Anda di halaman 1dari 10

Artikel Penelitian

Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


sesuai SNARS

Nadila Nadila1, Herry Setiawan2, Ichsan Rizany3


1,2,3 Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat

Article Info Abstract


Article History: Pendokumentasian merupakan suatu tindakan pencatatan untuk dapat
Diterima 19 November 2020 digunakan sebagai bukti tertulis yang akurat dilakukan oleh perawat pada
sebuah tindakan asuhan keperawatan. Beban kerja merupakan faktor yang
Key words: mempengaruhi pendokumentasian asuhan keperawatan. Penelitian ini
Beban kerja; kualitas bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan kualitas
pendokumentasian asuhan pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai SNARS di RSD Idaman Kota
keperawatan; perawat Banjarbaru. Desain penelitian mengggunakan crosss sectional melibatkan 22
perawat penanggung jawab asuhan (PPJA) dengan teknik total sampling dan
84 perawat pelaksana dengan teknik stratified random sampling. Instrumen
penelitian menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Data dianalisis
menggunakan uji Fisher Excat untuk PPJA dan uji Chi Square (Continuity
Corretion) untuk perawat pelaksana. Hasil penelitian ini terdapat hubungan
antara beban kerja PPJA dengan kualitas pendokumentasian asuhan
keperawatan PPJA sesuai SNARS (p-value = 0,02), dan tidak ada hubungan
antara beban kerja perawat pelaksana dengan kualitas pendokumentasian
asuhan keperawatan perawat pelaksana sesuai SNARS (p-value = 1,00).
Beban kerja PPJA yang berat dapat mempengaruhi kualitas
pendokumentasian asuhan keperawatan PPJA, sedangkan beban kerja berat
dan ringan perawat pelaksana tidak mempengaruhi kualitas
pendokumentasian asuhan keperawatan. Adanya peran PPJA sebagai
supervisi membuat kualitas pendokumentasian asuhan keperawatan
perawat pelaksana baik. Beban kerja yang sesuai dapat berdampak baik
terhadap kualitas pendokumentasian asuhan keperawatan perawat.

PENDAHULUAN keperawatan, akan melakukan tindakan


yang dimulai dari tindakan asesmen.
Sebagai tenaga kesehatan professional, Asesmen pasien (AP) merupakan suatu
perawat memiliki kesempatan terbesar tindakan awal asuhan keperawatan yang
dalam pemberian pelayanan kesehatan dilakukan oleh perawat yang tujuannya
terlebih pada asuhan keperawatan untuk agar mendapatkan informasi terkait kondisi
membantu dan memenuhi kebutuhan dasar pasien untuk melakukan tindakan
pasien (Nursalam, 2015). Setiap perawat selanjutnya. Setelah mendapatkan data atau
yang akan memberikan asuhan informasi terkait kondisi pasien, perawat

Corresponding author:
Nadila
ndila.nadila@gmail.com
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020
DOI: http://dx.doi.org/10.26594/jkmk.v3.i2.598
e-ISSN 2621-5047
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 63

