Anda di halaman 1dari 20

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS DENGAN SECTIO CAESAREA (SC)

Telah disetujui laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada


klien Ny J dengan diagnose medis yang di rawat di Rumah
Sakit Umum Aminah Blitar Ruang Alkautsar.

Nama : Intan Permatasari

NIM : 17Ns11008

Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Klinik, Pembimbing Institusi,

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA


BLITAR
2022
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Persalinan sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan dengan dilakukan insisi pada dinding perut dan rahim, dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram
(Prawirohardjo, 2010).
Sectio caesarea merupakan suatu tindakan pengeluaran janin dan
plasenta melalui tindakan insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dalam keadaan utuh (Ratnawati, 2016).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut (Hartanti, 2014). Sectio
caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi
pada pada dinding abdomen dan uterus (Hartanti, 2014).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
sectio caesarea merupakan salah satu cara persalinan, yang mana janin
dikeluarkan dengan dilakukan insisi pada dinding abdomen dan dinding
uterus, dengan syarat berat janin diatas 500 gram dan rahim utuh.

2. Tipe-Tipe Sectio Caesarea


Tipe-Tipe sectio caesarea menurut (Prawirohardjo 2010), antara lain:
a. Sectio caesarea klasik, yaitu pembedahan secara sanger
b. Sectio caesarea transperitoneal profunda (supra cervicalis = lower
segmen caesarean section)
c. Sectio caesarea diikuti dengan histerektomi (caesarean hysterectomy
= seksio histerektomi)
d. Sectio caesarea ekstraperitoneal
e. Sectio caesarea vaginal
Tipe-tipe sectio caesarea menurut Hartanti (2014), yaitu diantaranya:
a. Segmen bawah: insisi melintang
Sectio caesarea tipe ini memungkinkan abdomen dibuka dan uterus
disingkapkan. Lipatan vesicouterina (bladder flap) yang terletak
dengan sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan
disayat melintang, lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah dan
bersama-sama kandung kemih didorong kebawah serta ditarik agar
tidak menutupi lapang pandang.
Keuntungan:
1) Insisinya ada pada segmen bawah uterus.
2) Otot tidak dipotong tetapi dipisah kesamping, cara ini mengurangi
perdarahan.
3) Insisi jarang terjadi sampai plasenta.
4) Kepala janin biasanya dibawah insisi dan mudah diekstraksi .
5) Lapisan otot yang tipis dari segmen bawah rahim lebih mudah
dirapatkan kembali dibanding segmen atas yang tebal.
Kerugian:
1) Jika insisi terlampau jauh ke lateral, seperti pada kasus bayi besar.
2) Prosedur ini tidak dianjurkan jika terdapat abnormalitas pada
segmen bawah.
3) Apabila segmen bawah belum terbentuk dengan baik, pembedahan
melintang sukar dilakukan.
4) Terkadang vesika urinaria melekat pada jaringan cicatrix yang
terjadi sebelumnya sehingga vesika urinaria dapat terluka.
b. Segmen bawah: insisi membujur
Insisi membujur dibuat dengan skalpel dan dilebarkan dengan
gunting tumpul untuk menghindari cedera pada bayi. Keuntungan tipe
ini yaitu dapat memperlebar insisi keatas apabila bayi besar,
pembentukan segmen bawah tidak baik, terdapat malposisi janin
seperti letak lintang atau adanya anomali janin seperti kehamilan
kembar yang menyatu. Kerugiannya adalah perdarahan dari tepi
sayatan yang lebih banyak karena terpotongnya otot.
c. Sectio Caesarea Klasik
Insisi longitudinal di garis tengah dibuat dengan skalpel kedalam
dinding anterior uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan
gunting berujung tumpul.
Indikasi:
1) Kesulitan dalam menyingkapkan segmen bawah yaitu adanya
pembuluh-pembuluh darah besar pada dinding anterior, vesika
urinaria yang letaknya tinggi dan melekat, serta mioma segmen
