Corresponding author:
Nadila
ndila.nadila@gmail.com
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020
DOI: http://dx.doi.org/10.26594/jkmk.v3.i2.598
e-ISSN 2621-5047
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 63
akan melakukan analisis data, yang mana banyaknya beban kerja, pengetahuan, dan
data tersebut berguna untuk memberikan movitasi kerja. Berdasarkan hasil penelitian
pelayanan dan asuhan pasien (PAP) (KARS, oleh (Mardhatillah et al., 2017) menyatakan
2019). bahwa responden yang mempunyai beban
kerja yang berat, sebagian besar mencatat
Setiap tindakan asuhan keperawatan pendokumentasian asuhan keperawatan
kepada pasien harus dilakukan tidak lengkap yaitu sebanyak 53,7%. Serupa
pendokumentasian sesuai standar. dengan hasil penelitian (Tamaka et al.,
Pendokumentasian merupakan suatu 2015) dari 30 responden sebanyak 12
tindakan pencatatan untuk dapat orang (85,7%) mempunyai beban kerja
digunakan sebagai bukti tertulis yang berat dengan pendokumentasian asuhan
akurat dilakukan oleh perawat pada sebuah keperawatan yang tidak lengkap.
tindakan asuhan keperawatan. Proses
tahap dokumentasi asuhan keperawatan Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
yaitu dimulai dari asesmen, perencanaan dilakukan oleh peneliti yang dilakukan di
asuhan, implementasi dan evaluasi atau RSD Idaman Kota Banjarbaru didapatkan
catatan perkembangan pasien terintegrasi setiap ruangan terdapat perbedaan dalam
(CPPT) (KARS, 2019). Pendokumentasian hal pembagian pasien untuk setiap timnya,
asuhan keperawatan dapat dikatakan yaitu dari 6 ruang rawat inap, 3 ruangan
berkualitas jika dilihat dari beberapa aspek dibagi berdasarkan dokter, 1 ruangan
yaitu faktual, akurat, lengkap, baru dan berdasarkan jumlah kamar, 1 ruangan
terorganisasi (Potter & Perry, 2010). berdasakan tingkat ketergantungan pasien
dan 1 ruangan lainnya tidak memiliki syarat
Pendokumentasian asuhan keperawatan yang mendasari pembagian pasien untuk
belum dilakukan secara maksimal oleh setiap timnya. Hasil dari wawancara 1
perawat. Didukung data pada salah satu orang PPJA dan 2 orang perawat pelaksana
rumah sakit Amhara Ethiopia dari 142 mengatakan pernah mendapatkan lebih
(59,2%) perawat mendokumentasikan dari 10 pasien perharinya, yang mana setiap
asuhan keperawatan untuk semua pasien, tim idealnya hanya mendapatkan 6-8
sedangkan 98 (40,8%) perawat tindak pasien setiap harinya (KARS, 2019).
mendokumentasikan (Andualem et al.,
2019). Di Indonesia sendiri dari salah satu Tugas yang dilakukan oleh PPJA lebih
rumah sakit, dari 222 rekam medik di ruang banyak melakukan tindakan tidak langsung,
rawat inap, kualitas dokumentasi seperti pendokumentasian asuhan
keperawatan terdapat 124 rekam medik keperawatan sedangkan perawat pelaksana
(55,9%) yang berkualitas, sedangkan 98 lebih banyak melakukan tindakan
rekam medik (44,1%) tidak berkualitas perawatan langsung ke pasien. Hasil
(Muryani et al., 2019). Berdasarkan hasil wawancara dengan 6 orang PPJA
laporan dari data diseminasi awal 2 ruang mengatakan sering merasa kewalahan
rawat inap RSD Idaman Kota Banjarbaru akibat banyaknya pasien dihari tertentu
pendokumentasian asuhan keperawatan yang mengakibatkan ketidaklengkapan
didapatkan pada pengkajian 89,08%, pada saat melakukan pendokumentasian
perencanaan 82,12%, implementasi 92% asuhan keperawatan. Pendokumentasian
dan evaluasi 38,5% (Farid, 2019; asuhan keperawatan pada dasarnya harus
Heriansyah & Verawati, 2019). dicatat dengan lengkap, yang mana
mengakibatkan bertambahnya jam kerja
Berdasarkan penelitian yang dilakukan karena harus melengkapi pendokumentasin
Noviari & Susanti (2015) terkait faktor- asuhan keperawatan.
