Anda di halaman 1dari 20

HIPOKALEMIA

Kadar normal : 3,5 5,5 meq/L

Dimulai saat K < 3,5 meq/L

- Indikasi mutlak saat K< 2 meq/L


- Diterapi tergantung keadaan umum saat K 3 3,5 meq/L

Preparat Kalium oral :

- Diberikan untuk hipokalemi ringan sedang


- Pemberian 40 60 meq akan meningkatkan 1 1,5 meq/L
- Pemberian 135 160 meq akan meningkatkan 2,5 3,5 meq/L
- Pemberian peroral 20 80 meq/hari
- Paien yang hipokalemi karena diuretic diberikan 40 60 meq/hari
- Koreksi lambat :
a. KSR 2 3 x 1 2 tablet (KSR = 600mg / 8 meq)
b. Aspar K 3 x 1 3 tablet (KI + aspartate 300mg / )
c. Renapar = 3 x 1 3 tablet (KI + aspartate 300mg + Mg aspartate 100mg)

Nyanyian di RSSA :

Drip KCL 1 flc (25 meq) dalam 500cc NaCl 0,9% berikan 10 20 tpm makro
Drip KCL 1 flc (25 meq) dalam 100cc NaCl 0,9% berikan 4 8 tpm mikro

HIPERKALEMIA

Kadar normal 3,5 5,5 meq/L

Klasifikasinya :

a. Ringan : 5,5 6,0 meq/L


b. Sedang : 6,1 7,0 meq/L
c. Berat : > 7 meq/L

Koreksi intravena diberikan saat kadar kalium > 6 meq/L

Tahapan koreksi:

Preparat binding resin

a) Per oral : Kayexalate dosis 25 50 gram campurkan ke dalam 100 ml sorbitol 20%
b) Per rectal : Kayexalate dosis 50 100 gram dalam 50 100ml sorbitol 70%

1. Ca glukonat
Dosis 10 ml diberikan intravena, selama 3 10 menit
Dapat diulang setelah 5 menit

2. Dekstrose dan insulin


Berikan D40 2 flc untuk RBS < 250 mg/dL
Berikan insulin 10 U

3. Natrium bikarbonat
Diberikan hanya pada asidosis sedang berat
Dosis 1 meq/KgBB diberikan secara intravena
Nyanyian di RSA adalah berikan 1 3 ampul intravena 15 30 menit

4. Salbutamol
Dosis 10mg 20mg
Dapat diberi per nebulize selama 10 menit

5. Loop diuretik
Diberikan furosemid (Lasix) 20 40 mg intravena
Kontraindikasi pada penderita dengan hipovolemia
6. Hemodialisa
Jika setelah 3x siklus koreksi tidak ada perubahan dari kadar kalium

HIPERNATREMIA

Kadar normal : 135 145 mosm/L

Langkah koreksinya:

1. Hitung free water deficit


Free water deficit = (0,4 0,6 x BB) x Na-140/140

2. Mulai fluid replacement theraphy


Dengan D5 NS
- Pada 24 jam pertama = 50% free water deficit
- Pada 48 jam selanjutnya = sisanya

HIPONATREMIA

(Hiponatremia Hipoosmolar Hipovolemik)

1. Koreksi dengan isotonic saline (NS/RL)


2. Untuk hiponatremia berat (120mEq/L)
= 0,6 x BB x (125-Na)

Contoh kasus :

Pasien dengan Na = 110 mEq/L, BB = 50 kg

Natrium yang dibutuhkan = 0,6 x 50 x (125-110) = 450 mEq

I L NaCl 3% = 513 mEq

Kebutuhan NaCl 3% = (450/513) x 1000 mL = 877 mL

Kecepatan infus = 0,5-1 mEq/jam

Waktu yang dibutuhkan = [(125-110)/0,5] x 1 jam = 30 jam

Kecepatan tetesan = (877 cc x 20 tts makro)/(30 jam x 60 menit)

= 10 tpm (makro)

Tambahan :

Menghitung osmolaritas = (N= 280-295 mOsm/kg)

1. 2Na + (BUN/2,8) + (Glukosa/18), atau


2. 2Na +(Ureum/6) + (Glukosa/18), atau
3. 2(Na+K) +(Glukosa/18) [untuk DM/HHS)

HIPERFOSFATEMIA

1. Diet rendah fosfat


2. Koreksi hipokalsemia
3. Pengikat fosfat (CaCO3 300 mg 2-3x/hari) atau sevelamer 800 mg 1-2 tab per oral bersamaan dengan waktu makan
4. HD bila disebabkan oleh CKD
DOPAMIN

Dosis : 2-20 mcg/kgBB/menit

Contoh kasus :

Pasien BB = 50 kg, dosis = 5 mcg/kgBB/menit butuh 250mcg/menit

1 amp = 200 mg campur dalam 100 cc D5%

100 cc = 200 mg

1 cc = 2000 mcg

250 mcg (250/2000) x 1 cc x 60 tts = 7,5 tpm (mikro)

Catatan :

- Naikkan 2 tetes mikro/15 menit hingga MAP > 70 mmHg (maks 15 tpm), atau maks 21 tpm (mikro) s/d TDS 100 mmHg
- Bila stabil, pertahankan 4-6 jam, lalu tappering off
Tambahan :

Rumus Dopamin 200mg/500ml (infusion pump) :

cc/jam = (mcg x BB x 60)/400

DOBUTAMIN

Dosis : 2-20 mcg/kgBB/menit

1 amp dobutamine = 250 mg

Biasanya dilarutkan dalam 500 cc D5%/NS

1 cc = 0,5 mg = 500 mcg

20 tetes makro = 500 mcg

1 tetes makro = 25 mcg

Contoh kasus :

Pasien BB = 50 kg, dosis 2 mcg/kgB/menit butuh 100 mcg/menit

= (100/25)

= 4 tpm (makro)

Tambahan :

Rumus Dobutamine 250 mg/500 ml :

cc/jam = (mcg x BB x 60)/500

NOREPINEFRINE

Dosis : 0,05-2mcg/menit
1 amp NE dalam 100 ml D5% 1 tpm (mikro) = 0,33 mcg

Biasanya mulai 8 tpm (mikro), naikkan 3 tpm tiap 15 menit, maksimal 40 tpm

Setelah stabil, pertahankan 8 jam kemudian tapering off.

