Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI KASUS

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

RSUD Dr. TJITROWARDOJO PURWOREJO

Dosen Pembimbing :

Erfin Firmawati, S.Kep., Ns., MNS

Preceptor Klinik:

Maya Sari Dewi, S.Kep., Ns

Disusun Oleh :

Fara Fitri Fakhrudiana

20190320047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2022
1. Deskripsi Kejadian

Kejadian ini saya amati selama 3 minggu berada di Bangsal Dahlia di RSUD
Purworejo pada stase medikal bedah. Selama shift kami selalu bergantian jam jaga,
kadang shift pagi atau shift siang. Saya selalu mengamati kegiatan yang dilakukan
oleh para perawat yang ada di ruangan. Disini perawat yang bertugas ketika pertama
kali kami datang sangat welcome penyambutannya dan sampai praktik selesai pun
komunikasi berjalan dengan baik. Tidak lupa pula setiap jam shalat, para perawat
selalu mengingatkan kami untuk beribadah terlebih dahulu. Saya sangat senang
karena perawat di sini sangat mengutamakan kewajiban kita sebagai muslim dengan
shalat tepat waktu.

Terdapat hal yang saya dapatkan ketika menjalankan praktik di bangsal bedah ini
yaitu pada pelayanan perawat terhadap kesiapsiagaan dan kecekatan dalam melakukan
tindakan keperawatan di Bangsal. Perawat dibangsal sangatlah cekatan dan hati-hati
dalam menangani pasien yang ada dibangsal tersebut. Selain itu, menurut saya para
perawat haruslah cekatan dalam menangani pasien agar tercapainya asuhan
keperawatan yang maxsimal.

2. Eksplorasi Perasaan

Saya merasa sangat senang melihat kinerja para tenaga medis yang ada disana
bekerja dengan sepenuh hati, sangat cekatan dan hati-hati. Perawat di bangsal tersebut
cerminan perawat professional. Mereka semua bekerja dengan penuh ketulusan
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang sangat maksinal. Mereka selalu
memberikan edukasi pada pasien ataupun keluarga pasien tentang bagaimana cara-
cara perawatan, pencegahan dan pertolongan pertama yang baik dan tepat. Saya
sangat mengapresiasi kinerja para tenaga medis di Ruang Dahlia RSUD Dr.
Tjitrowardojo, karena sebagai mahasiswa Kesehatan saya telah mempelajari
pentingnya memberikan asuhan keperawatan atau tindakan keperawatan yang
maxsimal agar tercapainya tujuan dari asuhan keperawatan.
3. Hal Positif dan Negatif dari Kejadian

Dari kejadian ini saya mendapatkan banyak hal positif yang harus lebih saya
terapkan di masa depan, saya menyadari bahwa apa yang kita pelajari di bangku
perkuliahan sangat berbanding terbalik ketika kita dihadapkan dengan keadaan di
lapangan. Hal positif yang saya dapatkan dari kejadian adalah saya dapat belajar
bahwa kecekatan dan kesigapan sangatlah diperlukan bagi tenaga medis, khususnya
untuk memberikan pertolongan pertama pada pasien. Sehingga, hal yang dapat saya
pelajari dari hal diatas adalah kelak ketika kita bekerja dirumah sakit saya harus
menerapkan nilai nilai positif dari perawat yang ada di Bangsal Dahlia Rsud
Tjitrowardojo sebagai bekal ketika saya bertemu dengan pasien.

4. Analisa

Kasus ini sangat menarik bagi saya dimana perawat dibangsal sangat ramah
terhadap pasien dan begitu care dalam memberikan asuhan perawatan. Kepuasan
pasien memiliki hubungan yang erat dengan kualitas. Kualitas memberikan dorongan
atau motivasi kepada pasien untuk menjalin ikatan dan hubungan yang baik dan kuat
dengan rumah sakit. Adanya ikatan dan hubungan yang kuat dengan pasien sebagai
pelanggan, maka rumah sakit sebagai perusahaan jasa dapat memahami kebutuhan
pasien dan berusaha memenuhinya serta meminimkan kesalahan yang mengakibatkan
kekecewaan pasien sebagai konsumen. Menurut Tjiptono (2011), ada 5 (lima) dimensi
yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan kesehatan yaitu bukti fisik
(tangibles), kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan
(assurance) dan perhatian (empathy). Kepuasan pasien terhadap pelayanan merupakan
perbandingan antara persepsinya terhadap pelayanan yang diterima dengan
harapannya sebelum mendapatkan perawatan tersebut. Apabila harapannya terpenuhi,
berarti pelayananan tersebut telah memberikan suatu kualitas yang luar biasa dan juga
akan menimbulkan kepuasan yang tinggi. Sebaliknya apabila harapan itu tidak
tercapai, maka diartikan kualitas pelayanan tersebut tidak memenuhi apa yang
diharapkannya (Kotler 2008).
Citra merupakan seperangkat kepercayaan, daya ingat dan kesan-kesan yang
dimiliki seseorang terhadap suatu objek (Kotler, 2008). Sikap dan tindakan orang
terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh citra objek tersebut, dalam hal ini objek
yang dimaksud adalah kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut
Gonroons (2000), citra rumah sakit merupakan wujud nyata dari persepsi pelanggan
terhadap pelayanan yang diberikan melalui apa yang diperoleh pelanggan sebagai
hasil dari transaksi antara penyedia dan pengguna jasa serta bagaimana pelanggan
memperoleh jasa tersebut. Beberapa determinan citra rumah sakit menurut Cooper
(1994), dikutip dari Lita, (2004) antara lain adalah kualitas dokter, fasilitas perawatan
dan teknologi, fasilitas diagnosa, dan kualitas perawatan secara keseluruhan. Cooper
juga menyatakan bahwa perhatian interpersonal, kesadaran staf terhadap kebutuhan
personel pasien, kontrol terhadap pasien, pengalaman pasien terhadap rumah sakit,
lokasi dan biaya, kemudahan dari lokasi akan berpengaruh terhadap citra rumah sakit.

Kualitas pelayanan kesehatan merupakan faktor paling dominan yang


berpengaruh terhadap tingkat kepuasaan dengan nilai RP (Rasio Prevalens) sebesar
6,223 kali. Citra pelayanan kesehatan di Indonesia semakin menurun, hal ini
terindikasi dengan tingginya minat masyarakat berobat ke luar negeri seperti Malaysia
dan Singapura. Kecendrungan masyarakat berobat ke luar negeri secara umum
disebabkan faktor kelengkapan fasilitas dan kualitas pelayanan yang diberikan telah
memenuhi harapan pasien. Dalam Suara Karya On Line 22 Desember 2004, setiap
tahun sekitar 5000 pasien berobat ke luar negeri dan devisa yang dikeluarkan
mencapai 400 juta dolar atau Rp 3,6 triliun. Rata-rata pasien yang berobat ke
Malaysia dan Singapura berasal dari Jakarta, Medan, Riau dan Aceh (Purba, 2006).
5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat


pengaruh pendidikan, penghasilan, citra rumah sakit, dan kualitas pelayanan terhadap
tingkat kepuasan pasien rawat inap. Kepuasan akan terjadi apabila harapan dari
pelanggan dapat terpenuhi dengan baik dari pelayanan yang diberikan oleh rumah
sakit sehingga perlu diperhatikan dan dievaluasi secara terus menerus, agar kepuasan
dan harapan terhadap pelayanan di Rumah Sakit yang efektif serta efesien.

Harapan terhadap pelayanan dan pengolahan kenyaman rumah sakit dapat


dipertahankan, serta lebih ditingkatkan untuk kualitas pelayanan dan citra rumah sakit
melalui pemberian pelatihan kepada dokter dan perawat yang ada di rumah Sakit
ataupun Bangsal untuk mengatasi pelayanan visite/kunjungan dokter yang tidak
ditepati sesuai dengan jadwal, pelayanan pemeriksaan dan perawatan yang kurang
cepat, dan memberikan informasi yang jelas kepada pasien saat dibutuhkan.

6. Rencana Tindak Lanjut

1. Surveilans bagi perawat terkait dengan angka kecekatan dalam perawatan

2. Re-surveilans bagi perawat tentang pentingnya implementasi kecekatan dalam


perawatan

Referensi

Anfal, A. L. (2020). Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Citra Rumah Sakit Terhadap
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun
2018. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689-1699.

Anda mungkin juga menyukai