Anda di halaman 1dari 22

Edudharma Journal Vol 2 No.

2 September 2018

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DAN CARING


DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PERAWAT
RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM MULTAZAM MEDIKA BEKASI TIMUR
*Rita Dwi Pratiwi, **Dida Siska Pertiwi
Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Widya Dharma Husada Tangerang
Email: ritadwipratiwi@wdh.ac.id

ABSTRAK
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal yang dilakukan antara perawat dan petugas kesehatan
lainnya dengan pasien yang berfokus pada kesembuhan pasien. Pelayanan professional oleh perawat dapat dilakukan oleh
perawat dengan memperlihatkan perilaku caring. Komunikasi terapeutik dan caring akan memungkinkan terjadinya
hubungan interpersonal yang harmonis antara perawat – klien dapat membantu dan memenuhi kebutuhan klien sehingga
dapat memberikan kepuasan kepada klien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik
dengan kepuasan pasien dan untuk mengetahui hubungan caring dengan kepuasan pasien ruang rawat inap penyakit dalam
RSU Multazam Medika Bekasi Timur. penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional,
jumlah sampel pada penelitian ini adalah 40 pasien dengan menggunakan teknik total sampling, instrument penelitian
berupa kuesioner. Hasil bivariat dari uji statistic chi-squere diperoleh ada hubungan komunikasi terapeutik dengan
kepuasan pasien dengan Ha1 diterimadan Ho1 ditolak dengan nilai p = 0,005 < α = 0,05artinyaada hubungan yang
signifikan antara komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien, sedangkan untuk hubungan caring dengan kepuasan
pasien dengan Ha2 diterima dan Ho2 ditolak dengan nilai p = 0,001 < α = 0,05 artinya ada hubungan yang signifikan
antara caring dengan kepuasan pasien. Hasil multivariate dengan uji analisis regresi logistic antara variabel komunikasi
terapeutik dan caring yang paling berpengaruh terhadap variabel kepuasan adalah caring dengan nilai sig 0,023 kekuatan
hubungan dapat dilihat dari nilai OR = 0,058
Kata kunci : Komunikasi Terapeutik, Caring , Kepuasan Pasien Ruang Rawat Inap
Kepustakaan : 33 (2005-2017)

ABSTRACT
Therapeutic communication is an interpersonal communication performed between nurses and other health care
providers with patients which use focused on the patient's recovery. Professional services can be performed by nurses by
showing caring behavior. Therapeutic and caring communication will allow for a harmonious interpersonal relationship
between nurses - clients and also be able to help and meet client needs so as to provide satisfaction to clients. This study
aims to determine the relationship of therapeutic communication with patient’s satisfaction and to know the relationship
of caring with patient satisfaction in RSU Multazam Medika Bekasi Timur. This research is a quantitative research with
cross sectional design, the number of samples in this study was 40 patients using total sampling technique, research
instrument in the form of questionnaire. The result of bivariate of chi-squere statistic test showed that there was
correlation between therapeutic communication with patient’s satisfaction with Ha1 accepted and Ho1 was rejected with
p = 0,005 <α = 0,05 meaning that there was significant correlation between therapeutic communication with patient
satisfaction, while for caring relationship with patient satisfaction with Ha2 accepted and Ho2 rejected with value p =
0,001 <α = 0,05 meaning there was significant relation between caring with patient’s satisfaction. Multivariate result
with logistic regression analysis test between therapeutic communication and caring variable that most influence to
satisfaction variable is caring with sig 0,023 strength of relation can be seen from OR = 0,058
Keywords: Therapeutic Communication, Caring, Patient Satisfaction
Bibliography: 33 (2005-2017)

i
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

PENDAHULUAN Beberapa penelitian telah


Kepuasaan pasien ialah suatu membuktikan bahwa ternyata di beberapa
tingkat perasaan pasien yang timbul rumah sakit, perilaku caring perawat
sebagai akibat dari kinerja pelayanan masih rendah. Berdasarkan penelitian yang
kesehatan yang diperoleh setelah pasien dilakukan oleh agustin (2002) di RS Dr.
membandingkannyadengan apa yang Mohammad Hosein Palembang,
diharapkannya. Pasien baru akan merasa menyebutkan bahwa hampir separuh
puas apabila kinerja pelayanan kesehatan perawat (48,5%) dinilai tidak caring.
yang diperolehnya sama atau melebihi dari Ruang rawat inap penyakit dalam di
apa yang menjadi harapannya dan Rumah Sakit Umum Multazam Medika
sebaliknya, ketidakpuasaan akan timbul Bekasi Timur terdiri dari 2 ruang yaitu
atau perasaan kecewa pasien akan terjadi ruang Mekkah dan Madinah.Ruang
apabila kinerja pelayanan kesehatan yang mekkah terdiri dari 15 orang perawat dan
diperolehnya itu tidak sesuai dengan ruang madinah terdiri dari 15 orang
harapan nya. Salah satu faktor yang perawat.Hasil dari studi pendahuluan
mempengaruhi kepuasan pasien adalah terhadap 8 orang pasien diruang rawat inap
memberikan pelayanan dengan penyakit dalam dikatakan bahwasebagian
komunikasi yang terapeutik.Perawat yang perawat sering menjawab dengan jawaban
memiliki keterampilan berkomunikasi ketusketika pasien melontarkan
secara terapeutik tidak saja akan menjalin pertanyaan kepada perawat. Selain itu 3
hubungan rasa percaya pada pasien orang pasien mengatakan bahwa perawat
mencegah terjadinya masalah diruang penyakit dalam kurang ramah dan
legal,memberikan kepuasan profesional galak.
dalam pelayanan keperawatan dan Tujuan Penelitian dalam penelitian ini
meningkatkan citra profesi keperawatan untuk mengetahui hubungan komunikasi
serta citra rumah sakit. Dengan demikian terapeutik dan caring dengan kepuasan
dapat dikatakan bahwa keperawatan pasien terhadap perawat Ruang Rawat
melalui pelayanan asuhan keperawatan Inap Penyakit Dalam RumahSakit Umum
yang komprehensif sebagai indicator Multazam Medika Bekasi Timur.
pelayanan dalam menentukan kepuasan
klien serta tolak ukur mutu pelayanan Seorang perawat harus memiliki
(Gilles 1978 dalam Meyer & Pallas,2010) caring dalam pelayanannya terhadap

