Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ELEKTROLIT DAN

CAIRAN PADA PASIEN DENGAN ACUTE KIDNEY INJURY


A. KONSEP ACUTE KIDNEY INJURY
1. PENGERTIAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE

Penurunan fungsi ginjal


irreversible, lebih dari 3 bulan

Penurunan fungsi ginjal secara


reversible kurang dari 3 bulan

ACUTE KIDNEY INJURY


2. MANIFETASI

Peningkatan Penurunan GFR Urin output


serum creatinine
dari nilai dasar
RISK 1,5 x > 25% < 0,5
cc/KgBb/jam WARNING !
dalam 6 jam
INJURY 2x >50% < 0,5
cc/KgBb/jam
dalam 12 jam
FAILURE 3x > 75% <
0,3cc/KgBb/jam
dalam 24 jam
atau anuria 12
jam
LOSS Penurunan fungsi ginjal > 4 minggu
END End stage
3. ETIOLOGI

PRE RENAL
• Kehilangan cairan
• Penurunan curah jantung
karena penyakit jantung
• Sepsis
INTRA RENAL (40-60%)
• Gangguan pada pembuluh darah
intrarenal
• Infeksi pada intrarenal
(20-40%)
• Nekrosis tubular ginjal
POST RENAL
•Obstruksi pada saluran akhir
ginjal
• Obstruksi pada ureter
• Obstruksi pada leher kandung
kemih (1-10%)
• Obstruksi pada uretra
PRE RENAL
INTRA
RENAL
Balance cairan
Balance Cairan : Intake - Output

Intake :
- Cairan parenteral Urin Output/ Diuresis
- Obat- obatan
- Cairan enteral Jumlah urin yang keluar : BB : Waktu

Output :
- BAK IWL (Insissble Water Loss)
- BAB
- Drain/ perdarahan IWL Normal per jam :
- NGT
- IWL (10 (Konstanta) X BB) X jam yang akan dihitung
24 jam

IWL pada pasien demam per jam:

(10% X Cairan masuk selama yg akan dihitung) x jumlah kenakan suhu + IWL Normal jam yg akan dihitung
jumlah jam yang akan dihitung
Kasus

Ny. A usia 48 tahun (BB: 75kKg) dengan diagnosa post


laparatomi a.i ileus obstruktif hari ke-3. Pasien puasa.
Mendapatkan cairan parenteral kabiven 40 cc/jam,
BES : 10 cc/jam, obat- obatan yang terpasang fentanyl
3cc/jam. Perawat akan melakukan balance cairan
selama 4 jam. Didapatkan output cairan selama 4 jam :
drain : 70 cc, cairan NGT : 100cc, urine : 100cc,
temperature pada saat itu 40 derajat. Hitung IWL,
hitung balance cairan dan diuresisnya.
Output :
Intake :
Drain : 70 cc
Parenteral : 40cc x 4 : 160 cc
NGT : 100 cc
Infus BES : 10cc x 4 : 40 cc
Urine : 100 cc
Fentanyl : 3cc x 4 : 12 cc
IWL : 141,96
Total : 212 cc
Total : 411,96
Balance cairan :
IWL Normal : 212- 411,96
(BB X 10 )X 4 jam : 75 X 10 X 4 : 125 = -199,96
24
Urin output :
IWL demam : 100 : 75 : 4
(10% X Cairan masuk) x jumlah kenakan suhu + IWL = 0,3
Normal
24 jam
(10% X 212) x (40-36,8) + 125
4 jam

= 16,75 + 125 = 141,96


KASUS Nn. S usia 19 tahun (BB: 45 Kg) dengan post nefrektomi a.i tumor ginjal dirawat di R.ICU hari ke
0.
Keluhan utama : Post nefrektomi a.i tumor ginjal dengan riwayat operasi perdarahan 400cc
transfuse PRC1 Kolf. Urin datang dari OK ke ICU (selama 4 jam) 150 cc.
Riwayat penyakit sekarang : Sejak 1 bulan SMRS Nn.S mengeluh kencing tidak lega, BAK hanya
sedikit, bagian perut terasa nyeri, setelah diperiksa didapatkan gambaran tumor ginjal lalu
direncanakan nefrektomi.
Pemantauan R.ICU :
Pasien datang terintubasi dengan ET no 7 fiksasi paten, reflek batuk sangat lemah, cuff tidak
bocor. Respirasi on venti dengan mode P10SIMV18 FiO2 : 50% Ppeak 18 Peep 5 VTE 200-300.
Tanda- tanda vital 150/80 mmHg MAP : 101 HR : 102x/menit tanpa support inotropi SpO2 : 100%
RR: 20-25 x/menit. NGT dialirkan, T : 37. Turgor kulit lembab, CRT < 2 detik . Terpasang IVLine,
NGT, DC, Drain dengan produk 200cc, ET, tidak ada luka tekan.

