Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kesehatan oleh rumah sakit di Indonesia dalam era globalisasi ini
akan menjadi persaingan antara rumah sakit pemerintah maupun swasta. Mutu
pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan,
bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di
mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi
dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan orang
lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami masyarakat. Salah satu indicator dari
mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah pelayanan keperawatan yang
diberikan itu memuaskan pasien atau tidak. Pasien sebagai pengguna jasa
pelayanan keperawatan menuntut pelayanan keperawatan yang sesuai dengan
haknya, yakni pelayanan keperawatan yang bermutu dan paripurna. Paien akan
mengeluh bila perilaku caring yang diberikan, dirasa tidak memberikan nilai
kepuasan bagi dirinya.
Perawat merupakan anggota dari kelompok profesi yang menggunakan
ungkapan nursing care, care dan caring paling banyak, setiap hari, secara
menetap dan terus menerus. Pakar keperawatan seperti Watson (1979), Leininger
(1984), Benner (1989), menempatkan caring sebagai pusat dan sangat mendasar
dalam praktek keperawatan. Diperkirakan bahwa pelayanan kesehatan adalah
caring sedangkan adalah curing. Jika perawat sebagai suatu kelompok profesi
yang bekerja selama 24 jam di rumah sakit lebih menekankan caring sebagai
pusat dan aspek yang dominan dalam pelayanannya maka tak dapat disangkal lagi
bahwa perawat akan membuat suatu perbedaan yang besar antara caring dan
curing (Marriner A-Tomey, 1994 : 150, 163, 428). Berdasarkan hasil survey
kepuasan pasien yang dilakukan oleh Depkes RI pada beberapa rumah sakit di
Jakarta, menunjukkan bahwa 14% pasien tidak puas terhadap pelayanan kesehatan
yang diberikan, sedangkan petugas dalam memberikan pelayanan umumnya telah
baik dimana sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan berada di
ranking kedua (84 %) dibawah dokter (86 %). Dari data ini menunjukkan bahwa
masih ada pasien yang tidak puas terhadap pelayanan keperawatan yang
diberikan, dimana salah satu penyebabnya adalah perilaku caring yang diberikan
masih kurang memuaskan (IDI, 1996 : 58).
Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah bahwa kebanyakan perawat terlibat
secara aktif dan memusatkan diri pada fenomena medik seperti cara diagnostik
dan cara pengobatan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi medik, memaksa
perawat memberikan perhatian lebih pada tugas-tugas cure daripada care. Dalam
praktek keperawatan beberapa perawat mengatakan bahwa mereka tidak
mempunyai waktu untuk mendengarkan pasien, memberi dukungan, kenyamanan
dan tindakan caring lainnya. Hal ini disebabkan karena tanggung jawab perawat
pada dokter yaitu mengerjakan tugas-tugas dokter. Suatu klise yang saat ini
berkembang di masyarakat bahwa perawat dalam tindakannya keras, tanpa
perasaan, terlalu birokratis dan juga sebagai pembantu dokter. Semua ini
merupakan benang merah yang dapat dihilangkan oleh perawat sebagai jumlah
terbesar dalam profesi kesehatan apabila perawat memahami secara tepat arti
caring (Leininger, 1984 : 11).
Pemecahan yang dianjurkan adalah perawat harus memiliki pengetahuan
tentang respon manusia terhadap sehat, sakit, keterbatasanya dan ketermapilan
praktek professional. Perawat dituntut memiliki pengetahuan tentang manusia,
aspek tumbuh kembang, respon terhadap lingkungan yang terus berubah,
keterbatasan dan kekuatan serta kebutuhan-kebutuhan manusia (Watson, 1979).
Selain itu juga keahlian menggunakan proses keperawatan dalam praktek
keperawatan untuk menerapkan caring (Webb, 1996). Apabila perawat ingin
menempatkan caring sebagai inti dalam praktek keperawatan maka perawat harus
berjuang secara terus menerus, mengajarkan dan mensosialisasikan konsep caring
dalam praktek keperawatan/pelatihan kesehatan kepada semua masyarakat
(Wedho,U.M, 2000 : 7).
Instalasi rawat inap medikal bedah merupakan salah satu instalasi rawat
inap dari RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, dimana terdapat pasien-pasien
yang dirawat karena menderita suatu penyakit tertentu. Sebagai manusia yang
sedang menderita, tentu akan sangat membutuhkan caring dari perawat yang
dapat memuaskan sehingga timbulah kepatuhan dan peran serta dalam pelayanan
keperawatan yang diberikan.
Melihat gejala di atas, menunjukkan adanya masalah ketidakpuasan pasien
dalam hal perilaku caring perawat. Sehubungan dengan itu maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Pasien Terhadap Perilaku Caring Perawat Dalam Praktek Keperawatan Di IRNA
Medikal Bedah RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka perumusan
masalah penelitian mengandung unsur:
1.2.1 Pernyataan Masalah
Adanya masalah ketidakpuasan pasien dalam hal perilaku caring perawat dapat
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang
mempengaruhi persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat adalah
pendidikan, lama perawatan, kebutuhan dan penerimaan diri pasien. Apabila
persepsi pasien negatif maka tidak akan terjadi hubungan caring yang harmonis
sehingga pada akhirnya memperlambat proses kesembuhan dan selanjutnya hari
perawatan akan bertambah lama.
1.2.2 Pertanyaan Masalah
Sebagai pedoman dan arahan dalam penelitian ini maka pertanyaan
masalah penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat dalam
praktek keperawatan di IRNA medikal bedah RSUD Prof. Dr. W . Z.
Johannes Kupang?
2. Faktor apakah yang mempengaruhi persepsi pasien terhadap perilaku
caring perawat dalam praktek keperawatan di IRNA medikal bedah RSUD
Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang?
3. Manakah dari faktor (pendidikan, lama perawatan, kebutuhan, penerimaan
diri) yang dominan mempengaruhi persepsi pasien terhadap perilaku
caring perawat dalam praktek keperawatan di IRNA medikal bedah
RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mempelajari faktor yang mempengaruhi persepsi pasien terhadap perilaku
caring perawat dalam praktek keperawatan di IRNA medikal bedah RSUD
Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat
dalam praktek keperawatan di IRNA medikal bedah RSUD Prof.
Dr. W. Z. Johannes Kupang.
2. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi persepsi pasien
terhadap perilaku caring perawat.
3. Mengidentifikasi faktor (pendidikan, lama perawatan, kebutuhan,
penerimaan diri pasien) yang dominan mempengaruhi persepsi
pasien terhadap perilaku caring perawat dalam praktek
keperawatan di IRNA medikal bedah RSUD Prof. Dr. W. Z.
Johannes Kupang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan, khususnya perilaku caring perawat dalam praktek keperawatan
yang dapat memuaskan pasien.
1.4.2 Bagi Peneliti
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan penelitian tentang
persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat dalam praktek
keperawatan.
1.5 Relevansi
Perilaku caring dapat dilakukan dengan efektif dan dipraktekkan secara
verbal, non verbal dan tekhnikal. Perawat dalam bekerja harus selalu
memperhatikan perilaku caring dengan baik sehingga penggunaan diri
yang tepat dan asertif dapat mempengaruhi persepsi pasien sehingga pada
akhirnya menghasilkan suatu tingkat kepuasan tersendiri bagi pasien.
Pasien sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan dapat memberikan
respon atau persepsi yang objektif terhadap nilai-nilai sikap, perilaku dan
keterampilan dalam caring. Dengan dasar persepsi yang benar dari pasien
akan membantu memperbaiki kinerja perawat dalam caring yang efektif
dan efisien. Dengan demikian akan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan menuju profesionalisme keperawatan.
BAB 2