2
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

pasien, karena hubungan antara pemberi perawat di Rumah Sakit Umum Multazam
pelayanan kesehatan dengan pasien Medika Bekasi Timur. Observasi atau
merupakan faktor yang mempengaruhi pengumpulan data yang dilakukan
proses kepuasan dan kesembuhan pasien sekaligus pada suatu dimana subjek
tersebut. Elemen kepuasan konsumen penelitian hanya observasi sekali saja dan
sebenarnya merupakan yang terpenting, pengukuran nya dilakukan terhadap status
jika konsumen (pasien) tidak puas dengan karakter atau variabel subjek pada saat
layanan yang diberikan, dia tidak akan pemeriksaan (Notoadmodjo, 2012 Fhebby
mencari layanan itu atau menerimanya. Maesafitri 2016) metode ini menggunakan
Walaupun layanan tersebut tersedia, kuesioner.
mudah di dapat, dan mudah di jangkau.
Oleh karena itu, mutu layanan yang Tempat penelitian dilaksanakan di
ditawarkan merupakan hal penting dalam Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam di
layanan kesehatan. Namun, mutu layanan Rumah Sakit Umum Multazam Medika
harus berasal dari perspektif konsumen, Bekasi Timur tahun 2018.
karena mutu layanan merupakan jasa yang Populasi adalah wilayah generalisasi yang
diterima oleh konsumen layanan tersebut terdiri atas objek yang mempunyai
(Watson 2007, dalam Nursalam,2011:215) kuantitas dan karakteristik tertentu yang
(Al- Assaf,2009) ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
. kemudian ditarik kesimpulannya
METODE PENELITIAN (Sugiono,2016. Populasi dalam penelitian
Desain penelitian ini merupkan ini adalah semua pasien Ruang Rawat Inap
penelitian kuantitatif dengan Penyakit Dalam RSU Multazam Medika
menggunakan desain penelitian deskriptif Bekasi Timuryang berjumlah 40 orang.
analitik dengan studi pendekatan cross Pada penelitian ini sampel yang
sectional. Penelitian cross sectional adalah diambil sampel yang memenuhi kriteria
jenis penelitian yang menganalisa variabel inklusi. Pada pengambilan sampel
independen dan variabel dependen pada penelitian ini menggunakan metode
periode sama atau pada suatu waktu yang nonprobability sampling yaitu
sama (Azrul dan Prihatno, 2014). Dengan pengambilan sampel bukan secara acak
melihat bagaimana komunikasi terapeutik yang tidak didasarkan atas kemungkinan
dan caring dengan kepuasan pasien pada yang dapat diperhitungkan. Teknik

3
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

pengambilan sampel dalam penelitian ini


menggunakan total sampling yaitu a. Umur
pengumpulan sampel dengan mengambil Diagram 5.1
seluruh anggota populasi sebagai
responden dan sampel. Sampel diambil
dari pasien yang dirawat Ruang Rawat
Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Multazam Medika Bekasi Timur
dengan target keseluruhan responden 40
orang. Kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah pasien yang diRawat Inap di
Ruang Penyakit Dalam RSU Multazam
Medika Bekasi Timur, pasien yang
Berdasarkan diagram 5.1 menunjukan
diRawat Inap minimal 3 x 24 jam dan
bahwa nilai frekuensi menurut umur
bersedia menjadi responden.
responden sebanyak 40 orang responden.
Usia 15-25 tahun sebanyak 15 responden
HASIL PENELITIAN
sebesar (37,5%), lanjut usia 26-36 tahun
ANALISA UNIVARIAT
sebanyak 12 responden sebesar (30,0%),
Analisa univariat ini menjelaskan
usia 37-46 tahun sebanyak 7 responden
dengan distribusi frekuensi responden
sebesar (17,5%), usia 47-56 tahun
berupa jenis kelamin, pendidikan,
sebanyak 4 responden sebesar (10,0%) dan
pekerjaan, umur di Ruang Rawat Inap
usia > 57 tahun sebanyak 2 responden
Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum
sebesar (5,0%).Kelompok umur 20-30
Multazam Medika Bekasi Timur
tahun adalah umur produktif, pada umur
ini klien akan lebih banyak bertanya dan
akan lebih kritis apabila pelayanan yang
diterima tidak sesuai yang diharapkan.
Sehingga akan mempengaruhi tingkat
kepuasan klien (Bahahudin, Suhendri,
Anugrah 2009).

4
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

b. Jenis Kelamin c. Pendidikan


Diagram 5.2 Diagram 5.3

Berdasarkan diagram 5.3


Berdasarkan diagram 5.2 menunjukan menunjukan bahwa nilai frekuensi tingkat
bahwa nilai frekuensi jenis kelamin pendidikan dari 40 responden dengan
perempuan sebanyak 21 responden sebesar berbagai tingkat pendidikan. SLTP
(52,5%) dan Laki-laki sebanyak 19 sebanyak 6 responden dengan persentase
responden sebesar (47,5%).Jenis kelamin sebesar (15,0%), SMA/SMK sebanyak 21
pria lebih agresif dalam mengungkapkan responden dengan persentase sebesar
ketidaknyamanan perbedaan prilaku (52,5%), Diploma sebanyak 5 responden
antara pria dan wanita karena disebabkan dengan persentase sebesar (12,5%), dan
oleh perbedaan struktur, hormon-hormon Sarjana sebanyak 8 responden dengan
dan tumbuh kembang otak.Otak pria persentase sebesar (20,0%).Tingkat
mempunyai karakteristik agresif dan pendidikan sebagian besar diploma dan
kompetitif (Bahahudin, Suhendri, sarjana yang lebih berfikir ilmiah dan
Anugrah 2009).Hasil penelitian ini rasional sehingga akan lebih kritis jika
diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang tidak sesuai dengan yang diharapkan
dilakukan (Herlina Pratiwi dkk 2010) (Bahahudin, Suhendri, Anugrah 2009).
didapatkan hasil analisa uji suatu Hasil penelitian ini diperkuat oleh
hubungan antara karkteristik jenis kelamin penelitian sebelumnya yang dilakukan
wanita mempunyai tingkat kepuasan lebih (Herlina Pratiwi, dkk 2010) didapatkan
besar dari pada pria sebesar (68,8%) hasil analisa uji suatu hubungan antara
karkteristik dengan tingkat pendidikan

