Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF DENGAN

TINDAKAN SECTIO CAESAREA


DI RUANG IBS RSUD Dr. GONDO SUWARNO UNGARAN

Disusun Oleh :

ATIKAH KHAIRIYAH

P1337420617066

4A3 RKI

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLTEKKES SEMARANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA

1. JENIS KASUS ( DIAGNOSA MEDIS )

a. Definisi

Sectio Caesarea adalah prosedur pembedahan yang digunakan untuk


melahirkan bayi melalui sayatan yang dibuat pada perut dan rahim ibu (Penny, Janet,
dan Ann, 2008). Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depat perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio Caesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah
irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran
melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi kendati cara ini semakin
umum sebagai pengganti kelahiran normal (Mitayani, 2012). Sectio Caesarea
merupakan suatu persalinan buatan, yaitu janin dilahirkan melalui insisi pada dinding
perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta bobot janin
diatas 500 gram (Solehati, 2015). 7 Dari beberapa pengertian tentang Sectio Caesarea
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Sectio Caesarea adalah suatu tindakan
pembedahan yang tujuannya untuk mengeluarkan janin didalam rahim melalui insisi
pada dinding.

b. Patofisiologis

Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang


menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang
parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti sungsang dan
lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal
dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut,
persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi belum
keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan
perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea. (Sari, 2016).
2. PATHWAYS
INDIKASI SECTIO CAESAREA

Indikasi dari Ibu : Indikasi dari Bayi :


Fetal Distress
Primigravida kelainan letak Disproposi Giant Baby

Sefalopelvik Ketuban Pecah Dini Kelainan letak bayi

Adaptasi Post Anestesi Pembatasan Insisi


Partum Cairan Neroral

Luka
Bedrest Resiko
Psikologi Fisiologis Keseimbangan
Cairan
Gangguan Nyeri Resiko
Taking in, Laktasi Akut Infeksi
Mobilitas Fisik
Taking Penurunan
hold, Saraf SImpatis
Letting go Prolaktin
Menurun Gangguan
Penurunan Kondisi Diri Pola Tidur
Peristaltik Menurun
Belajar Produksi
mengenai ASI
Perawatan
Diri dan Bayi Resti Cidera Ketidakmampuan
Hisapan Miksi
Menurun
Butuh Obstipasi
Informasi Gangguan
Menyusui Eliminasi
Tidak Efektif Konstipasi Urine
Defisit
Pengetahuan

Sumber : Nurarif dan Hardhi (2015)


3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik

b. Menyusui tidak efektif b/d ketidakadekuatan suplai ASI

c. Defisit pengetahuan tentang teknik menyusi yang benar berhubungan dengan kurang
terpapar informasi

d. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan fisik

e. Konstipasi b/d penurunan motilitas gastrointestinal

f. Gangguan eliminasi urine b/d efek tindakan medis, anastesi

g. Gangguan pola tidur b/d nyeri akibat luka post Sectio Caesarea

h. Resiko infeksi b/d efek prosedur pembedahan Sectio Caesarea

i. Risiko ketidakseimbangan cairan b/d prosedur pembedahan mayor, pembatasan


cairan peroral

4. INTERVENSI DAN RASIONALISASI

Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
Nyeri akut b/d Tingkat Kenyamanan Setelah 1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan
agen pencedera dilakukan tindakan keperawatan lokasi, intensitas (skala 0-5),
fisik selama 1x8 jam diharapkan nyeri frekuensi, dan waktu. Menandai
berkurang dengan Kriteria Hasil : gejala nonverbal misalnya
1.Pasien melaporkan nyeri berkurang gelisah, takikardia, dan meringis.
2. Skala nyeri 2-3 2. Dorong pengungkapan perasaan.
3. Pasien tampak rileks 3. Berikan aktivitas hiburan, mis :
4.Pasien dapat istirahat dan tidur. membaca, berkunjung, dll
Tanda-tanda vital dalam batas normal 4. Lakukan tindakan paliatif, mis :
pengubahan posisi, massase,
rentang gerak pada sendi yang
sakit
5. Instruksikan pasien/ dorong
untuk menggunakan visualisasi/
bimbingan imajinasi, relaksasi
progresif, teknik nafas dalam
6. Kolaborasi dengan berikan
analgesik/ antipiretik, analgesic
narkotik. Gunakan ADP
(analgesic yang dikontrol
pasien) untuk memberikan
analgesia 24 jam dengan dosis
prn.
Menyusui tidak Breast Feeding 1. Kaji tingkat pengeluaran ASI
efektif b/d Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji kemampuan menghisap
ketidakadekuatan keperawatan selama 3x24 jam secara efektif
suplai ASI diharapkan menyusui efektif dengan 3. Tentukan keinginan dan
Kriteria Hasil : motivasi ibu untuk
1. Pasien mengungkapkan puas menyusui
dengan kebutuhan untuk 4. Beri kompres hangat
menyusui sebelum menyusui
2. Kemantapan pemberian ASI : 5. Ajarkan pijat oksitosin
Bayi : perlekatan bayi yang sesuai untuk memperlancar
pada dan proses menghisap pengeluaran ASI
payudara ibu untuk memperoleh 6. Lakukan teknik non
nutrisi selama 3 minggu pertama farmakologi untuk
3. Kemantapan pemberian ASI : Ibu memperlancar ASI ( pijat
: kemantapan ibu untuk membuat Oksitosin).
bayi melekat dengan tepat 7. Libatkan keluarga untuk
menyusui dan payudara ibu untuk membantu dan memberikan
memperoleh nutrisi selama 3 dukungan pada ibu.
minggu pertama pemberian ASI.
Defisit 1. Knowledge : Disease Process 1. Kaji pengetahuan tentang teknik
pengetahuan Setelah dilakukan tindakan menyusui yang benar.
tentang teknik keperawatan selama 2x24 jam 2. Berikan kesempatan pasien
menyusi yang diharapkan pasien mengerti tentang dan keluarga untuk bertanya
benar berhubungan teknik menyusui yang benar dengan 3. Jelaskan informasi mengenai
dengan kurang Kriteria Hasil: teknik menyusui yang benar
terpapar informasi 1. Pasien dan keluarga mampu 4. Tanyakan kembali
menyatakan tentang cara tentang pengetahuan dan
menyusui yang benar. prosedur yang telah dijelaskan oleh
2. Pasien dan keluarga mampu perawat.
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan oleh perawat/ tim
kesehatan lainnya
Gangguan Mobility Level Ecxercise therapy : Ambulation
mobilitas fisik b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor vital sign sebelum dan
kelemahan fisik keperawatan selama 3x24 jam sesudah aktifitas
diharapkan gangguan mobilitas fisik 2. Kaji tingkat kemampuan pasien
dapat teratasi dengan Kriteria Hasil : untuk beraktivitas.
1. Pasien meningkat dalam 3. Kaji kemampuan pasien untuk
aktivitas fisik mobilisasi
2. Mengerti tujuan dari 4. Kaji pengaruh aktivitas terhadap
peningkatan mobilitas. kondisi luka dan kondisi tubuh
umum.
5. Ajarkan pasien tentang teknik
ambulasi dini
6. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan bantuan
7. Bantu pasien untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas sehari-hari.
8.Bantu pasien untuk
melakukan tindakan sesuai
dengan kemampuan /kondisi
pasien
9. Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi
10. Evaluasi perkembangan
kemampuan pasien dalam
melakukan aktivitas
Konstipasi b/d Bowl Elimination 1. Identifikasi faktor-faktor
penurunan Setelah dilakukan tindakan yangmenyebabkan konstipasi
motilitas keperawatan selama 2x24 jam 2. Monitor bising usus
gastrointestinal diharapkan pasien tidak konstipasi 3. Monitor feses, frekuensi,
dengan Kriteria Hasil: konsistensi dan volume.
1. Pola BAB dalam batas normal. 4. Jelaskan pada pasien manfaat
2. Feses lunak diet (cairan dan serat) terhadap
3. Aktivitas adekuat eliminasi
4. Cairan dan serat adekuat 5.Anjurkan kepada pasien
makan-makanan yang tinggi
serat
seperti buah pepaya.

6. Kolaborasi dengan ahli gizi


diet tinggi serat dan cairan.