INSULIN

Basal : Levemir (10 IU, 12 IU) Tergantung seksi

Intermediate: Insulatard (10 IU) Jarang digunakan di RSSA

Rapid : Novorapid, Actrapid (4-4-4) kombinasi dari basal dalam 24 jam missal kebutuhan insulin dalam 1 hari 24 IU, maka 24:
2 (12 IU basal & 12 IU rapid :3 (4-4-4) )

Monitoring dengan GD I/II, Kurang atau tidaknya dosis insulin KONSULKAN SEKSI

HIPOGLIKEMI

Bila pasien SADAR Glukosa tablet / gel ATAU D 40% 1 flash ( tergantung kadar Gula darah)

Bila pasien TIDAK SADAR Cek GDS D 40% 2-3 flash + infuse D 10% (dalam 4-6 jam) cek GDS per jam BILA baik cek 2
jam

PERSIAPAN PASIEN KEMOTERAPI RUANGAN

1. SP F. 10
2. Protokol masuk + resep masuk + resep pulang (dari poli fotokopi 2x untuk keluarga dan PPDS, simpan dalam MAP
KHUSUS PASIEN KEMO)
3. Lengkapi status ( cek laboratorium (DL, Ur, Cr, OT/PT, LDH, Bil T/D/I) kecuali kalau ada AP lab lain.
4. Hb >= 10, BILA << 10 TRANSFUSI (KONSUL SEKSI)
5. WBC >= 2.000, BILA << 2.000 Lekogen (KONSUL SEKSI)
6. PLT > 100.000
7. Kemoterapi hari pertama di tulis di F 7.5 ( khusus 28 regimen kemo ditulis lengkap di hari pertama pasien datang)
Pasien pro kemo datang lihat kepala les (biasanya ada di ruang administrasi atau di kotak dekat telpon)

SYOK HIPOVOLEMIK

1. Posisikan kaki lbh tinggi


2. Patenkan jalan napas
3. Resusitasi cairan
- 2-4 l dlm 20-30 mnt
- Kehilangan darah yg berlanjut Hb < 10 g/dl, perlu penggantian darah dgn transfusi
- Inotropik dgn dopamin, vasopresin, dobutamine dilakukan setelah volume darah dicukupi terlebih dulu.
- NE tidak banyak manfaatnya pd hipovolemik
- Naloxon bonus 30 mcg/kg dlm 3-5 mnt, lanjut 60 mcg/kg dlm 1 jam dlm di 5% untuk meningkatkan MAP
4. CVP/ intraarterial

SYOK KARDIOGENIK

>> mci

Klinis Mirip kondisi syok hipovolemik.

Cara bedakan:

TD ttp < 90 mmhg selama > 1 jam yg tidak respon hanya dgn cairan saja, diketahui sekunder thd disfungsi jantung,
berkaitan dgn tanda tanda hipoperfusi/ inden cardiac < 2,2 l/mnt/m2 dan tekanan baji kapiler paru > 18 mmhg, tdk drh
naik stlh masuk inotropik, ada s3, Gallop, Ronki, Distensi v. Jugularis, cardiomegalli, tanda congesif.
Penatalaksanaan

1. Optimalkan cairan untuk isi ventrikel kiri, bila tidak ada tanda bendungan, 250 cc dlm 10 mnt. Bisa ditambah dopamin,
NE. Dopamin kombinasi dobutamine dosis sedang atau dobutamie tunggal PD kondisi low input tanpa Hipotensi yg nyata.
2. Patenkan Jln napas
3. IABP ( intraaortic balon counterpulsation)
4. Pantau EKG, periksa Saturasi, Agd.
5. Terapi fibrinolitik bila pasien St elevasi
6. Tentukan scr dini anatomi coroner
7. Revascularisasi dini. (Pci atau cabg)

SYOK SEPTIK

Tanda SIRS ( sistem inlamatory respon sistemik)

- Suhu < 36, >38


- Hr > 90 Tpm
- RR > 20 Tpm, paco2 <32 mmhg
- L > 12.000 / 4.000 / Btg > 10 %
Penatalaksanaan

1. Eliminasi faktor infeksi ( antibiotika, drainase)


2. Abc
3. Terapi cairan ( koloid, kristaloid, albumin, pertahankan hb 8-10, vasopresor)
4. Bicarbonat pH<7.2, hco3<9
5. Disfungsi renal. ( pakai dopamin 1-3 mcg/kg/mnt)
6. Nutrisi
7. Steroid, hidrokortison 50 mg IV 4x/hr selama 7 hr.

Syok anafilaksis

- Eliminasi faktor penyebab


- Abcd ( cairan blh koloid dulu 0,5-1 l, sisanya kristaloid)
- Posisi trendlenberg
- Adrenalin 1:10.000 (0,3-0,5 cc IM), bisa juga scr infiltrasi 1:1000, 0,1-0,3 cc
- Antihistamin (dyphenhidrAmin 25 mg IM, procainamid 25 mg IM, cimetidine 300 mg atau ranitidine 150 mg
diencerkan 20 cc nacl 0,9% dlm waktu 5 mnt.
- Salbutamol 0,25 -0,5 cc dlm 2-4cc NaCl 0,9% diberikan ml nebulasasi atau aminofilin 5-6 mg/kg yg diencerkan dlm
20 cc dx 5% atau nacl 0,9%, pertahankan 15 mnt.
- CVC
- Bila masih blm teratasi, larutkan 1 cc epineprin 1:1000 dlm 250 cc dx (konsentrasi 4mg/cc) diberikan dlm infus 1-4
mg/mnt atau 15-60 mikrodrip/ mnt, bila diperlukan dosis max 10 mg/cc
- Hidrokortison IV 5 mg/kg /4-6 jam

ATRIAL FIBRILASI

Penyebab

1. penyakit jantung yang berhubungan dengan af


a. Penyakit jantung coroner
b. Penyakit katup jantung ( rematik maupun non)
c. Kardio miopati hiper tropik
d. Kardiomiopati dilatasi
e. Aritmia jantung: takikardi Atrial, Atrial flutter, AVNRT, sinus sick sindrom
f. Pericarditis
2. Penyakit di luar jantung
a. Penyakit jantung hipertensi
b. Diabetes melitus
c. Hipertiroid
d. Penyakit paru: ppok, hipertensi pulmonal primer, emboli paru akut.
e. Neurogenik: sistem saraf otonom bisa sbg pencetus peningkatan tonus vagal atau adregenik.
Klasifikasi

1. Af paroxysmal
Bila terjadi kurang dari 48 jam. 50 % remisi spontan dalam 24 jam.
2. Af persisten
Bila terjadi antara 48 jam sampai 7 hari. Sering memerlukan cardioversi untuk membalikkan irama.
3. Af kronik/ permanen
Bila terjadi lebih dari 7 hari. Irama sulit kembali walau dengan cardioversi.

Manifestasi af:

Asimptomatik atau simptomatik


Berdebar Debar, sakit dada saat beraktivitas, sesak napas, cepat lelah, sinkop / gejala tromboemboli.
Bisa gejala sistemik, cardiac output berkurang, chf

Evaluasi klinik af:

1. Anamnesis
a. Lamanya timbul (paroxysmal, persisten, permanen)
b. Tentukan beratnya gejala
c. Cari etiologi
2. Pemeriksaan klinis
a. Ttv: hr regularitas, tensi
b. Tekanan Vena jugularis
c. Ronki
d. S3, murmur
e. Hepatomegali
f. Edema perifer
3. Laboratorium
a. Hematokrit
b. Tsh
c. Enzim jantung
d. Fungsi tiroid
4. Ekg (verifikasi af, loh, sindrom wpw, mci
5. Radiologi, echo, TEE ( trans esofagoecho)
6. Uji latih jantung ( identifikasi ischemia jantung)
7. Pemeriksaan lain ( holter monitoring, studi elektrofisiologi)

Komplikasi

1. Sudden Death
2. Hipotensi
3. Tromboemboli, stroke

Penatalaksanaan

Tujuan:

1. Kembalikan irama sinus


2. Kontrol laju irama ventrikel
3. Cegah komplikasi tromboemboli

Cardioversi

1. Farmakologi
Paling efektif dalam 7 hari setelah af dgn antiaritmia
2. Elektrik
Pada pasien dgn hemodinamik tidak stabil ( hr cepat, tanda ischemia, Hipotensi, sinkop). Mulai 200 j bila tidak berhasil
dilanjutkan 350 j. Pasien puasa dan menggunakan obat anastesi kerja pendek.

Kontrol laju Irama ventrikel dengan:

1. Digoxin

2. Ccb ( verapamil, diltiazem)

3. Beta bloker
Dikatakan terkontrol bila hr 60-80 Tpm saat istirahat dan 90-115 Tpm saat aktivitas

Antitrombotik:

1. Warfarin
2. Aspirin 75 mg atau 325 mg

Dosis optimal efektif aman bila inr 2-3. Warfarin 3 mg sblm dan 4 mg sesudah cardioversi

Antiaritmia:

1. Amiodaron (100-400 mg). (ES: Fotosensitive, Toxic paru, polineuropati, ggn GI, bradikardi, torsade de pointes,
hepatotoxic, disfungsi tiroid)
2. Disopyramide (400-750mg). (ES: torsade de pointes, gagal jtg, glaukoma, retensi Urin, mulut kering)
3. Dofetilide (500-1000 mg). (ES: torsade de pointes)
4. Flecainide (200-300 mg).( ES: takikardi ventrikuler, congesif hf, konduksi av node berubah menjadi flutter Atrial)
5. Procainamid (1000-4000mg). (ES: torsade de pointes, ggn GI, lupus like snyd)
6. Propafenon (450-900 mg). (ES: takikardi ventrikuler, congesif hf, konduksi av node berubah menjadi Atrial flutter)
7. Quinide (600-1500 mg). (ES: torsade de pointes, kelainan saluran cerna, konduksi av berubah)
8. Sotalol (240-320 mg). ES: torsade de pointes, congesif hf, bradikardi, penyakitaru brongkos spesifik ya mrp eksaserbasi
akut dari obstruksi kronik, bradikardi)

Algoritma

Atrial fibrilasi

Paroxysmal. Persisten. Permanen

Tdk diterapi, Antikoagulan + kontrol laju

Kec ada gejala

Pertimbangkan antiaritmia

Cardioversi

Terapi jangka pjg tdk diperlukan


KRISIS TIROID

Pencetus krisis tiroid:

1. Infeksi (>> terutama infeksi paru)


2. Trauma
3. Hipolglikemia
4. Pasca operasi
5. Stres emosi
6. Terapi iodium radioaktif (I-131)
7. Tromboemboli paru
8. Palpasi tiroid yang terlalu kuat
9. Persalinan
10. KAD
11. Zat kontras beriodium
12. Penghentian obat antitiroid
13. CVA

Diagnosis:

- Terutama dari gejala kllinis (lihat Burch-Wartofsky skor)


- Laboratorium
a. T3 dan T4 umumnya meningkat
b. TSH sangat rendah
c. Anemia normositik normokrom dengan limfositosis relatif
d. Sering terjadi hiperglikemia
e. Enzim transaminase meningkat
f. Azotemia pre renal (karena dehidrasi atau CHF)
- EKG
a. Sinus takikardi
b. Atau atrial fibrilasi rapid ventrikular response

Penatalaksanaan:

1. A. menghambat produksi hormon tiroid


- propiltiourasil (PTU). High dose: 300-400 mg / 4 jam oral atau 600-1000mg per NGT/ rectal
- metimazol 20-30 mg/ 4 jam oral atau 60-100mg per NGT / rectal
- glucokortikoid. Hidrokortison 100-500 mg IV/ 12 jam

B. penghambat sekresi hormon tirooid

- solusio lugol 8 tetes/ 6 jam


- Na iodida 1 gr/ 12 jam ( secara oral maupun infus), diberikan dalam 1-2 jam setelah PTU, lanjutkan selama 7-10
hari
- Ipodate (obat kontras radiologi/ oragraffin), dosis 1-3 gr/ jam oral
2. Suhu tinggi
- Kompres dingin
- Antipiretik (asetaminofen)
- Perbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit
- Terapi suportif; oksigen, diuretik, digitalis

3. Obat pengurang/ penghilang efek perifer hormon tiroid


- Propanolol
60-80 mg/ 6 jam oral atau 0,5-1 mg IV perlahan, lebih dari 10 menit sebagai dosis awal. Dosis dapat
disesuaikan samapai 1-3 mg IV perlahan, lebih dari 10 menit sesuai respon dengan atrget denyut jantung < 90
tpm.
Propanolol juga mengurangi efek agitasi, memperbaiki perilaku psikosis, tremor, diare, panas, diaforesis
- Esmolol ( masa kerja sangat singkat)
IV dosis awal 0.25-0.5 mg/ kg bb, 5-10 menit diikuti infus kontinue 0.05-0.1 mg/ kg/ menit
4. Pengobatan faktor presipitasi
- Obat infeksi dengan antibiotik yang sesuai

Penilaian berdasarkan Burch- Wartofsky skor:

Suhu Disfungsi kardiovascular


- 37.2- 37.7 :5 Takikardi:
- 37.8-38.3 : 10 - 90-109 :5
- 38.4-38.8 : 15 - 110-119 : 10
- 38.9-39.4 : 20 - 120-129 : 15
- 39.5-39.9 : 25 - 130-139 : 20
- > 40 : 30 - >140 : 25
Gangguan SSP Tanda CHF
- Tidak ada :0 - tidak ada :0
- Ringan: agitasi : 10 - ringan: edema tungkai : 5
- Sedang: delirium : 20 - sedang: ronki +/+ : 15
- Psikosis - berat:edema paru : 20
- letargi berat
- berat: koma : 30
Gangguan gastrointestinal Fibrilasi atrium
- tidak ada :0 - tidak ada :0
- sedang: diare : 10 - ada : 10
- muntah/ mual
- nyeri perut
- berat: ikterus : 20

Faktor pencetus NILAI TOTAL:


- Tidak diketahui : 0 - >45 : sangat mungkin krisis tiroid
- Diketahui : 10 - 25-45: krisis tiroid mengancam
- <25 : bukan krisis tiroid

ASIDOSIS METABOLIK
Koreksi bila PH < 7,1
Rumus :
HCO3 = BE x BB x 0,3
2

Tx : Drip NaBic 75 meq dalam 500 cc NaCL 0,9 % 20 tpm

GLICERYL TRINITRAT GTN


1 ampul = 10 cc = 50 mg
Dosis : 10 mcg 200 mcg / menit
1 ampul dalam 100 cc NS
50 mg dalam 100 cc NS -> 0,5 mg / cc = 500 mcg / cc

Dosis awal 10 mcg / menit


JADI : 10 mcg / 500 mcg x 60 ( tetes mikro ) = 1,2 mikro

NICARDIPINE

2-10 mcg / kg / BB

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI ANTIHIPERTENSI

Kontra
Golongan Indikasi Indikasi yang Kontra
Indikasi yang
obat Kuat mungkin Indikasi kuat
Mungkin
Diuretik -Gagal jantung -Diebetes -Pirai -Dislipidemi
- HCT - orang tua mellitus -pria yang
-Furosemid -Hipertensi sistolik seksual aktif
-Spironolacton -hiperurisemia

