Anda di halaman 1dari 10

Al-Asalmiya Nursing

Jurnal Ilmu Keperawatan (Journal of Nursing Sciences)


https://jurnal.stikes-alinsyirah.ac.id/index.php/keperawatan/
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2020 p-ISSN:
2338-2112
e-ISSN: 2580-0485

PELAKSANAAN ORIENTASI PASIEN BARU DI RSUD PETALA BUMI


PEKANBARU PROVINSI RIAU

Junia Lestari (1), Lita (2), Yecy Anggreny (3)

(1)
Program Studi Keperawatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Email: Lestarijunia508@gmail.com

ABSTRAK
Orientasi pasien baru merupakan proses penerimaan pasien baru serta keluarga pada saat
pertama kali pasien datang (24 jam pertama) dan keadaan pasien sudah tenang. Hasil obsevasi
peneliti, perawat belum melakukan pelaksanaan orientasi pasien baru sesuai dengan standar
operasional prosedur yang telah diterapkan. Orientasi pasien baru bertujuan membina hubungan
saling percaya dan informasi awal yang berkaitan dengan proses keperawatan pasien. Penelitian
ini bertujuan untuk melihat pelaksanaan orientasi pasien baru di RSUD Petala Bumi Provinsi
Riau. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain survei. Populasi dalam penelitian ini
adalah perawat di ruang rawat inap RSUD Petala Bumi Provinsi Riau. Teknik sampling yang
digunakan adalah consecutive sampling dan jumlah sampel 35 responden di instalasi rawat inap
RSUD Petala Bumi. Alat pengumpul data yang digunakan adalah wawancara 21 responden dan
lembar observasi 14 responden. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
univariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan orientasi tata cara penggunaan
bel dilakukan (78,6%), orientasi tata tertib fasilitas serta hak dan kewajiban pasien belum
(100%) dilakukan, orientasi jam kunjung pasien (14,3%). Hasil penelitian diharapkan perawat
RSUD Petala Bumi Provinsi Riau untuk meningkatkan pelaksanaan orientasi pasien baru sesuai
SOP terutama tentang orientasia tata tertib, fasilitas serta hak dan kewajiban pasien. Kata
kunci: Orientasi, Pasien, Perawat

ABSTRACT
New patient orientation is a process of accepting new patients and their family right when the
patients just arrive (the first 24 hours) and the patients’ condition is already relaxed. The
results of researcher’s observation, the nurses still did conduct new patient orientation in
accordance with the standard of operational procedure determined. New patient orientation
aims to nurture trusting relationship and initial information related to the process of patients’
care. This research aims to see the implementation of new patient orientation at RSUD Petala
Bumi Riau Province. The type of this research was quantitative with survey design. The
population in this research were the nurses in inpatient rooms at RSUD Petala Bumi Riau
Province. The sampling technique used was consecutive sampling and the number of samples
were 35 respondents in patient rooms on RSUD Petala Bumi, Riau Province. Data collection
instrument was 21 interview respondents and 14 observation respondents. Analysis used in this
research was univariate analysis. The research results show that the implementation of
orientation on how to use the bel is conducted (78,6%), orientation on the rules, facilities,
rights and obligations are not done yet (100%), orientation of patient visiting hours (14,3%).
Based on the research results, the nurses at RSUD Petala Bumi Riau Province are expected to
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 9 No. 2, Tahun 2020

improve the implementation of new patient orientation in line with the SOP especially about
rules orientation, facilities, and rights and obligation of patients.
Keywords: Orientation, Patients, Nurse

Page | 122

PENDAHULUAN Menurut Kusnanto, Guntarlin &


Rumah Sakit merupakan institusi Arisandi (2007), belum semua perawat
pelayanan kesehatan yang menyadari pentingnya orientasi pasien
menyelenggarakan pelayanan kesehatan baru. Pelaksanaan orientasi pasien baru
perorangan secara paripurna yang juga tidak terlaksana dengan baik ketika
menyediakan pelayanan rawat inap, pasien tidak dapat memahami dengan
rawat jalan, dan gawat darurat (Menkes baik penjelasan yang diberikan oleh
RI, 2018). Menurut Herlambang (2016) perawat. Hal ini dibuktikan oleh
Rumah Sakit merupakan suatu bagian penelitian yang dilakukan oleh Sari dan
sistem pelayanan kesehatan secara garis Rofii (2017) menunjukkan orientasi
besar yang memberikan pelayanan untuk rutinitas bangsal yang dilakukan perawat
masyarakat berupa pelayanan kesehatan dengan kategori tidak baik yaitu
mencakup pelayanan medik, pelayanan sebanyak 76 orang (59,8%), hal ini
penunjang medik, rehabilitasi medik dan membuat pasien serta keluarga tidak
pelayanan keperawatan. patuh terhadap aturan Rumah Sakit.
Pelayanan keperawatan Pemberian informasi yang tidak lengkap
merupakan upaya untuk membantu saat proses orientasi ternyata dapat
individu dari yang sakit maupun yang memicu kecemasan pasien dan keluarga.
sehat, dari lahir sampai meninggal dalam Kusnanto, Guntarlin & Arisandi
bentuk pengetahuan, kemauan dan (2007) menyebutkan bahwa Admission
kemampuan yang di miliki diberikan Orientation atau orientasi penerimaan
dalam bentuk asuhan keperawatan, dapat menjadi program yang dapat
sehingga pemberian asuhan keperawatan membantu mempercepat proses adaptasi
yang komprehensif menjadi tanggung pasien dengan lingkungan perawatan.
jawab perawat (Yulihastin, 2009). Orientasi oleh perawat dapat membentuk
Pelayanan keperawatan dimulai pada persepsi yang baik dan menciptakan
saat pasien pertama kali masuk Rumah koping positif pada diri pasien terhadap
Sakit dan perawat akan menyampaikan masalah yang dihadapi. Penelitian yang
mengenai ruangan, tenaga medis, tata dilakukan oleh Karimi,
tertib ruangan dan penyakit (Sari, Karso Hanifi, Bahraminejad & Faghihzadeh
& Huda, 2017). Pelayanan di Rumah (2014) pada 80 pasien di Rumah Sakit
Sakit sangat dipengaruhi oleh peran pendidikan yang berafilisasi dengan
perawat dalam mengorientasikan pasien Universitas Ilmu Kedokteran Zanjan,
baru. Iran, menujukkan bahwa program
Orientasi pasien baru merupakan orientasi efektif dalam meningkatkan
proses penerimaan pasien baru serta kepuasan pasien (p<0,0001).
keluarganya untuk membina hubungan Menurut penelitian yang
saling percaya dan informasi awal yang dilakukan Sari, Karso & Huda (2017),
berhubungan dengan proses kualitas pelayanan berkemungkinan
perawatannya (Noprianty, 2018). besar menurun karna penerimaan pasien

Page | 123
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 9 No. 2, Tahun 2020

baru yang belum dilakukan sesuai


standar dan pada akhirnya dapat METODOLOGI PENELITIAN
menurunkan tingkat kepercayaan pasien Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
terhadap pelayanan suatu rumah sakit dengan desain survei. Populasi dalam
serta menurunkan tingkat kepuasan penelitian ini adalah perawat di ruang
pasien akan layanan yang diterima. Jika rawat inap RSUD Petala Bumi
hal ini terjadi secara terus menerus dan Pekanbaru Provinsi Riau. Teknik
tidak ada upaya penanganan dan sampling yang digunakan adalah
perbaikan akan menyebabkan pasien consecutive sampling dan jumlah
tidak loyal sehingga memilih fasilitas sampel 35 responden. Alat pengumpul
kesehatan lain yang dapat memberikan data yang digunakan adalah wawancara
pelayanan kesehatan sesuai dengan 21 responden dan lembar observasi 14
harapan pasien. responden.
Sesuai dengan hasil penelitian
oleh Rodiyah dan Praningsih (2015) HASIL PENELITIAN
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Hasil penelitian yang dilakukan dari
pemberian orientasi dengan tingkat bulan januari sampai bulan juni 2019
kecemasan pada pasien baru. Pemberian pasa 35 reponden perawat yang bekerja
orientasi pada pasien baru dapat di instalasi rawat inap RSUD Petala
mengurangi masalah kecemasan yang Bumi Pekanbaru Provinsi Riau, dengan
sering terjadi ketika pasien dirawat data yang diperoleh sebagai berikut:
dirumah sakit. Hal ini dibuktikan dengan
uji man whitney test didapatkan nilai p Tabel 1.1
sebesar 0,000 < α (0,05). Penelitian Distribusi umur perawat di Instalasi Rawat Inap
yang dilakukan oleh Kusnanto, RSUD Petala Bumi Pekanbaru Provinsi Riau
Guntarlin & Arisandi (2007), yang tahun 2019
Umur N Mean Median Min-max SD
menunjukkan hasil bahwa pasien yang
35 32,71 32 25-45 4,055
diberikan orientasi oleh perawat
memiliki tingkat stress lebih rendah dan Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
koping yang positif dibandingkan umur perawat yang bekerja di instalasi
dengan pasien yang tidak diberikan rawat inap adalah 32,71 tahun dengan
orientasi. Penelitian ini dibuktikan standar deviasi 4,055 tahun.
menggunakan uji satistik wilcoxon
signed ranks test (p=0,025). Tabel 1.2 Distribusi
frekuensi jenis kelamin, lama masa kerja, status
Hasil studi pendahuluan yang kepegawaian, pendidikan terakhir dan status
telah dilakukan oleh peneliti di Rumah perkawinan perawat di Instalasi
Sakit Umum Daerah Petala Bumi Rawat Inap RSUD Petala Bumi Pekanbaru
Pekanbaru Provinsi Riau, dapat dilihat Provinsi Riau tahun 2019
bahwa terdapat 3 perawat No Karakteristik F %
memasangkan gelang identitas kepada Jenis Kelamin Laki-
laki
pasien, melakukan pemeriksaan tanda- 1. 6 17,1
Perempuan 29 82,9
tanda vital dan menjelaskan cara
penggunaan bel. Hasil observasi Lama Masa Kerja
peneliti, perawat belum melakukan 2. 1-5 tahun 11 31,4
6-10 tahun 23 65,7
prosedur kerja dengan benar sesuai
10-20 tahun 1 2,9
dengan standar operasional prosedur
yang telah diterapkan terutama pada Status
pelaksanaan penerimaan orientasi 3. Kepegawaian 12 34,3
pasien baru. PNS 23 65,7

