Anda di halaman 1dari 10

Kepuasan

1. Andriani

Menurut analisa peneliti di RSI Ibnu Sina Bukittinggi tahun 2021 banyak responden yang menyatakan
kualitas pelayanan keperawatan baik disebabkan perawat mampu memberikan pelayanan yang terbaik
bagi pasien. Pelayanan keperawatan yang banyak dinyatakan baik oleh responden seperti kebersihan
perawat, pakaian seragam yang digunakan perawat, serta kerapian pakaian perawat. Kualitas pelayanan
yang baik tersebut disebabkan penampilan perawat merupakan sesuatu yang harus diperhatikan, karena
dengan penampilan prima dari perawat, maka pasien akan merasa senang dan tidak cepat merasa bosan
mendapatkan pelayanan dari perawat.

Menurut analisa peneliti kepuasan pasien BPJS di RSI Ibnu Sina Bukittinggi masih ada yang merasa
kurang puas yaitu sebanyak 43,9% ini dikarenakan bahwa pasien merasa pelayanan yang mereka
dapatkan kurang memuaskan seperti perawat yang kurang memperhatikan pasien, perawat yang lambat
dalam menangani masalah pasien, dan perawat yang kurang mendengarkan keluhan tentang penyakit
pasien. Hal ini berdampak pada kepuasan pasien selama pasien di rawat.

Kepuasan pasien sangat berhubungan dengan mutu pelayanan rumah sakit, karena dengan mengetahui
kepuasan pasien manajemen rumah sakit dapat melakukan peningkatan mutu pelayanan.

Menurut analisa peneliti Kualitas pelayanan dapat mempengaruhi kepuasan pasien karena mengandung
nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan lima dimensi kualitas pelayanan kesehatan tersebut terhadap
klien.Kualitas Pelayanan Kesehatan yang dilakukan ketika memiliki perhatian dengan sepenuh hati
terhadap pasien, kepedulian empati, komunikasi yang ramah dan rasa kasih sayang perawat terhadap
pasien akan membentuk hubungan yang baik antara petugas kesehatan dan klien. Ketika petugas
kesehatan melakukan berbagai hal tersebut maka pelayanan keperawatan yang diterima pasien akan
sesuai dengan harapannya sehingga pasien akan merasa puas, demikian sebaliknya.

2. Anfal

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin baik kualitas pelayanan maka pasien akan semakin puas
dengan pelayanan kesehatan tersebut. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit akan
menimbulkan kepuasaan pada pasien. Kepuasaan yang baik dirasakan akan kualitas pelayanan yang
diterimanya, maka semakin besar keinginan pasien untuk setia dalam menggunakan jasa rumah sakit
tersebut dan bersedia untuk merekomendasikan kepada orang lain

3. Anggraeni

Hasil penelitian ini menunjukan pasien yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
Puskesmas Taman Sidoarjo akan melakukan kunjungan kembali untuk menggunakan jasa pelayanan
kesehatan. Namun sebaliknya, jika pasien merasa tidak puas dengan pelayanan maka pasien tidak akan
menggunakan pelayanan jasa kembali dan memilih menggunakan pelayanan jasa lain. Kualitas
pelayanan merupakan titik sentral bagi sebuah penyedia jasa karena akan memengaruhi kepuasan
pelanggan. Tingkat kualitas pelayanan akan sangat menentukan tingkat kepuasan pelanggan terhadap
sebuah jasa yang diberikan oleh penyedia jasa, sedangkan tingkat kualitas dalam pelayanan akan sangat
menunjang pembentukan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diterimanya.
4. Fufa

Penyedia layanan kesehatan menghormati privasi pasien dan pemahaman masalah pasien oleh
kesehatan profesional dikaitkan dengan kepuasan rawat jalan melayani. Dengan demikian, di mana
penyedia layanan kesehatan privasi yang dihormati, pasien 13 kali lebih mungkin (AOR = 13.332; 95% CI:
2.282–77.905) harus puas daripada rekan-rekan mereka