Beta Blocker -Angina pektoris -Gagal jantung -Asma -Dislipidemia


Propanolol -Pasca infark -Kehamilan -Bronkhiale -Atlit dan
Atenolol Miokard -Diabetes dan Penderita
Bisoprolol -takhiaritmia mellitus -PPOM yang
-Blok jantung Fisik aktif
-Penyakit
pembuluh
darah perifer
ACE-I -Gagal jantung -Penyakit -Kehamilan
-captopril -Disfungsi Pembuluh -
-enalapril Ventrikel kiri darah Hiperkalemia
-Lisinopril -Pasca infark Perifer -Stenosis
-ramipril miokard Arteri
-Nefropatik Renalis
diabetik Bilateral
-Hiperlipidemia
Ca channel -Angina pektoris -Intoleransi -Blok jantung -Gagal
Blocker -Orang tua gula jantung
(CCB) -Hipertensi sistolik Konfestif
-amlodipin
-Nifedipin
-nicardipin
Alfa Blocker -Hipertrofi -Gagal jantung -Hipotensi
-Prazosin HCL Prostat ortostatik
-Terazosin
HCL
-Bunazosin
HCL
Angiotensin -Batuk karena -Kehamilan
Reseptor ACEI -Stenosis
Blocker Arteri
(ARB) Renalis
-valsartan Bilateral
-losartan
-irbesartan
-telmisartan
-candesartan

Diuretik
1. HCT (Hydroclorothiazide) 25 mg (tablet putih) dan 50 mg (tablet merah). Dosis 50 200 mg/hari. Dosis aman 1 x 12,5 25
mg/hari. Hati hati pada dosisi lebih tinggi karena akan menyebabkan hipokatemia.
2. Furosemide (Lasix, Impugan, Cetasix, Diurefo, Furosix, Farsix, Furosetic, Nclex, Uresix) tablet 40 mg. Dosis 1 3 x 20 40
mg/hari
3. Spironolactone (Aldactone, Idrolattone, Letonal, Spirolactone, Carpiaton) tablet 25 mg dari 100 mg. Dosis 1 x 50 100 mg/hari

Penyekat beta
1. Proparad (Inderal, Propadex, Prestoral, Blocard, Farmadral) tablet 10 mg dan 40 mg Dosis 2 3 x
2. Metoprolol turtrate (Lopressor, Seloken, Cardiosel) tablet 100 mg. Dosis 1 x 100 200 mg/hari. Metoprolol succinate tablet 95
mg. Dosis 1 x 95 190 mg/hari
3. Atenolol 9Tenormin, Betablok, Zantablok, Fornormin, Cardiosel, Hiblok, Tensimorm) tablet 50 mg dan 100 mg. Dosis 1 x 25
100 mg/hari
8. Carteolol HCL (Mikelan) tablet 5 mg. Dosis 10 30 mg/hari dalam 2 3 kali dosis
9. Nadolol (corgard, Farmagard) tablet 40 mg. Dosis 1 x 40 mg/hari
10. Sotalol (Sotacor) tablet 80 mg dan 160 mg. Dosis 160 320 mg/hari
11. Bisoprolol (Concor, Maintate) tablet 5 mg. Dosis 1 x - 2 tablet/hari

penyekat alfa dan beta


1. Labelatol HC (Trandate) tablet 50 dan 100 mg. Dosis 2x 100 mg hari sampai 2,4 gram/hari dalam 3 4 kali dosis
2. Carvedilol (Dibloc) tablet 25 mg. Dosis 1 x 12,5 50 mg/hari

ACEI
1. Captopril (Capoten, Captensin, Acepress, Dexacap, Farmoten, Tensicap, Tensolan, Otoryl, Casipril) tablet 12,5 mg, 25 mg
dan 50 mg. Dosis 2 3 x 12,5 25 mg/hari
2. Enalapril (Renivace, Tenace, Inoprilat, Renacardon, Repanitril) tablet 5 mg, 10 mg dan 20 mg. Dosis 10 40 mg dalam 1 x 2
pemberian/hari
3. Imidapril (Tanapress) 5 dan 10 mg. Dosis 1 x 5 10 mg. Dosis 1 x 5 10 mg/hari
4. Lisinopril (Zestril, Interpril, Noperten) tablet 5 mg, 10 mg dan 20 mg. Dosis 1 x 5 20 mg/hari

Antagonis Kalsium
1. Diltiazem (Herbessar, Cardizem, Carditen, Dilso, Dilmen, Diltikor, Cardyne, Farmabes) tablet 30 mg, 60 mg dan Herbessaer
SR 90 mg dan Herbassaer SR 180 mg
2. Verapamil (Isoptin, Corpamil) tablet 80 mg dosis 2 x - 1 tablet/hari dan Verapamil SR 240 mg dosis 1 x 1 tablet/hari
3. Nifedipine (Adalat, Carvas, Cordalat, Coropinin, Farmalat, Calcianto, Fedipin, Ficor, Kemolat, Nifecard, Niprocor, Nifedin,
Pincard, Vasdalat, Xepalat) tablet 5 mg, 10 mg. Dosis 3 x 5 20 mg/hari, serta Adalat Oros 30 dan 60 mg dosis 1 x 30 60
mg/hari
4. Nicardipin HCL (Loxen, Safcard) tablet 20 mg dan retard 40 mg 3 x 20 mg/hari atau 1 x Laxen retard 40 mg/hari
5. Amlopidipine besylate (Norvask, Tensivask) tablet 5 mg dan 10 mg. Dosis 1 x 5 10 mg/hari
PERSIAPAN PUNGSI ASITES:
1. Blood set
2. Spuit 5cc/10cc ( I/II)
3. Lidocaine
4. Hipafix
5. Botol aqua

PERSIAPAN PUNGSI PLEURA:


1. Blood set I
2. Three way I
3. Spuit 50cc I (lubang pinggir)
4. Spuit 5cc/10cc (I/II)
5. Lidocain
6. Jarum 18 G/ jarum infus
7. Hipafix