5
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

SLTA mempunyai tingkat kepuasan (Videbeck,2008). Hasil penelitian ini


sebesar (68,5%) diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan (Herlina Pratiwi,dkk 2010)
d. Komunikasi Terapeutik didapatkan data bahwa 31 klien sebagai
Diagram 5.6 responden variabel komunikasi terapeutik
didapatkan 18 klien (58,1%) menyatakan
komunikasi terapeutik perawat baik dan 13
klien (41,9%) menyatakan komunikasi
terapeutik perawat kurang baik dalam
berinteraksi dengan klien saat memberikan
asuhan keperawatan.
e. Caring
Berdasarkan diagram 5.6 menunjukan Diagram 5.7
bahwa nilai frekuensi komunikasi
terapeutik pada perawat dari 40 responden
dengan komunikasi terapeutik perawat
baik sebanyak 19 responden dengan
persentase sebesar (47,5%), dan dengan
komunikasi terapeutik perawat kurang
baik sebanyak 21 responden dengan
persentase (52,5%). Komunikasi
Berdasarkan diagram 5.7 menunjukan
terapeutik dapat meningkatkan hubungan
bahwa nilai frekuensi caring perawat dari
yang konstruktif antara perawat danklien
40 responden dengan caring perawat
jika konsumen merasakan kinerja yang
rendah sebanyak 23 responden dengan
tinggi maka konsumen akan mengalami
persentase sebesar (57,5%), dan dengan
kepuasan (Junaidi,2008). Komunikasi
caring perawat tinggi sebanyak 17
terapeutik merupakan suatu interaksi
responden dengan persentase sebesar
interpersonal antara perawat dan klien
(42,5%).Perawat adalah orang yang
yang selama berinteraksi langsung perawat
menjadi salah satu kunci dalam memenuhi
berfokus kepada kebutuhan khusus klien
kepuasan pasien oleh karena itu perilaku
untuk meningkatkan pertukaran informasi
caring perawat dapat memberikan
yang efektif antara perawat dank klien
pengaruh dalam pelayanan yang

6
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

berkualitas kepada pasien (Prompahakul,et Febriana , 2009) menunjukan bahwa


al, 2011). Hasil penelitian ini diperkuat kepuasan pasien dengan kategori tidak
oleh penelitian sebelumnya yang puas sebanyak 19 (63,11%) responden.
dilakukan ( Panji Pratama Putra, 2011) Sedangkan pada kepuasan pasien dengan
menunjukan bahwa perilaku caring kategori puas sebanyak 23 (54,8%)
perawat dengan kategori tinggi yaitu responden
sebanyak 9 responden (27,3%) sedangkan
responden yang paling banyak menilai ANALISA BIVARIAT
perilaku caring perawat rendah sebanyak a. Hubungan antara komunikasi
23 (69.7%) responden. terapeutik dengan kepuasan pasien
f. Kepuasan pasien pada perawat ruang rawat inap
Diagram 5.8 penyakit dalam RSU Multazam
Medika Bekasi Timur.
Hasil uji statistik analisa hubungan antara
komunikasi terapeutik dengan kepuasan
pasien di peroleh nilai P-value = 0,005 <
α = 0,05 dengan kekuatan korelasi sedang
yang artinya korelasi bermakna dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak artinya
Berdasarkan diagram 5.8 menunjukan ada Hubungan Antara Komunikasi
bahwa nilai frekuensi kepuasan pasien Terapeutik Dengan Kepuasan Pasien
pada perawat dari 40 responden. Puas Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam
sebanyak 16 responden dengan persentase Rumah Sakit Umum Multazam Medika
sebesar (40,0%) dan tidak puas sebanyak Bekasi Timur. Berdasarkan tabel 5.1
23 responden dengan persentase sebesar hasil crosstabulation komunikasi
(60,0%).Kepuasan pasien merupakan nilai terapeutik dengan kepuasan pasien pada
subyektif pasien terhadap pelayanan yang perawat di ruang rawat inap penyakit
diberikan setelah membandingkan dari dalam hasil analisa diperoleh yang
hasil pelayanan yang diberikan dengan mengalami puas dan komunikasi
harapannya (Khairul Anwar 2017).Hasil terapeutik baik sebanyak 12 responden
penelitian ini diperkuat oleh penelitian dengan persentase sebesar (30,0%) dan
sebelumnya yang dilakukan( Nancy sebanyak 4 responden (10,0%)

7
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

mempunyai komunikasi terapeutik pelanggan akan sangat kecewa, bila


kurang baik. Sedangkan yang tidak puas kinerja sesuai harapan, maka pelanggan
dan mempunyai komunikasi terapeutik akan sangat puas. Penelitian ini juga
baik sebanyak 7 responden (17,5%), serta didukung oleh teori (Moison, Walter dan
sebanyak 17 responden (42,5%) White 2006 dalam Khairul Anwar,2017)
mempunyai komunikasi terapeutik yang menyatakan bahwa salah satu
kurang baik. faktor yang mempengaruhi kepuasan
Hasil penelitian diatas memberikan pasien adalah faktor komunikasi yaitu
gambaran bahwa komunikasi terapeutik tata cara komunikasi yang diberikan
dapat dilihat dari kemampuan perawat pihak penyedia jasa dan bagaimana
dalam menjalin suatu hubungan keluhan-keluhan pasien dengan cepat
komunikasi berdasarkan kebutuhan klien diterima dan ditangani oleh penyedia
dengan memperhatikan teknik- teknik jasa terutama perawat dalam
komunikasi verbal dan non verbal(Isacs memberikan bantuan terhadap keluhan
2007).Fortnish and Worret (2008) juga pasien.
mengemukakan perilaku verbal dan Hasil penelitian ini diperkuat oleh
nonverbal, seperti sikap, kepercayaan, penelitian sebelumnya yang dilakukan
dan perasaan merupakan bagian dari oleh (Herlina Pratiwi, dkk pada tahun
komunikasi dang sangat dibutuhkan 2010) di RS Bunda Margonda Depok
untuk komunikasi terapeutik dan tentang hubungan komunikasi terapeutik
terdapat tujuh sifat dalam perawat dengan tingkat kepuasan
mengefektifkan komunikasi terapeutik pasien.Dalam penelitian tersebut
dan sifat ini sangat dibutuhkan untuk disimpulkan bahwa terdapat hubungan
menjalin hubungan perawat-klien. Teori yang bermakna antara komunikasi
(Supranto 2007) mendefisinikan terapeutik perawat dengan tingkat
kepuasan sebagai tingkat perasaan kepuasan klien.Hasil penelitian ini juga
seseorang setelah membandingkan didukung oleh penelitian sebelumnya
kinerja atau hasil yang dirasakannya yang dilakukan oleh (PentiSari
dengan harapannya.Tingkat kepuasan Ningsih2015) di RS PKU
merupakan fungsi dari perbedaan antara Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
kinerja yang dirasakan dengan harapan. tentang hubungan komunikasi terapeutik
Apabila kinerja dibawah harapan, maka perawat dengan tingkat kepuasan pasien

8
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

rawat inap. Dalam penelitian tersebut tidak puas dan mempunyai caring
disimpulkan bahwa terdapat hubungan tinggi sebanyak 5 responden dengan
yang bermakna antara komunkasi persentase (12,5%). Serta sebanyak
terapeutik perawat dengan tingkat 19 responden (47,5%) mempunyai
kepuasan klien caring rendah.
b. Hubungan antara caring dengan Teori Potter dan Perry (2009)
kepuasan pasien pada perawat ruang menyebutkan caring sebagai suatu
rawat inap penyakit dalam RSU cara pemeliharaan berhubungan
Multazam Medika Bekasi Timur. dengan menghargai orang lain,
Hasil uji statistik analisa hubungan disertai perasaan memiliki dan
antara caring perawat dengan bertanggung jawab. Caring adalah
kepuasan fenomena universal yang
pasien diperoleh nilai P-value = mempengaruhi cara manusia
0,001 < α = 0,05 dengan kekuatan berfikir, merasa, dan mempunyai
korelasi sangat lemah yang artinya hubungan dengan sesama. Perilaku
korelasi bermakna dapat caring perawat sangat
disimpulkan bahwa Ho ditolak mempengaruhi kepuasan pasien,
artinya ada Hubungan Antara apabila pelayanan yang diberikan
Caring Dengan Kepuasan Pasien sudah sesuai dengan kebutuhan
Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam pasien dan diberikan dengan cara
Rumah Sakit Umum Multazam yang ramah pada waktu mereka
Medika Bekasi Timur. Berdasarkan dirawat sesuai sumber daya yang
tabel 5.2 hasil crosstabulation dimiliki, maka pasien akan
caring dengan kepuasan pasien pada merasakan kepuasan yang tinggi.
perawat di ruang rawat inap penyakit Hal ini didukung oleh teori (Pohan
dalam hasil analisa diperoleh yang 2007) yang menyatakan bahwa
mengalami puas dan mempunyai kualitas pelayanan kesehatan
caring tinggi sebanyak 12 responden memiliki pengaruh terhadap
dengan persentase (30,0%), dan frekuensi tingkat kepuasan pasien
sebanyak 4 responden dengan semakin baik kualitas pelayanan
persentase (10,0%) mempunyai kesehatan maka semakin baik pula
caring rendah. Sedangkan yang frekuensi tingkat kepuasan pasien,

9
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

Hasil penelitian ini diperkuat Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai


oleh penelitian sebelumnya yang P- value sebesar 0,001 (p<0,05) yang
dilakukan oleh (Eka Puspitasari berarti ada hubungan yang signifikan
2012) di RS PKU Muhammadiyah antara perilaku caring perawat dengan
Yogyakarta tentang hubungan kepuasan pasien diruang rawat inap
perilaku caring perawat dengan RSUD Klungkung Bali.
kepuasan pasien rawat inap. Hasil penelitian ini semakin
Didapatkan nilai caring perawat didukung juga oleh penelitian
yang menjawab baik sebanyak 12 sebelumnya yang dilakukan ( Ummi
pasien (40%) dan caring perawat Kalsum 2016) di RSUP Fatmawati
cukup baik sebanyak 2 pasien tentang hubungan perilaku caring
(6,7%) menilai caring perawat perawat dengan kepuasan pasien diruang
kurang baik. Hasil penelitian perawatan teratai hasil analisa diperoleh
menunjukan bahwa P lebih kecil (68,2%) pasien merasa tidak puas
dari pada 0,05 (0,023<0,05) terhadap pelayanan caring perawat,
sehingga dapat disimpulkan bahwa sedangkan (25,4%) merasa puas
ada hubungan yang bermakna terhadap pelayanan caring perawat. Dari
antara hubungan perilaku caring hasil statistik diperoleh nilai p= 0,001
perawat dengan tingkat kepuasan sehingga dapat disimpulkan bahwa
pasien rawat inap di RS PKU hubungan caring perawat sangat
Muhammadiyah Yogyakarta. berpengaruh terhadap tingkat kepuasan
Hasil penelitian ini juga didukung pasien
oleh penelitian sebelumnya yang c. Hubungan umur dengan komunikasi
dilakukan oleh (AA.Komp Ngurah terapeutik
Darmawan 2012) di RSUD Klungkung Hasil analisis menunjukan pada
Bali tentang hubungan perilaku caring tabel 5.3 menunjukan bahwa
perawat dengan tingkat kepuasan pasien berdasarkan umur dengan komunikasi
rawat inap didapatkan nilai yang terapeutik didapatkan nilai p-value =
berprilaku tidak caring sebanyak 61 0,732< α = 0,05yaitu Ho diterima,
responden dengan persentase (48%) dan dapat disimpulkan bahwatidak ada
yang berperilaku caring sebanyak 65 hubungan yang signifikan antara umur
responden dengan persentase (52%). dengan komunikasi terapeutik karena

10
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

di penelitian ini ada faktor lain yang sebanyak 9(22,5%) responden dan
mempengaruhi kepuasan pasien yaitu kategori tinggi 3(7,5%) responden
caring dan komunikasi dengan total 12 responden dan
terapeutik.Hasil penelitian ini sejalan persentase sebesar (30,0%), (37-46
dengan penelitian sebelumnya yang tahun) kategori rendah sebanyak
dilakukan oleh (Zidni Imanurohman 3(7,5%) responden dan kategori tinggi
2016) tentang hubungan antara sebanyak 4(10,0%) responden dengan
komunikasi terapeutik dengan tingkat total 7(17,5%) responden, (47-56
kepuasan pasien menunjukan bahwa tahun) kategori rendah sebanyak 2
nilai p-value = 0,308 yang artinya (5,0%) responden dan kategori tinggi
bahwa tidak ada hubungan yang sebanyak 2(5,0%) responden total 4
signifikan antara umur dengan responden dengan persentase sebesar
komunikasi terapeutik. (10,0%), (>57 tahun) kategori rendah
d. Hubungan umur dengan Caring sebanyak 1(2,5%) orang dan kategori
Hasil analisis menunjukan dapat tinggi sebanyak 1(2,5%) orang dengan
dilihat pada tabel 5.4 menunjukan total 2 dan persentase sebesar (5,0%)
bahwa berdasarkan umur dengan jadi dapat disimpulkan bahwa Ho
komunikasi terapeutik didapatkan nilai diterima dengan nilai p-value=0,808
p-value = 0,808 dapat disimpulkan <α = 0,05 yang artinya tidak ada
bahwa tidak ada hubungan yang hubungan yang signifikan antara umur
signifikan antara umur dengan caring dengan caring
perawat. Berdasrkan tabel 5.4 hasil Hasil penelitian ini sejalan dengan
crosstabulation umur dengan caring di penelitian sebelumnya yang dilakukan
ruang rawat inap penyakit dalam oleh (Rahmad Gurusinga 2013 )
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan tentang perilaku caring perawat
bahwa nilai frekuensi berdasarkan dengan kepuasan pasien rawat inap
umur dengan caring kategori rendah diketahui bahwa umur < 35 tahun
yaitu umur (15-25 tahun) sebanyak 8 sebanyak 69 (50,7%) caring perawat
(20,0%) responden dan kategori tinggi rendah. Sedangkan umur >35 tahun
7(17,5%) responden dengan total 15 sebanyak 67 (49,3%) caring perawat
responden dan persentase sebesar tinggi. Didapatkan nilai p-value =
(37,5%), (26-36 tahun) kategori rendah 0,615 yang artinya tidak ada hubungan

11
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

yang signifikan antara umur dengan puas dan sebanyak 2 (5,0%) responden
caring kategori tidak puas dengan total 4
e. Hubungan umur dengan kepuasan responden dan persentase sebesar
pasien (10,0%), (>57tahun) sebanyak 1
Hasil analisis menunjukan dapat (2,5%) responden kategori puas dan
dilihat pada tabel 5.9 menunjukan sebanyak 1 (2,5%) responden kategori
bahwa tidak puas dengan total 2 responden
berdasarkan umur dengan kepuasan dan persentase sebesar (5,0%) jadi
pasiendidapatkan nilai p-value = 0,319 dapat disimpulkan bahwa Ho diterima
yang artinya tidak ada hubungan yang dengan nilai p-value=0,319 <α =
signifikan. Berdasarkan tabel 5.9 hasil 0,05yang artinya tidak ada hubungan
crosstabulationumur dengan kepuasan yang signifikan antara umur dengan
pasiendidapatkan bahwa.Berdasarkan kepuasan.
tabel 5.9 menunjukan bahwa nilai Hasil penelitian ini sejalan dengan
frekuensi berdasarkan umur dengan penelitian yag dilakukan oleh (Herlina
kepuasan pasien kategori puas yaitu Pratiwi dkk 2010) didapatkan
umur (15-25 tahun) sebanyak karakteristik klien umur dengan
8(20,0%) responden dan kategori tidak tingkat kepuasan kelompok umur < 30
puas sebanyak 7 (17,5%) responden tahun, 30-60 tahun dan > 30 tahun
dengan total 15 responden dan memiliki tingkat kepuasan lebih besar
persentase sebesar (37,5%), (26-36 dari pada umur > 30 tahun sebesar
tahun) sebanyak 4 (10,0%) responden 55.6% didapatkan nilai p- value =
kategori puas dan sebanyak 8 (20,0%) 0,736 yang artinya tidak ada hubungan
responden kategori tidak puas dengan yang signifikan antara umur dengan
total 12 responden dan persentase kepuasan pasien
sebesar (30,0%), (37-46 tahun) f. Hubungan jenis kelamin dengan
sebanyak 1 (2,5%) responden kategori komunikasi terapeutik
puas dan sebanyak 6 (15,0%) Hasil analisis menunjukan dapat
responden kategori tidak puas dengan dilihat pada tabel 5.5 menunjukan
total 7 responden dan persentase bahwa berdasarkan jenis kelamin
sebesar (17,5%), (47-56 tahun) dengan komunikasi terapeutik
sebanyak 2 (5,0%) responden kategori didapatkan nilai p-value = 0,988 yang

12
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

artinya tidak ada hubungan yang Hasil analisis menunjukan dapat


signifikan. Berdasarkan tabel 5.5 hasil dilihat pada tabel 5.7 menunjukan
crosstabulation jenis kelamin dengan bahwa berdasarkan jenis kelamin
komunikasi terapeutik didapatkan dengan caring perawat didapatkan
bahwa komunikasi terapeutik baik nilai p- value = 0,565 yang artinya
dengan jenis kelamin perempuan tidak ada hubungan yang signifikan
sebanyak 10 (25,0%) dan kurang baik dengan faktor jenis kelamin dengan
sebanyak 11 (27,5%), sedangkan jenis caring perawat dan bertolak belakang
kelamin laki laki kategori baik dengan teori. Berdasarkan tabel 5.7
sebanyak 9 (22,5%) dan kurang baik hasil crosstabulation jenis kelamin
sebanyak 10 (25,0%) jadi dapat dengan caring perawat menunjukan
disimpulkan bahwa Ho diterima bahwa caring kategori rendah dengan
dengan nilai p-value=0,988 <α = 0,05 jenis kelamin perempuan sebanyak 13
yang artinya tidak ada hubungan yang (32,5%) responden dan kategori tinggi
signifikan antara jenis kelamin dengan sebanyak 8 (20,0%) responden dengan
komunikasi terapeutik total 21 responden dan persentase
Hasil penelitian ini sejalan dengan sebesar (52,5%). Sedangkan untuk
penelitian sebelumnya yang dilakukan caring kategori rendah dengan jenis
oleh (Rhisa Oviani 2016). Didapatkan kelamin laki-laki sebanyak 10 (25,0%)
bahwa jenis kelamin perempuan responden, dan kategori tinngi
komunikasi terapeutik kurang baik sebanyak 9 (22,5%) respoonden
sebesar (22,14%) dan tidak baik dengan total 17 dan persentase sebesar
sebesar (17,4%). Sedangkan jenis (42,5%) jadi dapat disimpulkan bahwa
kelamin laki-laki baik sebesar Ho diterima dengan nilai p-
(34,28%) dan kurang baik sebesar value=0,988 <α = 0,05 yang artinya
(26,42%) didapatkan nilai p-value tidak ada hubungan yang signifikan
=0,619 yang artinya tidak ada jenis kelmin dengan caring
hubungan yang signifikan antara jenis Hasil penelitian ini sejalan dengan
kelamin dengan komunikasi terapeutik penelitian sebelumnya yang dilakukan
g. Hubungan jenis kelamin dengan oleh ( Yani Indrastuti 2010) didapatkan
caring perawat bahwa periaku caring kurangdengan
jenis kelamin perempuan sebanyak 33

13
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

(82,5%) dan caring baik dengan jenis Hasil penelitian ini sejalan dengan
kelamin perempuan sebanyak 7 penelitian sebelumnya yang dilakukan
(17,5%) didapatkan nilai p-value = oleh (Mahendro kusuma 2010)
0,823 yang artinya tidak ada hubungan didapatkan bahwa dengan jenis
yang signifikan antara jenis kelamin kelamin perempuan sebanyak 15
dengan caring. (10,7%) kategori puas, dan sebanyak 4
h. Hubungan jenis kelamin dengan (2,9%)kategori tidak puas. Sedangkan
kepuasan pasien dengan jenis kelamin perempuan
Hasil analisis menunjukan dapat kategori puas sebanyak 9 (3,15%) ,
dilihat pada tabel 5.10 menunjukan dan kategori puas sebanyak 11 (7,9%)
bahwa berdasarkan jenis kelamin didapatkan nilai p-value = 0,585 yang
dengan kepuasan pasien didapatkan artinya tidak ada hubungan yang
nilai p- value = 0,313 yang artinya signifikan antara jenis kelamin dengan
tidak ada hubungan yang signifikan kepuasan pasien
dengan faktor jenis kelamin dengan i. Hubungan pendidikan dengan
kepuasan pasien dan bertolak belakang komunikasi terapeutik
dengan teori. Berdasarkan tabel 5.10 Hasil analisis menunjukan dapat
hasil crosstabulation jenis kelamin dilihat pada tabel 5.7 menunjukan
dengan kepuasan pasien menunjukan bahwa berdasarkan pendidikan dengan
bahwa kepuasan pasien kategori puas komunikasi terapeutik didapatkan
dengan jenis kelamin perempuan nilai p- value = 0,363 yang artinya
sebanyak 10 (25,0%) dan kategori tidak ada hubungan yang signifikan
tidak puas sebanyak 11 (27,5%), dengan faktor pendidikan dengan
sedangkan untuk kepuasan pasien komunikasi terapeutik dan bertolak
kategori puas berjenis kelamin laki- belakang dengan teori. Berdasarkan
laki sebanyak 6 (15,0%) dan kategori tabel 5.7 hasil crosstabulation
tidak puas sebanyak 13 (32,5%) jadi menunjukan bahwa nilai frekuensi
dapat disimpulkan bahwa Ho diterima berdasarkan pendidikan dengan
dengan nilai p-value=0,313 <α = 0,05 komunikasi terapeutik kategori baik
yang artinya tidak ada hubungan yang yaitu pendidkam SLTP sebanyak 3
signifikan antara jenis kelamin dengan (7,5%) responden dan kurang baik 3
kepuasan. (7,5%) responden dengan total 6

14
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

responden dan persentase sebesar ( Hasil analisis menunjukan dapat


15,0%). SMA/SMK sebanyak 8 dilihat pada tabel 5.8 menunjukan
(20,0%) responden kategori baik dan bahwa berdasarkan pendidikan dengan
kategori kurang baik sebanyak 13 ( caring didapatkan nilai p- value =
32,5%) dengan total 21 (52,5%) 0,644 yang artinya tidak ada hubungan
responden. Diploma sebanyak 3 yang signifikan dengan faktor
(7,5%) responden kategori baik dan pendidikan dengan caring dan bertolak
kategori kurang baik sebanyak 2 belakang dengan teori. Berdasarkan
(5,0%) responden dengan total 5 tabel 5.8 hasil crosstabulation
(12,5% ) responden. Sarjana sebanyak menunjukan bahwa nilai frekuensi
5 (12,5%) kategori baik dan kurang berdasarkan pendidikan dengan caring
baik sebanyak 3 (7,5%) dengan total 8 kategori rendah yaitu pendidkam
responden (20,0%) jadi dapat SLTP sebanyak 3 (7,5%) responden
disimpulkan bahwa Ho diterima dan kategori tinggi 3 (7,5%) responden
dengan nilai p-value=0,363 <α = 0,05 dengan total 6 responden dan
yang artinya tidak ada hubungan yang persentase sebesar (15,0%).
signifikan antara pendidikan dengan SMA/SMK sebanyak 12 (30,0%)
komunikasi terapeutik responden kategori rendah dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan kategori tinggi sebanyak 9 ( 22,5%)
penelitian sebelumnya yang dilakukan dengan total 21 (52,5%) responden.
(Fairuz Ali 2012) didapatkan bahwa Diploma sebanyak 3 (7,5%) responden
kommunikasi terapeutik baik kategori rendah dan kategori tinggi
berpendidikan SMP (14,6%), sebanyak 2 (5,0%) responden dengan
SMA/SMK komunikasi terapeutik total 5 (12,5% ) responden. Sarjana
baik (12,5%) dan sarjana komunikasi sebanyak 5 (12,5%) kategori rendah
terapeutik kurang baik (72,9%) dan tinggi sebanyak 3 (7,5%) dengan
didapatkan nilai p-value = 0,377 yang total 8 responden (20,0%) jadi dapat
artinya tidak ada hubungan yang disimpulkan bahwa Ho diterima
signifikan antara pendidikan dengan dengan nilai p-value=0,644 <α = 0,05
komunikasi terapeutik yang artinya tidak ada hubungan yang
j. Hubungan pendidikan dengan caring signifikan antara pendidikan dengan
caring

15
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

Hasil penelitian ini sejalan dengan 35,0%) dengan total 21 (52,5%)


penelitian sebelumnya yang dilakukan responden. Diploma sebanyak 1
oleh ( Lilis Johratun 2017) didapatkan (2,5%) responden kategori puas dan
bahwa kategori caring baik (72,7%) kategori tidak puas sebanyak
berpendidikan SMP , sedangkan SMA 4 (10,0%) responden dengan total 5
caring kategori caring rendah (6,1%) (12,5% ) responden. Sarjana sebanyak
dan S1 caring rendah (21,2%) 5 (12,5%) kategori puas dan tidak puas
didapatkan bahwa nilai p-value = sebanyak 3 (7,5%) dengan total 8
0,843 yang artinya tidak ada hubungan responden (20,0%) jadi dapat
yang signifikan antara caring dengan disimpulkan bahwa Ho diterima
pendidikan dengan nilai p-value=0,674 <α = 0,05
k. Hubungan pendidikan dengan yang artinya tidak ada hubungan yang
kepuasan signifikan antara pendidikan dengan
Hasil analisis menunjukan dapat kepuasan.
dilihat pada tabel 5.11 menunjukan Hasil penelitian ini sejalan dengan
bahwa berdasarkan pendidikan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
kepuasan pasien didapatkan nilai p- oleh ( Puspa Sari 2012) menunjukan
value = 0,674 yang artinya tidak ada bahwa kategori puas dengan
hubungan yang signifikan dengan pendidikan SD (13,3%) kategori cukup
faktor pendidikan dengan kepuasan (20,0%), SMP kategori puas (13,3%)
pasien dan bertolak belakang dengan kategori kurang (13,3%), SMA
teori. Berdasarkan tabel 5.11 hasil kategori puas (6,7%) kategori cukup (
crosstabulation menunjukan bahwa 16,7%) dan sarjana kategori puas
nilai frekuensi berdasarkan pendidikan (3,3%) dan kategori cukup (13,3%)
dengan kepuasan pasienkategori puas didapatkan nilai p-value = 0,636 yang
yaitu pendidkam SLTP sebanyak 3 artinya bahwa tidak ada hubungan
(7,5%) responden dan kategori tidak yang signifikan antara pendidikan
puas 3 (7,5%) responden dengan total dengan kepuasan pasien
6 responden dan persentase sebesar 1. Analisa Multivariat
(15,0%). SMA/SMK sebanyak 7 Analisis multivariat dalam penelitian
(17,5%) responden kategori puas dan ini menggunakan uji regresi logistik
kategori tidak puas sebanyak 14 (

16
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

Berdasarkan tabel 5.1 perawat cukup dan kurang akan


menunjukan bahwa dari kedua membuat kepuasan menyimpang
variabel yaitu variabel komunikasi menjadi kearah negativ.
terapeutik dan caring yang paling (Dwidiyanti,2008)
berpengaruh terhadap variabel Perawat merupakan ujung
kepuasan pasien adalah caring dengan tombak dari pelayanan kesehatan
nilai sig = 0,023 dan kekuatan dirumah sakit dan merupakan orang
hubungan dapat dilihat dari nilai (OR= yang paling lama berinteraksi dengan
0,58) pasien, sehingga dalam menjalankan
Berdasarkan hasil tersebut, praktik keperawatan perlu lebih
dapat disimpulkan bahwa semakin memperhatikan perilaku caring
baik perilaku caring perawat dalam perawat sebagai salah satu upaya
memberikan pelayanan keperawatan untuk memberikan pelayanan
kepada pasien maka tingkat kepuasan keperawatan yang berkualitas yang
pasien terhadap pelayanan pada akhirnya memberikan kepuasan
keperawatan akan semakin baik juga kepada pasien (Rahmad Gurusinga,
perilaku caring perawat sangat 2013) .
penting dalam memenuhi kepuasan Hasil penelitian ini didukung
dan caring sangat berpengaruh oleh penelitian sebelumnya yang
menjadi salah satu indikator kulaitas dilakukan oleh (Charles B. Turangan
pelayanan disebuah rumah sakit. dkk pada tahun 2015) di RSUP
Perilaku caring perawat akan Prof.Dr.R.D Kandou Manado tentang
berpengaruh terhadap kepuasan analisis faktor- faktor yang
pasien, perilaku caring perawat yang berhubungan dengan kepuasan pasien
baik akan menjadikan kepuasan di instalasi rawat inap. Hasil analisis
pasien kearah postif, karena pasien regresi logistik menunjukan bahwa
memiliki kepercayaan yang tinggi perhatian caring perawat memiliki
dalam menilai pelayanan rumah sakit. nilai sig 0,032 dan nilai OR= 3,567 hal
Sehingga berdampak pada kunjungan ini berarti bahwa perhatian caring
ulang pasien dan rasa percaya perawat berpengaruh terhadap
terhadap rumah sakit tetapi untuk kepuasan pasien di instalasi rawat
pasien yang menilai perilaku caring inap.

17
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

A. Hambatan Penelitian 2. Gambaran komunikasi


Hambatan penelitian yang peneliti terapeutik perawat ruang rawat
alami yaitu peneliti tidak mendapatkan inap penyakit dalam RSU
hambatan pada saat pengambilan data, Multazam Medika Bekasi
tetapi peneliti merasa kesulitan pada Timur dengan kategori kurang
saat pengolahan data di SPSS dan baik sebanyak 21 responden
membutuhkan waktu sekitar satu dengan persentase sebesar
minggu untuk mempelajari lebih jelas (52,5%)
tentang pengolahan data di SPSS. 3. Gambaran caring perawat
ruang rawat inap penyakit
dalam RSU Multazam Medika
KESIMPULAN DAN SARAN Bekasi Timur kategori caring
A. Kesimpulan rendah sebanyak 23 responden
Berdasarkan hasil penelitian ini dengan persentase sebesar
maka dapat diambil kesimpulan (57,5%)
sebagai berikut : 4. Gambaran kepuasan pasien
1. Gambaran karakteristik ruang rawat inap penyakit
responden berdasarkan umur dalam RSU Multazam Medika
15-25 tahun responden Bekasi Timur kategori tidak
sebanyak 15 responden dengan puas sebanyak 24 responden
persentase sebesar (37,5%) dengan persentase sebesar
dengan tingkat pendidikan (60,0%)
terakhir SMA/SMK sebanyak 5. Ada hubungan antara
21 responden dengan komunikasi terapeutik dengan
persentase sebesar (52,5%), kepuasan pasien di peroleh
dan pekerjaan wiraswasta nilai P-value = 0,005 < α = 0,05
sebanyak 16 responden dengan dengan kekuatan korelasi
persentase sebesar (40,0%) sedang yang artinya korelasi
dengan jenis kelamin bermakna, yang dapat
perempuan sebanyak 21 disimpulkan bahwa dalam
responden dengan persentase penelitian ini Ha1 diterima
sebesar (52,5%) artinya ada hubungan yang

18
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

signifikan anntara komunikasi beberapa saran. Saran yang dapat


terapeutik dengan kepuasan diberikan adalah sebagai berikut :
pasien Ruang Rawat Inap 1. Institutisi Pendidikan
Penyakit Dalam Rumah Sakit Ilmu pengetahuan tentang
Umum Multazam Medika komunikasi terapeutik dan
Bekasi Timur. caring perawat dalam
6. Ada hubungan antara caring memberikan asuhan
dengan kepuasan pasien di keperawatan hendaknya lebih
peroleh nilai P-value = 0,001 < diperdalam
α = 0,05 dengan kekuatan dengan cara menambah
korelasi sangat lemah yang praktek di ruang laboratorium
artinya korelasi bermakna, dan maka dapat diterapkan dalam
dapat disimpulkan bahwa Ha2 kehidupan sehari-hari.
diterima artinya ada hubungan Dilingkungan pendidikan
yang signifikanantara caring komunikasi terapeutik dan
dengan kepuasan pasien Ruang caring perawat merupakan ciri
Rawat Inap Penyakit Dalam khas profesi keperawatan
Rumah Sakit Umum Multazam sehingga setelah lulus dari
Medika Bekasi Timur institusi pendidikan mahasiswa
7. Ada pengaruh caring terhadap berkompeten dalam
variabel kepuasan pasien berkomunikasi secara
kekuatan hubungan dapat terapeutik dan menerapkan
dilihat dari nilai sig 0,023 dan perilaku caring nantinya
nilai OR = 0,058. Sedangkan dimasa yang akan datang.
untuk komunikasi terapeutik 2. Pelayanan Kesehatan
nilai sig 0,781 dan nilai OR= a. Rumah sakit selaku
1,360 institusi pelayanan
kesehatan hendaknya
B. Saran membuat kebijakan dalam
Sesuai hasil kesimpulan tersebut, mengontrol dan
maka penulis mengajukan mengevaluasi perawat
untuk senantiasa