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan beberapa konsep yang mendasari


penelitian yaitu tentang : (1) Konsep Persepsi, (2) Standar Praktek Keperawatan,
(3) Caring Sebagai Inti Dalam Praktek Keperawatan, (4) Kepuasan, (5) Kerangka
Konseptual.

2.1 Konsep Persepsi


2.1.1 Pengertian Persepsi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 : 1146), persepsi diartikan
sebagai : (1) pandangan dari orang/banyak orang akan hal/peristiwa yang
didapat/diterima, (2) proses diketahuinya suatu hal pada seseorang melalui panca
indra yang dimiliki.
Scherer (Walgito, 1995 : 16), mengatakan bahwa persepsi adalah suatu
representasi fenomena tentang obyek distal sebagai hasil pengorganisasian obyek
itu sendiri, medium dan rangsang progsimal. Persepsi merupakan proses
kategorisasi, dimana organisme dirangsang oleh masukan tertentu (obyek-obyek,
peristiwa-peristiwa, dan lain-lain) dan organisme mrespon dengan
menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori/golongan obyek atau
peristiwa. Proses ini berjalan aktif sehingga seorang dapat mengenali/memberikan
arti kepada masukan itu. Persepsi demikian bersifat inferensial serta bervariasi.
Menurut Widayatun (1999 : 110), persepsi atau tanggapan adalah proses
mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita
melihat, mendengar, merasakan, memberi serta meraba (kerja indra) di sekitar
kita.

2.1.2 Tahap-Tahap Dalam Proses Persepsi


Menurut Parcek (Walgito, 1995 : 20), proses tersebut terdiri dari proses
menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menyaji dan
memberikan reaksi kepada rangsang panca indra.
1. Proses menerima
Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsang/data dari
berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra sehingga
proses ini sering disebut dengan pengindraan/sensasi. Menurut Desiderato
(Walgito, 1995 : 20), proses ini merupakan pengalaman elementer yang
segera, tidak memerlukan penguraian secara verbal, simbolis atau
konseptual dan terutama sekali berhubungan dengan panca indra.
Scherer (Walgito, 1995 : 21) mengemukakan bahwa rangsang itu
terdiri dari 3 macam sesuai dengan elemen dari proses pengindraan.
Pertama, rangsang merupakan obyek dalam bentuk fisiknya atau rangsang
distal. Kedua, rangsang sebagai keseluruhan yang tersebar dalam lapangan
progsimal, ini belum menyangkut proses sistem syaraf. Ketiga, rangsang
sebagai representasi fenomena atau gejala yang dikesankan dari obyek-
obyek yang ada di luar.
2. Proses menyeleksi rangsang
Setelah menerima, rangsang/data diseleksi. Anderson (Walgito,
1995 : 22), mengemukakan bahwa perhatian adalah proses mental ketika
rangsang/rangkaian rangsang menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat
yang lainnya melemah.
3. Proses pengorganisasian
Data atau rangsang yang diterima, selanjutnya diorganisasikan
dalam suatu bentuk.
4. Proses pengambilan keputusan dan pengecekan
Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan menurut Burner
(Walgito, 1995 : 22) adalah sebagai berikut : pertama, kategori primitif,
dimana obyek/peristiwa yang diamati, diseleksikan dan ditandai
berdasarkan ciri-ciri tersebut. Kedua, mencari tanda (cue search),
pengamat secara cepat memeriksa (scanning) lingkungan untuk mencari
tambahan informasi untuk mengadakan kategorisasi yang tepat. Ketiga,
konfirmasi, ini terjadi setelah obyek mendapat penggolongan sementara.
Pada tahap ini pengamat tidak lagi terbuka untuk sembarang masukan
melainkan hanya menerima informasi yang memperkuat/
mengkonfirmasikan keputusannya, masukan-masukan yang tidak relevan
dihindari.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi


Ada 2 faktor yang sangat berpengaruh terhadap persepsi yaitu faktor
ekstern dan intern.
1. Faktor ekstern
Kebanyakan dari pembicaraan dari masalah ini ditujukan
untuk persepsi visual terhadap barang-barang, tetapi menurut
Parcek (Walgito, 1995 : 22) bahwa faktor ini juga digunakan untuk
persepsi atas orang dan keadaan. Intensitas rangsangan, kekuatan
rangsangan akan turut menentukan, disadari atau tidaknya
rangsangan itu. Pada umumnya rangsangan yang kuat lebih
menguntungkan dalam kemungkinan direspon bila dibandingkan
dengan rangsangan yang lemah. Sehubungan dengan itu, dalam hal
caring maka perilaku caring merupakan objek sedangkan lama
waktu dan frekuensi dalam caring merupakan intensitas
rangsangan.
Ukuran rangsangan, pada umumnya yang lebih besar lebih
menguntungkan dalam menarik perhatian dibandingkan dengan
ukuran yang kecil. Perubahan rangsangan, dimana rangsangan
yang monoton kurang menguntungkan dan karena itu perlu adanya
perubahan dari rangsangan itu untuk dapat menarik perhatian.
Gerakan rangsangan akan lebih menarik perhatian seseorang.
Rangsangan yang tidak diulang-ulang pada dasarnya lebih menarik
perhatian daripada rangsangan yang diulangi. Pertentangan/kontras
dari rangsangan-rangsangan yang bertentangan/kontras dengan
sekitarnya akan lebih menari perhatian seseorang. Hal ini
disebabkan karena rangsangan tersebut lain dari yang biasa dilihat
dan akan cepat menarik perhatian (Walgito, 1995 : 23).
Bila dikaitkan dengan caring perawat maka perubahan
rangsangan/gerakan rangsangan terletak pada keterampilan perawat
dalam caring, sedangkan rangsangan yang kontras adalah jenis-
jenis caring yang dilakukan.
2. Faktor intern
Menurut Walgito (1995 : 23), faktor intern yang
mempengaruhi persepsi adalah berkaitan dengan kebutuhan
psikologis, latar belakang pendidikan, kepribadian dan penerimaan
diri serta keadaan individu pada suatu waktu tertentu. Ada individu
yang suka memperhatikan sesuatu sekalipun kecil atau tidak berarti,
tetapi sebaliknya ada indiviu yang acuh tak acuh terhadap keadaan
sekitarnya.
Menurut Sertain (Walgito, 1995 : 24) bahwa ada 3 faktor
personal yang mempengaruhi persepsi yaitu : (1) motivasi, emosi
dan sikap seseorang, (2) kerangka acuan perilaku (frame of
reference) seseorang, (3) kemampuan penilaian dan evaluasi
seseorang. Menurut Krech dan Kruchfield (Walgito, 1995 : 24),
faktor personal itu meliputi kebutuhan (need), suasana hati (mood),
pengalaman masa lalu dan sifat-sifat individu lain.

2.2 Standar Praktek Keperawatan


2.2.1 Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 : 1460), standar
diartikan sebagai suatu ukuran tertentu yang digunakan sebagai patokan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual-kultural yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama yang bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan
lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang
dan tanggung jawabnya (DPP PPNI, 1999 : 4).
Standar praktek keperawatan adalah suatu ekspektasi minimal
dalam memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis.
Standar praktek keperawatan merupakan komitmen profesi keperawatan
dalam melindungi masyarakat terhadap praktek yang dilakukan oleh
anggota profesi. Standar ini dibedakan sesuai dengan jenis dan jenjang
tenaga keperawatan serta dikhususkan untuk perawat profesional serta
dipakai sebagai alat ukur dalam mempertahankan dan meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan sesuai dengan nilai-nilai profesional, etika
dan tanggung jawab (DPP PPNI, 1999 : 2).
2.2.2 Pedoman dan Standar Praktek Keperawatan
Pedoman yang digunakan sebagai dasar evaluasi pelaksanaan
praktek keperawatan, seperti yang dikutip oleh Kusnanto (2001) yaitu
Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 436/Menkes/SK/VI/1993,
tanggal 3 Juni 1993 tentang standar pelayanan rumah sakit, Surat
Keputusan Dirjen Yanmed nomor 00.03.2.6.7637, tanggal 18 Agustus
1993 tentang berlakunya standar asuhan keperawatan di rumah sakit,
Permenkes nomor 647/2000 tentang registrasi dan praktek keperawatan.
Lingkup standar praktek keperawatan meliputi : (1) standar ilmu
keperawatan, agar dalam melaksanakan praktek keperawatan selalu
didasarkan pada ilmu keperawatan dan ilmu-ilmu lain yang relevan, (2)
standar akontabilitas profesional, agar perawat menjalankan fungsi
independen dan interdependen serta harus dapat memenuhi peryaratan etis
dan legal dalam menjalankan praktek profesionalnya, (3) standar
pengkajian, agar perawat melalui konsultasi dengan klien dapat
mengumpulkan data tentang kesehatan klien secara sistematis, (4) standar
perencanaan, agar perawat melalui konsultasi dengan klien dapat
mengidentifikasi prioritas, waktu pencapaian dan strategi/intervensi, (5)
standar implementasi, agar perawat dapat membuat pertimbangan dalam
mamodifikasi tahap implementasi untuk disesuaikan dengan situasi dan
kondisi klien, (6) standar evaluasi, agar perawat dapat membandingkan
berbagai hasil dengan hasil terbaik yang diharapkan (DPP PPNI, 1999 : 3
15).
Standar praktek keperawatan disusun untuk : (1) melindungi
masyarakat yang telah memberi kepercayaan kepada profesi, (2)regulasi
dan pedoman bagi perawat untuk melaksanakan praktek, (3) memberikan
orientasi bagi perawat baru tentang uraian tugas yang akan diberikan oleh
pimpinan institusi pelayanan kesehatan, (4) asupan dalam menyelesaikan
masalah legal (DPP PPNI, 1999 : 1).