PENANGANAN KRISIS HIPERGLIKEMIA


- Bedakan dulu KAD atau HHS
- Kejar faktor pencetus dan tangani segera

Mulai IV fluid: NaCl 0,9 % 1 L/jam lalu cek SE dan GD


I. IV fluids
Tentukan status hidrasi dulu.
- Syok kardiogenik: Monitoring hemodinamik
- Hipovolemia berat (umumnya pada HHS): NaCl 0,9% (1L/jam)
- Hipovolemia ringan: lihat kadar serum atrium
Jika Natrium normal/tinggi: NaCl 0,45% (250-500 ml/jam)
Jika Natrium rendah: NaCl 0,9% (250-500 ml/jam)
Catatan: Selalu evaluasi status hidrasi dan GD per jam
Pada KAD insulin harus segera diberikan. Pada HHS utamakan rehidrasi terlebih dahulu baru dipertimbangkan pemberian insulin.
Rehidrasi yang adekuat akan menurunkan kadar glukosa darah pada sebagian besar kasus HHS (kausa tersering adalah dehidrasi)
Sebelum memberikan insulin lihat dulu kadar Kalium
II. Kalium
Bila K <3,3 meq/L: Insulin tidak diberikan, mulai dril KCL 20-30mEq/jam hingga K >3,3 meq/L
Bila K 3,3-5,2 meq/L: Drip KCL 20-30 mEq/jam dan mulai drip insulin (2 line)
Bila K >5,2 meq/L: Langsung drip insulin, cek kadar K tiap 2jam
Nyanyian di RSSA: drip KCL dalam 500cc NaCl 0,9% makro. Sebelumnya pastikan fungsi ginjal cukup dengan menilai urine output.
III. Insulin
Drip insulin dengan dosis 0,14 unit/kgBB/jam
Cara mudah: drip 50 unit insulin dalam 100cc NS -> dalam 10 cc NS = 5unit insulin
Setelah 1 jam cek kembali kadar glukosa
Bila GD tidak turun minimal 10% pada jam pertama, berikan insulin 0,14 U/kgBB (bolus) kemudian lanjutkan drip
dengan cara sebelumnya. Catatan: pada guideline yang lain disebutkan jika setelah 1 jam GD tidak turun minimal
10% maka dosis drip insulin dinaikkan menjadi 0,2 unit/kgBB/jam
KAD: bila GD 200 mg/Cl, turunkan infus insulin 0,02-0,05 U/kgBB/jam, ganti cairan sebelumnya dengan D5 1/2NS
(150-250 ml/jam), dan pertahankan GD dikisaran 150-200 mg/dl
HHS: bila GD 300 mg/Cl turunkan infus insulin 0,02-0,05 U/kgBB/jam, ganti cairan sebelumnya dengan D5 1/2NS
(150-250 ml/jam), dan pertahankan GD dikisaran 200-300 mg/dl

IV. Bikarbonat
Pemberian bikarbonat tidak sering dilakukan.
pH >/= 6,9: NaHCO3
pH <6,9 : 100 mmol bikarbonat dalam 400ml DSW + 20 mEq KCL, infus per 2 jam. Diulangi tiap 2 jam hingga pH >/=
7. Monitor serum K setiap 2 jam.
Final Box:
- Cek elektrolit, BUN, pH, kreatinin dan GD tiap 2-4 jam hingga pasien stabil
- Setelah resolusi DKA/HHS dan pasien mampu makan tanpa muntah pemberian insulin SC dapat dimulai. Untuk
mengganti pemberian insulin dari IV ke SC infus insulin tidak boleh langsung dihentikan. Lanjutkan drip insulin selama 1-
2jam setelah suntikan insulin SC. Pada pasien yang belum pernah diberikan insulin, mulai dengan dosis 0,5-0,8
U/kgBB/hari
- Faktor pencetus segera ditangani

PERSIAPAN BIOPSI LIVER

1. KIE /SP /F8 konsul kepada dr.Ahli Gastroentrologi


2. DL Hb minimal 8 g/dl
3. FH Harus normal
4. Puasakan mulai jam 10 malam hingga besok pagi tindakan
5. Alat- alat : spuit 10cc (2)
Midazolam 1 vial
Petidine (2)
PHcain (4)
Handscoon steril (2)
Mass no 11

# Jika pasien BPJS mandiri jarum bayar 350.000

PERSIAPAN PASIEN NEFROLOGI

HEMODIALISA

Lihat kolom pendaftaran, isilah Indikasi ( sedang/CITO/ bisa ditunda)


Pasien yang telah selesai HD mohon didaftarkan ulang untuk HD selanjutnya.
Ex : - Pasien post HD masih sesak maka HD kedua indikasinya CITO
- Pasien Post HD keadaannya baik maka HD selanjutnya indikasi sedang

# Hubungi Pak Muklas (pagi) Nama Pasien/ Alamat juga penting untuk menentukan tempat HD selanjutnya yang dekat dengan
alamat pasien ( Travelling ), dan tanyakan apakah pasien BPJS/ mandiri

3 HAL YANG HARUS KITA BERITAHUKAN UNTUK PASIEN DENGAN CKD : (RENAL REPLACEMENT THERAPY)

1. Transplantasi ginjal
2. CAPD
3. Hemodialisa

1. Transplantasi ginjal

Syarat : Living donor boleh saja jika bukan keluarga tapi lebih baik lagi jika keluarga, dan donor usia tidak lebih dari usia
70 tahun

Pasien yang akan dilakukakn transplant tidak didiagnosa lupus nefritis.

Transplantasi ginjal ditanggung bpjs dengan plafon 250 juta, tetapi ada pemeriksaan yang ditanggung pasien sendiri yaitu
pemeriksaan HLA, angiografi dan akomodasi di paviliun (sekitar 10-20 juta), jika pasien bersedia segera lapor seksi nefro.

2. CAPD
Persiapan Edukasi dan Surat Persetujuan
USG Abdomen
Persiapan pasien preop :
- Makan terakhir jam 8 malam
- Saluran cerna harus bersih, berikan fluid enema jam 10 malam dan jam 5 pagi.
- Obat antihipertensi harus diberikan
- Jika pasien gelisah dari malam , boleh diberikan diazepam
- Pasang IV plug, Injeksi cefazolin 1 gram diberikan 1 jam sebelum CAPD, Injeksi cefazolin diberikan 12 jam post
CAPD
- Kontrol 10 -14 hari post CAPD untuk belajar Dwelling, langsung ke poli CAPD hari (senin-jumat)
- Bila Diruangan cairan Dwellingnya Merah berikan heparin 1cc di spooling di infusnya

- Protokol CAPD : gentamicin dan vankomicin, dosis ? (intradwelling selama 14 hari )

Infected CAPD : Lakukan Test PET (Peritoneal Equilibrium Test) untuk menentukan apakah membrane peritoneum
masih bisa sebagai media dialisa
Kirimkan permintaan ini ke laborat dengan permintaan ANALISA CAIRAN CAPD, MENGANALISA Ur/Cr
CAPD macet
mekanik : Kinked atau malposisi cateter, cek dengan cara masukkan 500cc cairan CAPD jika keluar lagi
500 cc berarti lancer.
Biofiltrasi Jika dimasukkan 500cc, keluarnya lebih sedikit.

3. Hemodialisa
Beritahukan pasien bahwa dengan HD manual resiko yang terkait dengan HD manual adalah pseudoaneurisma/
Trombosis

# Double Lumen
Indikasi : Ureum 60 (menurut dr.Atma)
Hanya bertahan 3-5 bulan saja , setelah itu harus ganti ke AV shunt/ CAPD
Resep Double Lumen
dr.Atma

R/ K-flow double lumen no I


i.m.m

dr . Nursamsu

R/ Able Double lumen no I


i.m.m

Apabila Alat sudah siap segera lapor seksi agar segera dipasang
Persiapan ;
Pasien tidak perlu dipuasakan
Pasien didorong dengan brankard bukan dengan kursi roda
Gunakan baju yang gampang dibuka
Setelah double lumen terpasang berikan profilaksis AB : Cefoperazon 2x1gram (selama pasien MRS)
Komplikasi pemasangan :
Hemathotoraks tidak boleh dipulangkan 1x24jam
Konsul bedah TKV CITO
Double lumen infected - Demam tinggi, ada pus di double lumen
Aff double lumen
Kultur ujung cateter double lumen minta ke lab mikro botol steril untuk kultur
Kultur darah

