Disusun Oleh:
Hifzhi Padliannor, S.Kep
1119469211010103
Menyetujui,
A. Definisi
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah disproporsi antara ukuran
janin dan ukuran pelvis, yakni ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar untuk
mengakomodasi keluarnya janin tertentu melalui pelvis sampai terjadi
kelahiran pervagina (Varney, 2017).
B. Etiologi
Etiologi cephalopelvic disproportion (CPD) dibagi menjadi dua faktor
yaitu maternal dan janin. Cephalopelvic disproportion terjadi ketika ada
gangguan pada faktor maternal, janin, atau kombinasi keduanya
(Cunningham et al., 2017). Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan
panggul menurut Munabi, Luboga, Luboobi, & Mirembe (2016) sebagai
berikut :
1. Usia
2. Tinggi Badan
3. Tipe Pelvis
4. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
5. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecilPanggul
6. Picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
7. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuranmuka
belakang
8. Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.
9. Panggul belah : symphyse terbuka
10. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
11. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul
sempit picak dan lain-lain
12. Panggul osteomalacci : panggul sempit melintan
13. Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
14. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang.
C. Klasifikasi
Klasifikasi Panggul Sempit (Disproporsi Sefalo Pelvic) menurut
Prawirohardjo (2017) antara lain :
1. Kesempitan pintu atas panggul (pelvic outlet)
2. Pembagian intensitasan panggul sempit
3. Intensitas I : Conjugata Vera 9-10 cm = borderlin
4. Intensitas II : Conjugata Vera 8-9 cm = relatif
5. Intensitas III : Conjugata Vera 6-8 cm = ekstrim
6. Intensitas IV : Conjugata Vera 6 cm = mutlak (absolut)
7. Pembagian menurut tindakan
8. Conjugata Vera 8-10 cm = partus percobaan
9. Conjugata Vera 6-8 cm = SC primer
10. Conjugata Vera 6 cm = SC mutlak (absolut)
11. Inlet dianggap sempit bila Conjugata Vera
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
1. Ditemukan pada ibu dengan keturunan panggul kecil, penyakit di area
panggul, pengukuran panggul yang kurang dari batas normal, panggul
menyempit, janin yang besar melebihi 4000 gram (Anonimus, 2014).
2. Ukuran janin besar, kepala janin menonjol di simphisis pubis
(Anonimus,2014)
3. Servik mengecil setelah pemecah ketuban, oedem servik, penempatan
kepala tidak baik lagi di servik, kepala belum dipegang pintu atas
panggul,ditemukan kaput, ditemukan molage, ditemukan kepala defleksi,
ditemukan asinklitismus (Anonimus, 2014).
F. Komplikasi
CPD dapat menyebabkan persalinan lama, yang dapat memicu terjadinya
perdarahan postpartum dan ruptur uteri. Komplikasi maternal akibat partus
macet pada CPD antara lain:
1. Ruptur uteri
2. Infeksi intrauteri
3. Trauma kandung kemih atau rektum akibat penekanan kepala janin
terlalu lama selama proses persalinan yang menimbulkan inkontinensia
atau fistula vesico-vagina atau recto-vagina.
4. Perdarahan postpartum yang dapat berakibat syok hemoragik dan
kematian
5. Hipoglikemia
6. Gangguan kontraksi Rahim
7. Laserasi vagina, perineum, serviks
8. Fraktur sakrum dan coccyx
9. Komplikasi yang dapat ditemukan pada janin adalah: Asfiksia, Distosia
bahu, Trauma pada persalinan : fraktur klavikula, cedera kepala maupun
servikal, Molase, Kerusakan jaringan otak
10. Prolaps tali pusat
11. Kematian janin (Moegni, 2019)
G. Pemerikasaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi, untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto
2. Foto pintu atas panggul, Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms),
sehingga tabung rontgen tegak lurus diatas pintu atas panggul
3. Foto lateral, Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal
pada trochanter maya samping
H. Penatalaksanaan
1. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara
kepala janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan
dapat berlangsung per vaginam dengan selamat dapat dilakukan
persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan
his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut
tidak dapat diketahui sebelum persalinan
2. Seksio Sesarea
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa
waktu) dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau
ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin
sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan
pada simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau
kleidotomi. Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap
tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea
5. Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang
menentukan apakah anak dapat lahir spontan atau tidak, disamping
banyak faktor lain yang memegang peranan dalam prognosa
persalinan. Bila konjugata vera 11 cm, dapat dipastikan partus
biasa, dan bila ada kesulitan persalinan, pasti tidak disebabkan
oleh faktor panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cm dan anak cukup
bulan tidak mungkin melewati panggul tersebut. CV 8,5 – 10 cm
dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan
partus spontan atau dengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengan
secio caesaria sekunder atas indikasi obstetric lainnya CV = 6 -8,5
cm dilakukan SC primer, CV=6 cm dilakukan SC primer mutlak.
Disamping hal-hal tersebut diatas juga tergantung padaa
a. His atau tenaga yang mendorong anak.
b. Besarnya janin, presentasi dan posisi janin
c. Bentuk panggul
d. Umur ibu dan anak berharga
e. Penyakit ibu
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan mengenai masalah kesehatan
klien yang aktual atau potensial yang dapat dikelola melalui intervensi
keperawatan mandiri. Diagnosis keperawatan adalah pernyaataan yang
ringkas, jelas, berpusat pada klien dan spesifik pada klien (Rosdahl &
Kowalski, 2017):
1. Nyeri
2. Resiko hypovolemia
3. Resiko infeksi
4. Intoleransi aktivitas
5. Menyusui tidak efektif
6. Defisit perawatan diri
7. Defisit pengetahuan
J. SLKI dan SIKI