19
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

menerapkan komunikasi kepuasan pasien selama


terapeutik dan perilaku dirawat
caring secara konsisten dan
DAFTAR PUSTAKA
terpadu sesuai dengan
Buku :
standar dalam memberikan Abdul Nasir, Abdul Muhith, Sajidin,
Wahitiqbal Mubarak . 2011
pelayanan asuhan
Komunikasi Dalam Keperawatan
keperawatan sehingga Teori Dan Aplikasi . Salemba
Medika Jakarta
dapat meningkatkan mutu
pelayanan dirumah sakit Dahlan, Sopiyudin, M. 2016. Statistik
Untuk Kedokteran Dan Kesehatan.
b. Kepala ruangan unit
Seri 1 Edisi 6.Epidemiologi
keperawatan ruang Indonesia Jakarta
penyakit dalam hendaknya
Nursalam .2011 .Proses Dan Dokumentasi
menyususn rencana Keperawatan, Konsep Dan Praktek
. Jakarta Salemba Medika
kegiatan pelatihan
komunikasi terapeutik dan Nursalam. 2014. Manajemen
Keperawatan Aplikasi dalam
perilaku caring secara rutin
Praktik Keperawatan Profesional
terhadap perawat guna Edisi 4. Jakarta Salemba Medika
meningkatkan kompetensi
Potter, Perry .2005 . Buku Ajar
perawat dalam hal Fundamental Keperawatan
Konsep Proses dan Praktik .Jakarta
komunikasi terapeutik dan
:Erlangga
perilaku caring
Simamora . 2012. Buku Ajar Manajemen
3. Penelitian selanjutnya
Keperawatan. Jakarta : EGC
Bagi peneliti selanjutnya
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
diharapkan untuk melakukan
Kuantitatif Kualitatif Dan
penelitian dengan jumlah R&D.Alfabeta Bandung
sampel yang lebih serta, desain
Suryani. 2016. Komunikasi Terapeutik
penelitian yang berbeda dan :Teori Dan Praktik, ED.2.
Kedokteran EGC Jakarta
lebih memfokuskan kepada
penerapan komunikasi Wulan Kencana Hastuti . 2011 Pengantar
Etika Keperawatan . PT Prestasi
terapeutik dan perilaku caring
Pusat karaya Jakarta
serta faktor-faktor lainnya yang
mempengaruhi tingkat

20
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

Jurnal : Joharotun Lilis. 2017. Hubungan


Pelayanan Komunikasi Terapeutik
Abdullah Samina, Kousar Robina, Azhar Perawat Dengan Tingkat
,Waqas Ali . 2017 .Nurse’s And Kepuasan Pasien
Patient’s Perception Regarding
Nurse Caring Behaviors And Kalsum Ummi .2016 .Hubungan Perilaku
Patients Satisfaction . Caring Perawat Dengan Kepuasan
Pasien
Akhmawardani Luvi, Sukesi Niken,
Kusuma Bayu Argo. 2012 Kusuma Prasetyo Mahendro, Hastuti
.Hubungan Komunikasi Terapeutik .2011 .Pengaruh Komunikasi
Perawat Dengan Tingkat Terapeutik Perawat Terhadap
Kepuasan Pasien. Kepuasan Pasien Rawat Jalan.

Anwar Khairul .2017 .Hubungan Lubis Imanurohman Zidni .2016


Komunikasi Terapeutik Perawat .Hubungan Antara Komunikasi
Dengan Kepuasan Pasien Terapeutik Dengan Tingkat
Kepuasan Pasien .
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia .2005 .Keputusan Oviani Rhisa .2016 .Pengaruh Komunikasi
Menteri Kesehatan Republik Terapeutik Perawat Terhadap
Indonesia Tentang Registrasi Dan Kepuasan Pasien
Praktik Perawat
Pratiwi Herlina, Abdilah Husni, Huda
Darmawan Ngurah Komp.AA. 2012. Akmal Ihsan, Supriatin Titin. 2010.
Hubungan Perilaku Caring Hubungan Komunikasi Terapeutik
Perawat Dengan Tingkat Perawat Dengan Tingkat
Kepuasan Pasien Kepuasan Klien

Febriana Nancy .2009 . Pengaruh Nursing Purwasari Triani .2015 . Hubungan


Round Terhadap Kepuasan Pasien Komunikasi Perawat Dengan
Kepuasan Pasien di Ruang Rawat
Gurusinga Rahmad. 2013. Perilaku Inap.
Caring Perawat Dan Kepuasan
Pasien Putra Pratama Panji .2011 .Hubungan
Perilaku Caring Perawat Dengan
Hery Retno . 2012 Hubungan Komunikasi Tingkat Kepuasan Pasien .
Terapeutik Dengan Tingkat
Kepuasan Pasien Post Operasi Puspitasari Eka. 2012. Hubungan Perilaku
Caring Perawat Dengan Tingkat
Ikafah, Harniah .2017. Perilaku Caring Kepuasan Pasien Rawat Inap
Perawat Dengan Kepuasan Pasien
Respati Diane Rurry .2012 .Studi
Imelda . 2015. Hubungan Antara Mutu Diskriptif Perilaku Caring
Pelayanan Keperawatan Degan Perawat
Kepuasan Pasien

21
Edudharma Journal Vol 2 No. 2 September 2018

Sari Puspa .2015. Gambaran Pelaksanaan


Komunikasi Terapeutik Oleh
Perawat Pelaksana Pada Pasien

Santi Fauziah Nura’ini .2017 .Hubungan


Mutu Pelayanan Kesehatan
Dengan Tingkat Kepuasan Pasien

Turangan Charles B. dkk. 2015. Analisis


Faktor-Faktor yang Berhubungan
Dengan Kepuasan Pasien

Zulphiyana Siti, Indrayana Sofyan .2015


.Komunikasi Terapeutik Perawat
Berhubungan Dengan Kepuasan
Pasien

22

Anda mungkin juga menyukai