Page | 124
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 9 No. 2, Tahun 2020

Kontrak 10. Mencuci tangan


Pendidikan Tabel 1.3 sebelum dan
Distribusi sesudah kunjung
Terakhir 16 45,7
S1 frekuensi Dilakukan
4. 19 54,3 Tidak Dilakukan 0 0
D3 pelaksanaan
orientasi di 11. RSUD tidak 14 100
Status Perkawinan
Instalasi Rawat Inap bertanggung jawab
Menikah 32 91,4
RSUD Petala Bumi atas kehilangan
Tidak Menikah 3 8,6
5. Pekanbaru Provinsi Dilakukan
Tidak Dilakukan 0
Total 35 100 Riau tahun 2019 100

Berdasarkan Hasil penelitian yang


dilakukan terhadap perawat di instalasi No Variabel f % 0
rawat inap rumah sakit petala bumi 1. Orientasi Tata Cara 14
pekanbaru provinsi riau, mayoritas jenis Penggunaan Bel3. Orientasi Fasilitas
kelamin perawat adalah perempuan Dilakukan 1. Ac 11 78,6
Tidak Dilakukan Dilakukan
dengan persentase (82,9%), lama masa 3 21,4 7 50
kerja paling banyak sekitar 6-10 tahun 2. Orientasi Tata Tertib Tidak Dilakukan 7 50
2. Dispenser
1. Pasien ditunggu oleh
dengan persentase (65,7%), status
kepegawaian yang paling mendominasi satu orang keluarga Dilakukan 1 7,1
Dilakukan Tidak Dilakukan
adalah kontrak dengan persentase 1 7,1 13 92,9
Tidak Dilakukan
(65,7%), pendidikan terakhir terbanyak 3. Kamar13 mandi
92,9
2. Pasien dikunjungi
perawat adalah D3 dengan persentase maksimal 5 Dilakukan
pengunjung Tidak Dilakukan
(54,3%) dan status perkawinan lebih 0 0
Dilakukan 4. Rak sepatu 14 100
banyak perawat yang telah menikah Dilakukan
Tidak Dilakukan
dengan persentase (91,4%). 0 0
3. Kunjungi pasien saatTidak Dilakukan 0 0
5. Orientasi Jam Kunjungan 14 100
waktu berkunjung5. Tempat tidur 14 100
Pasien Dilakukan Dilakukan
Dilakukan 2 14,3 Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
12 85,7 6. TV
4. Anak dibawah 12 tahun 0 4 28,6
0
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa100 perawat
Total 14
dilarang berkunjung Dilakukan
14 100 10 71,4
melakukan orientasi tata cara menggunakan bel Dilakukan Tidak Dilakukan
kepada pasien sebanyak (78,6%). Perawat Tidak Dilakukan 7. Kulkas 1 7,1
5. Tidak menggelar tikar,
Dilakukan 13 92,9
kurang baik dalam melakukan orientasi tata
bawa bantal dan Tidak Dilakukan
tertib ruangan, hak dan kewajiban pasien, peralatan makan dan 0 0 0 0
sarana dan prasarana (fasilitas) sebanyak minum 14 100 14 100
(100%). Perawat menjelaskan fasilitas yang Dilakukan
4. Orientasi Hak dan
tersedia di ruang rawat inap pasien diantaranya Tidak Dilakukan Kewajiban Pasien
AC atau kipas angin sebanyak (50%), 6. Tidak duduk di tempat
Dilakukan
tidur pasien Tidak Dilakukan 0 0
dispenser (7,1%), kamar mandi, rak sepatu dan Dilakukan 35 100
kulkas tidak dijelaskan, tempat tidur sebanyak Tidak Dilakukan 1 7,1
(28,6%), TV (7,1%) . (14,3%) 7. Tidak membuat 13 92,9
perawat telah melakukan orientasi jam kegaduhan
kunjungan pasien kepada pasien dan Dilakukan
Tidak Dilakukan
keluarga. 3 21,4
8. Tidak merokok 11 78,6
Dilakukan
Tabel 1.4 Tidak Dilakukan
Distribusi frekuensi wawancara pelaksanaan 9. Berpakaian sopan
orientasi di Instalasi Rawat Inap RSUD Petala 2 14,3
Dilakukan
Bumi Pekanbaru Provinsi Riau tahun 2019 12 85,7
Tidak Dilakukan
No Variabel f %
0 0
14 100
Page | 125
0 0
14 100
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 9 No. 2, Tahun 2020