# AV SHUNT
Konsultasi bedah TKV kapan akan dilaksanakan , jika segera makan tahan pasien untuk MRS, jika masih lama pasien bisa
dipulangkan
Persiapan puasa dan cek FH

Biopsi ginjal
Terutama untuk pasien dengan Sindrom Nefrotik selama Ur/Cr Bagus,Lupus Nefritis untuk staging dan pengobatan.
Sebaiknya ada USG Abdomen
Biopsi guiding USG (bisa ke lab radiologi , bisa juga pakai USG yang ada di ruang geriatri)

Jika USG di radiologi maka kita menghadap supervisor radiologi, seksi nefro yang akan menghubungi supervisor KGH.
Jika menggunakan USG di ruang geriatric maka hubungi pak sukir, untuk pasien yang mau menggunakan jarum baru harga
360.000, jika pakai jarum reused free.
ALAT dan SYARAT Biopsi ginjal :
Handscoon steril no 7 (dr.nursamsu), handscoon steril no 7,5 (dr.atma)
Lido/PHcain 3 ampul
Spuit 3cc (3biji)
Mess 11 (2 biji)
2 botol cairan formalin, minta ke lab PA
Trombosit pasien > 75000
FH normal atau tidak boleh memanjang > 1,5x
Pasien post biopsy tidur tengkurap 6 jam

PROTEIN ESBACH
Tampung urin 24jam , bisa urin langsung ataupun cateter
Kirim ke Lab , nanti hasilnya mg/dl dikonversikan ke gram/24 jam
Clearens creatinin urin 24 jam, sertakan Berat Badan , tinggi badan dan produksi urin 24 jam, creatinin serum, ureum
urine, natrium urin dan kalium urine.

CENTRAL VENOUS PRESSURE (CVP)


Untuk memonitor volume
R/ cateter certrofik no I i.m.m

EVAKUASI CAIRAN PLEURA


Mulai dari AAL posterior cari daerah yang paling redup di ICS nya lalu dicoblos, maksimal 1500cc

Repair Pseudoaneurisma bengkak, nyeri extremitas, daftarkan USG dopller cito/urgent (hubungi SPV Radiologi )

ANGIOGRAFI
Lihat Ureum dan creatinin
Jika Ur/Cr masih tinggi Rehidrasi 3 L/ hari
N acetyl sistein injeksi 1 ampul
Mohon gunakan ionic isoosmolar
Back up HD post angiografi.
OPERAN DIVISI GASTRO

1. Pelaporan pasien di ruangan


Laporkan ke seksi gastro masing masing ruangan segera setelah pasien masuk dan diperiksa. Laporkan asessment
terakhir setelah diperiksa.
2. Pasien pindahan dari ruang 26 juga dilaporkan baik gastro yang menjadi leadernya maupun hanya raber. Begitu juga
pasien yang masuk ke Ruang 26 (baik dari IGD maupun pindahan dari ruang lain) cepat lapor seksi, jam berapapun.
3. Pemeriksaan fisik pasien baru tolong di ulangi yang lengkap
4. Periksa lab standar sesuai indikasi. Boleh usul pemeriksaan ataupun terapi ke seksi.
5. Jika lapor atau konsul seksi tidak dibalas, di telepon tidak diangkat hubungi chief ruangan
6. Pasien yang masuk dengan pro tindakan (kolonoskopi/ligasi/dll) harus dianamnesis lengkap seperti pasien yang lain.
7. Pasien pro tindakan harus ada leb DL dan FH
8. Jangan melakukan tindakan yang kita tidak tahu indikasinya apa. Misalnya injeksi Pegasys full dose.
9. Bed spesial di Ruang 28 harus tau nama, umur, dan alamat pasien. Jika mau tindakan, segera konfirmasi ke seksi
tindakannya kapan. Pelajari obat2 yang diberikan dan alasan pemberiannya
10. Pasien Ruang 26 DPJP dr. Supri
Lembar observasi, lembar F10, dan buku KIE harus diisi
11. Ruang kelas 1 adalah murni pasien SPV. Hati hati saat KIE karna rata rata pasiennya well educated.
12. Pasien kelas 1 dan 2 tetap lapor seksi.
13. Tindakan di ruang kelas 1 & 2 harus dilakukan sendiri karena tidak ada koas
14. Ascites permagna jika di acc jaga 2 untuk evakuasi ya langsung dievakuasi
15. Ascites minimal paling tidak lakukan analisa cairan ascites
16. Semua tindakan harus KIE pasien dan keluarganya
Endoskopi 10 menit dengan anestesi lokal
Kolonoskopi 20 menit, tidak semua di anestesi
Surat persetujuan harus diisi lengkap
Jangan lupa nama kita/nama seksi/nama DPJP
17. Endoskopi puasa sejak jam 10 malam. Puasa total tidak boleh makan dan minum, termasuk minum obat.
18. Kolonoskopi 1 hari sebelumnya diet cair , jika pasien tua atau pasien dengan HF bisa 2 hari diet cair. Minum air putih 3
5 liter per hari. Terakhir minum jam 7 pagi.
19. Pasien yang akan endoskopi/kolonoskopi hasil USG/endoskopi/kolonoskopi lama tolong dibawakan
20. Fleet oral diberikan jam 7 malam rasanya tidak enak, pasien dapat diberikan inj. Metoclopramide atau ondansetron.
21. Fleet enema diberikan pagi jam 5 atau 6
22. Pungsi abses hepar
Hb minimal 8
Trombo minimal 100,000
FH normal
Diresepkan pethidin amp (1), miloz 5 mg (1) pehacain amp (3) handscoen steril no 7 (2) spuit 50cc lubang pinggir (1)
NGT no.14 (1) mess (1)
23. Biopsi liver
Handscoen steril (2) spuit 5cc (3) lain-lain sama dengan pungsi abses hepar.
KIE untuk beli jarumnya harga 360.000