2.3 Caring Sebagai Inti Dalam Praktek Keperawatan


2.3.1 Sejarah Caring
Afinitas (daya tarik) dari caring bagi keperawatan sudah diakui
sejak awal praktek keperawatan. Nightingale (1864), menggambarkan
seorang perawat memiliki sifat-sifat khusus yang menciptakan suasana
mengasuh dan menolong untuk mempermudah kesembuhan pasien.
Johnson (1959), berpendapat bahwa pandangan Nightingale yang berlaku
sepanjang perang dunia kedua dibedakan menjadi suatu pendekatan
asuhan yang bersifat ekspresif dan emosional serta penolong/instrumental
(Komorita, 1991). American Nurse Association (ANA) (1965)
memperkenalkan 3 komponen keperawatan, yaitu care, cure dan
coordination. Cure dan coordination didefenisikan dengan baik tetapi
konsep care sedikit mendua artinya dan didefenisikan sebagai caring for
dan caring about (Wedho, U.M, 2000 : 1).
Watson (1979) membuat suatui asumsi bahwa caring dapat
dilakukan secara efektif dan dipraktekkan secara interpersonal. Watson
membuat daftar 10 faktor carative yang dapat mengangkat caring (untuk
membedakan istilah carative dari bagian medis). Ke-10 faktor tersebut
adalah : (1) pembentukan suatu sistem nilai dari human altruistic
(mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan), (2) menanamkan kepercayaan-
harapan, (3) pengembangan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain,
(4) pengembangan bantuan dan hubungan saling percaya, (5)
meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan yang positif dan negatif,
(6) menggunakan secara sistematis metode pemecahan masalah secara
alamiah dalam membuat keputusan, (7) meningkatkan pendidikan dan
pengetahuan interpersonal, (8) menetapkan suatu dukungan, perlindungan
dan atau memiliki mental, fisik, sosial budaya dan lingkungan spiritual
yang baik, (9) dengan senang hati membantu kebutuhan-kebutuhan
manusia, (10) menghargai kekuatan eksistensial-phenomenologikal.
Menurut Watson bahwa 3 dari faktor carative pertama berpengaruh dalam
membuat suatu filosofi yang mendasari ilmu caring, sedangkan sisa faktor
carative didiskusikan dalam suatu dasar yang ilmiah (Kyle, 1995 : 507).
Griffin (1980, 1983) memandang caring mempunyai aspek
aktivitas tetapi juga menegaskan sikap dan perasaan yang menyokongnya.
Ini konsisten dengan teori self care dari Orem (1985) yang dominan dalam
praktek keperawatan dan digambarkan dalam aktivitas yang dillakukan
perawat (Kyle, 1995 : 507).
Urgenson (1983) mengatakan bahwa caring about adalah suatu
indikasi perasaan, mengingat caring for merupakan indikasi tugas yang
dilakukan (Mc Kenna G, 1993 : 73). Leininger (1981, 1984)
mengembangkan suatu taksonomi dalam membangun caring dari suatu
pandangan transkultur (Kyle, 1995 : 507).
Benner (1984) bersama Watson mengidentifikasi suatu peran
instrumental dan ekspresif dalam keperawatan sebagai suatu kehebatan
caring (Kyle, 1995 : 507). Gadow (1985) memandang caring sebagai
suatu moral ideal yang memerlukan tanggung jawab untuk melindungi dan
mempertinggi martabat manusia (Kyle, 1995 : 508). Benner dan Wrubbel
(1986) menggambarkan caring sebagai sesuatu yang lebih kompleks dari
cure dan tidak unik pada beberapa disiplin ilmu/profesional (Mc Kenna G,
1993 : 73).
Fry (1988) mengatakan bahwa caring mempunyai suatu nilai moral
karena : (1) caring harus dilihat sebagai suatu dasar untuk pedoman dalam
melakukan tindakan, (2) caring harus dianggap sebagai suatu nilai
universal, (3) caring dianggap sebagai sesuatu yang menentukan tingkah
laku yang pasti (empati, suport, perasaan kasihan, perlindungan, dan
sebagainya), (4) caring harus berkenaan dengan yang lainnya/harus
mempertimbangkan kemajuan manusia dan bukan hanya kesejahteraan
(Kyle, 1995 : 508).
2.3.2 Defenisi Caring
Konsep caring adalah suatu yang paling sedikit dipahami idenya
yang digunakan profesional (Watson, 1979) dan suatu konsep yang tetap
sulit didefenisikan dalam praktek keperawatan dan pendidikan (Morrison,
1991) namun istilah care/caring sangat sering dan tidak tetap digunakan
oleh disiplin ilmu keperawatan(Kyle, 1995 : 506).
Mc Farlane (1976) mengataakan bahwa caring merupakan suatu
aktivitas yang membantu secara berurutan. Leininger (1981) mengatakan
bahwa caring merupakan suatu yang bersifat bantuan (assistive),
dukungan (supportif), atau tindakan fasilitatif untuk individu/kelompok
lainnya/mengantisipasi kebutuhan untuk menjadi lebih baik/cara hidupnya.
Griffin (1983) mengatakan bahwa caring adalah suatu aspek aktivitas
tetapi juga menegaskan sikap dan perasaan yang menyokongnya (Kyle,
1995 : 507).
Gaut (1983) mengataaaakan bahwa caring merupakan suatu proses
yang dalam kegiatannya terdiri dari komponen-komponen yaitu mengkaji
kebutuhan pasien, memilih dan melakukan tindakan dan menentukan
kriteria keberhasilan untuk pasien. Gustafon (1984) menyatakan bahwa
caring adalah suatu asuhan yang diberikan secara total melalui interaksi
perawat pasien, sedangkan nursing care adalah prosedur yang dilakukan
oleh perawat. Sabel (1986) mendefenisikan caring sebagai rasa peduli,
hormat dan menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan
mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang
berpikir, bertindak dan berperasaan (Wedho U.M, 2000 : 2 -3).
2.3.3 Caring Sebagai Suatu Konsep Teoritis
Dalam suatu analisa komperatif yang luas terhadap teori caring,
Morse et al (1991) menguji kerja dari 23 theorists dan mengidentifikasi 5
perbedaan konseptualisasi dari caring. (1) caring sebagai human trait
(mencirikan manusia) : suatu komponen esensial dari manusia umumnya
dan melekat dalam diri semua orang. (2) caring sebagai suatu moral
imperative (bentuk moral): menyangkut pemeliharaan martabat dan respek
bagi pasien sebagai manusia. (3) caring sebagai suatu affect (emosi
kasihan) : menggambarkan suatu emosi/perasaan keharuan/kasihan,
dimana perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya bisa
merawat pasien. (4) caring sebagai interaksi interpersonal : meliputi
komunikasi perawat-pasien, saling percaya/rasa penuh hormat dan
bertanggung jawab terhadap satu dan lainnya. (5) caring sebagai suatu
intervensi terapeutik : suatu tindakan yang berlainan yang dilakukan
perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien (Mc Kenna G, 1993 : 72).
Perawat harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
cukup sebagai dasar dalam melakukan caring. Dalam hal ini adalah
kondisi-kondisi pasien yang membutuhkan tindakan caring perlu
dijelaskan seperti mendengarkan dengan aktif, mendidik pasien, menjadi