1. Orientasi Tata Cara Dilakukan 0 0


Penggunaan Bel Tidak Dilakukan 21 100
Dilakukan 3. Orientasi Fasilitas
16 76,2
Tidak Dilakukan 1. Ac
5 23,8
Dilakukan 14 66,7
2 Orientasi Tata Tertib
Tidak Dilakukan 7 33,3
1. Pasien ditunggu oleh
satu orang keluarga 2. Dispenser
Dilakukan Dilakukan
4 19
Tidak Dilakukan 7 33,3 Tidak Dilakukan
3. Kamar mandi 17 81
2. Pasien dikunjungi 14 66,7
Dilakukan 6 28,6
maksimal 5 15 71,4
pengunjung Tidak Dilakukan
Dilakukan 4. Rak sepatu
Dilakukan 3 14,3
Tidak Dilakukan
1 4,8 Tidak Dilakukan 18 85,7
3. Kunjungi pasien saat
waktu berkunjung 20 95,2 5. Tempat tidur
Dilakukan Dilakukan 17 81
Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan 4 19
4. Anak dibawah 12 5 23,8 6. TV
tahun dilarang 16 76,2 Dilakukan 10 47,6
berkunjung Tidak Dilakukan 11 52,4
Dilakukan 7. Kulkas
Tidak Dilakukan Dilakukan
2 9,5
5. Tidak menggelar tikar, Tidak Dilakukan
3 14,3 19 90,5
bawa bantal dan
peralatan makan dan 18 85,7 4. Orientasi Hak dan
minum Kewajiban Pasien
Dilakukan Dilakukan
Tidak Dilakukan 0 0
Tidak Dilakukan 21 100
6. Tidak duduk di tempat 5. Orientasi Jam Kunjungan
tidur pasien
Pasien
Dilakukan 10 47,6
Dilakukan 20 95,2 Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan 11 52,4
1 4,8
7. Tidak membuat Total 14 100
kegaduhan Tabel 1.4 menunjukkan bahwa perawat
Dilakukan melakukan orientasi tata cara
12 57,1
Tidak Dilakukan menggunakan bel kepada pasien
9 42,9
8. Tidak merokok sebanyak (76,2%). Perawat kurang baik
Dilakukan
dalam melakukan orientasi tata tertib
Tidak Dilakukan
9. Berpakaian sopan 14 66,7 ruangan, hak dan kewajiban pasien,
Dilakukan 7 33,3 sarana dan prasarana (fasilitas) sebanyak
Tidak Dilakukan (100%). Perawat menjelaskan fasilitas
10. Mencuci tangan 7 33,3 yang tersedia di ruang rawat inap pasien
sebelum dan sesudah 14 66,7 diantaranya AC atau kipas angin
kunjung
Dilakukan sebanyak (66,7%), dispenser (19%),
Tidak Dilakukan 8 38,1 kamar mandi (28,6%), rak sepatu
13 61,9 (14,3%), kulkas (9,5%), tempat tidur
sebanyak (81%%), TV (47,6%) .
(95,2%) perawat telah melakukan
orientasi jam kunjungan pasien kepada
7 33,3 pasien dan keluarga. Perbedaan hasil
14 66,7 pemerian informasi fasilitas dapat terjadi
11. RSUD tidak
bertanggung jawab
karena pembagian kelas ruang rawat
atas kehilangan inap yang menyebabkan perbedaan

