Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA NY. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST SECTIO CAESAREA (SC) HARI
KE TIGA

Disusun Oleh:
MOHAMAD MONTAHA SALIM
A02019049

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2020/2021
A. Definisi
Post Partum adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Sutanto, 2018).
Sectio Caesarea (SC) adalah suatu cara untuk melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut.(Nurarif & Kusuma, 2015).
Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding depan perut atau vagina atau suatu histerktomia untuk janin didalam rahin
(Mochtar,2018).
B. Etiologi
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Menurut Manuaba (2012), adapun penyebab sectio caesarea yang berasal dari ibu
yaitu ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I-II, komplikasi
kehamilan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya). Selain itu terdapat beberapa
etiologi yang menjadi indikasi medis dilaksanakannya seksio sesaria antara lain :CPD
(Chepalo Pelvik Disproportion), PEB (Pre-Eklamsi Berat), KPD (Ketuban Pecah
Dini), Faktor Hambatan Jalan Lahir.
b. Etiologi yang berasal dari janin
Gawat janin, mal presentasi, dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat
dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi (Nurarif
& Kusuma, 2015).
C. Klasifikasi
Bentuk pembedahan Sectio Caesarea menurut Manuaba 2012, meliputi :
1) Sectio Caesarea Klasik
Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim. Pembedahan dilakukan
dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Tidak
dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan melalui vagina apabila sebelumnya
telah dilakukan tindakan pembedahan ini.
2) Sectio Caesarea Transperitonel Profunda
Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low cervical yaitu sayatan
vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini dilakukan jika bagian
bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup tipis untuk memungkinkan dibuatnya
sayatan transversal. Sebagian sayatan vertikal dilakukan sampai ke otot-otot bawah
rahim.
3) Sectio Caesarea Histerektomi
Sectio Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah janin
dilahirkan dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan pegangkatan rahim.
4) Sectio Caesarea Ekstraperitoneal
Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio Caesarea berulang pada seorang pasien
yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea. Biasanya dilakukan di atas bekas
sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan faisa abdomen
sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan segmen bawah
uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum.
D. Manifestasi Klinis
a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml
b. Terpasang kateter : urine jernih dan pucat
c. Abdomen lunak dan tidak ada distensi
d. Bising usius tidak ada
e. Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru
f. Balutan abdomen tampak sedikit noda
g. Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak
E. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, ruptur uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia dan malpresentasi janin. Kondisi ini menyebabkan perlu adanya satu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anastesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami kelemahan dan sulit menggerakkan ekstremitas sehingga menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Akibat dari intoleransi aktivitas akan terjadi kelemahan
pada abdomen sehingga menyebabkan motilitas cerna mengalami penurunan yang
menyebabkan konstipasi. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara
mandiri sehingga timbul masalah defisist perawatan diri.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada
dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh
darah, dan saraf-saraf disekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran
histamin dan prostaglandin yang akan menyebabkan nyeri (nyeri akut), akibat nyeri yang
dirasakan dapat menyebabkan sering terbangun saat tidur dan terjadi masalah gangguan
pola tidur, setelah proses pembedahan daerah insisi akan menutup dan menimbulkan luka
post operasi yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan kemerahan dan
menyebabkan masalah risiko infeksi(Mitayani, 2011).