5. Fadillah

Faktor internal yang mempengaruhi kepuasan pasien beberapa diantaranya adalah tingkat pendidikan
dan pekerjaan pasien. Dari hasil penelitian untuk tingkat pendidikan, paling banyak adalah SD yaitu
31,1%. Siagian (2012) berpendapat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin
tinggi pula tingkat pengetahuannya dan menyebabkankeinginan serta harapannya dalam menggunakan
suatu barang atau jasa semakin tinggi.Oleh karena itu tingkat pendidikan yang tinggi cenderung
menyebabkan tingkat kepuasan yang rendah.Sedangkan tingkat pendidikan yang rendah cenderung
menyebabkan penilaian yang cepat puas karena mereka hanya memiliki sedikit pengetahuan akan
pelayanan keperawatan di rumah sakit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 48 orang (64,9%) yang menilai kualitas pelayanan
keperawatan baik, 38 orang (79,2%) memiliki tingkat kepuasan kategori puas. Hal ini menunjukkan
hampir sebagian besar pasien setuju jika kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit baik, maka akan
menimbulkan kepuasan bagi pasien

6. Khoerunnisa

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Latupono et al., (2015)
mengungkapkan bahwa analisis hubungan mutu pelayanan terhadap kepuasan pasien tidak ada
hubungan amenities, safety dengan kepuasan pasien rawat jalan. Peneliti mengungkapkan bahwa
variabel yang paling berhubungan dengan kepuasan pasien yaitu timeless. Hal tersebut dikarenakan
waktu lama pelayanan masih belum sesuai dengan keinginan pasien. Peneliti memberikan saran kepada
petugas, supaya petugas dapat memberikan pelayanan sesuai dengan standar operasional prosedur.
Akan tetapi hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2018)
mengungkapkan bahwa ada hubungan persepsi mutu pelayanan dengan kepuasan pasien. Peneliti
mengungkapkan bahwa persepsi mutu pelayanan yang tidak baik terdapat pada jaminan yang diberikan
kepada pasien.

Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh hubungan pasien dan petugas yang masih kurang baik dan pasien
merasa tidak puas terhadap petugas. Peneliti memberi saran kepada pihak manajemen rumah sakit
Tk.IV madiun untuk melakukan evaluasi yang berhubungan antara petugas dan pasien supaya pelayanan
dan kepuasan semakin baik. Menurut Suratman & Widiyanto (2016) ketidakpuasan pasien dapat
disebabkan oleh beberapa faktor terutama pasien yang tidak nyaman, tidak puas, tidak yakin dengan
petugas, fasilitas tidak memadai, keterbatasan tenaga medis dan ketidakdisiplinan petugas kesehatan.
Mutu pelayanan kesehatan yang baik dapat meningkatkan kepuasan pasien (Sulistyo, 2016). Kepuasan
pasien menjadi hasil dari perbandingan suatu pelayanan kesehatan yang dirasakan dengan harapan
(Zulfiana dan Ernawati, 2013).

7. Perceka
Waktu tanggap (response time) merupakan salah satu parameter kualitas pelayanan yang baik. Tindakan
kegawatdaruratan membutuhkan kompetensi dan keahlian khusus bagi tenaga kesehatan serta
penanganan yang cepat dan tindakan yang tepat dalam memberikan pertolongan kepada pasien dengan
waktu penangangan maksimal lima menit pada setiap kejadian pada pasien. Untuk meningkatkan
profesionalisme dalam melaksanakan pelayanan kesehatan secara maksimal, perawat tanggap darurat
harus memiliki keterampilan kegawat-daruratan berupa pelatihan, peningkatan pendidikan dan juga
mampu mengembangkan suatu metode pemberian asuhan keperawatan untuk dapat
diimplementasikan dimasing-masing ruang keperawatan, 276 sehingga dapat menjamin dan
meningkatkan mutu pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan. penelitian ini menunjukan
bahwa pelayanan keperawatan akan memberikan dampak yang kurang baik bilamana perawat
memberikan perawatan yang tidak sesuai dengan harapan pasien. Cepat tanggap merupakan salah satu
upaya untuk memberikan kepuasan kepada pasien.