penasehat pasien, menyentuh, menemani pasien dan kemampuan tekhnik,
atau juga caring bisa meliputi tindakan-tindakan keperawatan
(prosedur/intervensi keperawatan) yang membantu pasien (Wedho U.M,
2000 : 4).
2.3.4 Komponen Caring
American Nurse Association (ANA) (1965) menggambarkan
keperawatan merupakan caring for dan caring about orang lain. Caring
for adalah kegiatan-kegiatan dalam memberikan asuhan keperawatan
seperti prosedur keperawatan, membantu memenuhi kebutuhan dasar
pasien seperti memandikan, menggosok punggung. Caring about
berkaitan dengan kegiaatan-kegiatan sharing/membagi pengalaman-
pengalaman seseorang dan keberadaannya. Watson (1985) mengatakan
bahwa perawat perlu menampilakn sikap empati, jujur dan tulus dalam
melakukan caring about (MC Daniel, 1990 : 19 20).
Watson et al (1979) dipuji oleh Wolf (1986) karena menggunakan
suatu model caring yang berfokus pada perilaku caring yang didasarkan
pada kegiatan instrumental (menolong) dan kegiatan yang expressive
(menyatakan perasaan). Aktivitas instrumental dibagi dua yaitu aktivitas
fisik yang berorientasi pada tingkah laku membantu seperti prosedur-
prosedur dan aktivitas fisik yang berorientasi pada kognitif seperti
mengajar. Aktivitas expressive tercipta saat hubungan dengan pasien dan
bercirikan : keyakinan, hubungan saling percaya, haraapan, peka/sensitif,
empati, sentuhan, keramahan, keikhlasan, suport, pengawasan,
kenyamanan/menghibur (Kyle, 1995 : 507).
Grifin (1983) dalam analisis philosophi, mengidentifikasi aspek
complementary dari model caring yaitu aktivitas, sikap dan perasaan.
Weiss (1988) mengusulkan suatu model caring yang terdiri dari 3
komponen perilaku yaitu verbal, non verbal dan tekhnikal (Mc Kenna G,
1993 : 72).
Wedho U.M, (2000 : 9) mengatakan bahwa perilaku caring terdiri
dari verbal dan non verbal. Perilaku verbal meliputi : (1) memberikan
tanggapan dengan kata-kata terhadap keluhan pasien, (2) memberikan
penjelasan kepada klien sebelum melakukan tindakan, (3) menanyakan
klien tentang keadaan fisiknya untuk lebih absah, (4) mengungkapkan
secara verbal status emosi klien, (5) membagi perasaan/pengamatan
pribadi/pengungkapan diri sebagai respon terhadap pengungkapan
kekhawatiran klien, (6) memberi keyakinan secara verbal kepada klien
selama perawatan, (7)membahas/mendiskusikan masalah-masalah yang
dialami klien daripada masalah kesehatan yang baru dialami. Perilaku non
verbal dalam caring meliputi : (1) berdiri di samping tempat tidur klien,
(2) menyentuh pasien, (3) mempertahankan kontak mata selama interaksi
dengan klien, (4) memasuki ruangan klien tanpa diminta terlebih dahulu,
(5) memberikan tindakan untuk kenyamanan fisik.
2.3.5 Caring Dalam Praktek Keperawatan : Tantangan dan Pemecahan
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa Watson (1979)
memperkenalkan 10 faktor caring dalam keperawatan dan terdapat 2
tindakan keperawatan yang dirasakan sebagai caring adalah aktivitas
expresive dan instrumental, tetapi yang paling penting adalah aktivitas
expressive. Cronin dan Horrison (1987) mengatakan bahwa secara
tradisional, nilai kualitatif dari caring dapat dilihat dari hirarki kebutuhan
dasar Maslow (Kyle, 1995 : 512). Tingkah laku caring yang expressive
sebagian besar tidak kelihatan adalah lebih nyata (Mc Kenna G, 1993 :
75). Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan
humanistik-altruistik merupakan aspek mendasar dari caring (Mc Kenna
G, 1993 : 76).
Kemajuan ilmu penetahuan dan teknologi medik telah memaksa
perawat memberikan perhatian yang lebih pada tugas-tugas cure daripada
care. Akhirnya kebanyakan perawat terlibat secara aktif dan memusatkan
diri pada fenomena medik seperti cara diagnostik dan cara pengobatan,
bahkan dalam praktek keperawatan, beberapa perawat mengatakan bahwa
mereka tidak mempunyai waktu untuk mendengarkan pasien, memberi
dukungan, kenyamanan dan tindakan caring yang lainnya. Hal ini
disebabkan karena tanggung jawab perawat pada dokter yaitu
mengerjaaaaakan tugas-tugas dokter (Leininger, 1984 : 11). Perawat
mempunyai persepsi bahwa bila waktu mereka lebih banyak digunakan
untuk berkomunikasi/kontak dengan pasien maka status mereka menjadi
lebih rendah (Woodward, 1997 : 1001). Menurut Lypsky (1989), perawat
di satu pihak ingin melepaskan diri dari peran lamanya sebagai pembantu
dokter tetapi di pihak lain mereka menggabungkan fungsi cure ke dalam
perannya ( Baumann et al, 1998). Akibatnya munculah suatu benang
merah bahwa perawat adalah pembantu dokter, terlalu birokratis, terlalu
keras/kaku dan tanpa perasaan. Kenyataan ini diungkapkan oleh Leininger
(1984) sebagai salah satu isu kritis dalam memahami caring. Apakah
benang merah ini dapat dihilangkan oleh perawat sebagai tim kesehatan
dengan jumlaah yang terbesar dan bertugas selama 24 jam tersebut?
Leininger (1984), Baumann et al (1998) berpendapat bahwa caring tidak
diterima sama tingkatnya dengan curing. Medical cure memperoleh
perhatian jauh lebih besar daripada nursing care. Berbagai media masa di
masyarakat baik nasional maupun internasional lebih banyak
mempromosikan prosedur diagnostik dengan menggunakan alat canggih
dan pengobatan modern dengan obat-obat yang mahal. Pengakuan
masyarakat terhadap medical cure pun sering didramatisir. Masyarakat
tidak pernah mengakui bahwa keberhasilan merawat bayi kembar siam
yang dioperasi adalah berkat kerjasama tim termasuk perawat. Oleh karena
itu sampai hari ini, dokter menerima prestise sosial lebih tinggi dibanding
perawat dalam masyarakat. Pemerintah pun memberi dukungan dana lebih
besar pada tindakan kuratif daripada karatif.
Pemecahan yang dianjurkan oleh Watson (1979) adalah perawat
harus memiliki pengetahuan tentang respon manusia terhadap sehat, sakit,
keterbatasannya dan keterampilan praktek profesional. Perawat dituntut
memiliki pengetahuan tentang manusia, aspek tumbuh kembang, respon
terhadap lingkungan yang terus berubah, keterbatasan dan kekuatan serta
kebutuhan-kebutuhan manusia. Selain itu, Webb (1996) menyatakan
bahwa perawat harus ahli dalam menggunakan proses keperawatan
(pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi)
dalam praktek keperawatan untuk menerapkan caring. Apabila perawat
ingin menempatkan caring sebagai inti dalam praktek keperawatan maka
perawat harus berjuang secara terus menerus, mengajarkan dan
mensosialisasikan konsep caring dalam praktek keperawatan/pelatihan
kesehatan kepada semua masyarakat (Wedho U..M, 2000 : 6 7).

