Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan Priority, Vol 5, No.

1, Januari 2022
ISSN 2614-4719

HUBUNGAN CARING TERHADAP PELAKSANAAN


KOMUNIKASI SBAR PADA SAAT HUBUNGAN Devi

Novita Damanik1*, Mona Hastuti2


1,2
Program Studi D-III Keperawatan, Akademi Keperawatan Malahayati
Medan Email: devinovita@yahoo.com

ABSTRAK

Kesenjangan yang terjadi pada saat serah terima pasien disebabkan karena
komunikasi yang tidak lengkap sehingga dapat menyebabkan terganggunya kelangsungan
keperawatan yang berpotensi membahayakan pasien. Pelaksanaan serah terima pasien
(serah terima) pada dasarnya mengalihkan informasi dan tanggung jawab asuhan dari
satu perawat ke perawat lain (antar shift) perawat sehingga dapat memberikan asuhan
yang aman dan berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
caring perawat dengan penerapan komunikasi SBAR pada saat serah terima pasien
jantung di ruang rawat inap kardiovaskuler RS Royal Prima. Desain penelitian ini adalah
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Oktober 2021. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh 32 perawat yang bertugas di
ruang rawat inap kardiovaskular. Hasil uji chi square diperoleh nilai p<0,002 yang
artinya ada hubungan antara caring perawat dengan penerapan komunikasi SBAR saat
hand over pasien jantung di ruang rawat inap kardiovaskuler. Diharapkan responden
dapat menambah wawasan perawat dalam merawat implementasi komunikasi SBAR pada
saat serah terima pasien jantung di ruang rawat inap kardiovaskuler.

Kata kunci: kepedulian, perawat, komunikasi SBAR, serah

SBAR komunikasi menjadi metode komunikasi


(Situasi, Latar Belakang, Penilaian, yang sangat efektif digunakan antar
Rekomendasi) merupakan metode tenaga medis saat melaporkan kondisi
komunikasi yang digunakan untuk pasien (Ahmalia, 2015).
anggota tim medis kesehatan dalam Hambatan saat penyerahan SBAR .
melaporkan kondisi pasien. SBAR Komunikasi sangat membantu dalam
adalah metode komunikasi yang melaporkan kondisi pasien saat
terstruktur untuk melaporkan kondisi pergantian shift. Hal ini didukung
pasien yang dapat meningkatkan penelitian yang disebutkan dengan
keselamatan pasien. Menurut beberapa dilakukan komunikasi saat transfer dapat
teori menyebutkan bahwa dengan membantu dalam meningkatkan
penerapan komunikasi SBAR antar keselamatan pasien. Penelitian lainnya
tenaga medis dapat meningkatkan menyebutkan bahwa komunikasi
keselamatan pasien. Penerapan menggunakan SBAR dapat

103
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 5, No. 1, Januari 2022
ISSN 2614-4719
meningkatkan keselamatan pasien saat operasi, pengurangan pengurangan
Hand Over terjadi (Potter, 2016). Sebuah infeksi terkait pelayanan kesehatan dan
penelitian Ovari (2015) terkait yang pengurangan resiko jatuh (Depertemen
dilakukan oleh menjelaskan bahwa Kesehatan RI, 2015).
komunikasi SBAR yang diterapkan di Pelaksanaan serah terima (Hand
RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang Over) juga dilakukan pada saat
pada Hand Over berdampak pada angka pertukaran shift yaitu antara shift pagi,
keselamatan pasien. Hal ini sesuai shift siang, dan shift malam. Informasi
dengan peningkatan angka keselamatan yang diberikan pada saat Hand Overantar
pasien tahun 2014 adalah 95,5% dan shif mencakup nama pasien, usia,
tahun 2015 adalah 96,7%. Hand Over diagnosa, serta asuhan keperawatan
dilakukan dengan komunikasi SBAR dengan menggunakan model ISOBAR
menurut SOP yang masing-masing (identifikasi pasien, situasi dan status,
perawat memiliki perbedaan pendapat observasi, latar belakang dan riwayat,
terkait komponen SBAR yaitu penilaian dan tindakan, tanggung jawab
Assessment. Perawat memahami tentang dan manajemen risiko) (Kusnanto,
penilaian sehingga perawat banyak yang 2019).
berbeda pendapat dan memperkirakan Hasil dari studi pendahuluan dengan
komponen secara kurang tepat (Ovari, melakukan wawancara terhadap 5
2015). Komunikasi yang kurang efektif perawat di ruang rawat inap
dalam pelaksanaan serah terima pasien kardiovaskular, didapatkan bahwa
(hand over) dapat mengakibatkan KTD perawat mengatakan penerapan SBAR
(Kajian Tidak Diharapkan) dan KNC pada saat hand over yang terjadi pada
(Kajadian Nyaris Cedera). Pelaksanaan setiap shift perawat tidak terlalu penting.
serah terima yang diperlukan komunikasi Perawat juga mengatakan bahwa
yang efektif sebagaimana pada pelaksanaan hand over antar shift yang
Permenkes 1691/MENKES terjadi di Rumah Sakit masih belum
PER/VIII/2015 dikatakan bahwa sasaran terlaksana dengan benar, hal ini
keselamatan yang dicapai tercapainya dikarenakan masih adanya sifat cuek,
hal-hal sebagai berikut: tepat waktu, tidak peduli, sering lupa akan kondisi
peningkatan komunikasi yang efektif, pasien dan merasa paling tahu kondisi
peningkatan pasien sehingga perawat terkesan
keamanan obat yang perlu diwaspadai, bermain-main saat pelaksanaan.
tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien

104
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 5, No. 1, Januari 2022
ISSN 2614-4719

Hal tersebut menggambarkan bahwa dalam melaksanakan komunikasi SBAR


kurangnya prinsip Peduli terhadap pasien yang ada dalam diri perawat ruang rawat
inap kardiovaskular. Oleh karena pelaksanaan dengan benar, seringnya
masalah ini maka peneliti tertarik untuk keterlambatan perawat datang untuk
melakukan penelitian dengan tujuan mengikuti dan memperhatikan sikap
ingin mengetahui apakah ada antara peduli perawat akan keadaan pasien
hubungan hand perawat dengan secara keseluruhan. Fenomena jika
pelaksanaan komunikasi SBAR saat over dibiarkan akan sangat berdampak buruk
pada pasien jantung di ruang rawat inap bagi mutu layanan keparawatan dan juga
kardiovaskular. akan berdampak pada konsisi pasien
Perawat juga menjelaskan tentang secara langsung.
kondisi pelaksanaan hand over pada Adapun yang menjadi tujuan
setiap shift. Perawat mengatakan bahwa penelitian ini untuk mengetahui apakah
pelaksanaan hand over antar shif terburu- ada hubungan antara hand perawat
buru, hal tersebut dikarenakan jumlah pelaksana pelaksanaan komunikasi
pasien yang tidak sesuai dengan jumlah SBAR pada saat over pada pasien
tenaga perawat. Berdasarkan jumlah rata- kardiovaskular yang telah terjadi pada
rata pasien diruang rawat inap saat yang telah berlalu di Rumah Sakit.
kardiovaskular sekitar 28-35 pasien
setiap hari dengan jumlah perawat METODE
sebanyak 6-7 orang setiap shift. Desain penelitian yang digunakan
Perbandingan jumlah perawat dengan dalam penelitian ini adalah deskriptif
pasien tersebut akan berdampak pada analitik dengan pendekatan cross
kualitas pelaksanaan hand over dengan sectional. Penelitian ini dilakukan di
waktu pelaksanaan sekitar satu jam saja Rumah Sakit Royal Prima Medan.
dan terkesan hanya-buru. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober
Hasil wawancara dengan kepala 2021 selama dua minggu.
ruang mengatakan hand over ruang rawat Populasi penelitian ini adalah seluruh
inap kardiovaskular mengatakan bahwa perawat pelaksana yang simpan di ruang
dalam pelaksanaan komunikasi SBAR kardivaskuler rawat inap. Jumlah
pada saat Hand Over antar Shif masih populasi dalam penelitian ini sebanyak
menemukan beberapa kendala, 32 perawat.
antara lain adalah masih kurangnya Sampel dalam penelitan ini adalah
kesadaran perawat mengenai pentingnya perawat pelaksana yang disimpan di

105
Jurnal Prioritas, Vol 5, No. 1, Januari 2022 ISSN 2614-
4719

ruang rawat inap kardivaskuler Rumah teknik pengambilan sampel dengan


Sakit (Nursalam, 2016). Teknik mengambil seluruh jumlah populasi
pengambilan sampel pada penelitian ini dijadikan sampel atau objek penelitian
menggunakan Sampling jenuh yaitu (Nursalam, 2015). Berdasarkan teknik
pengambilan sampel maka jumlah kardiovaskular dijelaskan melalui tabel
sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 dan narasi sebagai berikut:
perawat. Analisa Univariat
Metode pengumpulan data dengan Tabel 1. Distribusi Frekuensi
karakteristik Responden di
menggunakan kuesioner. Data yang
Ruang Rawat Inap
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kardiovaskular
penelitian mengenai hubungan hand No Karakteristik
perawat pelaksanaan terhadap
Responden f %
komunikasi sbar pada saat over pasien 1. Umur
jantung di ruang rawat inap
diperlukan dalam adalah data primer 25-35 tahun > 35 23
tahun 28 72
menyusun penelitian dan data sekunder.
9