faktor yang mempengaruhi kelengkapan
dokumentasi asuhan keperawatan adalah Didapatkan hasil wawancara kepada 7
minimnya sumber daya manusia (SDM), perawat pelaksana, semuanya mengatakan
Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 64
bahwa tidak hanya melakukan asuhan Intrumen yang digunakan pada penelitian
keperawatan, mereka juga melakukan ini adalah kuesioner data demografi,
tindakan medis. Hal ini juga sering terjadi kuesioner beban kerja PPJA dan perawat
karena ketidakseimbangan jumlah perawat pelaksana, dan lembar observasi
pelaksana dengan jumlah pasien yang pendokumentasian asuhan keperawatan
dirawat membuat mereka merasa sesuai SNARS. Kuesioner beban kerja dibuat
kewalahan dalam melakukan tindakan sendiri berdasarkan referensi buku
keperawatan. Oleh karena itu, perawat Nursalam (2015) dan Munandar (2001).
lebih fokus melakukan tindakan langsung Lembar observasi ini dibuat oleh Herry
ke pasien dibandingkan harus melakukan Setiawan, S.Kep., Ns., M.Kep berdasarkan
pendokumentasian asuhan keperawatan. dengan panduan KARS (2019) dan telah
Maka dampak dari hal tersebut akan diuji expert dengan hasil 0,96.
mengakibatkan pada rendahnya kualitas
pendokumentasian asuhan keperawatan, Kuesioner beban kerja dibagi dua yaitu
yang mana departemen kesehatan RI beban kerja perawat penanggung jawab
memutuskan bahwa capaian dari standar asuhan (PPJA) dan beban kerja perawat
asuhan keperawatan (SAK) ialah 90% pelaksana. Telah dilakukan uji expert
(Depkes RI, 2010). judgement dengan nilai expert 0,86 pada
kuesioner beban kerja PPJA dan kuesioner
Tujuan pada penelitian ini untuk beban kerja perawat pelaksana 0,82. Telah
mengetahui hubungan beban kerja dengan dilakukan uji validitas pada kuesioner
kualitas pendokumentasian asuhan beban kerja perawat pelaksana memiliki
keperawatan sesuai SNARS di RSD Idaman nilai valid yaitu 0,420-0,833 > 0,361 dan uji
Kota Banjarbaru. reabilitas pada kuesioner beban kerja
perawat pelaksana memiliki nilai
METODE reliabilitas 0,834 ≥ 0,6.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Analisis data univariat disajikan dalam
kuantitatif dengan desain penelitian bentuk distribusi frekuensi pada
analisis korelasi dan menggunakan karakteristik responden dan variabel yang
pendekatan cross sectional. Variabel diteliti. Analisis data bivariat untuk PPJA
independen penelitian ini adalah beban menggunakan uji Fisher excat sedangkan
kerja perawat penanggung jawab asuhan untuk perawat pelaksana menggunakan uji
(PPJA) dan perawat pelaksana. Sedangkan Chi square.
variable dependen penelitian ini adalah
kualitas pendokumentasian asuhan Penelitian ini telah dilakukan uji etik dari
keperawatan sesuai SNARS PPJA dan Komisi Etik Kesehatan Fakultas Kedokteran
perawat pelaksana. Universitas Lambung Mangkurat keluar
dengan hasil lulus etik dengan perbaikan
Populasi pada penelitian ini sebanyak 22 sebanyak satu kali perbaikan, dengan
Perawat Penanggung Jawab Asuhan (PPJA) nomor 001/KEPK-FK-UNLAM/EC/2020.
dan 106 Perawat Pelaksana pada enam Prinsip etika pada penelitian ini yaitu
ruang rawat inap RSD Idaman Kota informed consent, tanpa nama, kerahasiaan,
Banjarbaru. Teknik pengambilan sampel otonomy dan berbuat baik.
yang digunakan pada populasi PPJA yaitu
total sampling. Sedangkan untuk perawat HASIL
pelaksana yaitu stratified random sampling.
Sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak Berdasarkan data pada tabel 1
22 PPJA dan 84 perawat pelaksana. menunjukkan bahwa umur PPJA memiliki
rentang yaitu 31 – 40 tahun sebanyak 21
responden (95,5%). Sebagian besar PPJA
Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 65
Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 66
asuhan keperawatan sesuai SNARS yang yang ringan. Sedangkan beban kerja
kurang baik. kualitatif perawat pelaksana sebanyak
sebanyak 72 responden (85,7%) memiliki
Berdasarkan hasil penelitian diketahui beban kerja kualitatif berat sedangkan
bahwa terdapat 4 parameter kualitas sebanyak 12 responden (14,3%) memiliki
pendokumentasian asuhan keperawatan beban kerja kualitatif ringan.
PPJA dengan indikator tertinggi yaitu
evaluasi sebanyak 22 responden (100%) Hasil analisis data penelitian menujukkan
memiliki evaluasi pendokumentasian bahwa adanya hubungan pada beban kerja
asuhan keperawatan yang baik sedangkan PPJA dengan kualitas pendokumentasian
indikator terendah yaitu perencanaan awal asuhan keperawatan PPJA sesuai SNARS
sebanyak 12 responden (54,5%) memiliki didapatkan nilai (p=0,02) pada batas
perencanaan awal pendokumentasian kemaknaan (p<0,05).
asuhan keperawatan yang kurang baik.
Tabel 3
Terdapat 2 parameter kualitas Hubungan Beban Kerja yang Berhubungan dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
PPJA
perawat pelaksana dengan indikator Kualitas Pendokumentasian
implementasi sebanyak 68 responden Asuhan Keperawatan
Beban
(81,0%) memiliki implementasi kualitas Baik Kurang Baik p
Kerja
pendokumentasian asuhan keperawatan
f % f %
yang baik dan indikator evalusi sebanyak 55
Berat 3 21,4 11 78,6 0,02
responden (65,5%) memiliki evaluasi
Ringan 6 75,0 2 25,0
pendokumentasian asuhan keperawatan
yang baik.
Hasil analisis pada data tabel 4 menujukkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban bahwa tidak terdapat hubungan yang
kerja PPJA sebanyak 14 responden (63,6%) signifikan pada beban kerja perawat
memiliki beban kerja berat dan sebanyak 8 pelaksana dengan kualitas
responden (36,4%) memiliki beban kerja pendokumentasian asuhan keperawatan
ringan. Hasil analisis penelitian yang sesuai SNARS didapatkan nilai (p=1,00)
didapat pada perawat pelaksana sebanyak pada batas kemaknaan (p<0,05).
44 responden (52,4%) memiliki beban Tabel 4
kerja berat dan sebanyak 40 responden Hubungan Beban Kerja yang Berhubungan dengan
(47,6%) memiliki beban kerja ringan. Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Terdapat 2 indikator beban kerja PPJA dan Perawat Pelaksana
perawat pelaksana. Pada indikator beban Kualitas Pendokumentasian
Beban
kerja kuantitatif berat dan ringan pada PPJA Asuhan Keperawatan
Kerja
Baik Kurang Baik p
masing-masing sebanyak 11 responden
f % f %
(50,0%) tidak terdapat perbedaan.
Berat 34 77,3 10 22,7 1,00
Sedangkan beban kerja kuantitatif perawat
Ringan 31 77,5 9 22,5
pelaksana sebanyak 55 responden (65,5%)
memiliki beban kerja kuantitatif berat
PEMBAHASAN
sedangkan sebanyak 29 responden (34,5%)
memiliki beban kerja kuantitatif ringan.
Kualitas Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan sesuai SNARS
Pada kuesioner beban kerja PPJA dengan
indikator kualitatif sebanyak 10 responden
Berdasarkan hasil penelitian indikator
(45,5%) memiliki beban kerja kualitatif
asesmen dengan persentase tertinggi 13
yang berat dan sebanyak 12 responden
responden (59,1%) memiliki asesmen
(54,5%) memiliki beban kerja kualitatif
pendokumentasian asuhan keperawatan
Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 67
yang baik. Berdasarkan skor tertinggi pada Berdasarkan hasil komponen parameter
indikator asesmen pada elemen penilaian pada indikator implementasi pada PPJA
“memuat data terkait status fisik pasien’ dengan persentase tertinggi sebanyak 19
dan elemen penilaian “mencantumkan responden (86,4%) memiliki implementasi
nama perawat, paraf dan waktu asesmen pendokumentasian asuhan keperawatan
dilakukan” dengan nilai 21 (95,5%). yang baik. Sedangkan indikator
Pemeriksaan status fisik merupakan implementasi pada perawat pelaksana
tindakan asesmen yang penting dilakukan dengan persentase tertinggi sebanyak 68
perawat untuk melihat keadaan pasien responden (81,0%) memiliki implementasi
mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. pendokumentasian asuhan keperawatan
Mencantumkan nama, paraf serta waktu yang baik. Sejalan dengan hasil penelitian
dapat berguna sebagai bukti bahwa Muryani et al. (2019) menyatakan sebanyak
perawat telah melakukan tindakan asesmen 200 rekam medik (90%) memiliki
yang sebagaimana sebuah dokumentasi keperawatan yang sesuai. Akan tetapi
dapat dipergunakan sebagai bahan tanda masih terdapat skor yang rendah pada
bukti dalam aspek hukum (Setiadi, 2016). indikator implementasi oleh PPJA terdapat
pada elemen penilaian “tindakan
Berdasarkan hasil komponen parameter keperawatan berisikan tindakan mandiri
pada indikator perencanaan awal dengan keperawatan yaitu terapeutik jika
persentase tertinggi sebanyak 12 bersesuaian dengan kondisi pasien” dan
responden (54,5%) memiliki perencanaan “tindakan keperawatan melibatkan pasien
awal pendokumentasian asuhan secara mandiri dan atau keluarga” dengan
keperawatan yang kurang baik. Hal ini nilai 13 (59,1%). Sebagaimana pelaksanaan
dikarenakan dari 22 responden hanya 10 asuhan pasien terintegrasi pusatnya yaitu
responden (45,5%) yang melampirkan pasien dengan salah satu elemennya
lembar perencanaan awal. Skor terendah menyebutkan terdapat keterlibatan serta
dari indikator perencanaan awal pada pada pemberdayaan pasien dan keluarga dalam
elemen penilaian “diagnosis keperawatan pemberian asuhan keperawatan (KARS,
ditegakkan lebih dari satu diagnosis 2019).
keperawatan” dengan nilai 3 (13,6%). Hal
ini yang mana dari 10 responden yang Sedangkan skor terendah pada indikator
melampirkan perencanaan awal hanya implementasi oleh perawat pelaksana
terdapat 3 responden yang melampirkan terdapat pada elemen penilaian “tindakan
lembar perencanaan awal (lembar keperawatan berisikan tindakan mandiri
diagnosis keperawatan, luaran yaitu edukasi jika bersesuaian dengan
keperawatan dan intervensi keperawatan) kondisi pasien” dengan nilai 51 (60,7%).
lebih dari satu. Sebagaimana sebuah eduksi sangat penting
untuk pasien juga keluarga yang
Ini dikarenakan kurangnya waktu dan tidak memerlukan informasi secara lengkap
tersedianya lembar diagnosis keperawatan, mengenai asuhan keperawatan yang
luaran keperawatan dan perencanaan diberikan (KARS, 2019).
keperawatan. Sejalan dengan penelitian
menurut Mardhatillah et al. (2017) bahwa Berdasarkan hasil komponen parameter
perawat memiliki masalah umum tentang pada indikator evaluasi atau CPPT pada
pendokumentasian asuhan keperawatan PPJA dengan persentase tertinggi sebanyak
seperti kurangnya waktu yang cukup dan 22 responden (100%) memiliki evaluasi
perawat merasa kelelahan mengerjakan atau CPPT pendokumentasian asuhan
tindakan keperawatan mengakibatkan keperawatan yang baik. Sedangkan
kurangnya semangat untuk menulis asuhan indikator evaluasi atau CPPT pada perawat
keperawat secara lengkap. pelaksana dengan persentase tertinggi
sebanyak 55 responden (65,5%) memiliki
Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 68
evaluasi atau CPPT pendokumentasian kerja PPJA terdapat total skor tertinggi pada
asuhan keperawatan yang baik. Akan tetapi pernyataan “saya mendokumentasikan
masih terdapat skor yang rendah pada tindakan asuhan keperawatan yang telah
indikator evaluasi atau CPPT oleh PPJA saya diberikan kepada pasien yang menjadi
maupun perawat pelaksana yaitu terdapat tanggung jawab saya selaku ketua tim /
pada elemen penilaian “terdapat PPJA” dengan nilai 82 (93,2%) dan
perencanaan untuk shift selanjutnya yang kuesioner beban kerja perawat pelaksana
dituliskan oleh perawat penanggung jawab skor penyataan tertinggi “saya
asuhan (PPJA) pada kolom instruksi” mendokumentasikan tindakan asuhan
dengan nilai 7 (31,8%) pada PPJA dan 24 keperawatan yang telah lakukan” dengan
(28,6%) pada perawat pelaksana. nilai 310 (92,2%). Pendokumentasian
asuhan keperawatan merupakan sebuah
Sebagaimana sebuah instruksi PPJA tindakan keperawatan tidak langsung.