bawah.
2) Bayi yang tercekam pada letak lintang.
3) Beberapa kasus plasenta previa anterior.
4) Malformasi uterus tertentu.
Kerugian:
1) Miometrium harus dipotong, sinus-sinus yang lebar dibuka, dan
perdarahannya banyak.
2) Bayi sering diekstraksi dari bokong terlebih dahulu, sehingga
kemungkinan aspirasi cairan ketuban lebih besar.
3) Apabila plasenta melekat pada dinding depan uterus, insisi akan
memotongnya dan akan kehilangan darah dari sirkulasi janin yang
berbahaya
4) Insidensi pelekatan isi abdomen pada luka jahitan uterus lebih
tinggi
5) Insiden ruptur uteri pada kehamilan berikutnya lebih tinggi
d. Sectio Caesarea Ekstraperitonial
Pembedahan ini dilakukan guna untuk menghindari perlunya
histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan
mencegah peritonitis generalisata yang sering berakibat fatal. Teknik
pada prosedur ini relatif sulit, sering tanpa sengaja masuk kedalam
kavum peritonei dan insidensi cedera vesika urinaria meningkat.
e. Histerektomi Caesarea
Pembedahan ini merupakan sectio caesarea yang dilanjutkan
dengan pengeluaran uterus.
Indikasi:
1) Perdarahan akibat atonia uteri setelah terapi konservatif gagal.
2) Perdarahan yang tidak dapat dikendalikan pada kasus-kasus
plasenta previa dan abruptioplasenta tertentu.
3) Pada kasus-kasus tertentu kanker serviks atau ovarium.
4) Ruptur uteri yang tidak dapat diperbaiki.
5) Cicatrix yang menimbulkan cacat pada uterus.
Komplikasi:
1) Angka morbiditas sebesar 20%.
2) Lebih banyak kehilangan darah.
3) Kerusakan pada traktus urinarius dan usus termasuk pembentukan
fistula.
4) Trauma psikologis akibat hilangnya uterus.
3. Indikasi
Indikasi dilakukannya sectio caesarea menurut Prawirohardjo (2010),
yaitu sebagai berikut:
a. Indikasi Ibu
1. Panggul sempit absolut
2. Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3. Stenosis serviks/vagina
4. Plasenta previa
5. Disproporsi sefalopelvik
6. Ruptura uteri membakar
b. Indikasi Janin
a. Kelainan letak
b. Gawat janin
Pada umumnya sectio caesarea tidak dilakukan pada:
a. Janin mati
b. Syok, anemia berat, sebelum diatasi
c. Kelainan kongenital berat (monster)
4. Patofisiologi Sectio Caesarea
Kelainan/hambatan pada proses persalinan yang dapat menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta previa
sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi sefalopelvik, ruptur
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamasi, distosia
serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu
adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (Prawirohardjo,
2010).
Proses operasi sebelumnya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah hambatan mobilitas fisik. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri (Prawirohardjo, 2010).
Proses pembedahan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya jaringan, pembuluh darah, dan saraf-
saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran
histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan masalah nyeri dan
terdapat luka post operasi, yang mana bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi (Prawirohardjo, 2010).
Pathway
Etiologi : KPD, CPD, Partus
tak maju, SC berulang

Sectio caesarea

Post operasi
Pre operasi

psikologis fisiologis System System


Kurang Nyeri akibat muskuluskeletal gastrointestinal
informasi HIS
Proses Fase take in System Kelemahan Efek anastesi
parenting integumen fisik
Koping individu Kurang Nyeri (akut)
in efektif pengetahuan
Proses Fase take hold Diskontinuitas Kurangnya Mual ,muntah,
parenting jaringan mobilisasi
Gangguan Ansietas
pola tidur Tirah baring Nafsu makan
mekanis Fase letting Go Ruang insisi di
lama menurun
isi gumpalan
Luka
darah
Kerusakan Resiko defisit
Tidak Radang
Penanmbahan integritas kulit nutrisi
terpenuhi mendadak Luka terpapar
anggota baru
dunia luar

Kelemahan fisik Rangsangan Perkembangbiakan


Pencapaian
peran menjadi reseptor nyeri kuman dan bakteri
Defisit orang tua
perawatan diri Nyeri akut Resiko infeksi
5. Komplikasi Sectio Caesarea
Komplikasi yang timbul akibat dilakukannya tindakan sectio caesarea
menurut (Khasanah, 2014) antara lain:
a. Komplikasi pada Ibu
1) Infeksi luka insisi
2) Perdarahan
3) Luka kandung kemih
b. Komplikasi pada Janin
1) Kematian perinatal
2) Hipoksia janin

6. Perawatan Post Sectio Caesarea


Pasien pasca operasi perlu mendapatkan perawatan sebagai berikut
menurut Hartanti (2014):

a. Ruang Pemulihan
Pasien dipantau dengan cermat di ruang pemulihan, meliputi
jumlah perdarahan dari vagina dan dilakukan palpasi fundus uteri
untuk memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan kuat. Selain itu,
pemberian cairan intravena juga dibutuhkan. Kebutuhan akan cairan
intravena termasuk darah sangat bervariasi. Wanita dengan berat badan
rata-rata dengan hematokrit kurang dari atau sama dengan 30 dan
volume darah serta cairan ekstraseluler yang normal umumnya dapat
mentoleransi kehilangan darah sampai 2000ml.
b. Ruang Perawatan
Beberapa prosedur yang dilakukan di ruang perawatan adalah:
1) Monitor tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital yang perlu di evaluasi adalah tekanan darah,
nadi, jumlah urin, jumlah perdarahan, status fundus uteri, dan suhu
tubuh.
2) Analgesik
Pasien dengan berat badan rata-rata, dapat diberikan paling
banyak setiap 3 jam untuk menghilangkan nyeri, sedangkan pasien
yang menggunakan opioid, harus diberikan pemeriksaan rutin tiap
jam untuk memantau respirasi, sedasi, dan skor nyeri selama
pemberian dan sekurangnya 2 jam setelah penghentian
pengobatan.
3) Terapi cairan dan makanan
Pemberian cairan intravena, pada umumnya mendapatkan 3 liter
cairan memadai untuk 24 jam pertama setelah tindakan, namun
apabila pengeluaran urin turun, dibawah 30ml/jam, wanita tersebut
harus segera dinilai kembali.
4) Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus
Kateter vesika urinaria umumnya dapat dilepas dalam waktu 12
jam setelah operasi atau keesokan pagi setelah pembedahan dan
pemberian makanan padat bisa diberikan setelah 8 jam, bila tidak
ada komplikasi.
5) Ambulasi
Mobilisasi pada klien post operasi menurut (Manuaba et al.
2009) dilakukan secara bertahap meliputi :
a) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi.
b) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar.
c) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
d) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler).
e) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5
pasca operasi.
6) Perawatan luka
Luka insisi diperiksa setiap hari dan jahitan kulit (atau klip)
pada hari keempat setelah pembedahan. Pada hari ketiga pasca
persalinan, mandi dengan pancuran tidak membahayakan luka
insisi.
Fase – fase penyembuhan luka post operasi menurut (Kozier et
al. 2010) ada 3 (tiga) tahap, diantaranya:

a) Fase I (Fase Peradangan)


