Anda di halaman 1dari 7

Pembahasan Masalah Dengan Pendekatan EBP (Jurnal)

Kasus 4: Hambatan Komunikasi Handover  


Di ruang rawat X diketahui bahwa pelaksanaan Handover masih belum efektif dilaksanakan.
Komunikasi Handover sudah dilakukan menggunakan komunikasi SBAR. Namun Implementasi
penggunaan komunikasi SBAR di ruang rawat tersebut ternyata banyak menemui kendala seperti
dokumentasi oleh perawat penerima pesan yang tidak tepat dan pelaksanaannya karena tidak
sesuai dengan standar operasional prosedur yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas dari
pelaksanaan komunikasi SBAR. Dokter atau Petugas pengirim pesan yang kurang detail dalam
memberikan pesan atau informasi terkait kondisi pasien. Petugas pengirim pesan kurang
menyediakan waktu untuk memberi kesempatan pada penerima pesan untuk memberikan
konfirmasi apakah pesan dapat diterima dengan baik, dan terkadang melakukan interupsi ataupun
menyela pembicaraan.
Uraikanlah dengan mengambil 1 jurnal acuan yang berhubungan dengan tindakan yang akan
dilakukan untuk menyelesaikan kasus di atas.

A. Analisis jurnal menurut Rezkiki dan Utami (2017) sesuai dengan kasus.
Komunikasi efektif menggunakan komunikasi SBAR adalah kerangka yang mudah diingat,
mekanisme nyata yang digunakan untuk menyampaikan kondisi pasien yang kritis atau perlu
perhatian dan tindakan segera. S (situation) mengandung komponen tentang identitas pasien,
masalah saat ini, dan hasil diagnosa medis. B (baground) menggambarkan riwayat penyakit atau
situasi yang mendukung masalah/situasi saat ini. A (assesment) merupakan kesimpulan masalah
yang sedang terjadi pada pasien sebagai hasil analisa terhadap situasion dan Background. R
(recommendation) adalah rencana ataupun usulan yang akan dilakukan untuk mengenai
permasalahan yang ada (Permanente 2011,p: 104). Handover dengan Komunikasi SBAR
merupakan salah satu langkah dalam pencapaian Patient Safety yang sangat penting
dilaksanakan untuk menurunkan insiden kecelakaan pasien.
Cara menyelesai masalah pelaksanaan Komunikasi Handover terkait kendala dalam
komunikasi SBAR menurut jurnal Rezkiki dan Utami (2017) yaitu :
1. Sikap Perawat dalam Penerapan Komunikasi SBAR pada Overan
Masih banyak ditemukan perawat yang menunjukkan respon sikap negatif tentang
penerapan komunikasi SBAR dengan baik pada saat overran dinas, hal ini terlihat dari hasil
penelitian bahwa menganggap memperkenalkan diri pada pasien saat overran dinas tidak
terlalu penting sehingga jarang dilaksanakan, tidak mempertahankan kontak mata dengan
pasien pada saat komunikasi SBAR pada overran dinas dikarenakan petugas lebih berfokus
terhadap penyampaikan kondisi pasien kepada perawat jam dinas berikutnya serta seringnya
penerapan overran dinas dilakukan secara tergesa-gesa sehingga perawat tidak rileks dan
fokus saat bersama pasien
Sikap positif yang perlu dimiliki perawat dalam pelaksanaan patient safety
dimanifestasikan dalam bentuk tanggapan/ respon perasaan positif perawat terhadap
tindakan. Berdasarkan hasil penelitian Bawelle, dkk (2013) sikap berhubungan secara
signifikan dengan perilaku perawat dalam upaya pelaksanaan keselamatan pasien (patient
safety) yaitu menunjukkan semakin baik sikap maka semakin baik perilaku perawat dalam