PATHWAY

Kelainan atau hambatan selama hamil dan proses

Resiko
Sectio Caesarea (SC)
Insisi dinding
infeksi
abdomen

Terputusnya inkontinuitas
Luka post Tindakan
jaringan, pembuluh darah, Anastesi

dan saraf-saraf disekitar


Imobilisasi
daerah insisi

Intoleransi
Merangsang aktivitas
pengeluaran histamin

Defisit
perawatan diri

Gangguan Pola
Nyeri Akut
Tidur
Konstipasi
F. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian untuk pasien dengan post operasi
Sectio Caesarea atau kemungkinan diagnosa yang muncul adalah:
1. Nyeri akut berubungan dengan agen cidera fisik
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
4. Gangguan pola tidur
5. Defisit perawatan diri
6. Resiko infeksi berhubungan dengan luka jahitan post SC
G. Intervensi
Diagnosa Rencana Tujuan Rencana Intervensi
Keperawatan (Outcome)
Nyeri akut Tingkat nyeri Menejemen Nyeri
- Tidak ada nyeri yang di - Identifikasi lokasi,
laporkan karakteristik, durasi,
- Tidak ada ekspresi nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
wajah nyeri
- Klien dapat beristirahat - Identifikasi faktor yang
- Klien tidak lagi memperberat nyeri
menggosok area yang - Berikan terapi komplementer
terkena dampak untuk mengurangi rasa nyeri
- Tekanan darah dalam (kompres hangat dan terapi
rentan normal musik)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Ajarkan terapi komplementer
untuk mengurangi nyeri
(relaksasi nafas dalam)
- Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgesik
Gangguan Pergerakan Edukasi mobilisasi
mobilisasi fisik - Keseimbangan klien - Periksa tekanan darah, nadi,
tidak terganggu pernafasan, kesiapan, dan
- Mampu bergerak kontra indikasi mobilisasi
dengan mudah - Demonstrasikan cara
- Gerakan otot dan mobilisasi pasien di tempat
gerakan sendi normal tidur meliputi posisi klien di
- Cara berjalan tidak lagi geserke arah berlawanan dari
terganggu arah posisi yang akan
dimiringkan, teknik-teknik
memiringkan, penempatan
posisi bantal sebagai
penyangga
- Instruksikan klien dan
keluarga untuk
mendemonstrasikan kembali
mobilisasi miring kanan,
miring kiri, latihan rentang
gerak sesuai yang telah di
demonstrasikan
Konstipasi Eliminasi usus Manajemen konstipasi
- Suara bising usus - Mengindentifikasi faktor-
normal faktor konstipasi yang
- Kemudahan BAB menyebabkan atau
- Pengeluaran tidak sulit berkontribusi pada pasien
- Nyeri BAB - Anjurkan diit tinggi serat
- Konstipasi berkurang - Anjurkan peningkatan
asupanan cairan (minum air
putih)
- Ajarkan cara mengatasi
konstipasi dengan
farmakologi (dulcolax)
- Monitor bising usus
Gangguan pola Tidur Dukungan tidur
tidur - Kesulitan memulai tidur - Identifikasi pola tidur pasien
berkurang - Identifikasi penggangu tidur
- Kualitas tidur baik pasien
- Tidur yang terputus - Tingkatkan waktu tidur siang
bergerak
Defisit perawatan Perawatan diri : Mandi Dukungan perawatan diri :
diri - Klien mampu mencuci mandi
wajah dengan mandiri - Monitor kebersihan tubuh
- Klien mampu mencuci klien seperti mulut, gigi, dan
bagian atas dengan rambut
bantuan - Identifikasi jenis bantuan yang
- Klien mampu mencuci dibutuhkan
bagian bawah dengan - Berikan bantuan sesuai tingkat
bantuan kemandirian
- Klien mampu -Sediakan lingkungan yang
mengeringkan badan aman dan nyaman
dengan bantuan - Sediakan peralatan mandi
-Pertahankan kebiasaan
menjaga kebersihan diri
Resiko infeksi Keparahan infeksi Perawatan area sayatan
Dengan kriteria hasil : Dengan kriteria hasil :
- Tidak ada kemerahan - Periksa daerah sayatan
- Tidak deman terdapat kemerahan dan
- Tidak ada nyeri bengkak
- Menggigil tidak ada - Bersihkan daerah sekitar
- Suhu tubuh stabil sayatan dengan pembersihan
yang tepat
- Monitor sayatan untuk tanda
dan gejala infeksi
- Ganti balutan luka sesuai
jadwal
KASUS

A. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Tempat tanggal lahir : Purworejo, 6 Mei 1982
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Butuh rt03/rw01
Status : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk RS : 13 juni 2021
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Tempat tanggal lahir : Purworejo, 25 Juni 1974
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Butuh,rt03/rw01
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Petani
C. Keluhan Utama
Nyeri jahitan di perut
D. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke rumah sakit diantar oleh suaminya. Pasien mengatakan nyeri pada bekas
luka jahitan akibat operasi SC hari ke 3 dan ASI dapat keluar dihari kedua. Dari
pemeriksaan fisik balutan agak kotor. Setelah dibuka luka belum kering,sedikit kemerahan
. Saat dilakukan TTV didapatkan : TD 120/70 mmHg. N : 82 x /menit. S: 36,0C, RR : 22
x/menit.
E. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menurun dan menular.
F. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan
seperti Hipertensi, DM, Jantung dan sebagainya ataupun penyakit menular seperti TBC,
HIV.

G. Riwayat Ginekologi
Menarce : Klien mengatakan pertama kali menstruasi umur 12 tahun
Siklus : Klien mengatakan siklus menstruasinya 30 hari
Lama : Klien mengatakan lama menstruasinya 7 hari
Jumlah : Klien mengatakan ganti pembalut 2-3 kali
a. Riwayat kehamilan
Klien mengatakan ini persalinan pertama, kehamilan pertama, belum pernah
mengalami abortus dan belum pernah menyusui. Klien tampak cemas.
b. Keluhan-keluhan pada Kehamilan
Mual dan muntah pada trimester ke 1 dan sering merasa nyeri punggung pada
trimester 2 dan 3. Pada trimester ke 3 usia kehamilan mendekati 9 bulan sering merasa
sesak nafas akibat uterus mendesak diafragma
c. Imunisasi TT
Klien mengatakan mendapatkan imunisasi TT 1 pada usia kehamilan 7 bulan.
H. Riwayat KB
Klien mengatakan tidak menggunakan KB.
I. Riwayat Kehamilan Dan Persalinan Yang Lalu
No Tahun Tipe Penolong JK BB Keadaan bayi Masalah
Persalinan lahir saat lahir Kehamilan
- - - - - - - -
Pengalaman menyusui : (Tidak) Berapa lama : (-)
J. Riwayat Kehamilan Saat Ini
1. Klien memeriksakan kehamilannya. Pada usia kehamilan 8- 9 bulan memeriksakan
kehamilannya selama 2 minggu sekali.
2. Klien mengeluh nyeri jahitan akibat operasi SC.
K. Riwayat Persalinan
1. Jenis persalinan : Sectio Caesarea (SC)
2. Jenis kelamin bayi : L
BB / PB : 3100 gram / 50 cm
Lingkar kepala : 35 cm
Lingkar lengan : 12 cm
3. Perdarahan 250 cc
4. Tidak ada masalah dalam persalinan

L. Pola Fungsional Menurut Gordon


1. Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Sebelum melahirkan :Klien mengatakan belum mengerti dengan kondisi
informasi kesehatan kehamilannya.
Saat dikaji :Klien mengatakan mulai mengetahui sedikit mengenai
informasi untuk bayi dan ibunya.
2. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum melahirkan : Klien mengatakan tidak ada pantangan makan.
Saat dikaji : Klien mengatakan tidak ada pantangan makan.
3. Pola Eliminasi
Sebelum melahirkan : Klien mengatakan BAB 1x dalam sehari dan dan BAK
normal 3-5x dalam sehari.
Saat dikaji : Klien mengatakan BAK lewat selang dan belum BAB.
4. Pola Latihan-Aktivitas
Sebelum melahirkan : Klien mengatakan aktivitas seperti biasa hanya saja
sedikit terbatas.
Saat dikaji : Klien mengatakan mulai latihan gerak miring kanan
dan miring kiri. Klien mengatakan nyeri di area luka
jahitan yang sangat mengganggu aktivitasnya.
5. Pola Kognitif Perseptual
Sebelum melahirkan : Klien mengatakan menjalankan ibadah sholat 5 waktu.
Saat dikaji : Klien mengatakan belum menjalankan ibadah sholat
dikarenakan nyeri luka post operasi.
6. Pola Istirahat-Tidur
Sebelum melahirkan : Klien mengatakan tidur normal 6-8 jam dalam sehari.
Saat dikaji : Klien mengatakan kurang tidur setelah post OP SC
karena nyeri yang dirasakan.
7. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Sebelum melahirkan : Klien mengatakan patuh dengan saran bidan.
Saat dikaji : Pasien kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.
8. Pola Peran dan Hubungan
Klien mengatakan berusaha memberikan kebutuhan yang terbaik untuk anaknya.

9. Pola Reproduksi/Seksual
Sebelum melahirkan :Klien mengatakan tetap hubungan seksual namun
dibatasi.
Saat dikaji :Klien mengatakan membutuhkan waktu kembali untuk
menyembuhkan luka bekas oprasi SC sebelum
berhubungan kembali.
10. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stress)
Klien mengatakan berusaha tenang dan tegar saat mengurusi bayinya.
11. Pola Keyakinan dan Nilai
Klien mengatakan bahwa anaknya akan baik-baik saja selama bersamanya dan
akan merawat dan membesarkan dengan baik.

M. Pemeriksaan Fisik
Status obstetrik : NH1P1A0

Bayi rawat gabung : ya

Jika tidak alasan: -

Keadaan umum: Cukup

Kesadaran : Composmentis, GCS : 14

BB / TB : 58 kg /150 cm

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 80 x / menit

Suhu : 36,0 ℃

Pernafasan : 22 x/ menit
 Kepala

Kepala : Rambut bersih, tidak terdapat lesi pada kulit kepala, rambut tidak
rontok

Mata : Konjungtiva anemis dan sclera ikterik

Hidung : Tulang hidung dan lubang hidung tidak ada pembengkakan, tidak ada
sumbatan

Mulut : Bersih, warna bibir pucat, tidak ada stomatitis, gigi tidak berlubang,
gusi tidak berdarah.

Telinga : Simetris, tidak ada perdarahan, pendengaran baik

Leher : Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Masalah khusus : Tidak ada

 Dada

Jantung

Inspeksi :Simetris, ictus cordis tidak nampak

Palpasi :Ictus cordis teraba pada intercostal ke 5, batas atas intercosta 2


parasternal kiri, batas kanan inercosta 4 garis parasternal kanan, batas
kiri intercosta 4 garis midvikula kiri

Perkusi : Pekak

Auskultasi : Suara trikuspidalis dan aorta pulmonalis normal (S1 dan S2 reguler)

Paru

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, pengembangan dada simetris

Palpasi : Vocal premitus normal teraba

Perkusi : Sonor

Auskultasi :Tidak ada bunyi tambahan, terdengar bunyi vesikuler


Payudara : Simetris

Puting susu : Puting susu menonjol

Pengeluaran ASI : Sudah keluar

Abdomen

Involusi Uterus

Fundus uterus 36 cm ±2 cm dibawah umbilicus kontraksi : ya

posisi U Punggung kiri

Kandung kemih

Diastasis rektus abdomis 0 cm 0 cm

Fungsi pencernaan : Baik

Masalah khusus : Tidak ada

Perineum dan Genital

Vagina:

Integritas kulit: ya

Odema: tidak

Memar: tidak

Rupture: tidak

Hematom: tidak

Perineum : Utuh

Tanda REEDA

R : kemerahan Ya

E : bengkak : Tidak

E : echimosis Tidak
D : discharge : Tidak ada

A : aproximate :Baik

Kebersihan: Baik

Lokia Jumlah ±40 cc

Jenis / warna : merah terang

Konsistensi: cair kental

Bau : khas

Hemorrhoid : derajat 1

lokasi : (-)

