Anda di halaman 1dari 7

PROTOKOL KOREKSI HIPOKALEMIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

0 ½
Tanggal terbit Ditetapkan oleh,
Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Normala Tarigan
NIP. 197803082010012006

Hipokalemia dalah keadaan dimana kadar kalium yang terdapat di dalam


darah, berada pada jumlah yang lebih rendah dari 3,8 mEq/L darah.
PENGERTIAN Hipokalemia merupakan tanda dari kekurangan kalium tubuh. Kalium
merupakan salah satu dari sejumlah elektrolit penting yang diperlukan
oleh tubuh.
Sebagai acuan penerapan langkah - langkah untuk mencegah kehilangan
kalium, mengganti simpanan kalium, mengevaluasi kemungkinan
TUJUAN
terjadinya toksisitas, serta untuk menentukan penyebab dasar sehingga
episode rekurensi di masa mendatang.
Berdasarkan kebijakan Direktur RSUD LAGITA No.
KEBIJAKAN …………………..

1. Persiapan alat
a. KCL , Nacl 0,9% 500cc atau 1000 cc
b. Alcohol
c. APD ( masker, handscoon, apron/gown, topi)
2. Pelaksanaan
1) menjelaskan tindakan yang dilakukan dan informconsent
2) memasang APD
3) koreksi Hipokalemia harus dilakukan berdasarkan instruksi
tertulis / lisan dari DPJP
4) Cairan pelarut KCL adalah larutan Nacl isotonic / Nacl 0,9%
500cc atau 1000 cc
5) Konsentrasi dan kecepatan pemberian KCL dilakukan berdasarkan
instruksi DPJP dengan memperhatikan hal – hal berikut :
a. Kecepatan pemberian Kcl melalui vena perifer 10 mEq/jam atau
melalui vena central 20 mEq/jam. Kecepatan lebih hanya
PROSEDUR dilakukan di ruang intensif/ semi intensif/ ruang observasi IGD/
OK
b. Konsentrasi cairan infus bila melalui infus vena perifer,
maksimal 30 mEq Kcl dalam 500 cc Nacl 0,9 %
6) Pasien dengan hipokalemia dengan aritmia maligna atau dengan
kelumpuhan otot pernapasan, harus ditempatkan diruang intensif /
semi intensif/ ruang observasi IGD/ OK, pada keadaan tersebut
Kcl dapat diberikan dengan kecepatan 40 – 100 mEq/ jam dengan
Kcl 20 mEq dilarutkan dalam 100cc Nacl 0,9 % melalui vena
sentral
7) Contoh protocol pembuatan larutan Kcl dalam salin isotonis
melalui vena perifer untuk koreksi Kcl 25 mEq/ 1 flash dilarutkan
dalam Nacl 500cc untuk mendapatkan kecepatan 10 mEq /jam,
dilakukan infus dengan kecepatan 200cc/ jam atau larutan tersebut
dihabiskan dalam waktu 2,5 jam.
PROTOKOL KOREKSI HIPONATREMIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

0 2/2

8) Melepaskan APD
9) Membereskan Alat
10) Dokumentasi tindakan yang dilakukan dalam rekam medis

1. Ruang intensif
2. Ruang rawat inap
3. Ruang observasi IGD
UNIT TERKAIT 4. OK
5. Ruang Farmasi
PROTOKOL KOREKSI HIPONATREMIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

0 ½

Tanggal terbit Ditetapkan oleh,


Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Normala Tarigan
NIP. 197803082010012006
Hiponatremia dalah keadaan dimana kadar natrium yang terdapat di
dalam darah, kurang dari 135 mmol/L. Hiponatremia merupakan
PENGERTIAN
gangguan keseimbangan elektrolit yang paling sering ditemukan dalam
praktik klinis.

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan koreksi


hiponatremia, menurunkan reiko kehilangan natrium, mengganti simpanan
TUJUAN natrium, mengevaluasi kemungkinan toksisitas serta untuk menentukan
penyebab dasar dari hiponatremia sehingga dapat mencegah rekurensi di
masa mendatang.

Berdasarkan kebijakan Direktur RSUD LAGITA No.


KEBIJAKAN …………………..

1. Persiapan alat
1) Nacl 3%
2) Alcohol
3) APD ( masker, handscoon, apron/gown, topi)
2. Pelaksanaan
1) menjelaskan tindakan yang dilakukan dan informconsent
2) memasang APD
3) koreksi hiponatremia harus dilakukan berdasarkan instruksi tertulis
/ lisan dari DPJP
4) koreksi natrium dapat menggunakan rumus:
(natrium target−kadar natriumdalam tubuh) x cairan tubuh xNilai fraksi
¿
ketetapan
PROSEDUR *perkiraan cairan tubuh total (dalam liter) dihitung sebagai fraksi
dari berat badan. Nilai fraksi 0,6 untuk laki - laki non geriatri dan
0,5 untuk wanita non geriatri dan berturut - turut 0,5 untuk wanita
non geriatri dan 0,45 untuk laki - laki dan wanita usia lanjut.
Contoh penggunaan koreksi hiponatremia:
( 140−115 ) x 60 kg x 0,6
x= =3,5 kolf Nacl 3 % 500 cc
256
5) K onsentrasi dan kecepatan pemberian Nacl 3% dilakukan
berdasarkan instruksi DPJP dengan memperhatikan hal - hal
sebagai berikut:
a. Pada hiponatremia asimptomatik menaikan natrium dengan
kecepatan kurang lebih 0,5 mEq/L/jam