Page | 126
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 9 No. 2, Tahun 2020

fasilitas yang disediakan oleh rumah Hasil penelitian yang telah


sakit di ruangan. dilakukan menunjukkan bahwa 100%
perawat belum melakukan orientasi tata
PEMBAHASAN tertib ruangan di ruang rawat inap.
Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru Berbeda dengan hasil penelitian yang
4.2.1.1 Tata Cara Penggunaan bel telah dilakukan oleh Sari dan Rofii
Hasil penelitian tentang cara (2017) yang menunjukkan bahwa
penggunaan bel dengan wawancara responden menyatakan bahwa perawat
didapatkan 76,2% perawat yang telah melakukan orientasi kebijakan rumah
melakukan dan observasi 78,6%. sakit dengan baik sebanyak 120 orang
Kebutuhan pasien akan perawatan di (94,5%). Kegiatan medis dirumah sakit
rumah sakit menjadikan pasien akan memiliki aturan-aturan yang mengatur.
sering mengunjungi nurse station untuk Terutama yang menyangkut tanggung
meminta pertolongan perawat, hal ini jawab baik manajemen rumah sakit
menjadi lebih mudah karena hampir maupun tenaga personalita, dokter,
semua ruangan inap menyediakan bel tenaga perawat dan hal lainnya yang
pasien untuk memanggil perawat. berhubungan dengan pelayanan
Pemberian informasi tentang tata cara kesehatan yang dilakukan di rumah sakit
penggunaan bel berguna bagi pasien (Astuti, 2009). Tata tertib perlu di
karena belum semua pasien mengerti informasikan kepada pengunjung untuk
tentang penggunaan bel dan letak bel di mendisiplinkan pengunjung agar
ruangan rawat inap dan bel di kamar mematuhi aturan yang berlaku dan untuk
mandi. Penggunaan bel juga dapat menjaga kenyamanan lingkungan
meningkatkan respon time perawat disekitar Rumah Sakit.
dalam memberikan asuhan Berdasarkan hasil wawancara
keperawatan langsung kepada pasien. 33,3% perawat menjelaskan bahwa
Berdasarkan Peraturan pasien dapat ditunggu oleh satu orang
Kemenkes RI (2018) Response time keluarga yang memakai identitas
(batasan waktu) digunakan untuk penunggu pasien yang dikeluarkan oleh
mengkaji keadaan dan memberikan RSUD Petala Bumi sedangkan hasil
intervensi sesegera mungkin. Hasil observasi 7,1%, jika hal ini tidak di
penelitian terdahulu yang telah orientasikan kepada pasien dan keluarga
dilakukan oleh Firdaus dan Dewi akan menyebabkan penunggu yang
(2015), waktu tanggap merupakan ramai di ruangan dan mengganggu
salah satu komponen yang dapat kenyamanan pasien lainnya. Hasil
mempengaruhi kepuasan pasien, waktu wawancara didapatkan 4,8% perawat
tunggu yang lama akan menjadi mengorientasikan jumlah maksimal
hambatan kepuasan pasien. Sehingga pengunjung dan pada saat observasi
pelayanan yang cepat akan membuat tidak ada yang menjelaskan hal tersebut.
pasien lebih puas dalam hal menerima 23,8% perawat saat wawancara
perawatan. Dapat disimpulkan bahwa menjelaskan untuk mengunjungi pasien
orientasi penggunaan bel kepada pasien saat waktu berkunjung dan tidak ada
dapat memudahkan pasien dalam perawat yang menjelaskan pada saat
meminta pertolongan atau observasi, mengunjungi pasien pada saat
membutuhkan bantuan perawat selama jam kunjung harus diorientasikan agar
dalam perawatan. pengunjung patuh akan peraturan dan
tidak berkunjung diwaktu pasien
4.2.1.2 Tata Tertib Ruangan istirahat. 14,3% perawat saat wawancara
menjelaskan bahwa anak dibawah 12

Page | 127
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 9 No. 2, Tahun 2020