akan melakukan analisis data, yang mana banyaknya beban kerja, pengetahuan, dan
data tersebut berguna untuk memberikan movitasi kerja. Berdasarkan hasil penelitian
pelayanan dan asuhan pasien (PAP) (KARS, oleh (Mardhatillah et al., 2017) menyatakan
2019). bahwa responden yang mempunyai beban
kerja yang berat, sebagian besar mencatat
Setiap tindakan asuhan keperawatan pendokumentasian asuhan keperawatan
kepada pasien harus dilakukan tidak lengkap yaitu sebanyak 53,7%. Serupa
pendokumentasian sesuai standar. dengan hasil penelitian (Tamaka et al.,
Pendokumentasian merupakan suatu 2015) dari 30 responden sebanyak 12
tindakan pencatatan untuk dapat orang (85,7%) mempunyai beban kerja
digunakan sebagai bukti tertulis yang berat dengan pendokumentasian asuhan
akurat dilakukan oleh perawat pada sebuah keperawatan yang tidak lengkap.
tindakan asuhan keperawatan. Proses
tahap dokumentasi asuhan keperawatan Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
yaitu dimulai dari asesmen, perencanaan dilakukan oleh peneliti yang dilakukan di
asuhan, implementasi dan evaluasi atau RSD Idaman Kota Banjarbaru didapatkan
catatan perkembangan pasien terintegrasi setiap ruangan terdapat perbedaan dalam
(CPPT) (KARS, 2019). Pendokumentasian hal pembagian pasien untuk setiap timnya,
asuhan keperawatan dapat dikatakan yaitu dari 6 ruang rawat inap, 3 ruangan
berkualitas jika dilihat dari beberapa aspek dibagi berdasarkan dokter, 1 ruangan
yaitu faktual, akurat, lengkap, baru dan berdasarkan jumlah kamar, 1 ruangan
terorganisasi (Potter & Perry, 2010). berdasakan tingkat ketergantungan pasien
dan 1 ruangan lainnya tidak memiliki syarat
Pendokumentasian asuhan keperawatan yang mendasari pembagian pasien untuk
belum dilakukan secara maksimal oleh setiap timnya. Hasil dari wawancara 1
perawat. Didukung data pada salah satu orang PPJA dan 2 orang perawat pelaksana
rumah sakit Amhara Ethiopia dari 142 mengatakan pernah mendapatkan lebih
(59,2%) perawat mendokumentasikan dari 10 pasien perharinya, yang mana setiap
asuhan keperawatan untuk semua pasien, tim idealnya hanya mendapatkan 6-8
sedangkan 98 (40,8%) perawat tindak pasien setiap harinya (KARS, 2019).
mendokumentasikan (Andualem et al.,
2019). Di Indonesia sendiri dari salah satu Tugas yang dilakukan oleh PPJA lebih
rumah sakit, dari 222 rekam medik di ruang banyak melakukan tindakan tidak langsung,
rawat inap, kualitas dokumentasi seperti pendokumentasian asuhan
keperawatan terdapat 124 rekam medik keperawatan sedangkan perawat pelaksana
(55,9%) yang berkualitas, sedangkan 98 lebih banyak melakukan tindakan
rekam medik (44,1%) tidak berkualitas perawatan langsung ke pasien. Hasil
(Muryani et al., 2019). Berdasarkan hasil wawancara dengan 6 orang PPJA
laporan dari data diseminasi awal 2 ruang mengatakan sering merasa kewalahan
rawat inap RSD Idaman Kota Banjarbaru akibat banyaknya pasien dihari tertentu
pendokumentasian asuhan keperawatan yang mengakibatkan ketidaklengkapan
didapatkan pada pengkajian 89,08%, pada saat melakukan pendokumentasian
perencanaan 82,12%, implementasi 92% asuhan keperawatan. Pendokumentasian
dan evaluasi 38,5% (Farid, 2019; asuhan keperawatan pada dasarnya harus
Heriansyah & Verawati, 2019). dicatat dengan lengkap, yang mana
mengakibatkan bertambahnya jam kerja
Berdasarkan penelitian yang dilakukan karena harus melengkapi pendokumentasin
Noviari & Susanti (2015) terkait faktor- asuhan keperawatan.
faktor yang mempengaruhi kelengkapan
dokumentasi asuhan keperawatan adalah Didapatkan hasil wawancara kepada 7
minimnya sumber daya manusia (SDM), perawat pelaksana, semuanya mengatakan

Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 64

bahwa tidak hanya melakukan asuhan Intrumen yang digunakan pada penelitian
keperawatan, mereka juga melakukan ini adalah kuesioner data demografi,
tindakan medis. Hal ini juga sering terjadi kuesioner beban kerja PPJA dan perawat
karena ketidakseimbangan jumlah perawat pelaksana, dan lembar observasi
pelaksana dengan jumlah pasien yang pendokumentasian asuhan keperawatan
dirawat membuat mereka merasa sesuai SNARS. Kuesioner beban kerja dibuat
kewalahan dalam melakukan tindakan sendiri berdasarkan referensi buku
keperawatan. Oleh karena itu, perawat Nursalam (2015) dan Munandar (2001).
lebih fokus melakukan tindakan langsung Lembar observasi ini dibuat oleh Herry
ke pasien dibandingkan harus melakukan Setiawan, S.Kep., Ns., M.Kep berdasarkan
pendokumentasian asuhan keperawatan. dengan panduan KARS (2019) dan telah
Maka dampak dari hal tersebut akan diuji expert dengan hasil 0,96.
mengakibatkan pada rendahnya kualitas
pendokumentasian asuhan keperawatan, Kuesioner beban kerja dibagi dua yaitu
yang mana departemen kesehatan RI beban kerja perawat penanggung jawab
memutuskan bahwa capaian dari standar asuhan (PPJA) dan beban kerja perawat
asuhan keperawatan (SAK) ialah 90% pelaksana. Telah dilakukan uji expert
(Depkes RI, 2010). judgement dengan nilai expert 0,86 pada
kuesioner beban kerja PPJA dan kuesioner
Tujuan pada penelitian ini untuk beban kerja perawat pelaksana 0,82. Telah
mengetahui hubungan beban kerja dengan dilakukan uji validitas pada kuesioner
kualitas pendokumentasian asuhan beban kerja perawat pelaksana memiliki
keperawatan sesuai SNARS di RSD Idaman nilai valid yaitu 0,420-0,833 > 0,361 dan uji
Kota Banjarbaru. reabilitas pada kuesioner beban kerja
perawat pelaksana memiliki nilai
METODE reliabilitas 0,834 ≥ 0,6.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Analisis data univariat disajikan dalam
kuantitatif dengan desain penelitian bentuk distribusi frekuensi pada
analisis korelasi dan menggunakan karakteristik responden dan variabel yang
pendekatan cross sectional. Variabel diteliti. Analisis data bivariat untuk PPJA
independen penelitian ini adalah beban menggunakan uji Fisher excat sedangkan
kerja perawat penanggung jawab asuhan untuk perawat pelaksana menggunakan uji
(PPJA) dan perawat pelaksana. Sedangkan Chi square.
variable dependen penelitian ini adalah
kualitas pendokumentasian asuhan Penelitian ini telah dilakukan uji etik dari
keperawatan sesuai SNARS PPJA dan Komisi Etik Kesehatan Fakultas Kedokteran
perawat pelaksana. Universitas Lambung Mangkurat keluar
dengan hasil lulus etik dengan perbaikan
Populasi pada penelitian ini sebanyak 22 sebanyak satu kali perbaikan, dengan
Perawat Penanggung Jawab Asuhan (PPJA) nomor 001/KEPK-FK-UNLAM/EC/2020.
dan 106 Perawat Pelaksana pada enam Prinsip etika pada penelitian ini yaitu
ruang rawat inap RSD Idaman Kota informed consent, tanpa nama, kerahasiaan,
Banjarbaru. Teknik pengambilan sampel otonomy dan berbuat baik.
yang digunakan pada populasi PPJA yaitu
total sampling. Sedangkan untuk perawat HASIL
pelaksana yaitu stratified random sampling.
Sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak Berdasarkan data pada tabel 1
22 PPJA dan 84 perawat pelaksana. menunjukkan bahwa umur PPJA memiliki
rentang yaitu 31 – 40 tahun sebanyak 21
responden (95,5%). Sebagian besar PPJA

Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 65

memiliki jenis kelamin perempuan PPJA responden (25,0%) dan berpendidikan


sebanyak 16 responden (72,7%) sedangkan Sarjana Keperawatan sebanyak 5
sebanyak 6 responden (27,3%) berjenis responden (6,0%). Jenjang karir perawat
kelamin laki-laki. PPJA lebih banyak pelaksana lebih banyak pada PK I sebanyak
memiliki pendidikan terakhir ners 37 responden (44,0%). Lama kerja pada
sebanyak 16 responden (72,7%), perawat pelaksana yang dominan yaitu < 5
berpendidikan DIII Keperawatan sebanyak tahun sebanyak 51 responden (60,7%).
4 responden (18,2%) dan bependidikan
Sarjana Keperawatan sebanyak 2 Tabel 2
responden (9,1%). Jenjang karir PPJA lebih Distribusi frekuensi karakteristik perawat
pelaksana berdasarkan umur, jenis kelamin,
banyak pada PK II sebanyak 13 responden pendidikan terakhir, jenjang karir, dan lama kerja
(59,1%). Lama kerja pada PPJA yang Indikator f %
dominan yaitu ≥5 tahun sebanyak 19 Umur
responden (86,4%). 20 - 30 57 67,9
31 - 40 22 26,2
Tabel 1 41 – 50 4 4,8
Distribusi frekuensi karakteristik PPJA berdasarkan
51 - 60 1 1,2
umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, jenjang
karir, dan lama kerja Jenis Kelamin
Indikator f % Laki – laki 35 41,7
Umur Perempuan 49 58,3
31 - 40 21 95,5 Pendidikan
41 - 50 1 4,5 Terakhir
Jenis Kelamin DIII 58 69,0
Laki – laki 6 27,3 Keperawatan
Perempuan 16 72,7 DIII Kep + 5 6,0
Pendidikan S.Kep
Terakhir S.Kep + Ners 21 25,0
DIII 4 18,2 Jenjang Karir
Keperawatan Pra PK 19 22,6
DIII Kep + S.Kep 2 9,1 PK I 37 44,0
S.Kep + Ners 16 72,7 PK II 16 19,0
Jenjang Karir PK III 12 14,3
PK I 4 18,2 Lama Kerja
PK II 13 59,1 < 5 Tahun 51 60,7
PK III 4 18,2 ≥ 5 Tahun 33 39,3
PK IV 1 4,5
Lama Kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
< 5 Tahun 3 13,6 responden PPJA didapatkan bahwa
≥ 5 Tahun 19 86,4 sebanyak 9 responden (40,9%) memiliki
kualitas pendokumentasian asuhan
Berdasarkan data pada tabel 2 umur keperawatan sesuai SNARS yang baik,
perawat pelaksana memiliki rentang yaitu sedangkan 13 responden (59,1%) memiliki
20 – 30 tahun sebanyak 57 responden kualitas pendokumentasian asuhan
(67,9%). Mayoritas perawat pelaksana keperawatan sesuai SNARS yang kurang
berjenis kelamin perempuan yaitu 49 baik. Sedangkan hasil pada perawat
responden (58,3%) sedangkan sebanyak 35 pelaksana sebanyak 65 responden (77,4%)
responden (41,7%) berjenis kelamin laki- memiliki kualitas pendokumentasian
laki. Pendidikan pada perawat pelaksana asuhan keperawatan sesuai SNARS yang
lebih banyak yang berpendidikan DIII baik, sedangkan 19 responden (22,6%)
Keperawatan sebanyak 58 responden memiliki kualitas pendokumentasian
(69,0%), berpendidikan Ners sebanyak 21

Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 66

asuhan keperawatan sesuai SNARS yang yang ringan. Sedangkan beban kerja
kurang baik. kualitatif perawat pelaksana sebanyak
sebanyak 72 responden (85,7%) memiliki
Berdasarkan hasil penelitian diketahui beban kerja kualitatif berat sedangkan
bahwa terdapat 4 parameter kualitas sebanyak 12 responden (14,3%) memiliki
pendokumentasian asuhan keperawatan beban kerja kualitatif ringan.
PPJA dengan indikator tertinggi yaitu
evaluasi sebanyak 22 responden (100%) Hasil analisis data penelitian menujukkan
memiliki evaluasi pendokumentasian bahwa adanya hubungan pada beban kerja
asuhan keperawatan yang baik sedangkan PPJA dengan kualitas pendokumentasian
indikator terendah yaitu perencanaan awal asuhan keperawatan PPJA sesuai SNARS
sebanyak 12 responden (54,5%) memiliki didapatkan nilai (p=0,02) pada batas
perencanaan awal pendokumentasian kemaknaan (p<0,05).
asuhan keperawatan yang kurang baik.
Tabel 3
Terdapat 2 parameter kualitas Hubungan Beban Kerja yang Berhubungan dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
PPJA
perawat pelaksana dengan indikator Kualitas Pendokumentasian
implementasi sebanyak 68 responden Asuhan Keperawatan
Beban
(81,0%) memiliki implementasi kualitas Baik Kurang Baik p
Kerja
pendokumentasian asuhan keperawatan
f % f %
yang baik dan indikator evalusi sebanyak 55
Berat 3 21,4 11 78,6 0,02
responden (65,5%) memiliki evaluasi
Ringan 6 75,0 2 25,0
pendokumentasian asuhan keperawatan
yang baik.
Hasil analisis pada data tabel 4 menujukkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban bahwa tidak terdapat hubungan yang
kerja PPJA sebanyak 14 responden (63,6%) signifikan pada beban kerja perawat
memiliki beban kerja berat dan sebanyak 8 pelaksana dengan kualitas
responden (36,4%) memiliki beban kerja pendokumentasian asuhan keperawatan
ringan. Hasil analisis penelitian yang sesuai SNARS didapatkan nilai (p=1,00)
didapat pada perawat pelaksana sebanyak pada batas kemaknaan (p<0,05).
44 responden (52,4%) memiliki beban Tabel 4
kerja berat dan sebanyak 40 responden Hubungan Beban Kerja yang Berhubungan dengan
(47,6%) memiliki beban kerja ringan. Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Terdapat 2 indikator beban kerja PPJA dan Perawat Pelaksana
perawat pelaksana. Pada indikator beban Kualitas Pendokumentasian
Beban
kerja kuantitatif berat dan ringan pada PPJA Asuhan Keperawatan
Kerja
Baik Kurang Baik p
masing-masing sebanyak 11 responden
f % f %
(50,0%) tidak terdapat perbedaan.
Berat 34 77,3 10 22,7 1,00
Sedangkan beban kerja kuantitatif perawat
Ringan 31 77,5 9 22,5
pelaksana sebanyak 55 responden (65,5%)
memiliki beban kerja kuantitatif berat
PEMBAHASAN
sedangkan sebanyak 29 responden (34,5%)
memiliki beban kerja kuantitatif ringan.
Kualitas Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan sesuai SNARS
Pada kuesioner beban kerja PPJA dengan
indikator kualitatif sebanyak 10 responden
Berdasarkan hasil penelitian indikator
(45,5%) memiliki beban kerja kualitatif
asesmen dengan persentase tertinggi 13
yang berat dan sebanyak 12 responden
responden (59,1%) memiliki asesmen
(54,5%) memiliki beban kerja kualitatif
pendokumentasian asuhan keperawatan

Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 67

yang baik. Berdasarkan skor tertinggi pada Berdasarkan hasil komponen parameter
indikator asesmen pada elemen penilaian pada indikator implementasi pada PPJA
“memuat data terkait status fisik pasien’ dengan persentase tertinggi sebanyak 19
dan elemen penilaian “mencantumkan responden (86,4%) memiliki implementasi
nama perawat, paraf dan waktu asesmen pendokumentasian asuhan keperawatan
dilakukan” dengan nilai 21 (95,5%). yang baik. Sedangkan indikator
Pemeriksaan status fisik merupakan implementasi pada perawat pelaksana
tindakan asesmen yang penting dilakukan dengan persentase tertinggi sebanyak 68
perawat untuk melihat keadaan pasien responden (81,0%) memiliki implementasi
mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. pendokumentasian asuhan keperawatan
Mencantumkan nama, paraf serta waktu yang baik. Sejalan dengan hasil penelitian
dapat berguna sebagai bukti bahwa Muryani et al. (2019) menyatakan sebanyak
perawat telah melakukan tindakan asesmen 200 rekam medik (90%) memiliki
yang sebagaimana sebuah dokumentasi keperawatan yang sesuai. Akan tetapi
dapat dipergunakan sebagai bahan tanda masih terdapat skor yang rendah pada
bukti dalam aspek hukum (Setiadi, 2016). indikator implementasi oleh PPJA terdapat
pada elemen penilaian “tindakan
Berdasarkan hasil komponen parameter keperawatan berisikan tindakan mandiri
pada indikator perencanaan awal dengan keperawatan yaitu terapeutik jika
persentase tertinggi sebanyak 12 bersesuaian dengan kondisi pasien” dan
responden (54,5%) memiliki perencanaan “tindakan keperawatan melibatkan pasien
awal pendokumentasian asuhan secara mandiri dan atau keluarga” dengan
keperawatan yang kurang baik. Hal ini nilai 13 (59,1%). Sebagaimana pelaksanaan
dikarenakan dari 22 responden hanya 10 asuhan pasien terintegrasi pusatnya yaitu
responden (45,5%) yang melampirkan pasien dengan salah satu elemennya
lembar perencanaan awal. Skor terendah menyebutkan terdapat keterlibatan serta
dari indikator perencanaan awal pada pada pemberdayaan pasien dan keluarga dalam
elemen penilaian “diagnosis keperawatan pemberian asuhan keperawatan (KARS,
ditegakkan lebih dari satu diagnosis 2019).
keperawatan” dengan nilai 3 (13,6%). Hal
ini yang mana dari 10 responden yang Sedangkan skor terendah pada indikator
melampirkan perencanaan awal hanya implementasi oleh perawat pelaksana
terdapat 3 responden yang melampirkan terdapat pada elemen penilaian “tindakan
lembar perencanaan awal (lembar keperawatan berisikan tindakan mandiri
diagnosis keperawatan, luaran yaitu edukasi jika bersesuaian dengan
keperawatan dan intervensi keperawatan) kondisi pasien” dengan nilai 51 (60,7%).
lebih dari satu. Sebagaimana sebuah eduksi sangat penting
untuk pasien juga keluarga yang
Ini dikarenakan kurangnya waktu dan tidak memerlukan informasi secara lengkap
tersedianya lembar diagnosis keperawatan, mengenai asuhan keperawatan yang
luaran keperawatan dan perencanaan diberikan (KARS, 2019).
keperawatan. Sejalan dengan penelitian
menurut Mardhatillah et al. (2017) bahwa Berdasarkan hasil komponen parameter
perawat memiliki masalah umum tentang pada indikator evaluasi atau CPPT pada
pendokumentasian asuhan keperawatan PPJA dengan persentase tertinggi sebanyak
seperti kurangnya waktu yang cukup dan 22 responden (100%) memiliki evaluasi
perawat merasa kelelahan mengerjakan atau CPPT pendokumentasian asuhan
tindakan keperawatan mengakibatkan keperawatan yang baik. Sedangkan
kurangnya semangat untuk menulis asuhan indikator evaluasi atau CPPT pada perawat
keperawat secara lengkap. pelaksana dengan persentase tertinggi
sebanyak 55 responden (65,5%) memiliki

Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 68

evaluasi atau CPPT pendokumentasian kerja PPJA terdapat total skor tertinggi pada
asuhan keperawatan yang baik. Akan tetapi pernyataan “saya mendokumentasikan
masih terdapat skor yang rendah pada tindakan asuhan keperawatan yang telah
indikator evaluasi atau CPPT oleh PPJA saya diberikan kepada pasien yang menjadi
maupun perawat pelaksana yaitu terdapat tanggung jawab saya selaku ketua tim /
pada elemen penilaian “terdapat PPJA” dengan nilai 82 (93,2%) dan
perencanaan untuk shift selanjutnya yang kuesioner beban kerja perawat pelaksana
dituliskan oleh perawat penanggung jawab skor penyataan tertinggi “saya
asuhan (PPJA) pada kolom instruksi” mendokumentasikan tindakan asuhan
dengan nilai 7 (31,8%) pada PPJA dan 24 keperawatan yang telah lakukan” dengan
(28,6%) pada perawat pelaksana. nilai 310 (92,2%). Pendokumentasian
asuhan keperawatan merupakan sebuah
Sebagaimana sebuah instruksi PPJA tindakan keperawatan tidak langsung.
memiliki fungsi yang dapat memudahkan Mardhatillah et al. (2017) menyatakan
perawat pelaksana untuk mengerti bahwa beban kerja perawat bertambah
kekhususannya perintah yang harus dengan kegiatan keperawatan tidak
dilaksanakan selama periode waktu dinas. langsung.
Hal ini dikarenakan sesuai dengan standar
PPJA bertanggung jawab terhadap asuhan Berdasarkan komponen indikator beban
selama 1x24 jam (KARS, 2019). Menurut kerja kuantitatif pada kuesioner beban
Efendy (2017) menyatakan bahwa kerja PPJA terdapat total skor terendah
pengisian dokumentasi keperawatan yang pada pernyataan “saya mendapatkan
tidak sesuai dengan standar dapat pembagian pasien berdasarkan tingkat
mengakibatkan perbedaan tindakan oleh ketergantungan sudah seimbang setiap
perawat lain sehingga berdampak pada harinya” dengan nilai 43 (48,8%) dan
penurunan kualitas pelayanan. kuesioner beban kerja perawat pelaksana
skor penyataan terendah pada pernyataan
Beban Kerja “saya merasa perbandingan perawat
pelaksana dengan pasien setiap shift
Beban kerja terdapat 2 indikator yaitu siang/malam sudah seimbang (1 perawat
beban kerja kuantitatif dan beban kerja pelaksana : 6-8 pasien)” dengan nilai 163
kualitatif. Beban kerja PPJA dengan (48,5%). Pernyataan pada kuesioner beban
indikator beban kerja kuantitatif sebanyak kerja PPJA tersebut mengartikan bahwa
11 responden (50%) menyatakan berat dan sudah seimbangnya pembagian pasien
11 responden (50%) menyatakan ringan. berdasarkan tingkat ketergantungan, hal
Sedangkan sebanyak 55 responden (65,5%) tersebut dapat membuat beban kerja PPJA
perawat pelaksana menyatakan berat pada tidak menjadi berat. Sedangkan pernyataan
beban kerja kuantitatif. Penenlitian ini berdasarkan kuesioner beban kerja
sejalan dengan Sunarsih & Ilyas (2018) perawat pelaksana mengartikan bahwa
menyatakan bahwa dari 70% responden perbandingan pembagian antara perawat
memiliki beban kerja kuantitatif pada berat dan pasien sudah seimbang. Sebagaimana
sebanyak 38 (54,3%). Sedangkan beban ideal standar pembagian pasien pada setiap
kerja PPJA dengan indikator beban kerja satu PPJA yaitu 6-8 pasien setiap harinya
kualitatif dengan persentase tertinggi (KARS, 2019). Hal ini sudah sesuai
sebanyak 12 responden (54,5%) berdasarkan standar yang telah ditetapkan
menyatakan ringan, sedangkan perawat oleh SNARS Edisi 1.1. Akan tetapi bila
pelaksana sebanyak 72 responden (85,7%) pembagian tersebut tidak sesuai dapat
menyatakan berat. berdampak pada perawat yang
mengakibatkan beban kerja menjadi berat
Berdasarkan komponen indikator beban dan dapat terjadi kelelahan fisik maupun
kerja kuantitatif pada kuesioner beban psikis. Menurut Mardhatillah et al. (2017)

Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 69

menyatakan bahwa banyaknya pasien Kuesioner beban kerja perawat pelaksana


dengan tingkat ketergantungan total dan skor terendah pada pernyataan “saya
pasien dirawat lebih dari tiga hari merasa tidak mampu menghadapi pasien
mengakibatkan bertambahnya beban kerja dengan karakteristik khusus, misal: tidak
perawat. berdaya/koma/kondisi terminal” dengan
nilai 150 (44,6%). Hal ini dapat diartikan
Berdasarkan komponen indikator beban bahwa perawat pelaksana mampu
kerja kualitatif pada kuesioner beban kerja menghadapi pasien dengan krakteristik
PPJA terdapat total skor tertinggi pada apapun seperti kondisi tidak berdaya atau
pernyataan “saya mampu bertanggung koma ataupun kondisi terminal. Sejalan
jawab atas asuhan keperawatan yang dengan Chintya & Manumpil (2018)
diberikan kepada pasien yang menjadi menyatakan bahwa perawat harus
tanggung jawab saya” dengan nilai 74 menghadapi sifat dan keadaan pasien dan
(84,1%). Banyaknya tanggung jawab yang keluarga yang berbeda-beda hingga
dimiliki perawat terhadap pekerjaannya menimbulkan tekanan sedangkan
dalam pemberian asuhan keperawatan kebutuhan tenaga keperawatan yang ada
kepada pasien dapat menyebabkan beban belum memadai jika dibandingkan dengan
kerja menjadi berat. Hal ini sebagaimana jumlah pasien yang dirawat.
menurut Mayasari (2017) menyatakan
bahwa bebagai macam pekerjaan yang Hubungan Beban Kerja PPJA dengan
harus dilaksanakan oleh perawat ini karena Kualitas Pendokumentasian Asuhan
untuk kesehatan serta keselamatan pasien. Keperawatan PPJA sesuai SNARS di RSD
Idaman Kota Banjarbaru
Sedangkan kuesioner beban kerja perawat
pelaksana skor penyataan tertinggi pada Pada hasil penelitian ini didapatkan lebih
pernyataan “Saya mampu melakukan banyak PPJA dengan beban kerja berat
evaluasi/asesmen ulang dan mencatat memiliki kualitas pendokumentasian
perkembangan kondisi pasien berdasarkan asuhan keperawatan kurang baik sebanyak
standar yang ada setiap shiftnya” dengan 11 responden (78,6%). Sedangkan hasil
nilai 302 (89,8%). Sebagaimana evaluasi PPJA yang mempunyai beban kerja berat
atau asesmen ulang merupakan tindakan dengan kualitas pendokumentasian asuhan
penting untuk mengetahui perkembangan keperawatan baik sebanyak 3 responden
atau evaluasi dari kondisi pasien setelah (21,4%). Hasil penelitian menujukkan
diberikannya asuhan keperawatan. Sebuah bahwa beban kerja yang berat memiliki
perencanaan asuhan keperawatan dampak terhadap kualitas
dievaluasi secara periodik berdasarkan pendokumentasian asuhan keperawatan.
konsidin pasien oleh tim PPA dengan
melakukan asesmen ulang (KARS, 2019). Penelitian Syukur et al. (2018) menegaskan
bahwa ketidakmasimalannya kulitas
Berdasarkan komponen indikator beban pelayanan pada pasien akibat beban kerja
kerja kualitatif pada kuesioner beban kerja perawat yang berat dapat terlihat dari
PPJA terdapat total skor terendah pada kurang baiknya pendokumentasian asuhan
pernyataan “saya merasa pengetahuan dan keperawatan. Akibat beban kerja yang
keterampilan yang dimiliki tidak mampu berlebih mengakibatkan semakin tingginya
menjalani sebagai ketua tim/PPJA” dengan tuntutan pekerjaan yang didapat sehingga
nilai 42 (47,7%). Hal ini memiliki arti dapat mengakibatkan rendahnya kualitas
sebagian besar responden PPJA memiliki kerja (Munandar, 2010).
pengetahuan dan keterampilan mampu
menjalani perannya sebagai PPJA.

Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 70

Hubungan Beban Kerja PPJA dengan asuhan keperawatan perawat pelaksana


Kualitas Pendokumentasian Asuhan menjadi baik.
Keperawatan Perawat Pelaksana sesuai
SNARS di RSD Idaman Kota Banjarbaru Penelitian Syukur et al. (2018)beban kerja
bukan salah satu faktor penyebab
Pada hasil penelitian ini didapatkan lebih pendokumentasian asuhan keperawatan
banyak perawat pelaksana dengan beban menjadi baik tetapi juga dengan adanya
kerja berat mempunyai kualitas supervisi yang efektif dapat membuat
pendokumentasian asuhan keperawatan pendokumentasian asuhan keperawatan
baik sebanyak 34 responden (77,3%). menjadi baik. Menurut Setiawan et al.
Sedangkan perawat pelaksana dengan (2018) suatu pelaksanaan supervisi klinis
beban kerja yang ringan memiliki kualitas yang baik akan membuat profesionalisme
pendokumentasian asuhan keperawatan perawat meningkat dalam praktiknya. Hal
yang baik sebanyak 31 responden (77,5%). ini dapat dilihat dari peran ketua tim yang
Beban kerja perawat pelaksana mempunyai baik dapat membuat kinerja
kualitas pendokumentasian asuhan pendokumentasian perawat pelaksana
keperawatan baik. menjadi baik (Widodo et al., 2016). Oleh
karena itu ketua tim yang baik dapat
Menurut Syukur et al. (2018) menyatakan memberikan dampak baik terhadap
bahwa pendokumentasian asuhan kelengkapan pendokumentasian asuhan
keperawatan dengan kategori baik bukan keperawatan (Pujiyanto, 2018).
hanya faktor beban kerja, terdapat faktor
lainnya seperti motivasi perawat dan SIMPULAN
supervisi yang efektif. Motivasi ialah sebuah
keadaan yang berpengaruh untuk Adanya hubungan pada beban kerja
membangkitkan, mengarahkan serta perawat penanggung jawab asuhan (PPJA)
memelihara perilaku yang berhubungan dengan kualitas pendokumentasian asuhan
dengan lingkungan kerja (Nursalam, 2015). keperawatan perawat penanggung jawab
Sedangkan supervisi merupakan proses asuhan (PPJA) sesuai SNARS.
pengawasa terhadap pelaksanaan kegiatan
demi memastikan sebuah kegiatan Tidak ada hubungan yang bermakna antara
beroprasi sesuai tujuan organisasi dan beban kerja perawat pelaksana dengan
standar yang telah ditentukan (Keliat, kualitas pendokumentasian asuhan
2012). keperawatan perawat pelaksana sesuai
SNARS.
Pada penelitian ini beban kerja perawat
pelaksana baik berat maupun ringan tidak UCAPAN TERIMAKASIH
mempengaruhi kualitas pendokumentasian
asuhan keperawatan, sebagaimana pada Penulis mengucapkan terimakasih kepada
observasi yang dilakukan oleh peneliti pada semua pihak yang telah membantu dalam
kualitas pendokumentasian asuhan penelitian ini dan kepada Program Studi
keperawatan oleh perawat pelaksana hanya Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
pada 2 tahap yaitu implementasi dan Universitas Lambung Mangkurat.
evaluasi. Seagaimana 2 tahap tersebut telah
dicatat oleh PPJA sebelumnya secara detail
tindakan asuhan keperawatan yang harus REFERENSI
dikerjakan perawat pelaksana. Dapat dilihat Andualem, A., Asmamaw, T., Sintayehu, M., Liknaw,
terdapat adanya pendampingan atau T., Edmealem, A., Gedfew, B., & Bewuket, M.
supervisi dari PPJA pada perawat pelaksana (2019). Knowledge, attitude, practice and
associated factors towards nursing care
membuat kualitas pendokumentasian documentation among nurses in West Gojjam
Zone public hospitals, Amhara Ethiopia, 2018.

Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 71

Clinical Journal of Nursing Care and Practice, RSUD Kalimantan Tengah). Nerspedia, 2(1),
3(1), 001–013. 27–32.
https://doi.org/10.29328/journal.cjncp.1001
Noviari, E. A., & Susanti, D. D. (2015). Faktor-faktor
010
yang mempengaruhi kelengkapan
Chintya, Y., & Manumpil, E. (2018). Hubungan Beban dokumentasi asuhan keperawatan di ruang
Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat bedah RSUD Dr. Soekardjo kota Tasikmalaya.
Inap RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. Media Informasi, 11(1), 27–38.
Journal Of Community & Emergency, 6(2), 121– https://doi.org/10.37160/bmi.v11i1.27
128.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi
Depkes RI. (2010). Instrumen Evaluasi Penerapan dalam Praktik Keperawatan Profesional (5th
Standar Asuhan Keperawatan. Depkes. ed.). Salemba Medika.
Efendy, M. A. (2017). Analisis Penerapan Standar Potter, P., & Perry, A. (2010). Buku Ajar Fundamental
Dokumentasi Keperawatan Dengan Kualitas Keperawatan (A. P. Patricia Potter (ed.); 7th
Pelayanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap ed.). EGC.
RSUD Gambiran. STRADA Jurnal Ilmiah Pujiyanto, E. N. (2018). Hubungan Peran Ketua Tim
Kesehatan, 6(1), 24–30. Terhadap Pendokumentasian Pengkajian
Farid, A. et al. (2019). Laporan Diseminasi Awal Keperawatan Pada Perawat Pelaksana Di
Manajemen Keperawatan di Ruang Camar RSD Ruang Rawat Inap Dewasa RSU PKU
Idaman Kota Banjarbaru. Lambung Mangkurat. Muhammadiyah Bantul. Universitas’ Aisyiyah
Heriansyah, & Verawati. (2019). Laporan Diseminasi Yogyakarta.
Awal Manajemen Keperawatan di Ruang Merak Setiadi. (2016). Konsep dan Penulisan Dokumentasi
RSD Idaman Kota Banjarbaru. Lambung Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik (1st
Mangkurat. ed.). Graha Ilmu.
KARS. (2019). Standar Nasional Akreditasi Rumah Setiawan, H., Hartiti, T., & Rofi’i, M. (2018). Supervisi
Sakit (SNARS) (1.1). Komisi Akreditasi Rumah Klinis Model Proctor dalam Peningkatan
Sakit. Kualitas Perawatan Selama Prosedur
Intravena. Dunia Keperawatan, 6(2).
Keliat, B. A. (2012). Model Praktik Keperawatan
https://doi.org/10.20527/dk.v6i2.5152
Professional Jiwa. EGC.
Sunarsih, & Ilyas, H. (2018). Hubungan Beban Kerja
Mardhatillah, Fauzan, S., & Budiharto, I. (2017).
Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Dengan Terjadinya Penyakit Hipertensi Di
Poliklinik Universitas Lampung. Jurnal Ilmiah
Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Sai Betik, 13(1), 42–47.
Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Penyakit
Dalam, Bedah, Dan Saraf RSUD Dokter Syukur, A., Pertiwiwati, E., Setiawan, H., Studi, P.,
Soedarso Pontianak. Jurnal ProNers, 3(1). Keperawatan, I., Kedokteran, F., & Lambung, U.
https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2017. (2018). Hubungan beban kerja dengan
04.009 dokumentasi asuhan keperawatan. Nerspedia,
Mayasari, I. (2017). Hubungan Beban Kerja yang 1(2), 164–171.
Dilaksanakan Perawat dengan Kelengkapan Tamaka, R., Mulyadi, N., & Malara, R. (2015).
Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Hubungan Beban Kerja Dengan
Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di
Yogyakarta. Instalasi Gawat Darurat Medik Rsup. Prof. Dr.
R.D Kandou Manado. Jurnal Keperawatan
Munandar, A. S. (2001). Stress dan Keselamatan Kerja
UNSRAT, 3(2), 111069.
Psikologis Industri dan Organisasi. Universitas
Indonesia. Widodo, W., Wungow, H., & Hamel, R. (2016).
Hubungan Peran Ketua Tim Dengan Kinerja
Munandar, A. S. (2010). Psikologi Industri dan
Perawat Pelaksana Dalam Pendokumentasian
Organisasi. Universitas Indonesia.
Asuhan Keperawatan Di Irina F Rsup Prof Dr. R.
Muryani, Pertiwiwati, E., & Setiawan, H. (2019). D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan
Kualitas Pendokumentasian Asuhan UNSRAT, 4(2), 112741.
Keperawatan di Ruang Rawat Inap (Studi di

Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS

Anda mungkin juga menyukai