7. Kolaborasi pemberian obat


supositoria

Gangguan Urinary Elimination Setelah 1. Lakukan penilaian kemih


eliminasi urine b/d dilakukan tindakan keperawatan secara komperehnsif (misalnya,
efek tindakan selama 1x 24 output urine, pola berkemih, fungsi
medis, anastesi jam diharapkan pasien dapat kognitif
berkemih dengan Kriteria Hasil 2. Anjurkan keluarga untuk
Kriteria Hasil : memonitor output urine
1. Kandung kemih kosong 3. Memantau asupan dan pengeluaran
2. Intake cairan dalambatas normal 4. Memantau penggunaan obat
3. Tidak ada spasme Bladder. dengan sifat antikolinergik atau
Balance cairan seimbang properti apha agonis.
Kolaborasi untuk penggunaan
katerisasi.

Gangguan pola Pain Level 1. Monitor/catat kebutuhan tidur


tidur b/d nyeri Setelah dilakukan tindakan pasien setiap hari dan jam.
akibat luka post keperawatan selama 2x24 jam2. Pantau pola tidur pasien
Sectio Caesarea diharapkan gangguan pola tidur 3. Jelaskan pentingnya tidur
teratasi dengan Kriteria Hasil : yang adekuat.
1. Jumlah jam tidur dalam batas 4. Ciptakan lingkungan yang
normal 6-8 jam/hari. nyaman.
2. Pola tidur, kualitas dalam batas 5. Instruksikan keluarga
normal. untuk memonitor tidur
3. Perasaan segar sesudah tidur atau pasien.
istirahat 6. Diskusikan dengan
4. Mampu mengidentifikasi hal-hal pasien dan keluarga tentang
yang teknik tidur pasien.
meningkatkan tidur.

Resiko infeksi b/d Infection Control 1. Monitor tanda-tanda infeksi


efek prosedur Setelah dilakukan tindakan2. Kaji keadaan verban post operasi
pembedahan keperawatan selama 1x8 jam sectio caesarea
Sectio Caesarea diharapkan resiko infeksi tidak terjadi3. Pantau suhu tubuh
dengan Kriteria Hasil : 4. Pertahankan teknik isolasi
1. Pasien bebas dari tanda dan Cuci tangan setiap sebelum dan
gejala infeksi sesudah tindakan keperawatan
2. Menunjukkan kemampuanuntuk Pertahankan lingkungan
mencegah timbulnya infeksi, aseptic selama tindakan
jumlah leukosit dalam batas Inspeksi kondisi luka /
normal. insisi pembedahan
3. Menunjukkan perilaku hidup 5. Anjurkan istirahat yang cukup
sehat Beritahu pada pasien pentingnya
perawatan luka selama masa post
Operasi Dorong masukan nutrisi
dan cairan yang cukup
Pemberian obat antibiotik sesuai
kebutuhan

Risiko Fluid Balance 1. Monitor status dehidrasi


ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan (kelembapan membran ukosa,
cairan b/d keperawatan selama 3x24 jam nadi adekuat) jika perlu
prosedur diharapkan resiko ketidakseimbangan 2. Monitor status nutrisi
pembedahan cairan tidak terjadi dengan Kriteria3. Monitor vital sign
mayor, Hasil : 4. Pertahankan catatan
pembatasan cairan 1. Mempertahankan output sesuai intake dan output yang akurat.
peroral dengan usia dan BB, BJ urine 5. Tawarkan snack (jus buah,
normal, HT normal. buah segar).
2. Tanda-tanda Vital dala batas 6. Lakukan terapidan cairan
normal. IV
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA

Aprina A. (2016). Ukuran Panggul pada Pasien Pasca Seksio Sesaria atas Indikasi Panggul
Sempit. Poltekkes Jakarta

Asmadi. (2008) Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta. EGC

Baston & Hall. (2014). Midwifery Essentials : Persalinan, Volume 3. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC

Desi M. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persalinan Sectio Caesarea. Fakultas
Ilmu Kesehatan. Universitas ‘Aisyiyah : Yogyakarta

Marilynn, E., dkk. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk Perencanaan
Keperawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta:EGC.

Hartanti S. (2014). Penatalaksanaan Post Op Sectio Caesarea pada ibu. Published thesis for
University Of Muhammadiyah Purwokerto

Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta:Medication.

Anda mungkin juga menyukai