Fase peradangan berlangsung selama 3 sampai 4 hari,
setelah pembedahan. Pada fase ini terjadi penumpukan, benang
– benang fibrin dan membentuk gumpalan yang mengisi luka
dan pembuluh darah yang terputus. Leukosit mulai mencerna
bakteri dan jaringan yang rusak.
b) Fase II (Fase Proliferasi)
Fase Proliferasi (tahapan pertumbuhan sel dengan cepat)
berlangsung 3-21 hari setelah pembedahan. Leukosit mulai
berkurang dan luka berisi kolagen. Kolagen terus menumpuk
dan menekan pembuluh darah, sehingga suplai darah ke daerah
luka mulai berkurang. Luka akan tertutup dengan dibantu
pembentukan jaringan – jaringan fibrinous.
c) Fase III (Fase Maturasi)
Biasanya dimulai pada hari ke – 21 dan mucul setengah
tahun setelah perlukaan. Kolagen ditimbun dan luka semakin
kecil atau mengecil, tegang, jaringan elastis berkurang, timbul
garis putih.
7) Pemeriksaan laboratorium
Hematokrit diukur setiap pagi hari setelah pembedahan.
Pemeriksaan ini dilakukan lebih dini apabila terdapat kehilangan
darah yang banyak selama operasi atau terjadi oliguria atau tanda-
tanda lain yang mengisyaratkan hipovolemia.
8) Menyusui
Menyusui dapat dimulai pada hari pasca operasi sectio caesarea.
9) Pencegahan infeksi pasca operasi
Morbiditas demam cukup sering dijumpai setelah sectio
caesarea. Infeksi panggul pasca operasi merupakan penyebab
tersering dari demam dan tetap terjadi pada sekitar 20% wanita
walaupun telah diberi antibiotik profilaksis.
BAB 2
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.    Identitas
a.    Nama :
b.    Umur :
c.    Jenis kelamin :
d.   Usia kehamilan :
e.    Pendidikan :
f.     Alamat :
2.    Keluhan utama
3.    Riwayat penyakit sekarang
4.    Riwayat penyakit sebelumnya
5.    Analisa data
·      Data subyektif :
·      Data obyektif :
6.    Pengkajian Fisik
a. Aktifitas / istirahat
Kemampuan untuk mengikuti aktivitas hidup yang diperlukan/diinginkan
(kerja dan kesenangan) dan untuk dapat tidur/istirahat.
b. Sirkulasi
Kemampuan untuk mentranspor oksigen dan nutrien yang perlu untuk
memenuhi kebutuhan seluler.
c. Integritas Ego
Kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan keterampilan dan
perilaku untuk mengintegrasikan dan mengatur pengalaman hidup.
d. Eliminasi
Kemampuan untuk mengeluarkan produk sisa.
e. Makanan/Cairan
Kemampuan untuk mempertahankan masukan dan penggunakan nutrien
dan cairan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi.
f. Hygiene
Kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
g. Neurosensori
Kemampuan untuk menerima, menggabungkan, dan berespon terhadap
isyarat internal dan eksternal.
h. Nyeri/Ketidaknyamanan
Kemampuan untuk mengontrol lingkungan internal/eksternal untuk
mempertahankan kenyamanan.
i. Pernapasan
Kemampuan untuk memberikan dan menggunakan oksigen untuk
memenuhi kebutuhan fisiologi.
j. Keamanan
Kemampuan untuk memberikan lingkungan yang meningkatkan
pertumbuhan, aman.
k. Seksualitas
Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan/karakteristik peran pria atau
peran wanita.
l. Interaksi Sosial
Kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan.
m. Belajar/Mengajar
Kemampuan untuk menghubungkan dan menggunakan informasi
untuk mencapai gaya hidup yang sehat/kesejahteraan optimal.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (prosedur bedah)
(00132)
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur d.d
kondisi pasca operasi (00056)
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (00004)
d. Defisit perawatan diri: mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi
berhubungan dengan kelemahan (00108)
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kurang terpapar
informasi (0129)
f. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (0032)
Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan SLKI SIKI