OPERAN SEKSI HEMATO

1. Menerima pasien hemato dari poli


a. Lihat lembar MRS poli: diagnosa, kemo, nama PPDS hemato pengirim
b. Laporkan ke PPDS hemato pengirim dan hemato seksi di ruangan, segera
c. Konfirmasi protokol pecampuran obat kemoterapi dan resep kemo sekarang dan kemoterapi selanjutnya ke
PPDS hemato pengirim
d. Baca AP yang tertera di lembar MRS poli bila ada, bila ada Hb <10 g/dL harap langsung transfusi, karena Hb
minimal untuk pasien kemoterapi harus diatas 10g/dL.
e. Bila ada pasien hematologi, ikuti AP yg tertera pada lembar masuk dari poli dan langsung lapor ke PPDS
hemato seksi ruangan.
f. Untuk pasien kemoterapi pertama, harap fotocopy protokol pencampuran obat, resep sitostatika kecil dan
besar, serta resep-resep biasa (3x). Khusus resep sitostatika besar harap di fotocopy 10x dengan tujuan
fotocopy tersebut akan digunakan untuk mengambil obat kemoterapi selanjutnya.
g. Harap data-data penunjang pasien kemoterapi pertama, semua difotocopy dan diletakan di status (Bacaan
CXR, USG abdomen, CT scan, PA).
h. Protokol pencampuran obat dan resep untuk kemoterapi diserahkan ke farmasi paling lambat pk.12.00 siang,
karena bila tidak diserahkan ke farmasi, maka kemoterapi akan tertunda dan memperlama pasien di rumah
sakit.
i. Harap proaktif ke seksi dan memberikan usulan planning diagnosa dan terapi, tidak hanya menggantungkan
AP seksi. Laporan lengkap.
j. EKG px kemoterapi pertama.
k. OB hemato yang datang saat jaga, harap dikerjakan lengkap dari F2 hingga F10.
l. Jangan lupa mengisi F10 mengenai indikasi, efek samping, dan diet yang diperlukan selama menjalani
kemoterapi dan saat dirumah.
m. Visite pasien-pasien kemoterapi setiap hari walaupun tidak ada keluhan. Tanya keluhan, makan, dan minum.
n. Bila resep dan protokol pencampuran obat kemoterapi hilang, segera lapor seksi hemato pengirim pasien
tersebut.
o. Wajib melihat siklus kemoterapi di protokol pencampuran obat dan menhitung tanggal jatuhnya kemoterapi
berikutnya. Satu hari sebelum kontrol ke poli, wajib cek laboratorium. Kontrol poli selasa dan kamis. Bila
tanggal jatuh kemonya tidak sesuai hari poli, dapat dimundurkan, namun tidak boleh maju. Lihat kalender dulu,
pastikan pasien tidak kontrol ke poli saat tanggal merah. Jangan lupa menjelaskan ulang secara lisan kepada
pasien dan keluarga untuk tanggal kemo selanjutnya.
p. Lab rutin pasien kemoterapi: DL, Ur/Cr, UA, OT/PT, BIL T/D/I, LDH
q. Jangan lupa memberikan resep obat kemo selanjutnya yang telah dibuatkan seksi hemato-onkologi kepada
pasien saat KRS. Pastikan ada.
2. Menerima pasien hemato dari UGD
a. Segera laporkan seksi PPDS hemato ruangan untuk tindak lanjut berikutnya, tetapi jangan lupa memberikan
usulan planning diagnosa dan terapi, tidak hanya menggantungkan AP yang jaga. Laporan lengkap.
b. Bila menerima OB hemato-onkologi di R26 harus segera SMS lengkap ke seksi hemato-onkologi jam
berapapun.
3. BMP
a. Telpon PK dulu
b. Buat konsultasi di F8 ke bagian Patologi Klinik
c. Status dibawa ke PK
d. Segera dikonsulkan sebelum jam kerja habis
e. Pasien CML tidak perlu BMP, cukup blood smear
4. FNAB
a. Buat lembar pengantar PA, jangan lupa sertakan gambar lokasi tumor atau KGB yang akan dilakukan tindakan.
b. Bila lokasi pengambilan FNAB sulit, dapat dimintakan USG guiding FNAB. PPDS ruangan pergi ke radiologi,
menghadap SPV radiologi untuk menjelaskan alasannya dan meminta acc serta jadwal USG guiding, kemudian
pergi ke patologi anatomi untuk memberitahukan jadwal USG guiding FNAB. Buat pengantar PA dan lembar
pengantar radiologi untuk USG.
5. CD 20
a. Untuk pasien-pasien dengan Non-Hodgkin Lymphoma. Konsulkan ke bedah onkolgi untuk open biopsi dan
pemeriksaan imunohistokimia CD20. Buat konsulan di F8 dan lembaran pengantar PA nya. Bila sudah pernah
di FNAB sebelumya, mintakan ulang sediaan tersebut untuk diperiksakan IHC CD 20, tinggal buat pengantar
PA dan sertakan bukti PA sebelumnya dan menuliskan No registrasi PA nya di lembaran pengantar PA.
Tujuan: untuk mendapatkan obat kemo targeted therapy Rituximab.
6. HER2, ER, PR
a. Untuk pasien-pasien dengan Ca mammae. Konsulkan ke bedah onkolgi untuk open biopsi dan pemeriksaan
HER2, ER, PR. Buat konsulan di F8 dan lembaran pengantar PA nya. Bila sudah pernah di FNAB sebelumya,
mintakan ulang sediaan tersebut untuk diperiksakan HER2, ER, PR, tinggal buat pengantar PA dan sertakan
bukti PA sebelumnya dan menuliskan No registrasi PA nya di lembaran pengantar PA. Tujuan: untuk
mendapatkan obat kemo targeted therapy Herceptin.
7. BCR ABL
a. Minta lembar permintaan lab yang ada Cap SPV hemato-onkologi dan darah dikirim ke lab seperti pemeriksaan
rutin lainnya. Hasil 2 bulanan. Untuk mendapat targeted therapy gleevec/tasigna. Data juga pasiennya (nama,
usia, no MR, alamat dan No HP) untuk diberikan kepada seksi hemato-onkologi. Khusus untuk pasien-pasien
baru atau belum pernah di cek BCR-ABL atau perlu diulang.
8. VCSS
a. Biasanya pada pasien dengan bulky mass pd daerah leher atau mediastinum.
b. Pasien sesak, muka bengkak, mata ptosis, pelebaran vena-vena kepala-leher.
c. Lapor seksi segera.
d. Usulkan terapi inj dexamethason 2 amp, inj furosemid 1 amp, glaucon 1 tab.
e. Daftarkan radioterapi Cito.