Data primer adalah data yang diperoleh 2. Pendidikan


Total 32 100
langsung dari pasien pada saat Tinggi (S1+Ners) 20 12
Rendah (D3) 63 37
membagikan kuesioner penelitian. Data Total 32 100
sekunder adalah data yang diperoleh 3. Jenis Kelamin

dari rekam medik berupa jumlah 6 26


Laki-Laki Perempuan 19 81
perawat yang disimpan di ruang rawat Jumlah 32 100
inap. 4. Lama Kerja

Analisa univariat dilakukan untuk < 10 Tahun 10 Tahun 37 63


12 20
mengetahui variabel penelitian dengan Jumlah 32 100
distribusi frekuensi. Data karakteristik
Berdasarkan Tabel di atas dapat
yang diteliti oleh peneliti antara usia,
diketahui bahwa umur mayoritas
pendidikan dan nama awal. Analisa
responden berusia >35 tahun sebanyak
bivariat bertujuan untuk mengetahui
23 orang (72%) dan minoritas responden
apakah ada hubungan antara hand
berusia 25-35 tahun sebanyak 9 orang
perawat dengan pelaksanaan komunikasi
(28%). Berdasarkan pendidikan
SBAR pada saat over pada pasien
responden berpendidikan tinggi
kardiovaskular di Rumah Sakit Royal
(S1+Ners) sebanyak 20 orang (63%) dan
Prima Medan. Analisa bivariat ini
minoritas berpendidikan rendah (D3)
dilakukan dengan menggunakan uji chi-
sebanyak 12 orang (37%). Berdasarkan
square.
jenis kelamin yang utama

106
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 5, No. 1, Januari 2022
ISSN 2614-4719
responden berjenis kelamin laki-laki baik Analisa
sebanyak 26 orang (81%) dan minoritas sebanyak 24 orang (75%) dan minoritas
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6 Serah perawat baik sebanyak 8 orang
orang (19%). Berdasarkan lama bekerja (25%)
mayoritas responden lama bekerja lebih Tabel 3. Distribusi Frekuensi
dari 10 tahun sebanyak 20 orang (63%) Pelaksanaan Komunikasi SBAR Pada
Saat Terima Pasien Jantung di Ruang
dan minoritas responden lama bekerja Rawat Inap Kardiovaskular
kurang dari 10 tahun sebanyak 12 orang Komunikasi

(37%). SBAR f % Efektif 12 38 Kurang


efektif 20 62 Jumlah 32 100
Analisa Univariat
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Caring Tabel Berdasarkan dapat diketahui
Perawat di Ruang Rawat Inap bahwa distribusi frekuensi SBAR pada
Kardiovaskular
Peduli Perawat f % Baik 8 25 saat hand over di ruang rawat inap. Dari
Kurang baik 24 75 Jumlah 32 100 32 perawat yang ditemukan paling

Berdasarkan Tabel di atas dapat efektif melaksanakan komunikasi SBAR

diketahui bahwa distribusi frekuensi sebanyak 20 perawat (62%) dan

rawat diap kardiovaskular. Hasil minoritas perawatan melaksanakan

penelitian menunjukkan bahwa dari 32 komunikasi SBAR efektif sebanyak 12

perawat utama Bivariat perawat kurang orang (38%).

Tabel 4. Hubungan Perawat Terhadap Pelaksanaan Komunikasi SBAR Pada Saat


serah terima Pasien Jantung di Ruang Rawat Inap Kardiovaskular Pelaksanaan
Peduli Perawat Kurang efektif
Komunikasi SBAR Total Nilai p Efektif f % f % f %
Baik 3 37 5 63 8 100 0,002 Kurang baik 6 25 18 75 24 100

Berdasarkan Tabel di atas dapat perawat (75%) dengan pelaksanaan


diketahui bahwa tentang hasil analisis komunikasi SBAR kurang efektif dan 6
bivariat. Tabel silang antara SBAR di (25%) perawat SBAR . Sedangkan
ruang rawat inap. Dari 24 responden kejadian responden berada pada kategori
mayoritas perawat memiliki perawatan caring baik dengan komunikasi SBAR
kurang baik terdapat 18 efektif.