upaya pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety).
Sikap kerja seorang perawat berhubungan dengan pelaksanaan komunikasi SBAR
pada saat overan dinas. Sikap kerja positif yang ditunjukkan oleh seorang perawat
cenderung berperilaku kerja yang positif, dan begitu pula sebaliknya. Dalam hal pelaksanaan
komunikasi SBAR seorang perawat yang menunjukkan respon sikap yang positif cenderung
akan melaksanakan seluruh aspek komunikasi SBAR pada saat overan dinas, karena setiap
aspek yang telah ditentukan dalam standar operasional dianggap penting dan harus
dilaksanakan, misalnya proses pemberian rekomendasi tindakan dan klarifikasi materi
overan pada petugas pada shift berikutnya sering tidak dilaksanakan, sedangkan hal ini
merupakan sebuah tindakan penting karena dengan pemberian rekomendasi petugas akan
memiliki standar acuan terhadap proses tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Selain
itu, proses pengenalan diri dan pengucapan salam juga sering tidak dilaksanakan, sedangkan
hal ini merupakan proses yang penting untuk menjalin komunikasi terapeutik dan menjalin
hubungan saling percaya antara pasien dan petugas. Semua aspek ini akan terlaksana apabila
seorang perawat menunjukkan sikap kerja yang positif dan tidak pernah menganggap enteng
setiap prosedur kerja yang telah ditetapkan.
2. Motivasi Perawat dalam Penerapan Komunikasi SBAR pada Overan
Masih banyak ditemukan responden dengan motivasi yang rendah untuk
melaksanakan komunikasi SBAR dengan benar dan sesuai dengan standar operasional
prosedur pelaksanaan SBAR pada saat overan dinas, dimana penerapan SBAR dengan benar
dianggap terlalu panjang dan mengulur waktu overan, mengingat banyaknya pasien yang
akan dioverkan, maka petugas sering tidak termotivasi untuk melaksanakan komunikasi
SBAR sesuai prosedur yang telah ditetapkan demi efisiensi waktu overran dinas.
Upaya peningkatan motivasi salah satunya adalah dengan memberikan sesuatu kepada
karyawan dipandang sebagai cara atau metode untuk meningkatkan motivasi kerja. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Natasia, dkk (2014)
tentang Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pelaksanaan SOP Asuhan Keperawatan di
ICU-ICCU RSUDGambiran Kota Kediri diketahui bahwa ada pengaruh motivasi terhadap
kepatuhan pelaksanaan SOP (p = 0,040).
Motivasi perawat berhubungan dengan pelaksanaan komunikasi SBAR pada saat
overan dinas, dimana perawat dengan motivasi kerja yang tinggi cenderung akan bekerja
sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan demi meningkatkan
profesionalitas dan kualitas kerjanya dan begitu pula sebaliknya, termasuk dalam
pelaksanaan komunikasi SBAR pada saat overan dinas. Motivasi kerja yang tinggi
cenderung akan memberikan dorongan pada perawat untuk melakukan komunikasi
SBARpada saat overan dinas karena pada saat overan merupakan proses yang penting untuk
menyampaikan atau mengoverkan tanggungjawabnya atas keselamatan pasien kepada
tenaga pemberi asuhan keperawatan berikutnya, sehingga dengan motivasi kerja yang tinggi
seorang perawat cenderung akan sangat teliti dalam melakukan pekerjaannya sebagai
seorang tenaga keperawatan