2.4 Kepuasan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 : 1198), kepuasan diartikan
sebagai perihal yang bersifat puas, kesenangan, kelegahan, sedangkan puas
diartikan sebagai perasaan senang (lega, gembira karena sudah terpenuhi hasrat
hatinya).
Oliver (Supranto, 1997 : 233 234) mengatakan bahwa kepuasan adalah
tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan hasil yang dirasakannya
dengan harapan. Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara
kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila hasil dibawah harapan maka
pelanggan (klien) akan kecewa. Bila hasil sesuai dengan harapan maka klien akan
puas, sedangkan hasil lebih dari harapan maka klien akan sangat puas. Skor
kepuasan klien sebagai berikut 1. Sangat puas =5
2. Puas =4
3. Netral =3
4. Tidak puas =2
5. Sangat tidak puas =1
2.5 Kerangka Konseptual Penelitian
Berdasarkan teori-teori yang diuraikan di atas yang dikaitkan dengan
faktor yang mempengaruhi persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat
dalam praktek keperawatan maka kerangka konseptual dari penelitian ini adalah
seperti yang terlihat pada bagan berikut ini :

Faktor Yang Berhubungan

Dengan Persepsi Pasien

FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL

A. PERILAKU CARING 1. PENDIDIKAN

2. LAMA PERAWATAN

B. UNSUR LAINNYA : 3. KEBUTUHAN

Curing, Analis Medis, 4. PENERIMAAN DIRI

Gizi.

C. KETERAMPILAN 5. Pengalaman Masa Lalu

PERSEPSI PASIEN

Negatif Positif

Hubungan Interpersonal Yang

Kecemasan Baik

Kepuasan Pasien

Tidak Puas
Memperpendek Lama Hari

Perawatan
Keterangan :

Diteliti

Tidak Diteliti
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam metodologi penelitian ini dijelaskan secara rinci mengenai disain

penelitian ini yang digunakan, kerangka operasional penelitian, populasi, sampel,

identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan dan analisa data, etika

penelitian dan keterbatasan penelitian.

3.1 Disain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu

mengungkapkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

(Nursalam & Pariani, 2000 : 134). Variabel dependen yang dimaksud adalah yaitu

variabel persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat dalam praktek

keperawatan, sedangkan variabel independen yaitu pendidikan, lama perawatan,

kebutuhan caring, penerimaan diri, perilaku caring.

3.2 Kerangka Operasional Penelitian

Untuk kerangka operasional penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini :
Variabel Independen :

Pasien 1. Pendidikan

Masuk 2. Lama Perawatan Variabel Dependen :

Rumah 3. Kebutuhan Caring Persepsi Pasien

Keterangan :

1. Variabel Independen adalah faktor internal dan eksternal.

2. Variabel Dependen adalah persepsi pasien.

Gambar 3.1. Bagan Kerangka Operasional Penelitian

3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di IRNA Medikal Bedah RSUD Prof. Dr.

W. Z. Johannes Kupang. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 30

Agustus 2002.

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional Dan Cara Pengukuran

variabel.
Untuk mengetahui hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Parameter Dan Pengukurannya.

No. Variabel Definisi Operasional Paramet Alat Skala Skor

er ukur
A. Persepsi Penilaian/tanggapan Tingkat Kuesio Ordina Baik:

pasien yang menunjukan kepuasan ner l >25

kepuasan pasien pasien nomor Kurang:

terhadap caring yang terhadap : II. 1- 8 8 - 24

dilakukan perawat 1.Waktu

kepada pasien dalam caring

praktek keperawatan. 2. Cara dan

sikap perawat

3.Kejelasan

isi caring
B. Pendidik Pendidikan terakhir Tingkat Kuesio Ordina Tinggi:

an yang diperoleh pasien pendidikan : ner l 4 5.

menurut pengakuan 1. T nomor Rendah:

pasien sendiri. idak I. 4 1 3.

sekolah

2. SD

3. SLTP

4. SLTA

5. PT
Lama Jumlah hari rawat Lama hari Kuesio Ordina Lama:

Perawat pasien dihitung sejak rawat. ner l >7 hari.


an pasien masuk RS nomor Kurang:

sampai hari I. 7. 3-6 hari.

pengambilan

data/informasi

penelitian.
Kebutuh Tingkat kebutuhan Tingkat Kuesio Ordina Tinggi:

an caring kepada pasien kebutuhan ner l >3

caring selama perawatan caring nomor Rendah:

menurut pengakuan tentang : IV.1-5 0 2.

pasien sendiri. 1.Manfaat

caring.

2. Kesesuaian

dengan

penyakit.
Penerim Tingkat penerimaan 1.Penerimaan Kuesio Ordina Tinggi:

aan diri keberadaan diri terhadap ner l 15 20

sehubungan dengan kecacatan. nomor Rendah:

penyakit yang 2. Perasaan V. 1-4. 4 12.

dideritanya. pasien.
Perilaku Sikap caring yang 1.Perilaku Kuesio Ordina Baik: >8

caring ditampilkan perawat caring ner l. Kurang:

kepada pasien dalam 2. Jumlah nomor 0-7

praktek keperawatan. perilaku III. 1-

caring. 12
3.5 Populasi, Sampel Dan Sampling Penelitian
3.5.1 Populasi Penelitian

Notoatmojo (2002 : 79) mengatakan populasi adalah keseluruhan objek

penelitian/objek yang diteliti tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien

di IRNA Medikal Bedah RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

3.5.2 Sampel Penelitian

Notoatmojo (2002 : 79) mengatakan sampel adalah sebagian dari

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Jumlah

sampel dalam penelitian menurut Notoatmojo (2002 : 92) menggunakan rumus

sebagai berikut :

n = ----------------

1 + N (d2)

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan.

Pada penelitian ini diketahui : jumlah tempat tidur yang tersedia pada tempat

penelitian adalah 137 buah dan apabila pada saat penelitian diperkirakan

semuanya terisi maka jumlah pasien adalah 137 orang dengan tingkat kepercayaan

(d) 0,05. Berdasarkan rumus di atas maka jumlah sampel yang diambil pada

penelitian ini adalah sebanyak 102 orang.


Karena penelitian ini membutuhkan jawaban yang sejujur-jujurnya dan

dapat memperoleh informasi yang akurat maka sampel dalam penelitian ini

ditambah dengan persyaratan atau kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi :

1). Pasien dewasa, telah dirawat lebih dari 2 hari.

2). Dapat mengemukakan pendapat dengan jelas.

3). Tidak mengalami gangguan jiwa.