OPERAN TROPMED

1. Leptospira
a. Pemeriksaan darkfield mikroskop
b. Ada di bagian kulit dan lab sentral
c. Konsul F8 saat jam kerja
d. Membawa sampel urine tampung 24 jam
2. HIV
a. Pemeriksaan determinan melalui VCT
b. Jika pasien MRS, bisa menghubungi VCT volunteers di Irna 1 pak Suyatno karu 22, Bu Irin perawat HD
c. Boleh PICT oleh PPDS terutama jam jaga
d. Telpon ke VCT jam kerja untuk konfirmasi hasil dan pemeriksaan (mbak titis, Bu Endang, Mas Wedya)
e. Jika periksa determinan KIE pasien, kirim blanko Lab ke Lab sentral plus sampel di tabung kuning.
f. Jika dalam kondisi emergency/ tidak ada keluarga dengan kecurigaan pasien HIV periksa dulu langsung
determinan
3. Pasien rawat inap HIV
a. Cek Lab rutin lengkap
b. Serologi
HbsAg anti HCV
VDRL/TPHA
Toxoplasma Ig G/M
CMV Ig G/M
TB ICT
c. Jika hasil det +, maka segera hubungi seksi tropmed dan R.29 untuk rencana pindah pasien ke R.29.
d. Jika pasien tersebut HIV dan TB, bisa dirawat di 29/23i
e. Menulis jumlah pasien harian di papan tropmed sebelum MR
f. Jika memulangkan pasien wajib sepengetahuan seksi, dan obat2an ditulis lengkap di surkon beserta hari
pemberiannya.
4. ARV
a. Resep ARV menggunakan resep umum, di apotik IRNA 1 garing nama SPV tropmed.
b. Untuk profilaksis pasca pajanan prosedur pemberian ARV sama dengan start ARV
c. Hubungi seksi tropmed untuk profilaksis lapor NIC
d. Cek determinan, HbsAg anti HCV pasien dan terpajan
e. Resep obat anti malaria prosedur sama dengan ARV (resep umum dan garing nama SPV) karena obat
program dari pemerintah.
f. Saat tanggal merah pasien tetap bisa mendapatkan ARV melalui dokter jaga IGD diresepkan melalui apotik
IRNA 1 dengan resep umum
g. ARV bisa dimulai di ruangan.
5. Difteria
a. Pasien di isolasi di ruang 29
b. Harap lapor seksi
c. Tidak boleh digabung
d. UP baik pasien, keluarga dan tenaga medis
e. Berikan profilaksis untuk keluarga yang menjaga pasien dengan erytromicin 4 x 500 mg
f. Swab tenggorok dilakukan oleh THT atau mikrobiologi
g. Konsul melalui telepon ke bagian mikro untuk swab
6. Tetanus
a. Dirawat isolasi di R29
b. Ruang dikondisikan gelap
c. Pasien tetanus dengan luka trauma bedah R 13
d. Luka non trauma IPD
e. Tetanus disuntikkan ATS peresepan biasa
7. Kultur
a. Kultur sekitar 3 5 hari
b. Darah, sputum, pus dll, ditulis di blanko merah
c. Harus lengkap beserta obat2an yang telah masuk
8. OAT
a. TB paru paru
b. TB ekstra paru IPD
c. OAT menggunakan resep umum. Start OAT dapat melalui poli IPD ataupun paru, konsekuensinya untuk kontrol
dan monitoringnya sesuai dimana OAT diberikan.
d. Peresepan OAT menggunakan stempel dari poli paru.
e. Untuk pemberian ARV dapat menggunakan pedoman ARV 2009, 2011
f. Untuk pasien ruangan resep OAT dengan single dose (bukan FDC) kecuali sudah mendapat OAT sebelumnya.
9. MRSA
a. Lapor PPI
b. Lapor kepala ruangan setempat, jika jam jaga konsul NIC
c. Lapor sie tropmed
d. Isolasi pasien jika bisa, minimal sketsel
e. Beri UP bagi pasien dan keluarga
f. Konsul mikro untuk swab tenggorok dan hidung jam kerja
g. Beri antibiotik sesuai kultur segera sambil menunggu hasil swab 3 hari
h. Baca protap alur penanganan MRSA
10. Malaria
a. Malaria diperiksakan tetes tebal dan tipis
b. Tetes tebal dilakukan oleh PPDS PK, telepon ke 1039, dilakukan saat pasien panas.
c. Bisa dihubungi 24 jam. Jika demam waktu malam, bisa hubungi PPDS jaga.
d. Tetes tipis, di sampel dengan tabung ungu spt DL
e. Kirim sekalian indeks parasite
f. Tetes tipis bisa dilakukan di lab koass sebelah
g. Obat malaria menggunakan resep umum (meski pasien BPJS) karena program pemerintah.

OPERAN RHEUMATOLOGI

Prosedur Pulse methyl Prednisolone

1 Penderita diperiksa dengan seksama, jika terdapat infeksi, diberikan antibiotik inisial
2 Diperiksa tanda vital dan keadaan pasien sebelum pemberian Pulse Kortikosteroid
3 Diberikan penjelasan pada penderita tentang makna pemberian Pulse Kortikosteroid dan kemungkinan efek sampingnya.
Jika penderita/ keluarga pasien setuju, diminntakan tanda tangan surat persetujuan tindakan (Informed Consent)
4 Pemasangan infus pada penderita sesuai prosedur
5 Memasukan MethylPrednisolone (500-1000mg) ke dalam NaCl 0,9 % 100 cc dan diberikan dalam 1 jam
6 Monitor tekanan darah dan tanda vital lain setiap 15 menit selama pemberian Pulse Kortikosteroid
7 Jika didapatkan tekanan darah meningkta atau menurun drastis, pemberian dihentikan sementara, diatasi tekanan darah.
Jika tekanan darah telah teratasi, pemberian dapat dilanjutkan dengan kecepatan yang leih perlahan dan tetap dimonitor
8 Bilas dengan naCl 0,9 % 10-20 cc setelah obat infus selesai
9 Dilakukan evaluasi keadaan penderita minimal selama 60 menit setelah obat infus selesai
10 Pemberian pulse diulang pada hari berikutnya dengan cara dan dosis yang sama, total pemberian 3 hari berturut turut.

PROSEDUR PULSE CYCLOPHOSPAMIDE


1 Penjelasan pada pasien tentang tindakan yang akan dikerjakan meliputi prosedur, tujuan dan resiko komplikasi.
Penandatanganan lembar persetujuan oleh pasien atau keluarganya dan dokter
2 Persiapan posisi pasien
3 Persiapan alat-alat medis yang diperlukan
4 Berikan premedikasi:
- paracetamol 500 mg 1 tab
- injeksi dexamethasone 10 mg/IV
- ondancetron (4mg/tab atau 8 mg/tab) atau metoclopramide 10 mg/ tab atau granisetron 1 mg/ tab atau 2 mg/ tab
5 infus 1000 cc NS dengan kecepatan sampai 150 cc/ jam sebelum pulse siklofosfamide
6 berikan Mesna dengan dosis 20 % dosis siklofosfamid dalam NaCl 50 cc drip IV selama 15 menit
7 infus siklofosfamid 500-1000 mg dalam 250 cc NaCl 0,9% atau D5W selama 1-2 jam
8 ulangi pemberian Mesna sebanyak 3x setiap 3 jam dengan dosis yang sama
9 jika penderita mempunyai masalah gagal jantung, berikan furosemid 20-40 mg/ IV
10 instruksikan pasien untuk minum > 2 L air pada hari pulse dan hari berikutnya
11 dilakukan monitoring tanda-tanda vital selama infus berlangsung
12 setelah obat habis dilakukan pembilasan dengan cairan NaCl 0,9 % sejumlah 50 cc
13 dilakukan evaluasi keadaan pasien minimal selama 60 menit setelah obat infus selesai
14 untuk monitoring dilakukan pemeriksaan DL, BUN/SC, SGOT/SGPT dan UL

PROSEDUR INJEKSI INTRAARTIKULAR/ EVAKUASI CAIRAN SENDI

Alat dan bahan:

Handscone steril, spuit 10 cc (3 buah), lidokain, kassa steril, kapas alkohol, kapas kering,, Hypafix, bengkok

1 jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dikerjakan meliputi prosedur, tujuan dan komplikasi.
Penandatanganan lembar persetujuan oleh pasien atau keluarganya dan dokter.
2 Persiapkan posisi pasien
3 Persiapkan alat-alat medis yang diperlukan
4 Persiapkan obat-obat
5 Kenakan sarung tangan steril
6 Lakukan desinfeksi pada lokasi sendi
7 Lakukan anastesi lokal pada tempat injkesi
8 Masukkan jarum ke ruang intraartikular sesuai tehnik injeksi pada amsing-masing sendi
9 Lakukan aspirasi cairan sendi sebanyak mungkin
10 Lakukan injeksi obat intra artikuler
11 Tarik jarum dan tutup luka bekas injeksi dengan kassa steril
12 Anjurkan penderita mengistirahatkan sendi yang diinjeksi selama minimal 24 jam

Anda mungkin juga menyukai