107
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 5, No. 1, Januari 2022
ISSN 2614-4719

Dari 8 responden yang caring baik, uji chi-square diperoleh nilai p<0,002
terdapat 3 responden (25%) yang artinya ada hubungan yang sangat
komunikasi SBAR efektif dan 5 signifikan antara perawatan perawat
responden (63%) pelaksanaan terhadap pelaksanaan komunikasi SBAR
komunikasi SBAR kurang efektif. Hasil pada saat hand over pasien jantung di
ruang rawat inap kardiovaskular. Penelitian yang dilakukan Prabowo,
Pembahasan Ardiana, dan Wijaya (2016) menjelaskan
Caring sebagai suatu kemampuan bahwa ada pengaruh antara SBAR dalam
untuk mengembangkan bagi orang lain, operan jaga pada perawat di RSUD
pengawasan dengan waspada, perasaan Salatiga Kota Salatiga.. peduli yang
empati pada orang lain dan perasaan dilakukan perawat pada saat operan
cinta atau cinta. Caring menjadi sentral dalam memberikan asuhan selama satu
untuk praktik 2000 karena Caring bulan penuh ternyata berdampak
merupakan suatu pendekatan yang terhadap pelaksanaan komunikasi SBAR
dinamis, dimana perawat bekerja untuk Berdasarkan pengamatan terhadap
lebih meningkatkan kepeduliannya pelaksanaan komunikasi SBAR di ruang
kepada klien. Dalam 2000, Peduli kardiovaskular ditemukan bahwa masih
merupakan bagian inti yang penting sangat rendahnya kesadaran perawat
terutama dalam praktik (Sartika, 2015). dalam melaksanakan komunikasi SBAR,
Tindakan peduli bertujuan untuk perawat terkesan tidak memberikan
memberikan asuhan keperawatan dan perhatian, waktu dan pikiran terhadap
memperhatikan emosi sambil pelaksanaan SBAR pada saat hand over.
meningkatkan rasa aman dan perawat terkesan bercakap-cakap pada
keselamatan klien. Kemudian merawat saat hand over, masih sering terlambat
juga memberikan harga diri individu, dan terkesan-buru dalam mengikuti hand
artinya dalam melakukan praktik, over.
perawat selalu Peneliti juga bertanya terhadap
menghargai klien dengan menerima beberapa perawat terkait pelaksanaan
kelebihan maupun kekurangan klien komunikasi SBAR tersebut. Perawat
sehingga dapat memberikan pelayanan menjelaskan bahwa pelaksanaan
kesehatan yang tepat (Suparno & komunikasi SBAR sudah biasa
Saprianto, 2019).

108
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 5, No. 1, Januari 2022
ISSN 2614-4719

dilakukan sehingga perawat merasa Kardiovaskular yang masing-masing


sudah biasa dan tidak terlalu penting lagi. kurang baik disebabkan oleh beberapa
Perawat lain mengatakan bahwa faktor yang berasal dari dalam diri
pelaksanaan komunikasi SBAR sangat perawat. Hal tersebut dikarenakan
tepat waktu perawat sedangkan beban kurangnya kesadaran perawat akan
kerja lain makanya terkesan seperti pentingnya melaksanakan komunikasi
terburu-buru. SBAR pada saat serah terima pada
Menurut asumsi peneliti tentang pasien jantung dan pelaksanaan
penerapan caring di Ruang Rawat Inap komunikasi SBAR terkesan terburu-buru.
Pelaksanaan komunikasi hand over terlihat belum cukup menguasai langkah-
adalah kegiatan dalam menyampaikan langkah komunikasi SBAR tersebut,
informasi tentang pasien yang diberikan masih membaca format pelaksanaan
pada saat operan jaga menjadi fokus komunikasi. Perawat sering melewatkan
komunikasi yang harus dilakukan oleh beberapa langkah dari komunikasi.
perawat. Kegiatan operan jaga dilakukan Asumsi peneliti pelaksanaan adalah
pada setiap pergantian perawat (shift), komunikasi SBAR, hal tersebut
operan jaga adalah proses transfer dikarenakan masih kurangnya
informasi penting untuk asuhan holistik kemampuan atau penguasaan terhadap
dan aman yang bertujuan agar pelayanan pelaksanaan komunikasi tersebut.
yang diberikan oleh setiap perawat saling Perawat perlu dilengkapi dengan
mengirimkan (The Health Foundation pengetahuan yang baik tentang
Inspiring Improvement, 2016). pelaksanaan komunikasi SBAR sehingga
Sebuah penelitian terkait yang pelaksanaannya dapat berjalan dengan
dilakukan oleh Ovari (2015) menjelaskan efektif. Perawat perlu menguasai dan
bahwa ada hubungan antara pelaksanaan memahami dengan baik poin-poin yang
komunikasi SBAR dengan kepuasan disampaikan.
pasien pada saat hand over. Berdasarkan perawatan hubungan
Pelaksanaan komunikasi SBAR pada perawat terhadap pelaksanaan
komunikasi SBAR
saat penyerahan di Ruang Rawat Inap
hasil uji chi-square diperoleh nilai
Kardiovaskular masih kurang efektif, hal
p<0,002 artinya ada hubungan yang
tersebut dikarenakan perawat masih
sangat signifikan antara komunikasi
sering melewatkan beberapa bagian dari
perawat terhadap pelaksanaan
komunikasi SBAR tersebut. Perawat juga

109
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 5, No. 1, Januari 2022
ISSN 2614-4719

SBAR pada saat menyerahkan pasien over dengan menggunakan komunikasi


jantung di ruang rawat inap SBAR, perawat masih banyak yang
kardiovaskular. terlambat, bercakap-cakap pada saat
Penelitian ini dilaksanakan terhadap menyerahkan.
32 perawat simpanan selama dua Asumsi peneliti adalah perlu
minggu. Peneliti menemukan bahwa memperhatikan penerapan caring ketika
perawat masih kurang menyadari akan pelaksanaan komunikasi SBAR pada saat
mamfaat caring dalam melaksanakan hand over di ruang rawat inap, karena
komunikasi SBAR di ruang rawat inap penerapan caring yang baik dari
Kardiovaskular, hal ini terlihat dari implementasi komunikasi SBAR saat
beberapa perawat masih bermain-main hand over tidak akan tercapai dengan
dalam melaksanakan pelaksanaan hand optimal. Perawat juga perlu mendapatkan
pemahaman yang baik tentang poin-poin hubungan yang sangat signifikan
penting yang perlu disampaikan dalam antara serah terhadap pelaksanaan
pelaksanaan komunikasi SBAR pada saat komunikasi SBAR pada saat terima
hand over agar pelaksanaan komuniasi pasien jantung di ruang rawat inap
SBAR dan berjalan dengan efektif. kardiovaskular Rumah Sakit Royal
Prima tahun 2021.
Kesimpulan Dan Saran Saran
Kesimpulan Bagi responden diharapkan dapat
1. perawat memiliki perawatan yang menambah perawatan terhadap
kurang baik sebanyak 24 perawat dan pelaksanaan komunikasi SBAR pada saat
menerapkan komunikasi SBAR pada menyerahkan pasien jantung di ruang
saat penanganan kurang efektif rawat inap kardiovaskular.
sebanyak 20 perawat.
2. Pelaksanaan komunikasi SBAR paling DAFTAR PUSTAKA
efektif melaksanakan komunikasi Ahmadia, R. (2015). Tanpa judul.
SBAR kurang sebanyak 20 perawat Laporan Residensi Manajemen
Keperawatan Di RSUD Pariaman., 1.
(62%) dan minoritas perawatan https://pdfslide.tips/documents/lapora
melaksanakan komunikasi SBAR n-residensi-manajemen
efektif sebanyak 12 orang (38%). 2000.html
Depertemen Kesehatan RI. (2015).
3. Hasil penelitian menemukan Profil Kesehatan Indonesia.

110
Jurnal Keperawatan Prioritas, Vol 5, No. 1, Januari
2022 ISSN
2614-4719

Erlangga.
Kusnanto, D. (2019). Perilaku caring
perawat profesional (Pertama).
Erlangga.
Nursalam. (2016). Konsep dan
Perawatan. Dalam Salemba medika
(edisi ke-2). EGC.
ovarium. (2015). Pengaruh komunikasi
sbar terhadap keselamatan pasien
pada pelaksanaan serah terima di
RSUD KRMT Wongsonegoro
Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/55103/1/pro
posal_fix.pdf
Potter, P. (2016). Dasar Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktek (Edisi
ke-7). EGC.
Prabowo, SB, & Ardiana, A. & Wijaya,
D. (2016). hubungan tingkat kognitif
perawat tentang perawatan dengan
aplikasi praktek di Ruang Rawat Inap
RSU dr.H. Koesnadi Bondowoso.
Pustaka Kesehatan 2, 1.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JP
K/article/view/611
Suparno, & Saprianto. (2019). Hubungan
perilaku caring perawat dengan stres
hospitalisasi pada anak usia pra
sekolah di ruang rawat inap rsud dr.
Ibnu soetowo baturaja. Jurnal
Keperawatan Sriwijaya 6, 1.

111

Anda mungkin juga menyukai