4). Bersedia menjadi responden dalam penelitian.

2. Kriteria eksklusi :

Pasien di IRNA Medikal Bedah yang tidak memenuhi kriteria inklusi di

atas atau hal lain sehingga tidak dapat dijadikan objek penelitian

(Nursalam & Pariani, 2000 : 65).

Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi seperti tersebut diatas maka

sampel yang dapat memenuhi untuk menjadi responden dalam penelitian ini

adalah pasien di ruang medikal bedah dewasa sebanyak 96 orang.

3.5.3 Sampling Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan cluster random sampling yaitu

menentukan sampel penelitian menurut area (Zainudin, 2000 : 85). Area dimaksud

adalah ruang perawatan dimana pasien (responden) dirawat, maka ruangan yang

diteliti adalah ruangan III laki, II laki, III wanita, II wanita, Bedah dewasa, I

Interna, Pavaliun.
3.6 Teknik Pengumpulan, Pengolahan Dan Analisa Data

3.6.1 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data dikumpulkan dengan wawancara langsung kepada pasien dan

memberikan kuesioner kepada pasien (kuesioner merupakan modifikasi).

3.6.2 Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan

tahapan sebagai berikut :

1. Editing, yaitu untuk melihat apakah data yang diperoleh sudah terisi

lengkap/masih kurang lengkap.

2. Coding, yaitu mengklasifikasi jawaban dari responden menurut macamnya

dengan memberi kode pada masing-masing jawaban menurut item pada

kuesioner.

1). Persepsi Pasien (kuesioner nomor II. 1 8), nilainya adalah :

a. Sangat puas : 5 d. Tidak puas :2

b. Puas :4 e. Sangat tidak puas : 1

c. Kurang puas : 3

Total nilai untuk 8 nomor yaitu 8 40. Dari ke-8 nomor tersebut

dijumlahkan dan menentukan kriteria berdasarkan jumlah nilai untuk

menilai persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat, sesuai

parameter tingkat kepuasan yaitu : baik : > 25 dan kurang : 8 24 (nilai

ordinal).
2). Perilaku caring (kuesioner nomor III. 1 12), nilainya adalah 1 (satu)

untuk jawaban ya dan 0 (nol) untuk jawaban tidak. Dari 12 nomor

tersebut dijumlahkan dan menentukan kriteria berdasarkan jumlah nilai

untuk menilai perilaku caring sesuai parameter tingkat perilaku caring

yaitu baik : > 8 dan kurang : 0 7 (nilai ordinal).

3). Kebutuhan caring (kuesioner nomor IV. 1 5), nilainya adalah 1 (satu)

untuk jawaban ya dan 0 (nol) untuk jawaban tidak. Ke-5 nomor tersebut

dijumlahkan untuk menentukan kriteria kebutuhan caring sesuai

parameter tingkat kebutuhan : tinggi : > 3 dan rendah : 0 2 (nilai

ordinal).

4). Pendidikan terakhir (kuesioner nomor I. 3) dengan nilai 1 (rendah) bila

pendidikan tidak tamat SD sampai SLTP dan 2 (tinggi) bila pendidikan

SLTA sampai Perguruan Tinggi.

5). Lama perawatan (kuesioner nomor I. 5) dengan nilai 1 (kurang) bila lama

perawatan 3 6 hari dan 2 (lama) bila lama perawatan > 7 hari.

6). Penerimaan diri (kuesioner nomor V. 1 4), nilainya adalah :

a. Sangat setuju : 5 d. Tidak setuju :2

b. Setuju :4 e. Sangat tidak setuju : 1

c. Kurang setuju : 3

Total nilai untuk 4 nomor yaitu 4 20. Dari ke-4 nomor tersebut

dijumlahkan untuk menilai penerimaan diri sesuai parameter yaitu tinggi

: 13 20 dan rendah : 4 12 (nilai ordinal).


3.6.3 Penyajian Data

Penyajian data dari penelitian ini adalah dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan tabel silang (cross table).

3.6.4 Teknik Analisa Data

Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi persepsi pasien,

dilakukan uji statistik regresi logistik dengan p = 0,05 : untuk menentukan faktor

dominan yang mempengaruhi persepsi pasien berdasarkan tingkat kemaknaan

hasil uji statistik regresi logistik.

3.7 Etika Penelitian

1. Guna menghindari suatu keadaan atau hal-hal yang tidak diinginkan

maka yang menjadi responden adalah yang bersedia diteliti dan telah

menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

2. Kerahasiaan terhadap responden menjadi prioritas dengan cara tanpa

nama (anonimaty).

3. Kerahasiaan informasi yang diberikan responden, dijamin oleh peneliti

(confidentiality).

3.8 Keterbatasan Penelitian


1. Sampel yang digunakan hanya terbatas pada pasien bedah dan penyakit

dalam yang masuk rumah sakit selama bulan Agustus 2002 sehingga

hasilnya mungkin kurang representatif sebagai generalisasi secara

keseluruhan di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

2. Alat ukur yang digunakan adalah angket (kuesioner) berstruktur sehingga

kemungkinan responden menjawab secara tidak jujur/subjektif. Dengan

demikian hasilnya mungkin belum sesuai.


DAFTAR PUSTAKA

Barnum, S. J. B, (1994): Nursing Theory : Analysis, Application, Evaluation, ed.

4, J. B. Lippincott, Philadelphia, p. 69 84.

Bauman, O. A, et al (1998): Who Cares? Who Cure? The Ongoing Debate in the

Provision of Health Care, Journal of Advanced Nursing, 28 (5) : 1040

1045.

DPP PPNI (1999): Keperawatan dan Praktek Keperawatan, Jakarta, hal. 1 24.

DPP PPNI (1999): Standar Praktek Keperawatan, Jakarta, hal. 1 15.

Gaut, D.A, (1983): Development of A Theoretically Adequate Description of

Caring, Western Journal Nursing Research, 5 (4) : 313 324.

George, B. J, (1995): Nursing Theories : The Base For Professional Nursing

Practice, ed. 4, Prentice Hall Inc, New Jersey, p. 318 332.

Griffin, P. A, (1983): A Philosophical Analysis of Caring in Nursing, Journal of

Advanced Nursing, 8 : 289 295.


IDI, (1996): Cermin Dunia Kedokteran, Group PT Kalbe Farma, Jakarta, hal. 56

60.

Komorita, I. N, et al (1991): Perception of Caring By Nurse Educator, Journal of

Advanced Nursing, 30 (1) : 23 29.