Setelah 4 jam post op didapatkan produk drain meningkat menjadi 1500cc, sklera anemis,
pernapasan kussmaul, peningkatan RR 30-40 x/menit, urin output 70 cc. Tidak ada klinis edema.
Hasil pemeriksaan penunjang :
AGD : pH : 6,9 PCO2 : 30 HCO3 : 11 BE : -15 Lact : 1,2 pO2 : 80 SO2 : 93%
Hb : 6,9 Hmt : 32 PPT : 29 APTT : 35 INR : 2 AT : 47 BUN : 20 Creatinin : 2,1 Albumin 2,3

Tentukan 3 prioritas diagnose keperawatan


Output Intervensi
Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan Napas Buatan
1. Produksi sputum dari sedang (3) menjadi 1. Monitor posisi selang ETT
meningkat (5) 2. Monitor tekanan balon EET setiap 4-8 jam
2. Mengi sedang (3) menjadi menurun (5) 3. Monitor kulit area stoma trakeostomi
3. Wheezing sedang (3) menjadi menurun (5) 4. Pasang OPA jika perlu
4. Dispnea dari sedang (3) menjadi membaik 5. Ganti fiksasii ETT setiap 24 jam
(5) 6. Cegah ETT terlipat
7. Ubah posisi ETT secara bergantian
8. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15
detik jika diperlukan
9. Berikan pre oksigenasi 100% selama 30 detik
sebelum melakukan suction
10.Lakukan perawatan mulut
11.Lakukan perawatan stoma trakeostomi
12.Kolaborasi intubasi ulang jika terbentuk plug
mukosa yang tidak dapat dilakukan penghisapan
Output Intervensi
Pertukaran Gas Terapi oksigen
1. Tingkat kesadaran meningkat (4-5) 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
2. PCO2 dari sedang (3) menjadi membaik (5) 2. Siapkan dan atur alat pemberian oksigenasi
3. PO2 dari sedang (3) menjadi membaik (5) 3. Monitor aliran oksigen
4. Takikardia dari sedang (3) menjadi membaik (5) 4. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
5. Pola nafas dari sedang (3) menjadi membaik (5) 5. Kolaborasi penentuan dosis oksigen

Keseimbangan asam basa


1. Irama nafas dari memburuk (1) menjadi sedang (3) Pemantauan Respirasi
2. Frekuensi nafas dari memburuk (1) menjadi sedang 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, usaha nafas
(3) 2. Monitor polas nafas (bradipnea, tacypnea,
3. Kadar bicarbornat dari sedang (3) menjadi kusmaul,cheyne stroke)
membaik (5) 3. Monitor AGD, SPO2, hasil rontgen
Output Intervensi
Pola Napas Efektif Terapi oksigen
1. Ventilasi semenit meningkat dari (1) menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
menjadi (4) cukup 2. Siapkan dan atur alat pemberian oksigenasi
2. Tekanan inspirasi dari (1) menurun menjadi (4) 3. Monitor aliran oksigen
cukup 4. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
3. Tekanan ekspirasi dari (1) menurun menjadi (4) 5. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
cukup
4. Penggunaan otot bantu (1) meningkat menjadi (4)
cukup Pemantauan Respirasi
5. Kedalaman napas (1) memburuk (4) cukup baik 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, usaha nafas
2. Monitor polas nafas (bradipnea, tacypnea,
kusmaul,cheyne stroke)
Output Intervensi
Keseimbangan Elektrolit Pemantauan Elektrolit
1. Serum natrium membaik Identifkasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan
2. Serum kalium membaik elektrolit
3. Serum clorida membaik Monitor kadar eletrolit serum
Monitor mual, muntah dan diare
Monitor kehilangan cairan, jika perlu
Monitor tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit

Manajemen Cairan
Monitor status hidrasi
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Monitor status hemodinamik
Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24
jam
Kolaborasi diuretic jika perlu
Output Intervensi
Ventilasi Spontan Dukungan Ventilasi
1. Volume tidal (1) menurun menjadi 4(cukup 1. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas
meningkat) 2. Identifikasi perubahan posisi terhadap status
2. PCO2 (1) meninngkat 4( cukup menurun) pernapasan
3. PO2 (1) menurun menjadi 4 (cukup meningkat) 3. Monitor status respirasi (frekuensi, kedalaman napas,
penggunaan otot bantu pernapasan)
4. Pertahankan kepatenan jalan napas
5. Berikan posisi semi fowler
6. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Output Intervensi
Perfusi Renal Pencegahan Syok
1. Jumlah urin dari (1) menurun menjadi 3 1. Monitor status kardiopulmunal (frekwensi dan
(meningkat) kekuatan nadi, frekwensi nafas, TD, MAP)
2. Tekanan arteri rata-rata (mean arterial 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
pressure/MAP) (1) memburuk menjadi 4 (cukup 3. Monitor status cairan
membaik) 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
3. Kadar urea nitrogen darah dari (1) memburuk 5. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
menjadi (4) cukup membaik. oksigen >94%
4. Kadar kreatinin plasma dari (1) memburuk 6. Persiapan intubasi dan ventilasi mekanik, jika perlu
menjadi (4) cukup membaik. 7. Pasang jalur IV, jika perlu
8. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urin
9. Anjurkan melapor jika menemukantanda dan gejala
syok
11. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
12. Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
Output Intervensi
Eliminasi Urin Manajemen Eliminasi Urin
1. Berkemih tidak tuntas dari (1) meningkat menjadi 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi urin
4 (menurun) 2. Monitor eliminasi urin
2. Vollume residu urin dari (1) meningkat menjadi (4) 3. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi urin
cukup menurun 4. Catat waktu dan keluaran berkemih
3. Distensi kandung kemih (1) meningkat menjadi (4) 5. Batasi asupan cairan jika perlu
cukup menurun.
Kontrol Infeksi
6. Identifikasi penyakit yang mendasari infeksi
7. Terapkan kewaspadaan universal
8. Kolaborasi pemberian antibiotik
Output Intervensi
Keseimbangan Cairan Manajemen Hipervolemia
1. Output urin (3-4) 1. Periksa tanda dan gejala hypervolemia
2. Edema (3-4) 2. Monitor status hemodinamik
3. Dehidrasi (3-4) 3. Monitor intake dan output cairan
4. Tekanan darah (4-5) 4. Monitor efek samping diuretic
5. Kolaborasi pemberian diuretic
6. Kolaborasi penggantian akibat kehilangan diuretic

Pemantauan Cairan, Pemantauan elektrolit


7. Monitor TTV
8. Monitor CRT
9. Monitor jumlah, warna urin
10. Monitor hasil px serum
11. Monitor balance cairan
Output Intervensi
Integritas Kulit Perawatan Integritas Kulit
1. Turgor kulit (3-4) 1. Observasi penyebab gangguan integritas kulit
2. Mukosa (3-4) 2. Ubah posisi tiap 2 jam
3. Lakukan pemijatan pada penonjolan tulang
4. Bersihkan dengan air hangat

Perawatan Luka
5. Monitor karakteristik luka
6. Monitor tanda infeksi
7. Rawat luka
8. Jadwalkan perubahan posisi tiap 2 jam sesuai
kondisi pasien
Output Intervensi
Perawatan diri Dukungan perawatan diri, makan, minum, mandi
1. Kemampuan mandi dari sedang (3) menjadi toiletting
membaik (5) 1. Jaga privasi pasien
2. Kemampuan makan dari sedang (3) menjadi 2. Monitor tingkat kemandirian pasien
membaik (5) 3. Sediakan lingkungan yang terapeutik
3. Kemampuan toilet dari sedang (3) menjadi 4. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
membaik (5) 5. Anjurkan BAB/BAK secara rutin
6. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jelaskan
kandungan makanan, kolaborasi antigesik.antiemetik
sesuai indikasi
7. Monitor kebersihan tubuh, integritas kulit saat
mandi
8. Lakukan back massage saat mandi
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Berney, S., Haines, K., & Denehy, L (2012). Physiotherapy in critical care in Australia. Cardiopulmonary physical therapy journal, 23(1),19
Brown, Helen Edwars, Lesley Seaton et all. 2016. Medical Surgical Nursing: Assessment Management Clinical Problem Ed 4 th. Mosby
Brunner & Suddart’s. 2013. Textbook of medical surgical nursing 13th. Lippicort: Philadelphia Unites State
Bulechek. G.M. at all. 2013. Nursing interventions classification. 6th ed. St. Louis: Elsevier
Cade, C. 2008. Clinical Tools for the Assessment of Pain in Sedated Critically Ill Adults. Nursing in Critical Care, 13(6), 288-297
Campbell, G. dan Happ, M. 2010. Symptom Identification in the Chronically Critically Ill. AACN Advanced Critical Care, 21(1), 64-79.
Chan JCM, Gill JR .1990. Kidney and electrolyte disorders. New York.Churchill Livingstone
Christensen, P.J & Janet W. Kenney. (2009). Proses Keperawatan Aplikasi Model Konseptual. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Higgins PA et.al. Assesing nutritional status in chronically critically ill adult patients. American journal of critical care 2006: 15:2
Koizier-Erbs, A.B., Shirlee, S., & Geralyn, F. 2016. Fundamental of nursing consepts, process and practice
Lee, J.W. 2010. Fluid and electrolyte disturbances in critically ill patients. Electrolytes & Blood pressure, 8(2), 72
Mangku, Gde., Senapathi, Tjokorda Gde A. 2010. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta : Indeks

Shuman, E.K., & Chenoweth, C.E (2010). Recognition and prevention of healthcare- associated urinary tract infections in the intensif care unit. Critical care
medicine, 38, S373-S379
Silbernagl/Lang, 2000, Pain in Color Atlas of Pathophysiology , Thieme New York. 320-321

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai