Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN IBU

DENGAN (CPD) DIRUANG VK-BERSALIN


RS MOCH ANSARI SALEH

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Maternitas


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Hifzhi Padliannor, S.Kep
1119469211010103

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : CPD


NAMA MAHASISWA : Hifzhi Padliannor, S.Kep
NIM : 1119469211010103

Banjarmasin, April 2022

Menyetujui,

Preseptor Klinik (PK) Program Studi Profesi Ners


Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Akademik (PA)

Hj. Fauziah S.Kep., Ners Umi Hanik Fetriyah.,Ns., M.Kep


NIK. 197303231997032011 NIK. 1166042009023
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah disproporsi antara ukuran
janin dan ukuran pelvis, yakni ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar untuk
mengakomodasi keluarnya janin tertentu melalui pelvis sampai terjadi
kelahiran pervagina (Varney, 2017).
B. Etiologi
Etiologi cephalopelvic disproportion (CPD) dibagi menjadi dua faktor
yaitu maternal dan janin. Cephalopelvic disproportion terjadi ketika ada
gangguan pada faktor maternal, janin, atau kombinasi keduanya
(Cunningham et al., 2017). Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan
panggul menurut Munabi, Luboga, Luboobi, & Mirembe (2016) sebagai
berikut :
1. Usia
2. Tinggi Badan
3. Tipe Pelvis
4. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
5. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecilPanggul
6. Picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
7. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuranmuka
belakang
8. Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.
9. Panggul belah : symphyse terbuka
10. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
11. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul
sempit picak dan lain-lain
12. Panggul osteomalacci : panggul sempit melintan
13. Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
14. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang.

C. Klasifikasi
Klasifikasi Panggul Sempit (Disproporsi Sefalo Pelvic) menurut
Prawirohardjo (2017) antara lain :
1. Kesempitan pintu atas panggul (pelvic outlet)
2. Pembagian intensitasan panggul sempit
3. Intensitas I : Conjugata Vera 9-10 cm = borderlin
4. Intensitas II : Conjugata Vera 8-9 cm = relatif
5. Intensitas III : Conjugata Vera 6-8 cm = ekstrim
6. Intensitas IV : Conjugata Vera 6 cm = mutlak (absolut)
7. Pembagian menurut tindakan
8. Conjugata Vera 8-10 cm = partus percobaan
9. Conjugata Vera 6-8 cm = SC primer
10. Conjugata Vera 6 cm = SC mutlak (absolut)
11. Inlet dianggap sempit bila Conjugata Vera
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
1. Ditemukan pada ibu dengan keturunan panggul kecil, penyakit di area
panggul, pengukuran panggul yang kurang dari batas normal, panggul
menyempit, janin yang besar melebihi 4000 gram (Anonimus, 2014).
2. Ukuran janin besar, kepala janin menonjol di simphisis pubis
(Anonimus,2014)
3. Servik mengecil setelah pemecah ketuban, oedem servik, penempatan
kepala tidak baik lagi di servik, kepala belum dipegang pintu atas
panggul,ditemukan kaput, ditemukan molage, ditemukan kepala defleksi,
ditemukan asinklitismus (Anonimus, 2014).

F. Komplikasi
CPD dapat menyebabkan persalinan lama, yang dapat memicu terjadinya
perdarahan postpartum dan ruptur uteri. Komplikasi maternal akibat partus
macet pada CPD antara lain:
1. Ruptur uteri
2. Infeksi intrauteri
3. Trauma kandung kemih atau rektum akibat penekanan kepala janin
terlalu lama selama proses persalinan yang menimbulkan inkontinensia
atau fistula vesico-vagina atau recto-vagina.
4. Perdarahan postpartum yang dapat berakibat syok hemoragik dan
kematian
5. Hipoglikemia
6. Gangguan kontraksi Rahim
7. Laserasi vagina, perineum, serviks
8. Fraktur sakrum dan coccyx
9. Komplikasi yang dapat ditemukan pada janin adalah: Asfiksia, Distosia
bahu, Trauma pada persalinan : fraktur klavikula, cedera kepala maupun
servikal, Molase, Kerusakan jaringan otak
10. Prolaps tali pusat
11. Kematian janin (Moegni, 2019)
G. Pemerikasaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi, untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto
2. Foto pintu atas panggul, Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms),
sehingga tabung rontgen tegak lurus diatas pintu atas panggul
3. Foto lateral, Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal
pada trochanter maya samping

H. Penatalaksanaan

1. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara
kepala janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan
dapat berlangsung per vaginam dengan selamat dapat dilakukan
persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan
his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut
tidak dapat diketahui sebelum persalinan
2. Seksio Sesarea
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa
waktu) dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau
ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin
sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan
pada simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau
kleidotomi. Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap
tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea
5. Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang
menentukan apakah anak dapat lahir spontan atau tidak, disamping
banyak faktor lain yang memegang peranan dalam prognosa
persalinan. Bila konjugata vera 11 cm, dapat dipastikan partus
biasa, dan bila ada kesulitan persalinan, pasti tidak disebabkan
oleh faktor panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cm dan anak cukup
bulan tidak mungkin melewati panggul tersebut. CV 8,5 – 10 cm
dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan
partus spontan atau dengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengan
secio caesaria sekunder atas indikasi obstetric lainnya CV = 6 -8,5
cm dilakukan SC primer, CV=6 cm dilakukan SC primer mutlak.
Disamping hal-hal tersebut diatas juga tergantung padaa
a. His atau tenaga yang mendorong anak.
b. Besarnya janin, presentasi dan posisi janin
c. Bentuk panggul
d. Umur ibu dan anak berharga
e. Penyakit ibu

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan mengenai masalah kesehatan
klien yang aktual atau potensial yang dapat dikelola melalui intervensi
keperawatan mandiri. Diagnosis keperawatan adalah pernyaataan yang
ringkas, jelas, berpusat pada klien dan spesifik pada klien (Rosdahl &
Kowalski, 2017):
1. Nyeri
2. Resiko hypovolemia
3. Resiko infeksi
4. Intoleransi aktivitas
5. Menyusui tidak efektif
6. Defisit perawatan diri
7. Defisit pengetahuan
J. SLKI dan SIKI

No SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri Observasi :
keperawatan 3 x 24 jam maka tingkat nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi
menurun dengan kriteria hasil : kualitas, dan intensitas nyeri
- Keluhan nyeri cukup menurun - Identifikasi skala nyeri
- Meringis cukup menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
- Gelisah cukup menurun - Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan
- Kesulitan Tidur menurun nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologi (terapi music, kompres
hangat, kompres dingin, teknik relaksasi napas dalam)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, bila perlu

2. Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I.03119) Observasi


hipovolemia keperawatan 3 x 24 jam maka status cairan - Periksa tanda dan gejala hypovolemia
membaik dengan kriteria hasil : (mis.fruekensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
- Turgor kulit cukup meningkat tekanan darah menurun, turgor kulit menurun,
- Edema perifer cukup menurun membrane mukosa kering, volume urin menurun,
haus, lemah)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor fruekensi dan kekuatan nadi
- Monitor tekanan darah
- Monitor waktu pengisian kapiler
- Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urine
Terapeutik
- Hitung kebutuham cairan
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa
2,5%, NaCl monitor 0,4%)

3. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi Observasi


keperawatan 3 x - Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
24 jam maka resiko infeksi berkurang dengan Terapeutik
kriteria hasil : - Batasi jumlah pengunjung
- Demam: menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- Kemerahan : menurun dan lingkungan pasien
- Nyeri : menurun - Pertahankan teknik aseptic pada pasien resiko tinggi
- Bengkak: menurun Edukasi
- Ajarkan cara cuci tangan yang benar
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi

4 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi Observasi


aktivitas keperawatan 3 x - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
24 jam maka toleransi aktivitas meningkat kelelahan
dengan kriteria hasil : - Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Keluhan lelah menurun - Monitor pola dan jam tidur
- Kecepatan berjalan meningkat - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
- Jarak berjalan meningkat aktivitas
- Frekuensi nadi membaik Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
- Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
5. Menyusui tidak Setelah dilakukan tindakan Edukasi menyusui Observasi
efektif keperawatan 3 x - Identifikasi Kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- 24 jam maka status menyusui Terapeutik
meningkat dengan krit Perlekatan bayi Dukung ibu meningkatkan kepercayaan
pada payudara ibu : Meningkat diri dalam menyusui
- Kemampuan ibu memposisikan bayi - Libatkan system pendukung
dengan benar: meningkat Edukasi
- Berat badan bayi: meningkat - Berikan konseling menyusui
- Suplai asi adekuat: meningkat: - Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
- Ajarkan perawatan payudara antepartum
Ajarkan perawatan payudara post partum
6. Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Perawatan Diri Observasi:
diri keperawatan 3 x - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
24 jam maka perawatan diri meningkat - Monitor tingkat kemandirian
dengan - Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian,
kriteria hasil : berhias, dan makan
- Kemampuan mandi meningkat Terapeutik:
- Kemampuan mengenakan pakaian Sediakan lingkungan yang teraupetik
Meningkat - Siapkan keperluan pribadi
- Kemampuan makan meningkat - Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
Kemampuan ke toilet (BAB/ BAK) meningkat - Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan
7. Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan (I.12383) Observasi
pengetahuan keperawatan 3 x - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
(D.0111) 24 jam maka Tingkat pengetahuan - Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
meningkat dengan kriteria hasil : menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
- Perilaku sesuai anjuran meningkat Terapeutik
(5) - Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Pertanyaan tentang masalah yang - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
dihadapi menurun (5) kesepakatan
Persepsi yang keliru terhadap masalah - Berikan kesempatan untuk bertanya
menurun (5) Edukasi
- Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
Sumber: (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018; Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. H. (2012). Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2017.


Jakarta:EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta :EGC
Moegni, E. dan O. (2013). Kontrasepsi. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan
Dasar Dan Rujukan, 231–256.
Munabi, I. G., Luboga, S. A., Luboobi, L., & Mirembe, F. (2016). Association between Maternal
Pelvis Height and Intrapartum Foetal Head Moulding in Ugandan Mothers with
Spontaneous Vertex Deliveries. Obstetrics and Gynecology International, 2016, 7–
9.
Nuratif, Kusuma, Nanda : Nic-Noc. 2017
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta: Rineka Cipta
Purwoastusti, Walyani, Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial untuk Kebidanan, 2017
Rohan, Soyoto, 2013. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi
Sarwono, Wiknjosastro Hanifa . Pengantar Ilmu Kebidanan, Edisi 4, 2010. Yayasan Pustaka
Sumiati & Dwi F. (2012). “Hubungan obesitas terhadap pre eklamsia pada kehamilan di RSU
Haji Surabaya”. Embrio, Jurnal Kebidanan, Vol 1, No.2, Hal. 21-24.

Anda mungkin juga menyukai