Dapat disimpulkan bahwa sikap dan motivasi perawat berhubungan dengan


pelaksanaan komunikasi SBAR maka diharapkan kepada perawat dan ketua tim
keperawatan untuk dapat selalu memotivasi diri dan anggota tim keperawatan agar
melaksanakan komunikasi SBAR sesuai SOP.
B. Analisis jurnal menurut Astuti, Ilmi dan Wati (2019) sesuai dengan kasus.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk menjaga kualitas
layanan di rumah sakit melalui Kementrian Kesehatan dengan mengeluarkan undang – undang
No. 44 pasal 43 ayat (1) yang menyebutkan bahwa rumah sakit menerapkan keselamatan pasien.
Hal ini juga sejalan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 /MENKES/ PER/ II / 2017
pasal 5 ayat 4 tentang keselamatan pasien di rumah sakit salah satu nya menyebutkan bahwa
komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. Menurut komite
akreditasi rumah sakit (2012) maksud dan tujuan sasaran keselamatan pasien dengan
peningkatan komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan di pahami oleh
pasien/penerima maka dapat mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan
pasien. komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis.
Standar Joint Commision International (JCI) Edisi 5 tahun 2014 menyatakan bahwa
International Patient Safety Goal (IPSG) 2.2 atau sasaran keselamatan pasien (SKP) kedua yaitu
rumah sakit mengembangkan dan menerapkan suatu proses untuk komunikasi serah terima,
sebagai upaya untuk mengurangi dampak akibat penyampaian dan penerimaan informasi yang
tidak tepat yaitu dengan memperkenalkan komunikasi efektif yang dapat digunakan dalam
handover.
Komunikasi ISBAR dan S-BAR (Introduction, Situation, Background, Assesment,
Recomendation) adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur
informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat, efisien untuk mencapai
ketrampilan berfikir kritis, efektif, terstruktur dan menghemat waktu serta tercapai peningkatan
keselamatan pasien. Gangguan komunikasi antar perawat dapat mengakibatkan proses
keperawatan terhenti, kinerja asuhan keperawatan juga akan menurun, bahkan menghambat
pemenuhan tujuan asuhan keperawatan, komunikasi yang tidak efektif akan berdampak buruk
bagi pasien, hampir 70 % kejadian sentineldi rumah sakit disebabkan karena kegagalan
komunikasi dan 75 % nya mengakibatkan kematian, (Linda 2006, Lisbeth Blom, et al, 2015,
Tamsuri 2016)
Transfer informasi pada saat pergantian shift disebut dengan handover. Informasi terkait
keadaan klinis pasien, kebutuhan pasien, keadaan personal pasien, sampai pada faktor sosial
pasien. Terdapat hubungan motivasi dengan pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover
pada perawat pelaksana, karena perawat yang mampu berkomunikasi yang baik akan
meningkatkan citra profesionalisme pada dirinya. (Mc Cloughen et al 2008, Dewi 2012, Singgih
2015, Triwibowo, 2016)
Dampak apabila tidak di laksanakan komunikasi SBAR pada saat handover maka terjadi
peningkatan resiko insiden keselamatan pasien, komunikasi antar perawat tidak efektif sehingga
berpengaruh terhadap mutu asuhan keperawatan, selain itu peningkatan kesinambungan
pelayanan dalam mendukung keselamatan pasien akan berkurang serta penurunan kepercayaan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit. (Alvarado 2006, Cahyono 2008,
Supinganto 2015, Qomariah 2015).
Cara menyelesai masalah pelaksanaan Komunikasi Handover yaitu dengan menerapkan
komunikasi SBAR menurut jurnal Astuti, Ilmi dan Wati (2019) :
Tema 1 : Pengalaman penerapan komunikasi SBAR dalam melaksanakan handover.
a. Memudahkan pekerjaan
Berdasarkan hasil wawancara kepada tujuh partisipan di dapatkan kategori yaitu
pekerjaan terkoordinir dengan baik, pendokumentasian menjadi lebih sistematis,
pendokumentasian menuntut ketelitian
b. Memudahkan pertanggung jawaban keperawatan.
Tema 2: Manfaat penerapan handover menggunakan komunikasi SBAR
a. Manfaat ke pasien. Berdasarkan hasil wawancara dengan tujuh partisipan di dapatkan
kategori pekerjaan terdokumentasi dengan baik, memudahkan perencanaan ke pasien,
efisien dalam menjalankan tanggung jawab, lebih mengetahui keadaan pasien, dan
meningkatkan mutu timbang terima.
b. Patient safety Bedasarkan hasil wawancara didapatkan kategori dalam patient safety yaitu
mengevaluasi keselamatan pasien, memonitor keselamatan pasien, meningkatkan mutu
perawatan dalam patient safety, terhindar dari resiko kejadian tidak diharapkan dan
mengevaluasi keselamatan pasien.
c. Manfaat ke pasien Berdasarkan hasil wawancara didapatkan kategorikategori yaitu pasien
merasa senang, memudahkan dokumentasi dan menegakkan diagnosa keperawatan.
Tema 3: Hambatan dalam penerapan handover menggunakan komunikasi SBAR dalam
melaksanakan handover.
Adapun hambatan yang di dapatkan yaitu perbedaan persepsi perawat pada pendokumentasian,
fasilitas yang kurang memadai, perawat kurang teliti, penggunaan waktu yang belum efektif, dan
psikologis perawat.
Tema 4: Tantangan penerapan komunikasi SBAR dalam melaksanakan handover.
Berdasarkan hasil wawancara di dapatkan tema keempat yang menggambarkan tantangan
penerapan komunikasi SBAR dalam melaksanakan handover, adapun kategori yang di dapatkan
yaitu menambah ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan serta mengikuti
prosedur tetap rumah sakit.
Tema 5: Cara beradaptasi terhadap penerapan komunikasi SBAR dalam handover.
Berdasarkan hasil wawancara di dapatkan tema kelima yang menggambarkan cara beradaptasi
terhadap penerapan komunikasi SBAR dalam handover, adapun cara beradaptasi yang di
dapatkan antara lain tanpa subtema dengan kategori melakukan supervisi tindakan yang
dilakukan perawat pelaksana, dengan subtema pengisian format SBAR sesuai instruksi,
penyesuaian dengan perubahan dan mengikuti sosialisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, N., Ilmi, B. dan Wati, R. (2019) “Penerapan Komunikasi Situation, Background,
Assesment, Recomendation (SBAR) Pada Perawat Dalam Melaksanakan Handover,” IJNP
(Indonesian Journal of Nursing Practices), 3(1), hal. 42–51. doi: 10.18196/ijnp.3192.
Rezkiki, F. dan Utami, G. . (2017) “Faktor yang berhubungan dengan penerapan komunikasi
sbar di ruang rawat inap,” Jurnal Human Care, 1(2).

Anda mungkin juga menyukai