Anda di halaman 1dari 5

Upaya Optimalisasi Edukasi Interdisipliner di Ruang Intensive Care (ICU) RSUP dr

Sardjito Yogyakarta

Prima Khairunisa/ Intensive Care Unit RSUP dr Sardjito Yogyakarta

Gambar 1 Role Play Edukasi Interdisipliner Gambar 2 Sosialisasi Kembali SPO

Gambar 3 Pelaksanaan Edukasi Interdisipliner Gambar 3 Pelaksanaan Edukasi Interdisipliner

Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) tahun 2012 poin kedua
mengenai standar keselamatan pasien di Rumah Sakit menyebutkan bahwa mendidik
pasien dan keluarga menjadi tanggungjawab Rumah Sakit dan merupakan
kesinambungan pelayanan asuhan untuk menunjang partisipasi pasien dan keluarga.
Pelayanan keperawatan merupakan sebuah sub sistem dalam sistem pelayanan
kesehatan di suatu Rumah Sakit yang dijadikan tolok ukur citra suatu Rumah Sakit .
Perawat dituntut untuk profesional dalam memberikan asuhan keperawatan bagi pasien
dan keluarga pasien. Pemberian asuhan secara berkesinambungan tersebut dilakukan
sejak pasien masuk sampai pasien pulang dari Rumah Sakit.
Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan di Rumah Sakit yang memiliki peran
sebagai edukator atau pendidik. Peran perawat sebagai edukator yaitu memberikan
pendidikan, pelatihan dan arahan bagi pasien maupun keluarga pasien untuk
meningkatkan derajat kesehatan (Simamora, 2009). Susanto (2012) menyebutkan bahwa
perawat sebagai pendidik berperan dalam memberikan pengetahuan pada pasien dan
keluarga terkait tindakan medis yang akan diterima. Nurses Practice Act memasukkan
pendidikan kesehatan dalam tanggungjawab perawat (Bastable,2002).
Edukasi orientasi pada pasien baru dan keluarga pasien baru adalah tahap dimana
pelayanan konsumen dimulai. Orientasi merupakan suatu tahap dimana pasien, keluarga
pasien dan perawat ataupun tenaga kesehatan lain membina hubungan saling percaya.
Orientasi merupakan suatu kontrak kesepakatan antara perawat, tenaga kesehatan lain
dengan pasien dan keluarga pasien terkait asuhan yang akan diberikan pada pasien
(Sitorus, 2006). Program orientasi dilakukan dengan memberikan informasi tentang
perawatan, lingkungan sekitar, peraturan yang berlaku, fasilitas yang tersedia, tenaga
kesehatan yang akan memberi asuhan dan kegiatan pasien (Suryanah, 1996). Dampak
dari edukasi orientasi pasien baru adalah membina hubungan saling percaya antara
pasien dan keluarga pasien dengan perawat dan tenaga kesehatan lain, pasien dan
keluarga memahami hak dan kewajiban selama dirawat, menurunkan tingkat kecemasan
pasien dan keluarga. Hastuti (2008) dalam penelitiannya mengenai pemberian program
orientasi pada pasien kanker menunjukkan bahwa edukasi orientasi pasien baru
meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan, menurunkan stres dan depresi dan
membantu pasien serta keluarga dalam menemukan mekanisme koping.
Ruang Intensive Care Unit (ICU) adalah sebuah ruang perawatan bagi pasien
kritis yang memerlukan perawatan intensif dan observasi berkelanjutan. Ruang
Intensive Care Unit (ICU) RSUP dr. Sardjito Yogyakarta merupakan ruang yang
memberikan perawatan khusus/intensif dan terapi pada pasien-pasien penderita penyakit
atau cidera yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan
prognosis yang dubia. ICU menyediakan kemampuan khusus, sarana, prasarana serta
peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan kemampuan ketrampilan
medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan
tersebut.
Hasil observasi yang dilakukan di Ruang Intensive Care Unit RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta dari tanggal 24 Agustus 2019 sampai dengan 17 September 2019
menunjukkan bahwa peran perawat dalam memberikan edukasi orientasi pasien baru
pada keluarga pasien baru belum sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO).
Hasil Studi Pendahuluan pada bulan Agustus – September 2019 pada 37 perawat
menunjukkan 80% perawat pernah melakukan edukasi orientasi keluarga pasien baru,
75% perawat menyebutkan bahwa perawat tidak menggunakan media edukasi, 15%
perawat tidak mempersiapkan ruangan untuk edukasi, 25% perawat tidak
mengkonfirmasi pemahaman keluarga pasien setelah diberikan edukasi orientasi, dan
100% perawat menyebutkan tidak melakukan edukasi orientasi keluarga pasien baru