8. Pakpahan

Persepsi mutu pelayanan yang baik akan sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Hal ini
menunjukan semakin baik kualitas pelayanan keperawatan pada pasien maka akan semakin baik pula
tingkat kepuasan pasien, dan berlaku sebaliknya jika kualitas pelayanan pasien kurang baik maka tingkat
kepuasan pasien pun akan berkurang. Suatu pelayanan keperawatan dapat dikatakan baik apabila
dalam pemenuhan kebutuhan pasien berjalan dengan sesuai. Dari pelayanan yang baik tersebut maka
akan menimbulkan budaya penanganan yang baik kepada semua pasien. Dan akan tercapainya tingkat
kepuasan pada standar yang setinggi-tingginya

9. Ritonga

Menurut (Azwar, 2011) bahwa pelayanan yang baik dikaitkan dengan sembuhnya dari penyakit dengan
cepat, petugas yang ramah, pelayanan yang cepat dan tepat serta tarif yang murah. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa pelayanan khususnya pelayanan keperawatan erat hubungannya dengan
kepuasan pasien. Kepuasan pasien merupakan suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat
dari kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa
yang diharapkannya. Pasien baru akan merasa puas apabila kinerja pelayanan kesehatan yang
diperolehnya sama atau melebihi dari apa yang menjadi harapannya dan sebaliknya, ketidak puasan
akan timbul atau perasaan kecewa pasien akan terjadi apabila kinerja pelayanan kesehatan yang
diperolehnya itu tidak sesuai dengan harapan.

Menurut Kotler yang dikutip dari Nursalam kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang
yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu
produk dan harapan–harapannya. Jadi kepuasan atau ketidak puasan adalah kesimpulan dari interaksi
antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan. 4. KESIMPULAN
Hasil penelitian didapatkan bahwa mutu pelayanan keperawatan di Intalasi rawat Inap RSU IPI kategori
Baik adalah 20 responden (64,5%), kategori cukup 6 responden (19,4%) dan kategori kurang sebanyak 5
orang (16,1%). Semakin tinggi mutu pelayanan keperawatan maka semakin tinggi pula kepuasan pasien.
Adanya hubungan signifikan antara layanan asuhan Keperawatan oleh perawat pelaksana dengan
kepuasan pasien di ruang rawat inap sakura (r=0,615, dan sig=0,001), dan memiliki hubungan kuat

10. Sintari
kepuasan pasien pada suatu layanan kesehatan dapat ditentukan oleh kebersihan kamar mandi,
kebersihan poli rawat jalan, keramahan dan kesantunan petugas pendaftaran dan kasir, ketepatan
waktu dokter dalam memulai memberikan pelayanan dan kedisiplinan waktu pelayanan, prosedur
penerimaan pasien dilayani secara cepat dan tidak berbelit-belit, kecepatan bagian pendaftaran dan
kasir dalam pelayanan, ketepatan waktu perawat dalam memberikan pelayanan, cepat tanggap
dokter, perawat, petugas pendaftaran dan kasir dalam membantu pasien, perawat memperhatikan
sungguh-sungguh kepada pasien, pemberian pelayanan terhadap pasien tanpa pilih-pilih,
terciptanya suasana kekeluargaan antara perawat dengan pasien, dan, adanya media elektronik tv di
ruang tunggu, kebersihan dan kenyamanan ruang tunggu, terciptanya suasana kekeluargaan antara
dokter dan pasien, dokter memberikan kesempatan bertanya kepada pasien dan waktu pelayanan
yang cukup, adanya kotak saran untuk kritik dan keluhan, tenaga medis dan karyawan rumah sakit
berpenampilan rapi dan bersih. Peneliti berpendapat adanya kesaman dalam penelitian ini
membuktikan bahwa responden memiliki persepsi yang sama mengenai kepusan terhadap
pelayanan kesehatan yang diterima

11. Syapitri

Kualitas pelayanan kesehatan yang dimiliki sebuah pelayanan kesehatan mempengaruhi pasien
dalam menggunakan sebuah jasa pelayanan kesehatan. Pelayanan yang berkualitas akan
memberikan kepuasan kepada pasien yang menerima pelayanan tersebut. Kualitas pelayanan yang
rendah dapat menyebabkan banyaknya keluhan pasien, bila hal ini tidak diatasi dengan baik maka
pelayan kesehatan akan kehilangan pasien. Upaya pelayanan haruslah memberi kepuasan, tidak
sematamata sembuh belaka

12. Tulaisyah

Tingginya tuntutan masyarakat akan pelayanan keperawatan serta munculnya persiangan disetiap
rumah sakit, menuntut perawat harus mampu bersaing dalam memberikan jasa layanan yang
berkualitas khususnya pelayanan keperawatan yang dilakukan di ruangan rawat inap. Pelayanan
keperawatan merupakan hal utama yang harus diperhatikan, dijaga dan ditingkatkan kualitasnya
sesuai dengan standar pelayanan keperawatan yang berlaku, sehingga masyarakat selaku konsumen
dapat merasakanpe layanan keperawatan yang memuaskan.

Dengan terciptanya kepuasan pada pasien, maka dapat memberikan manfaat yakni hubungan
perusahaan dengan pelanggan (pasien) menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi
pembelian ulang, dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan (pasien), membentuk
rekomendasi dari mulut kemulut, dan laba yang diperoleh meningkat

13. Yusra

Menurut asumsi peneliti kepuasan adalah suatu keadaan ketika kebutuhan, keinginan, dan harapan
pasien dapat dipenuhi melalui produk/jasa yang dikonsumsi. Kualitas merupakan pertimbangan
dalam pembuatan keputusan yang paling mendasar dari seorang pelanggan untuk memakai suatu
produk barang atau jasa. Nilai kualitas didasarkan atas pengalaman nyata pelanggan terhadap
produk atau jasa pelayanan. Kualitas pelayanan kesehatan umumnya dikaitkan dengan kepuasan
pelayanan kesehatan kepada perorangan yang diberikan oleh suatu institusi atau fasilitas kesehatan
seperti rumah sakit. Dengan adanya BPJS, mutu pelayanan yang diberikan pada pasien sudah
ditentukan. Sebagian besar hal tersebut memengaruhi tingkat kepuasan pasien BPJS, yang
pemberlakuan peraturannya diberikan secara merata pada seluruh peserta BPJS dengan mutu
pelayanan yang sama dari Rumah Sakit.

14. Ryandini

Kepuasan pelanggan (pasien) terjadi apabila apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, atau
harapannya dapat terpenuhi. Harapan tersebut dapat terpenuhi melalui jasa (pelayanan kesehatan)
yang diterima olehnya. Oleh karena itu kepuasan pasien adalah selisih (gap) antara layanan yang
diterima oleh pasien dengan harapan pasien pada layanan tersebut. 4 Pasien dalam mengevaluasi
kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa faktor yaitu kualitas
produk atau jasa, harga, emosional, kinerja, estetika, karakteristik produk, pelayanan, lokasi,
fasilitas, komunikasi, suasana, desain visual.

15. Rustono

Peran komunikasi dalam pelayanan kesehatan tidak dapat dipisahkan dari setiap pasien yang sedang
menjalani perawatan dirumah sakit karena salah satu factor yang mempengaruhi kepuasan pasien
adalah komunikasi, dalam hal ini juga termasuk perilaku, tutur kata, keacuhan, keramahan, serta
kemudahan mendapatkan informasi dan komunikasi menduduki peringkat yang tinggi dalam
persepsi kepuasan pasien di rumah sakit. Komunikasi merupakan elemen penting dalam proses
interaksi antara perawat dengan pasien. Ketika berinteraksi dengan pasien komunikasi yang baik
sangat diperlukan baik itu kejelasan, kecepatan berbicara, waktu dan relevan dan lainya, serta
penampilan personal, vokalik, ekpresi wajah dan lainya.
PENDIDIKAN

1. Anfal

Berdasarkan teori yang menyatakan seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung
banyak menuntut atau mengkritik terhadap pelayanan yang diterimanya jika memang menurutnya
kurang puas. Beberapa dengan seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah, ia cenderung lebih
banyak menerima karena tidak tahu apa yang dibutuhkannya, asal sembuh saja itu sudah cukup baginya.

Menurut asumsi peneliti, semakin tinggi pendidikan seseorang akan membuat seseorang semakin
mengerti akan arti kesehatannya, sehingga menyebabkan semakin banyak tuntutan dan harapannya
akan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Sedangkan responden yang berpendidikan rendah pada
umumnya hanya menerima pelayanan kesehatan yang diberikan tanpa menuntut dan berharap yang
lebih. Responden yang berpendidikan tinggi cenderung merasa kurang puas terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan 11
dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah.

2. Aulia

Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi pendidikan
pendidikan seseorang maka semakin banyak pengetahuan serta informasi tentang kesehatan yang
diketahui. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah orang-orang tersebut menerima
informasi. Bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kepuasan pelayanan kefarmasian,
kelompok dengan pendidikan tingkat tinggi biasanya memiliki pengetahuan lebih banyak. Semakin
banyak informasi yang masuk semakin banyak juga pengetahuan yang di dapat.

Hal ini sejalan dengan penelitian Muhammad D dan Hayuningsih S yang menyatakan terdapat hubungan
antara Pendidikan dengan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian. Hal ini
menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka akan semakin memiliki
informasi luas, sehingga orang yang berpendidikan tinggi akan berpengetahuan lebih baik dibandingkan
dengan berpendidikan rendah

3. Arifin

tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir rasional dan irasional seseorang dalam mengambil
keputusan, menggunakan, atau memanfaatkan suatu pelayanan kesehatan. Seseorang dengan
pendidikan rendah memiliki kecenderungan inkonsistensi persepsi yang tinggi (tidak tetap pendirian),
mudah dipengaruhi dibandingkan dengan seseorang dengan latar belakang pendidikan tinggi

4. Araujo

semakin tinggi pendidikan kepuasan pasien merasa kurang. Pendidikan adalah salah satu faktor
demografi yang berpengaruh dengan kepuasan pasien. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka
semakin kritis dalam menilai sesuatu termasuk kepuasan dalam pelayanan kesehatan. Menurut
Munawir (2018) Kepuasan pasien tidak ditentukan oleh tingkat pendidikan, kepuasan merupakan
harapan setiap pasien yang berobat yang berhak mendapatkan pelayanan prima dan memuaskan.
Asumsi ini diperkuat Azrul Azwar (Muzer, 2020)menurut beliau kepuasan pasien tidak hanya
dipengaruhi oleh pendidikan seseorang tetapi pada aspek-aspek lainnya yang bervariasi sama halnya
dengan kualitas pelayanan.
5. Fufa

Pendidikan memungkinkan pasien untuk membuat informasi kesehatan yang baik keputusan. Seorang
pasien berpengetahuan memiliki pemahaman yang lebih baik dan paparan yang lebih besar terhadap
apa yang merupakan perawatan ideal, dan apa adanya tidak mau menerima pemberian layanan di
bawah standar. Di dalam studi, tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan dengan kepuasan pasien.
Sekitar 55,7% responden hanya bisa membaca menulis, yang tak tertandingi dengan penelitian yang
dilakukan di Rumania. Ini perbedaan mungkin disebabkan oleh sebagian besar responden di studi ini
berasal dari daerah pedesaan di mana pendidikan tidak baik diperluas

6. Lilis

Dalam penelitian ini orang berpendidikan tinggi yang mempunyai status ekonomi, status sosial tinggi
serta pengetahuan yang tinggi mempunyai ekspektasi tinggi terhadap pelayanan yang diberikan oleh
bidan desa sehingga apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan harapannya maka akan
dikatakan tidak puas. Begitu pun sebaliknya ibu hamil yang berpendidikan rendah cenderung memiliki
tingkat rasional yang rendah sehingga cepat merasa puas karena pendidikan yang rendah berpengaruh
terhadap penilaian kepuasan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin besar pula keinginan
dan harapannya. tingkat pendidikan berhubungan dengan kepuasan ibu hamil artinya semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi kebutuhan dan tuntutan pada penyedia
pelayanan.

7. Hayuningsih

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,015 sehingga ada hubungan yang signifikan antara pendidikan
rendah dengan tinggi terhadap kepuasan mutu pelayanan antenatal care pada aspek tangibles

8. Pangaribuan

Hasil penelitian menunjukan semakin tinggi pendidikan responden maka pengetahuannnya tentang
pelayanan semakin baik. Pengetahuan yang semakin baik tentang pelayanan keperawatan membuat
responden menuntut lebih sesuai dengan standar yang ada. Pada aspek mutu pelayanan keandalan yang
ditunjukkan oleh petugas sudah maksimal namun masih ada juga yang belum handal dalam memberikan
pelayanan kepada pasien seperti petugas kesehatan tidak tiba di ruangan tepat waktu sehingga pasien
belum puas dengan pelayanan petugas. Pada aspek mutu pelayanan jaminan masih ada yang belum
maksimal dilakukan oleh perawat karena petugas kesehatan terkadang tidak memberi perhatian
terhadap keluhan yang pasien, perawat tidak selalu memberi salam dan senyum ketika bertemu dengan
pasien, pada saat petugas terlalu lelah perawat menensi dengan buru-buru. Menurut Kotler (2010)
kepuasan pasien juga merupakan ukuran yang penting tentang efektivitas pemberi pelayanan kesehatan
dalam memenuhi kebutuhan dan harapan pasien, sehingga kepuasan pasien dapat membantu dalam
memberikan gambaran tentang mutu pelayanan kesehatan serta keinginan pasien untuk kembali
memperoleh pelayanan kesehatan di tempat yang sama. Hasil stimulus dari panca indera pasien
terhadap pelayanan yang diterima akan dapat dipersepsikan sehingga nantinya akan dapat menilai mutu
pelayanan, jika apa yang mereka harapkan sesuai dengan kenyataan yang mereka dapatkan, maka akan
dapat memberikan kepuasan kepada pasien terhadap jaminan yang diberikan perawat (Asmuji, 2013).

9. Pretirose
Penulis berpendapat bahwa pendidikan dapat bersifat formal dan tidak formal. Bersifat formal apabila
peningkatan kecakapan itu dilakukan dalam lingkungan khusus (misalnya: sekolah) dan tidak formal
apabila kecakapan itu diperoleh lewat pengalaman kehidupan atau belajar sendiri dari lingkungan.
Namun apabila dihubungkan dengan fenomena lain maka yang digunakan adalah tingkat pendidikan
formal sebab yang diperoleh lewat pengalaman kehidupan atau lingkungan susah ditentukan
besarannya kecuali dijadikan variabel tersendiri berupa pengalaman. Ditinjau dari sisi sosial demografis
peningkatan derajat pendidikan masyarakat semakin meningkat, pada era tahun 90-an lebih banyak
dijumpai masyarakat yang pendidikan terakhir SD atau bahkan tidak sekolah, namun perkembangan
selanjutnya tingkat pendidikan yang dijumpai paling banyak saat ini adalah SMA atau SLTA. Peningkatan
pendidikan berarti peningkatan kesadaran dan daya kritis terhadap pelayanan kesehatan. Jika proporsi
pasien dengan sekolah yang lebih banyak tidak puas, karena pasien memiliki kemampuan untuk menilai
pelayanan apa yang seharusnya menjadi haknya dan mengetahuai kewajiban apa yang harus dilakukan
oleh pihak rumah sakit kepada pasien. Pada tahap ini maka pasien dengan mudah membandingkan
dengan pelayanan di ruangan atau di rumah sakit lain. Berdasarkan penjelasan ini maka muara dari
masalah pelayanan dan kepuasan tetap ada pada pihak rumah sakit sebagai pemberi pelayanan
kesehatan.

10. Romliyadi

Dari hasil penelitian, teori dan penelitian terkait peneliti berasumsi semangkin tinggi pendidikan
seseorang semaqngkin padai pula mengalaisis dan merasakan pelayanan yang diberikan sehingga dapat
membedakian pelayan yang memuasakan dan tidak memuaskan

11. Tonasih

perasaan puas pada setiap individu tidaklah sama, akan tetapi ungkapan puas pada sekelompok individu
dapat terjadi hampir sama karena adanya pengaruh lingkungan dan masyarakat dengan golongan
tertentu.

Menurut Mar'at dalam (Hidayati, Aulia & Suryawati, Chriswardani & Sriatmi, 2014) menyatakan bahwa
perasaan puas pada setiap individu tidaklah sama, akan tetapi ungkapan puas pada sekelompok individu
dapat terjadi hampir sama karena adanya pengaruh lingkungan dan masyarakat dengan golongan
tertentu. Menurut Jacobalis dalam (Mulyani, 2014) tingkat pendidikan dapat memengaruhi pola pikit
rasional dan irasional seseorang mengambil keputusan menggunakan/ memanfaatkan suatu pelayanan
kesehatan. Responden yang didominasi latar belakang pendidikan rendah SD/SMP memiliki
kecenderungan inkonsistensi persepsi yang tinggi (tidak tetap pendirian) mudah dipengaruhi
dibandingkan dengan latar belakang pendidikan tinggi.

12. A
13. A
14. a
PEKERJAAN

1. Anfal

Hasil analisis diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan tingkat kepuasan.
Meskipun begitu pasien tidak bekerja cenderung merasa lebih puas dibandingkan pasien bekerja.
Responden paling banyak jumlahnya adalah pada kategori bekerja. Yang termasuk kategori tidak bekerja
adalah pensiunan, ibu rumah tangga dan tidak bekerja. Rumah Sakit Sundari sebagai rumah sakit swasta
yang berorientasi terhadap pelayanan pasien menyediakan fasilitas yang sebaik-baiknya dengan
pelayanan yang baik dan nyaman bagi pelanggannya sesuai dengan visinya. Rumah sakit juga
menyediakan pelayanan bagi pengguna asuransi kesehatan mulai dari asuransi pegawai, asuransi swata
sampai dengan jaminan kesehatan untuk masyarakat kurang mampu yang disebut BPJS sehingga pasien
tidak bekerja dapat mendapatkan pelayanan kesehatan. Sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa
rumah sakit memberikan pelayanan yang baik dengan tidak membedakan antara pasien satu dengan
yang lain sehingga baik pasien bekerja maupun tidak bekerja dapat merasakan kepuasan yang sama.

Menurut asumsi peneliti, responden yang bekerja pada umumnya memiliki banyak tuntutan dan
harapan akan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, pelayanan yang diberikan harus sejalan dengan
biaya yang dikeluarkan. Responden yang tidak bekerja pada umumnya tidak memiliki tuntutan dan
harapan yang tinggi terhadap pelayanan kesehatan, selama dapat kembali sembuh dengan pelayanan
kesehatan yang diberikan pasien akan kembali untuk berobat di tempat tersebut.

Menurut asumsi peneliti menyatakan bahwa satu faktor tidak mutlak menjadi penyebab kepuasaan,
karena ada faktor – faktor lain yang mempengaruhi. Kelompok masyarakat yang bekerja cenderung
dipengaruhi oleh lingkungan pekerjaan juga lingkungan keluarga. Hal ini ada hubungannya dengan teori
yang menyatakan bahwa seseorang yang bekerja cenderung lebih banyak menuntut atau mengkritik
terhadap pelayanan yang diterimanya jika memang tidak merasa puas bagi dirinya dibandingkan dengan
yang tidak bekerja.

2. Aulia

Tidak ada penjelasan ceunah

3. Lilis

Hasil ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang bekerja cenderung sering bersosialisasi dengan masyarakat
lainnya sehingga informasi, pengalaman dan pengetahuan secara tidak langsung akan bertambah hal ini
akan berpengaruh terhadap ekspektasi yang tinggi dalam menerima pelayanan kesehatan, sehingga bila
tidak sesuai dengan ekspektasi maka cenderung mudah merasa tidak puas. Ibu hamil yang bekerja
cenderung dipengaruhi oleh lingkungan dan pekerjaan dan lingkungan keluarga, hal ini berhubungan
dengan teori yang menyatakan bahwa seseorang yang bekerja cenderung lebih banyak menuntut dan
mengkritik terhadap pelayanan yang diterimanya jika memang tidak memuaskan bagi dirinya
dibandingkan dengan seseorang yang tidak bekerja. Hasil penelitian Simanora 14 menyatakan bahwa
pekerjaan adalah menghasilkan uang di masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga ibu
hamil yang pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga atau yang tidak berpenghasilan akan mempengaruhi
kepuasan dalam pemeriksaan ANC.

4. Hayuningsih
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,045 sehingga ada hubungan yang signifikan antara ibu yang bekerja
dengan yang tidak bekerja terhadap kepuasan mutu pelayanan antenatal care pada aspek tangibles.

5. Pretirose

Penghasilan yang rendah akan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun
pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin karena tidak
mempunyai cukup uang untuk membeli obat atau membayar tranportasi. Pekerjaan seseorang
mencerminkan keadaan sosial dari individu atau keluarga di dalam masyarakat. Individu yang berbeda
pekerjaan mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap
pelayanan kesehatan yang diterima. Banyaknya pasien dengan status tidak bekerja dan tidak puas
dengan pelayanan dikarenakan keinginan pasien yang ingin sembuh total dan tidak ingin kembali
dirawat karena penyakit yang sama. Kelompok masyarakatyangtidakbekerjacenderungdipenga ruhioleh
lingkungan social yang terbatas dan cenderung lebih banyak menuntut atau mengkritik terhadap
pelayanan yang diterimanya jika memang tidak merasa puas bagi dirinya.

6. Romliyadi

Dari hasil penelitian, teori dan penelitian terkait peneliti berasumsi bahwa dengan berbagai tingkat
pengalaman seseorang bekerja tentu dapat pula merasakan dan membedakan pekerjaan orang lain baik
atau buruk.

7. Tonasih

Sedangkan

Hal ini dikarenakan pasien yang bekerja sebagai buruh cenderung takut untuk bertanya kemajuan
pengobatan terhadap penyakit yang dideritanya, sehingga mereka lebih banyak diam dan bersifat pasif,
karena status yang mereka miliki atas pekerjaan yang mereka lakukan dianggap tidak mampu untuk
mempertanyakan kemajuan pengobatan dan pelayanan. Mereka cenderung lebih menerima dengan
kondisi pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan

8. A
9. A
10.

Anda mungkin juga menyukai