tahun dilarang berkunjung namun pada rumah sakit tidak memperkenankan


saat observasi tidak didapatkan perawat pengunjung menggelar tikar/kasur,
yang menjelaskan hal tersebut. Pada saat membawa bantal, guling serta peralatan
wawancara 66,7% perawat makan minum diruang tunggu rumah
mengorientasikan kepada keluarga sakit dan 7,1% perawat melakukan pada
pasien untuk tidak membuat kegaduhan saat observasi, tidak dilakukannya
dan hasil observasi 14,3% perawat orientasi ini akan menyebabkan keluarga
menjelaskan. pasien membawa peralatan kerumah
Pasien dirawat dirumah sakit sakit dan menciptakan suasana yang
bertujuan untuk mempermudah pasien ramai dan sempit diruang tunggu.
mendapatkan pelayanan kesehatan yang Orientasi agar pengunjung tidak duduk
komprehensif dalam memenuhi ditempat tidur pasien dijelaskan oleh
kebutuhan sehari-hari yang berhubungan perawat saat wawancara sebanyak
dengan penyembuhan penyakit termasuk 57,1% dan 21,4% saat observasi. Hasil
pemenuhan gizi. Pasien akan terganggu wawancara didapatkan 38,1% perawat
saat beristirahat jika lingkungan tidak mengorientasikan untuk berpenampilan
nyaman akibat pengunjung yang tidak sopan, menjaga ketertiban dan
mematuhi aturan tata tertib yang kebersihan dengan membuang sampah
berlaku. Jika pengunjung melebihi batas pada tempat yang telah disediakan
maksimal yang telah ditetapkan dapat sedangkan hasil observasi tidak ada
mengganggu pasien lain yang berada perawat yang menjelaskan hal tersebut.
diruangan tersebut. Dapat disimpulkan Orientasi mencuci tangan sebelum dan
bahwa orientasi tata tertib sangat sesudah berkunjung dijelaskan oleh
mempengaruhi keadaan pasien nemun perawat saat wawancara sebanyak
belum seluruh perawat 33,3% dan saat observasi tidak ada
melaksanakannya. perawat menjelaskan. Hasil wawancara
Selain itu, pembatasan umur dan observasi tidak didapatkan perawat
pengunjung bahwa anak dibawah 12 yang menjelaskan bahwa RSUD Petala
tahun dilarang berkunjung karena sistem Bumi tidak bertanggung jawab atas
daya tahan tubuh anak-anak dibawah 12 kehilangan dan kerusakan barang milik
tahun belum cukup kuat. Anak-anak pasien atau penunggu pasien agar pasien
membutuhkan waktu lebih lama untuk menjaga barang milik pribadi masing-
memulihkakn diri dari penyakit masing dengan. Orientasi ini akan
dibandingkan orang dewasa. Rumah menjelaskan kepada keluarga dan pasien
sakit yang merupakan sarang bagi untuk tidak menuntut kepada pihak
berbagai jenis organisme penyebab rumah sakit apabila terdapat kehilangan
penyakit dimulai dari bakteri, virus, saat diruang rawat.
kuman hingga toksin dapat menularkan Kebersihan lingkungan sangat
organisme tersebut pada anak dengan mempengaruhi kesehatan pasien karna
mudah. Selain itu anak-anak dapat dapat menjadi salah satu faktor yang
mengganggu pasien yang berada dapat menyebabkan infeksi nosokomial.
dirumah sakit karena anak umumnya Pencegahan infeksi dapat dilakukan
cenderung lebih antusias ketika berada dengan mencuci tangan.
di sebuah tempat dan suasana baru dan Mencuci tangan merupakan rutinitas
akan timbul hasrat dalam diri anak-anak yang penting dalam prosedur
untuk bermain dan berlari di sepanjang pengontrolan infeksi. Antiseptik dapat
lorong rumah sakit. menjadi salah satu upaya dalam
Hasil wawancara didapatkan pencegahan infeksi dengan cara
47,6% perawat menjelaskan bahwa membunuh atau menghambat

Page | 128
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 9 No. 2, Tahun 2020