secara interdisipliner.
Faktor- faktor yang mempengaruhi belum optimalnya edukasi orientasi keluarga
pasien baru di Ruang ICU RSUP dr Sardjito Yogyakarta adalah 80% perawat
menyebutkan kekurangan waktu untuk melakukan edukasi orientasi keluarga pasien
baru karena beban kerja, 50% perawat menyebutkan bahwa tidak ada media edukasi
seperti lembar balik dan leaflet, sedangkan faktor yang mempengaruhi belum
optimalnya edukasi orientasi keluarga pasien baru secara interdisipliner 75% perawat
menyebutkan perbedaan waktu edukasi terkait kesibukan masing- masing tenaga
kesehatan interdisipliner, 50% perawat menyebutkan belum ada gambaran pelaksanaan
edukasi orientasi keluarga pasien baru secara interdisipliner.
Standar Prosedur Operasional (SPO) edukasi orientasi pasien baru di RSUP Dr
Sardjito menyebutkan bahwa perawat bertugas memberikan edukasi orientasi pasien
baru di ruangan. Aspek yang harus disampaikan dalam edukasi orientasi pasien baru
juga telah tertuang dalam lembar pemberian edukasi , yaitu orientasi ruangan, tenaga
kesehatan, jam besuk, rencana asuhan keperawatan, pencegahan infeksi (hand hygine,
penggunaan APD, etika batuk, dsb)., pemakaian gelang pasien, keamanan penggunaan
alat kesehatan (infus/ syring pump, anti dekubitus), prosedur tindakan yang tidak perlu
informed consent (infus, kateter urin, NGT, dsb), manajemen nyeri dan risiko jatuh.
Optimalisasi edukasi interdisipliner terkait orientasi keluarga pasien baru di
Ruang ICU dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu sosialisasi kembali Standar
Prosedur Oeprasional (SPO) dengan melibatkan perawat, dokter jaga anestesi, ahli gizi
dan apoteker, pemutaran video role play edukasi interdisipliner saat melakukan orientasi
keluarga pasien baru, penjelasan penggunaan media edukasi lembar balik khusus Ruang
ICU dan leaflet.
Kegiatan edukasi interdisipliner diujicobakan pada bulan Oktober 2020 selama
dua minggu. Hasil evaluasi pelaksanaan edukasi orientasi keluarga pasien baru setelah
dilakukan sosialisasi kembali, belum optimal dilakukan, kendala yang dialami yaitu
sebanyak 82% perawat menyebutkan kendala pelaksanaan orientasi keluarga pasien
baru karena beban kerja. Pembagian pasien di R. ICU saat shift pagi adalah 1 perawat
dengan 1 atau 2 pasien. Apabila ada pasien baru, maka akan ada 1 orang perawat yang
bertanggungjawab terhadap pasien baru tersebut. Namun, pasien baru masuk saat dinas
siang atau malam dimana jumlah perawat jaga lebih sedikit sehingga terkadang 1
perawat menghandel 2- 3 pasien dan beberapa kegiatan yang tidak dapat diselesaikan
pada shift pagi harus dikerjakan oleh shift selanjutnya seperti koreksi hasil
laboratorium, pemindahan pasien stabil dari R.ICU ke bangsal. Sehingga kegiatan
orientasi keluarga pasien baru terlebih secara interdisipliner tidak dilakukan. 75%
perawat menyebutkan bahwa sulit menyamakan waktu dengan dokter jaga anestesi dan
interdisipliner lainya.
Saran perbaikan untuk keberlangsungan kegiatan ini adalah dengan membuat
komitmen yang disepakati bersama antara perawat, Primary Nurse , Kepala Ruang,
dokter jaga anestesi, ahli gizi dan apoteker untuk saling mengingatkan untuk melakukan
orientasi pada keluarga pasien baru, kerjasama dalam menerima pasien baru termasuk
melakukan edukasi orientasi keluarga pasien baru, kerjasama mengajak tenaga
kesehatan interdisipliner untuk mengusahakan edukasi orientasi keluarga pasien baru
bersama- sama, Kepala Ruang memfasilitasi media edukasi seperti apabila leaflet habis
maka mengajukan permintaan leaflet ke Bagian Promosi Kesehatan, Kepala Ruang dan
Primary Nurse melakukan fungsi pengawasan dengan cara mengingatkan staf nya
terkait tugas.
Optimalisasi edukasi orientasi keluarga pasien baru secara interdisipliner
memerlukan komitmen, kesunguhan dalam menjalanya dan kolaborasi interdisipline.
Tindak lanjut dari kegiatan ini telah disepakati bersama dengan perawat, residen dan
Kepala Ruang bahwa kegiatan ini akan terus dijalankan, adapun kendala yang dihadapi
selama masa percobaan yaitu waktu dan beban kerja, maka perawat telah berkomitmen
untuk saling mengingatkan dan saling membantu dalam pelaksanaanya serta optimalisasi
peran pengawasan dari Kepala Ruang.

Anda mungkin juga menyukai