memiliki fungsi yang dapat memudahkan Mardhatillah et al. (2017) menyatakan
perawat pelaksana untuk mengerti bahwa beban kerja perawat bertambah
kekhususannya perintah yang harus dengan kegiatan keperawatan tidak
dilaksanakan selama periode waktu dinas. langsung.
Hal ini dikarenakan sesuai dengan standar
PPJA bertanggung jawab terhadap asuhan Berdasarkan komponen indikator beban
selama 1x24 jam (KARS, 2019). Menurut kerja kuantitatif pada kuesioner beban
Efendy (2017) menyatakan bahwa kerja PPJA terdapat total skor terendah
pengisian dokumentasi keperawatan yang pada pernyataan “saya mendapatkan
tidak sesuai dengan standar dapat pembagian pasien berdasarkan tingkat
mengakibatkan perbedaan tindakan oleh ketergantungan sudah seimbang setiap
perawat lain sehingga berdampak pada harinya” dengan nilai 43 (48,8%) dan
penurunan kualitas pelayanan. kuesioner beban kerja perawat pelaksana
skor penyataan terendah pada pernyataan
Beban Kerja “saya merasa perbandingan perawat
pelaksana dengan pasien setiap shift
Beban kerja terdapat 2 indikator yaitu siang/malam sudah seimbang (1 perawat
beban kerja kuantitatif dan beban kerja pelaksana : 6-8 pasien)” dengan nilai 163
kualitatif. Beban kerja PPJA dengan (48,5%). Pernyataan pada kuesioner beban
indikator beban kerja kuantitatif sebanyak kerja PPJA tersebut mengartikan bahwa
11 responden (50%) menyatakan berat dan sudah seimbangnya pembagian pasien
11 responden (50%) menyatakan ringan. berdasarkan tingkat ketergantungan, hal
Sedangkan sebanyak 55 responden (65,5%) tersebut dapat membuat beban kerja PPJA
perawat pelaksana menyatakan berat pada tidak menjadi berat. Sedangkan pernyataan
beban kerja kuantitatif. Penenlitian ini berdasarkan kuesioner beban kerja
sejalan dengan Sunarsih & Ilyas (2018) perawat pelaksana mengartikan bahwa
menyatakan bahwa dari 70% responden perbandingan pembagian antara perawat
memiliki beban kerja kuantitatif pada berat dan pasien sudah seimbang. Sebagaimana
sebanyak 38 (54,3%). Sedangkan beban ideal standar pembagian pasien pada setiap
kerja PPJA dengan indikator beban kerja satu PPJA yaitu 6-8 pasien setiap harinya
kualitatif dengan persentase tertinggi (KARS, 2019). Hal ini sudah sesuai
sebanyak 12 responden (54,5%) berdasarkan standar yang telah ditetapkan
menyatakan ringan, sedangkan perawat oleh SNARS Edisi 1.1. Akan tetapi bila
pelaksana sebanyak 72 responden (85,7%) pembagian tersebut tidak sesuai dapat
menyatakan berat. berdampak pada perawat yang
mengakibatkan beban kerja menjadi berat
Berdasarkan komponen indikator beban dan dapat terjadi kelelahan fisik maupun
kerja kuantitatif pada kuesioner beban psikis. Menurut Mardhatillah et al. (2017)
Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 69
Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 70
Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 3 No 2, November 2020/ page 62-71 71
Clinical Journal of Nursing Care and Practice, RSUD Kalimantan Tengah). Nerspedia, 2(1),
3(1), 001–013. 27–32.
https://doi.org/10.29328/journal.cjncp.1001
Noviari, E. A., & Susanti, D. D. (2015). Faktor-faktor
010
yang mempengaruhi kelengkapan
Chintya, Y., & Manumpil, E. (2018). Hubungan Beban dokumentasi asuhan keperawatan di ruang
Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat bedah RSUD Dr. Soekardjo kota Tasikmalaya.