pertumbuhan mikroorganisme pada kulit bahwa belum semua perawat


dan jaringan tubuh lainnya. Berdasarkan melaksanakan orientasi fasilitas. Hasil
observasi yang telah dilakukan oleh penelitian didapatkan bahwa informasi
peneliti, pihak rumah sakit telah terkait fasilitas yang dijelaskan oleh
menyediakan antiseptik di pintu kamar perawat adalah 50% tentang AC/kipas
pasien dan ditempat tidur pasien. angin, 7,1% penggunaan dispenser, 0%
Namun, berdasarkan hasil penelitian penggunaan kamar mandi, (0%)
masih banyak perawat yang belum penggunaan rak sepatu, 28,6%
melakukan orientasi tata tertib untuk penggunaan tempat tidur, 7,1%
mencegah infeksi terebut. penggunaan TV dan 0% penggunaan
Hasil wawancara didapatkan kulkas. Hal ini dapat terjadi karna
33,3% perawat menjelaskan bahwa perbedaan fasilitas di setiap kelas ruang
pengunjung tidak diperkenankan untuk rawat inap sehingga beberapa perawat
merokok diarea rumah sakit sedangkan lebih menjelaskan fasilitas yang tersedia
hasil observasi tidak ada perawat yang di ruang rawat inap saja. Berdasarkan
menjelaskan hal tersebut. Berdasarkan hal diatas, ada beberapa item yang tidak
Peraturan Pemerintah Republik dijelaskan sama sekali oleh perawat
Indonesia nomor 109 tahun 2012 yaitu penggunaan tempat sampah, sofa
terdapat undang-undang tentang dan meja. Hasil penelitian yang berbeda
kesehatan pasal 49, fasilitas pelayanan dilakukan oleh Sari dan Rofii (2017)
kesehatan merupakan salah satu dimana responden menyatakan bahwa
kawasan tanpa rokok untuk memberikan perawat telah melakukan orientasi
perlindungan terhadap bahaya bahan fasilitas dengan baik sebanyak 66,9%.
rokok yang mengandung zat adiktif Fasilitas disediakan dapat menambah
berupa produk tembakau. Badan nilai suatu institusi menjadi lebih baik
Kesehatan Dunia (WHO) dan dapat meningkatkan kepuasan
memperkirakan terdapata lebih dari pasien terhadap fasilitas yang telah
tujuh juta kematian terjadi akibat disediakan oleh Rumah Sakit. Namun,
penyakit yang ditimbulkan oleh asap belum semua pasien dan keluaga
rokok setiap tahunnya dan sekitar mengerti cara penggunaan fasilitas yang
890.000 kasus kematian terjadi pada tersedia. Menurut Nursalam (2011),
perokok pasif diseluruh dunia. Orientasi pasien baru diberikan penjelasan tentang
kebijakan merokok harusnya dilakukan orientasi ruangan, perawatan, medis dan
agar pengunjung selalu ingat dan taat tata tertib ruangan agar dapat
akan aturan yang ada. Namun, belum meningkatkan komunikasi antara
semua perawat melakukan orientasi perawat dan pasien dan menurunkn
tersebut. tingkat kecemasan pasien. Beberapa
Hasil observasi yang fasilitas yang biasanya ada dirumah sakit
telah dilakukan oleh peneliti antara lain tempat tidur, tempat
didapatkan bahwa informasi tentang tata penyimpanan barang pribadi, kamar
tertib telah disediakan oleh pihak RSUD mandi dan lain-lain sesuai dengan
di ruang rawat inap pasien maupun fasilitas yang ada diruangan pasien. Pada
ruang tunggu. Namun, perawat masih penelitian ini sebagian besar perawat
belum sepenuhnya melakukan orientasi belum sepenuhnya menjelaskan fasilitas
tata tertib.
yang tersedia diruangan. Pemberian
informasi yang kurang akan
4.2.1.3 Fasilitas
mengakibatkan perilaku yang salah
Berdasarkan hasil penelitian dalam penggunaan fasilitas tersebut, hal
yang telah dilakukan, dapat dilihat ini dapat terjadi karena fasilitas yang

Page | 129
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 9 No. 2, Tahun 2020

berada dirumah sakit berbeda dengan Pelaksanaan orientasi jam


yang ada dirumah pasien sehingga berkunjung pasien saat wawancara telah
pasien membutuhkan pengetahuan yang dilakukan sebanyak 95,2% perawat dan
cukup agar dapat beradaptasi dengan 95,2% melakukan pada saat observasi.
lingkungan dan situasi rumah sakit. Perawat harus menjelaskan bahwa
kunjungan hanya dapat dilakukan pada
4.2.1.4 Hak dan Kewajiban Pasien saat jam berkunjung, dilakukan
Hasil penelitian saat wawancara bergantian dengan pengunjung lain
dan observasi menunjukkan bahwa tidak maksimal lima orang sesuai dengan
ada perawat yang menjelaskan orientasi kebijakan yang ada dirumah sakit, tidak
fasilitas kepada pasien dan keluarga. berbicara dengan keras dan
Hasil penelitian ini hampir sama dengan meninggalkan ruangan ketika jam
penelitian sebelumnya yang dilakukan kunjungan telah selesai. Hal ini
oleh Sari dan Rofii (2017), dimana bertujuan untuk menjaga ketenangan dan
responden sebanyak (47,2%) kenyamanan pasien serta tidak
menyatakan bahwa perawat tidak baik mengganggu waktu istirahat pasien.
dalam melakukan pelaksanaan orientasi Oleh sebab itu di rumah sakit
hak dan kewajiban pasien. diberlakukan batasan jam kunjung dan
Hak dan kewajiban pasien serta jumlah orang yang berkunjung. Hasil
keluarga merupakan elemen dasar dari penelitian yang dilakukan oleh Putri,
semua interaksi di rumah sakit, staf Pascarani, Nyoman, Wismayanti dan
rumah sakit, pasien dan keluarga. Wiwin (2016) jam kunjung pasien masih
Selama proses asuhan keperawatan belum ditaati oleh pengunjung sehingga
pasien dan keluarga berhak mendapat pasien mengeluh bahwa terdapat
informasi tentang kondisi medis serta pengunjung yang tidak mentaati dan
hasil pengobatan atau tindakan termasuk berkunjung diluar aturan jam kunjung
kemungkinan hasil yang tidak terduga sehingga mengganggu waktu istirahat
agar pasien dan keluarga dapat pasien.
berpartisipasi dalam membuat
keputusan. Hasil pelayanan pada pasien SIMPULAN
akan meningkat apabila pasien dan Berdasarkan penelitian yang telah
keluarga yang berhak mengambil dilakukan oleh peneliti terhadap 35
keputusan diikutsertakan dalam responden, didapatkan bahwa hanya 14
pengambilan keputusan pelayanan dan responden yang di observasi dan 21
proses yang sesuai dengan harapan, nilai responden wawancara. Hasil dari
serta budaya. Hak dan kewajiban pasien penelitian didapatkan bahwa bahwa
akan optimal jika pemberian pelayanan perawat melakukan orientasi tata cara
berfokus pada pasien dimulai dengan menggunakan bel kepada pasien
menetapkan hak dan kewajiban tersebut, sebanyak (78,6%). Perawat kurang baik
kemudian dilakukannya edukasi pada dalam melakukan orientasi tata tertib
pasien serta staf tentang hak dan ruangan, hak dan kewajiban pasien,
kewajiban tersebut. Pasien di beri sarana dan prasarana (fasilitas) sebanyak
informasi tentang hak dan kewajiban (100%). Perawat menjelaskan fasilitas
mereka dengan metode dan bahasa yang yang tersedia di ruang rawat inap pasien
mudah dimengerti agar dapat bersikap diantaranya AC atau kipas angin
sebagaimana mestinya (SNARS, 2018). sebanyak (50%), dispenser (7,1%),
kamar mandi, rak sepatu dan kulkas
4.2.1.5 Jadwal berkunjung pasien tidak dijelaskan, tempat tidur sebanyak
(28,6%), TV (7,1%) . (14,3%) perawat

Page | 130
Al-Asalmiya Nursing / Vol. 9 No. 2, Tahun 2020

telah melakukan orientasi jam Rumah Sakit.Yogyakarta:Gosyen


kunjungan pasien kepada pasien dan Publishing
keluarga. Secara keseluruhan hasil Karimi, V., Hanifi, N., Bahraminejad,
orientasi pasien baru sudah dilakukan N., & Faghihzadeh, S. (2015). The
dengan baik, sedangkan hasil orientasi effectof the family-centered
tata tertib ruangan, orientasi fasilitas dan orientation program on satisfaction
orientasi hak dan kewajiban pasien with healthcare services among
masih sebagian kecil yang dilakukan patients with coronary artery
oleh perawat. disease
Kusnanto, Gutarlin, S., & Arisandi, D.
SARAN N. (2007). Admission orientation
1. Bagi Rumah Sakit Diharapkan menurunkan stres pasien awal
kepada pihak rumah sakit melakukan masuk rumah sakit (Admission
kegiatan supervisi untuk menilai orientation reduces the level stress
pelaksanaan orientasi pasien baru dan of early hospitalized patients)
meninjau ulang SOP karena terdapat Nopriyanty, R. (2018).
tumpang tindih orientasi terhadap jam Nursing
kunjung. 2. Bagi Perawat Management.Yogyakarta:Deepubli
Diharapkan perawat melakukan orientasi sh
pasien baru sesuai SOP agar dapat Nursalam. (2011). Manajemen
meningkatkan kualitas pelayanan dan Keperawatan (3rd
memberikan kepuasan terhadap pasien ed).Jakarta:Salemba Medika
dan keluarga pasien. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi Indonesia No.4. (2018). Kewajiban
peneliti selanjutnya diharapkan dapat Rumah Sakit dan Kewajiban pasien
melakukan penelitian dan Putri, A, D., Pascarani, D., Nyoman, Ni.,
mengembangkan variabel penelitian Wismayanti, D., Wiwin, K.
untuk menganalisis faktor-faktor yang (2016). Pengaruh Kualitas
mempengaruhi orientasi pasien baru. Pelayanan Kesehatan Terhadap
Kepuasan Pasien Peserta BPJS di
DAFTAR PUSTAKA Rumah Sakit Tingkat II Udayana
Astuti, H, E, K. (2009). Transaksi Denpasar.
terapeutik dalam upaya pelayanan Rodiyah, S., & Praningsih. (2015). The
medis di rumah sakit. provison of orientation to the
Bandung:Citra Aditya anxiety levels of the new patient at
Firdaus, F.F., Dewi A. (2015). Evaluasi the PONEK (obgyn) General
kualitas pelayanan terhadap Hospital Jombang
kepuasan pasien rawat jalan Sari, E. I,. Rofii, M. (2017). Gambaran
peserta BPJS di RSUD perawat dalam melakukan orientasi
Panembahan Senopati Bantul pasien baru di instalasi rawat inap
Herlambang, Susatyo. (2016). RSUD HJ. Anna Lasmanah
Manajemen pelayanan kesehatan Banjarnegara
Standar Nasional Akreditasi Rumah Yulihastin, E. (2009). Bekerja Sebagai
Sakit, (2018). SNARS Perawat.Jawa Barat:Erlangga
Mahameru

Page | 131

Anda mungkin juga menyukai