Kusnanto, (2001): Standar Praktek Keperawatan : Makalah Kuliah Konsep Dasar

Keperawatan, Tidak Dipublikasikan, 2001.

Kyle, V. T, (1995): The Concept of Caring : A Review of The Litherature, Journal

of Advanced Nursing, 21 : 506 514.

Leininger, M. M, (1984): Care : The Essence of Nursing and Health, SLANK,

Thorofare.

Marriner , A & Tomey (1994): Nursing Theorists and Their Work, ed. 3, Mosby

Year Book, St. Louis, p. 138 437.

Mc. Daniel, M. A, (1990): The Caring Process in Nursing : Two Instrument for

Measuring Caring Behaviours, Springer Publishing Company, New York.

Mc. Kenna, G, (1993): Caring is The Essence of Nursing Practice, British Journal

of Nursing, 2 (2) : 72 76.


Notoatmojo, S, (2002): Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Nursalam & Pariani (2000): Metodologi Riset Keperawatan, PSIK FK Unair,

Surabaya.

Salim, P & Salim Y, (1995): Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Modern

English Press, Jakarta.

Sarwono, S, (1997): Sosiologi Kesehatan, Gajah Mada University Press,

Yogyakarta.

Supranto , J, (1997): Pengukur Tingkat Kepuasan Pelanggan, Rineka Cipta,

Jakarta, hal. 233 234, 265 270.

Walgito & Bimo (1995): Pengantar Psikologi Umum, Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

Wedho, U. M, (2000): Caring Essensial Dalam Praktek Keperawatan : Suatu

Tinjauan, Makalah Simposium Keperawatan di RSUD Prof. Dr. W. Z.

Johannes Kupang, Tidak Dipublikasikan, 15 Mei 2000, hal. 1 15.

Widiyatun, T. R, (1999): Ilmu Perilaku, CV. Sagung Seto, Jakarta, hal. 110 111.
Woodward, M. V, (1997): Professional Caring : A Contradiction In Terms?

Journal of Advanced Nursing, 26 : 999 1004.

Zainuddin, M, (2000): Metodologi Penelitian, Airlangga University Press,

Surabaya, hal. 23 90.


JADWAL PELAKSANAAN
PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Para pasien yang terhormat,

Salam dan selamat bertemu.

Nama saya Nikolaus N. Kewuan, Mahasiswa Program S1 Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Saya akan

melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Pasien Terhadap Perilaku Caring Perawat Dalam Praktek Keperawatan Di IRNA

Medikal Bedah RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

Manfaat dari penelitian ini adalah mempelajari faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat dalam praktek

keperawatan sehingga dapat dipakai sebagai informasi tentang pengelolaan mutu

pelayanan keperawatan pasien rawat inap di rumah sakit, untuk mengetahui

perilaku caring perawat yang merupakan inti dalam praktek keperawatan demi

kemajuan profesi keperawatan.

Untuk keperluan di atas, saya mohon kesediaan para pasien untuk mengisi

kuesioner yang telah saya siapkan dengan sejujur-jujurnya/apa adanya sesuai

dengan yang dialami/dirasakan. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan

identitas para pasien sekalian. Informasi yang diberikan akan dipergunakan

sebagai wahana untuk mengembangkan mutu pelayanan keperawatan, tidak akan

dipergunakan untuk maksud lain.


Sebagai bukti kesediaan para pasien untuk menjadi responden dalam

penelitian ini, saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar

persetujuan yang telah saya siapkan.

Partisipasi para pasien daalam mengisi kuesioner ini sangat saya hargai

dan diucapkan terima kasih.

Surabaya, 1 Agustus 2002

Hormat Saya Peneliti

Nikolaus N. Kewuan

NIM : 010130301 B
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI PASIEN

TERHADAP PERILAKU CARING PERAWAT DALAM PRAKTEK

KEPERAWATAN DI IRNA MEDIKAL BEDAH RSUD. PROF. DR. W. Z.

JOHANNES KUPANG

Oleh :

Nikolaus N. Kewuan

Setelah saya membaca tujuan dari penelitian ini maka saya dengan sadar

menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Tanda

tangan saya di bawah ini sebagai bukti kesediaan saya menjadi responden

penelitian.

Tanda tangan :
Tanggal :

Nomor Responden :
KUESIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI PASIEN

TERHADAP PERILAKU CARING PERAWAT DALAM PRAKTEK

KEPERAWATAN DI IRNA MEDIKAL BEDAH RSUD PROF. DR. W. Z.

JOHANNES KUPANG

Hari/Tanggal :

Ruang Perawatan :

I. IDENTITAS

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

4. Pendidikan terakhir : SD SLTP SLTA Akademi/PT

5. Pekerjaan :

6. Tanggal masuk RS :

7. Lama perawatan :

8. Keadaan saat ini : Hanya berbaring/hanya bisa duduk/bisa berjalan


II. PERSEPSI PASIEN TERHADAP PERILAKU CARING (ASUHAN)

PERAWAT

1. Perawat selalu memperkenalkan diri saat pertama kali bertemu dengan

anda.

sangat puas Puas kurang puas

Tidak puas Sangat tidak puas


2. Perawat selalu menolong/membantu anda pada pagi hari.

sangat puas Puas kurang puas

Tidak puas Sangat tidak puas


3. Perawat selalu menolong/membantu anda pada siang hari.

sangat puas Puas kurang puas

Tidak puas Sangat tidak puas


4. Perawat selalu menolong/membantu anda pada malam hari.

sangat puas Puas kurang puas

Tidak puas Sangat tidak puas


5. Cara dan sikap perawat di ruangan ini membuat anda merasa nyaman

sangat puas Puas kurang puas


Tidak puas Sangat tidak puas
6. Perawat memberikan perhatian yang cukup kepada anda

sangat puas Puas kurang puas

Tidak puas Sangat tidak puas


7. Dalam membantu/menolong anda, perawat selalu memperhatikan privacy

(kesopanan) anda

sangat puas Puas kurang puas

Tidak puas Sangat tidak puas


8. Perawat selalu memaksakan kehendaknya dalam membantu/menolong

anda

sangat puas Puas kurang puas

Tidak puas Sangat tidak puas

III. PERILAKU CARING (ASUHAN) PERAWAT SELAMA PASIEN DIRAWAT

DALAM RUANGAN INI


Selama para pasien dirawat dalam ruangan ini, apakah perawat

menampilkan hal-hal berikut :

1. Memberikan tanggapan dengan kata-kata terhadap keluhan anda

Anda mungkin juga menyukai