Inap RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. Media Informasi, 11(1), 27–38.
Journal Of Community & Emergency, 6(2), 121– https://doi.org/10.37160/bmi.v11i1.27
128.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi
Depkes RI. (2010). Instrumen Evaluasi Penerapan dalam Praktik Keperawatan Profesional (5th
Standar Asuhan Keperawatan. Depkes. ed.). Salemba Medika.
Efendy, M. A. (2017). Analisis Penerapan Standar Potter, P., & Perry, A. (2010). Buku Ajar Fundamental
Dokumentasi Keperawatan Dengan Kualitas Keperawatan (A. P. Patricia Potter (ed.); 7th
Pelayanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap ed.). EGC.
RSUD Gambiran. STRADA Jurnal Ilmiah Pujiyanto, E. N. (2018). Hubungan Peran Ketua Tim
Kesehatan, 6(1), 24–30. Terhadap Pendokumentasian Pengkajian
Farid, A. et al. (2019). Laporan Diseminasi Awal Keperawatan Pada Perawat Pelaksana Di
Manajemen Keperawatan di Ruang Camar RSD Ruang Rawat Inap Dewasa RSU PKU
Idaman Kota Banjarbaru. Lambung Mangkurat. Muhammadiyah Bantul. Universitas’ Aisyiyah
Heriansyah, & Verawati. (2019). Laporan Diseminasi Yogyakarta.
Awal Manajemen Keperawatan di Ruang Merak Setiadi. (2016). Konsep dan Penulisan Dokumentasi
RSD Idaman Kota Banjarbaru. Lambung Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik (1st
Mangkurat. ed.). Graha Ilmu.
KARS. (2019). Standar Nasional Akreditasi Rumah Setiawan, H., Hartiti, T., & Rofi’i, M. (2018). Supervisi
Sakit (SNARS) (1.1). Komisi Akreditasi Rumah Klinis Model Proctor dalam Peningkatan
Sakit. Kualitas Perawatan Selama Prosedur
Intravena. Dunia Keperawatan, 6(2).
Keliat, B. A. (2012). Model Praktik Keperawatan
https://doi.org/10.20527/dk.v6i2.5152
Professional Jiwa. EGC.
Sunarsih, & Ilyas, H. (2018). Hubungan Beban Kerja
Mardhatillah, Fauzan, S., & Budiharto, I. (2017).
Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Dengan Terjadinya Penyakit Hipertensi Di
Poliklinik Universitas Lampung. Jurnal Ilmiah
Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Sai Betik, 13(1), 42–47.
Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Penyakit
Dalam, Bedah, Dan Saraf RSUD Dokter Syukur, A., Pertiwiwati, E., Setiawan, H., Studi, P.,
Soedarso Pontianak. Jurnal ProNers, 3(1). Keperawatan, I., Kedokteran, F., & Lambung, U.
https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2017. (2018). Hubungan beban kerja dengan
04.009 dokumentasi asuhan keperawatan. Nerspedia,
Mayasari, I. (2017). Hubungan Beban Kerja yang 1(2), 164–171.
Dilaksanakan Perawat dengan Kelengkapan Tamaka, R., Mulyadi, N., & Malara, R. (2015).
Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Hubungan Beban Kerja Dengan
Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di
Yogyakarta. Instalasi Gawat Darurat Medik Rsup. Prof. Dr.
R.D Kandou Manado. Jurnal Keperawatan
Munandar, A. S. (2001). Stress dan Keselamatan Kerja
UNSRAT, 3(2), 111069.
Psikologis Industri dan Organisasi. Universitas
Indonesia. Widodo, W., Wungow, H., & Hamel, R. (2016).
Hubungan Peran Ketua Tim Dengan Kinerja
Munandar, A. S. (2010). Psikologi Industri dan
Perawat Pelaksana Dalam Pendokumentasian
Organisasi. Universitas Indonesia.
Asuhan Keperawatan Di Irina F Rsup Prof Dr. R.
Muryani, Pertiwiwati, E., & Setiawan, H. (2019). D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan
Kualitas Pendokumentasian Asuhan UNSRAT, 4(2), 112741.
Keperawatan di Ruang Rawat Inap (Studi di
Nadila / Beban Kerja dengan Kualitas Pendokumentasian Asuhan Keperawatan sesuai SNARS