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri


1x24jam maka, tingkat nyeri menurun Observasi
dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi , karakteristik, durasi, frekuensi,
- Keluhan nyeri menurun kualitas, intensitas nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri
- Gelisah menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
- Kesulitan tidur menurun
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Frekuensi nadi membaik
memperingan nyeri
- Pola nafas membaik
- Tekanan darah membaik - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
- Pola tidur membaik sudah diberikan
Terapeutik
- Berikan teknin nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis, hipnosis, akupresur, terapi musik,
terapi pijat, aromaterapi, kompres hangat/dingin)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis, suhu ruangan, pencayahaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan tidur
1x24jam maka, pola tidur membaik dengan Observasi
kriteria hasil : - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Keluhan sulit tidur meningkat - Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan
- Keluhan tidak puas tidur meningkat psikologis)
- Keluhan pola tidur berubah meningkat - Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
- Keluhan istirahat tidak berubah
tidur (mis kopi, teh, alkohol, makan mendekati tidur,
meningkat
minum banyak air sebelum tidur)
- Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik
- Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan,
- suhu, matras, dan tempat tidur)
- Batasi waktu tidur siang, jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(mis, pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap tidur REM
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan perawatan diri
1x24jam maka, perawatan diri meningkat
dengan kriteria hasil : Observasi
- Kemampuan mandi meningkat - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai
- Kemampuan mengenakan pakaian usia
meningkat - Monitor tingkat kemandirian
- Kemampuan makan meningkat - Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
- Kemampuan ke toilet (BAK/BAB) pakaian, berhias, dan makan
meningkat Terapeutik
- Mempertahankan kebersihan diri
- Sediakan lingkungan yang terapeutik(mis, suasana
meningkat
hangat,rileks, privasi)
- Siapkan keperluan pribadi (mis, parfum, sikat gigi,
dan sabun mandi)
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai
mandiri
- Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan integritas kulit
1x24jam maka, integritas kulit dan jaringan Observasi
meningkat dengan kriteria hasil : - Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis,
- Perfusi jaringan meningkat perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi,
- Kerusakan jaringan menurun penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
- Kerusakan lapisan kulit menurun pnurunan mobilitas)
- Nyeri menurun Terapeutik
- Perdarahan menurun - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Kemerahan menurun
- Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika
- Pigmentasi abnormal menurun
- Nekrosis menurun perlu
- Suhu kulit membaik - Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama
- Sensasi membaik selama periode diare
- Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak
pada kulit kering
- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
kering
Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab (mis lotion, serum)
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkanmeningkatkan asupan buah dan sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nutrisi
1x24jam maka, status nutrisi membaik Observasi
dengan kriteria hasil : - Identifikasi status nutrisi
- Porsi makan yang dihabiskan membaik - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Kekuatan otot mengunyah membaik - Identifikasi makanan yang disukai
- Pengetahuan tentang pilihan makanan - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
yang sehat membaik
- Monitor asupan makanan
- Perasaan cepat kenyang menurun
- Nyeri abdomen menurun Terapeutik
- Berat badan membaik - Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Nafsu makan membaik - Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Sajikan makanan secara menarik dan yang sesuai
- Berikam makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan supelemen makanan, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika perlu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
DAFTAR PUSTAKA

Chairani, Nopi. 2015. Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman:Nyeri pada Post Operasi Sectio
Caesarea di R.S Fajar Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia. Diakses tanggal
1 Juni 2018.
<http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2624/142500028.pdf
?sequence=1&isAllowed=y>

Gloria M. Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC),


Edisi Keenam. Missouri: Mosby Elsevier.

Hartanti, Septi. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Post Sectio
Caesarea Hari Ke-1 Atas Indikasi Disproporsi Cefalopelvic Di Ruang
Bougenvil Di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Diploma
thesis, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Diakses tanggal 29 Mei
2018. <http://repository.ump.ac.id/2643/>

Khasanah, Rafikatul. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Post SC


Atas Indikasi Janin Letak Sungsang Di Ruang Dewi Kunthi RSUD Kota
Semarang. Diakses tanggal 10 Mei 2018.
<http://repository.unissula.ac.id/1517/3/Rafikatul%20Khasanah
%20%2089.331.61374.pdf>

Mayasari, Wulan. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nyeri Pada Ny.


W: Post SC Indikasi Postmatur Dengan Oligohidramnion Di Bangsal
Bougenvil RSUD Sukoharjo. Diakses tanggal 23 Mei 2018.
<http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl-wulanmayas-
167-1-wulanma-i.pdf>

Morhedd, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima.


Missouri: Mosby Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai