan Dokter.
175 | Sutrisari Sabrina Nainggolan: Penerapan Komunikasi Situation, Background, Assesment,
Recomendation (SBAR) Pada Perawat Di Rumah Sakit Pusri Palembang
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

Jurnal Ilmu Keperawatan dan Tentang Keselamatan Pasien


Kebidanan Vol.10 No.2; 273-282 Dengan, 5–6. Retrieved from
Nazri, F., Juhariah, S., & Arif, M. http://hukor.kemkes.go.id/uploads
(2015). Implementasi Komunikasi /produk_hukum/PMK_No._11_ttg
Efektif Perawat-Dokter dengan _Keselamatan_Pasien_.pdf
Telepon di Ruang ICU Rumah Rezkiki, F., & Utami, G.S. (2017).
Sakit Wava Husada Faktor Yang Berhubungan
Implementation of Nurse- Dengan Penerapan Komunikasi
Physician Effective SBAR Di Ruang Rawat Inap.
Communication via Telephone in Jurnal Human Care Volume 1
ICU Room of Wava Husada Nomor 2 Tahun 2017
Hospital. Jurnal Kedokteran Tutiany, Lindawati, & Krisanti, P.
Brawijaya, 28(2), 174–180. (2017). Bahan Ajar
Nagammal, S., Nashwan, A. J., Nair, S. Keperawatan : Manajemen
L., & Susmitha, A. (2016). Keselamatan Pasien.
Nurses’ perceptions regarding
using the SBAR tool for handoff Ulva, F. (2017). Gambaran Komunikasi
communication in a tertiary Efektif Dalam Penerapan
cancer center in Qatar. Journal of Keselamatan Pasien ( Studi Kasus
Nursing Education and Practice, Rumah Sakit X Di Kota Padang )
7(4), 103–110. Picture of Effective
https://doi.org/10.5430/jnep.v7n4 Communication in the
p103 Application of Patient Safety
Peraturan menteri kesehatan RI Nomor Fadillah Ulva STIKes Alifah
11 Tahun 2017 tentang Padang Email :
keselamatan pasien. Peraturan dilla_afdal@yahoo.com
Menteri Kesehatan Republik PENDAHULUA, 95–102.
Indonesia Nomor 11 Tahun 2017

176 | Sutrisari Sabrina Nainggolan: Penerapan Komunikasi Situation, Background, Assesment,


Recomendation (SBAR) Pada Perawat Di Rumah Sakit Pusri Palembang

Anda mungkin juga menyukai