PROTOKOL KOREKSI HIPONATREMIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

0 2/2

b. Pada hiponatremia simptomatik cairan Nacl 3% diberikan


melalui melalui vena perifer dengan kecepatan 1-2 mEq/L/jam,
maksimal 150ml dalam 30 menit. Pemberian Nacl 3% melalui
vena perifer dapat menggunakan cateter IV ukuran 16-18.
c. Jika ada gejala neurologi berat : kecepatan dapat dinaikan
menjadi 4-6 mEq/L /jam maksimal 300 ml habis dalam 6 jam
dan harus melalui vena sentral yang diberikan diruang intensif/
semi intensif / OK / Observasi IGD. Pemberian Nacl 3% lebih
dari 1 hari dapat dipertimbangkan penggunaan vena sentral
untuk menghindari komplikasi.
d. Pemantauan ketat natrium serum dan elektrolit setiap 2 jam
sampai terjadi kenaikan kadar natrium dan gejala menghilang.
6) Melepaskan APD
7) Membereskan Alat
8) Dokumentasi tindakan yang dilakukan dalam rekam medis

1. Ruang intensif
2. Ruang rawat inap
3. Ruang observasi IGD
UNIT TERKAIT
4. OK
5. Ruang Farmasi

PROTOKOL KOREKSI HIPOFOSFATEMIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

0 1/2
Tanggal terbit Ditetapkan oleh,
Direktur
STANDAR 02 Agustus 2022
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Normala Tarigan
NIP. 197803082010012006
Hipofosfatemia adalah keadaan dimana kadar fosfat kurang dari 2 mg/dl
atau 0,65 mmol/ L, hipofosfatemia merupakan gangguan keseimbangan
tubuh. Hipofosfatemia dibagi menjadi 3, yaitu:
PENGERTIAN 1. Hipofosfatemia ringan : 0,61 -0,8 mmol/L (1,89 – 2,48 mg/dL)
2. Hipofosfatemia sedang : 0,32 -0,6 mmol/L (0,99 – 1,88 mg/dL)
3. Hipofosfatemia berat : <0,32 mmol/L ( < 0,99 mg/dL)

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan koreksi


kadar fosfat dalam darah, mencegah kehilangan fosfat serum, mengganti
TUJUAN simpanan fosfat, mengevaluasi kemungkinan toksisitas, serta untuk
menentukan penyebab dasar sehingga episode rekurensi di masa
mendatang dapat dicegah.
Berdasarkan kebijakan Direktur RSUD LAGITA No.
KEBIJAKAN …………………..

1. Persiapan alat
1) Larutan sodium fosfat (1 ampul sediaan 5 ml mengandung 15
mmol/L fosfat dan 20 mEq Natrium) atau potassium fosfat ( 1
ampul sediaan 20ml mengandung 12 mmol fosfat dan 20 mmol
kalium).
2) Alcohol
3) APD ( masker, handscoon, apron/gown, topi)
4) Nacl 0,9% 100-250cc
2. Pelaksanaan
1) menjelaskan tindakan yang dilakukan dan informconsent
2) memasang APD
3) koreksi hipofosfatemia harus dilakukan berdasarkan instruksi
tertulis / lisan dari DPJP
PROSEDUR 4) indikasi pemberian intravena :
 Hipofosfatemia berat : <0,32 mmol/L ( < 0,99 mg/dL)
 Terdapat gejala : rhabdomyolysis, hemolysis, atau
terdapat gejala system saraf pusat)
 Malabsorbsi
5) Konsentrasi dan kecepatan pemberian tergantung darai instruksi
DPJP dengan memperhatikan hal – hal sebagai berikut:
 Sediaan ampul natrium fosfat atau sodium fosfat harus
diencerkan terlebih dahulu menggunakan cairan normal
salin 100- 250 cc
 Sodium fosfat hanya diberikan pada individu dengan kasar
kalium < 4 mmol/L
 Pemberian fosfat 0,08-0,24 mmol/kgBB (IV) selama 6-12
jam

PROTOKOL KOREKSI HIPOFOSFATEMIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

0 2/2
 Dosis intravena maksimal dalam satu kali pemberian adalah
15 mmol/kgBB dan maksimal 1,5 mmol/KgBB/hari
 Pemeriksaan kadar fosfat dilakukan 2-4 jam setelah koreksi
2-4 hari setelah koreksi. Dosis rumatan fosfat yaitu0,3 -0,6
adalah 15 mmol/kgBB/ hari
 Jika dengan gangguan fungsi ginjal atau serum kalium
fosfat > 4 mEq /L (> 4 mmol/L) harus diberikan preparat
natrium fosfat 3 mmol/mL phosphorus dan diberikan
dengan dosis yang sama. Konsentrasi kalsium dan fosfat
harus dipantau selama pemberian terapi, terutama saat
diberikan secara IV atau pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal.
6) Melepaskan APD
7) Membereskan Alat
8) Dokumentasi tindakan yang dilakukan dalam rekam medis

1. Ruang intensif
2. Ruang rawat inap
3. Ruang observasi IGD
UNIT TERKAIT 4. OK
5. Ruang Farmasi

Anda mungkin juga menyukai