Berapa lama : (-)

Nyeri : Tidak

Masalah khusus : tidak ada

Ekstremitas

Ekstremitas atas : edema : tidak

Ekstremitas bawah

Edema : tidak, lokasi:-

Varises : tidak, lokasi : (-)

Tanda Homan : +

Masalah khusus : tidak ada

N. Keadaan Mental
Adaptasi psikologis : Keluarga klien sangat senang dengan lahirnya anak tersebut dan
suami memberikan support penuh terhadap klien.
Penerimaan terhadap bayi : Klien dan suami sangat senang bersyukur karena dikaruniai
anak yang sudah dinanti-nanti
Masalah khusus : Tidak Ada
O. Kemampuan menyusui:
Klien mengatakan belum pernah mempunyai pengalaman menyusui karena ini adalah
kehamilan pertama klien
P. Obat-obatan
Klien mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan kecuali yang sudah diresepkan dari
dokter yang merawatnya sekarang

ANALISA DATA
TANGGA DATA PROBLEM ETIOLOGI
L/JAM
11 januari DS: Nyeri akut Agen cidera fisik
2021/ 10.00 klien mengatakan nyeri
jahitan SC di perut
dengan skala nyeri 4
P : nyeri bertambah saat
bergerak
Q : seperti ditusuk-
tusuk.
R : Pasien mengatakan
nyeri karena luka operasi
SC
S :4
T : pasien mengatakan
nyeri hilang timbul.

DO:
- klien tampak
memegangi perutnya
- klin tampak meringis
kesakitan
-Klien terlihat menahan
nyeri pada operasi secar
11 Januari DS: - Resiko infeksi Luka post Op SC
2021/ 10.00 DO:
Abdomen terdapat luka
jahitan post SC,luka
belum kering, balutan
kotor, sedikit kemerahan.

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik: luka jahitan post SC
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka jahitan post SC

INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien: Ny. S
Tanggal No Tujuan dan Hasil yang Intervensi TTD&
/jam . diharapkan/ Kriteria Hasil Nama
DP
11 1. Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi lokasi, Salim
Januari keperawatan selama 1x8 jam karakteristik, durasi,
2021/ diharapkan masalah nyeri frekuensi, kualitas,
10.30 akut dapat teratasi. Dengan intensitas nyeri
kriteria hasil: - Identifikasi skala
NOC: Tingkat Nyeri nyeri
Indikator A T - Identifikasi faktor
Nyeri yang dilaporkan yang memperberat
3 5 dan memperingan
Panjangnya episode nyeri nyeri
3 5 - Ajarkan teknik nafas
Ekspresi nyeri wajah dalam untuk
3 5 mengurangi nyeri
Keterangan : - kolaborasi
1: Berat pemberian analgetik
2: Cukup berat
3: Sedang
4: Ringan
5 : Tidak ada
11 2. Setelah dilakukan tindakan - Monitor karakteristik Salim
januari keperawatan selama 1x8 jam luka (mis. Drainase,
2021/ diharapkan masalah resiko warna, ukuran, bau)
10.40 infeksi dapat teratasi. Dengan - Monitor tanda-tanda
kriteria hasil : infeksi
Indikator Awal Target- Berikan suplemen
et vitamin dan
Faktor yang 1 5 mineral : Vitamin C
berkontribus 3x1 sehari
i terhadap - Jelaskan tanda dan
munculnya gejala infeksi
infeksi -Anjurkan
Kemampuan 1 5 mengkonsumsi
klien tentang makanan tinggi
resiko kalori dan protein
infeksi - Ajarkan prosedur
Tanda dan 1 5
perawatan luka
Gejala infeksi
secara mandiri
-Kolaborasi
pemberian antibiotik

Anda mungkin juga menyukai