Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA

DENGAN INDIKASI PREKLAMPSI BERAT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Maternitas yang diampu oleh
Ibu Eva Daniati, S.Kep.,Ns.,M.Pd

Disusun oleh:

Ezzy Muhammad Alfian


KHGD21004

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XI

STIKES KARSA HUSADA GARUT


1. Definisi
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi
pada dinding abdomen dan uterus. Tindakan SC disebabkan oleh 2 faktor indikasi yaitu
faktor ibu dan faktor janin. Faktor ibu antara lain panggul sempit dan distosia mekanis,
pembedahan sebelumnya pada uterus, riwayat SC, perdarahan dan toxemia gravidarum.
Faktor janin antara lain gawat janin, cacat atau kematian janin sebelumnya, insufesiensi
plasenta, malpresentasi, janin besar, inkompatibilitas rhesus, postmortem caecarean dan
infeksi virus herpes (Ferinawati, 2019).
Preeklamsi merupakan sindrom pada kehamilan yang terutama ditandai dengan
hipertensi, proteinuria, dan edema. Preeklamsi tanpa penanganan yang tepat dapat
berkembang menjadi eklamsi yang merupakan kondisi fatal berhubungan dengan kejang
dan koma. Sekitar 5% keadaan preeklamsi dapat berkembang menjadi eklamsi (Maria
Burhanuddin et al., 2018).
2. Etiologi
1) Gawat Janin
Gawat janin merupakan salah satu indikasi yang banyak di temui pada ibu
dengan persalinan sectio caesarea, ibu dengan gawat janin tidak dapat melakukan
partus normal karena akan membahayakan keselamatan ibu dan bayi. Gawat janin
adalah suatu keadaaan dimana janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga
mengalami resiko hipoksia serius dapat mengancam kesehatan janin
(Veibymiaty et al., 2019).
2) Partus Tidak Maju
Partus tidak maju disebabkan oleh banyak faktor, antara lain kelainan
letak janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar,
atau kelainan kongenital, ketuban pecah dini dan paling banyak di sebabkan oleh his
yang tidak adekuat dan kelainan letak janin (Veibymiaty et al., 2019).
3) Preeklamsi
Preeklampsia berakibat fatal jika tidak segera mendapatkan
tindakan, merusak plasenta sehingga menyebabkan bayi lahir dalam keadaan tidak
bernyawa, atau lahir prematur, penyakit ini juga membahayakan ginjal ibu
hamil. Pada beberapa kasus, bisa menyebabkan ibu hamil mengalami koma.
Untuk mencegah hal tersebut jalan terbaik adalah dilakukannya tindakan
sectio caesarea (Veibymiaty et al., 2019).
4) Panggul Sempil
Hal ini disebabkan oleh karena bentuk tubuh atau postur tubuh dan bentuk
panggul ibu yang kecil sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan
persalinan normal (Veibymiaty et al., 2019).
3. Manifestasi Klinis
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nuraini (2019), menyebutkan manifestasi
klinis dari section caesarea yaitu:
1) Nyeri akibat ada luka pembedahan
2) Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3) Fundus uterus terletak di umbilicus
4) Aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan
5) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 750 – 1000
6) Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan
7) Biasanya terpasang kateter urinarius
8) Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
9) Akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan
10) Bonding attachment pada anak yang baru lahir
4. Pathway
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian artinya adalah proses perolehan data. Autoanamese adalah
pengkajian langsung dan anamese adalah wawancara. Tujuan utama
pengkajian adalah untuk mengetahui data pasien seakurat-akuratnya. Data
yang harus di peroleh dalam pengkajian yaitu data dasar dan data focus
(Manullang, 2019).
1) Identitas atau biodata klien
Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi, dan
diagnosa keperawatan.
2) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan untuk
menentukan prioritas intervensi keperawatan, keluhan utama pada post
operasi SC biasanya adalah nyeri dibagian abdomen, pusing dan sakit
pinggang.
3) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelum inpartus di dapatkan cairan yang keluar
pervaginan secara spontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Didapatkan data klien pernah riwayat SC sebelumnya, panggul sempit,
serta letak bayi sungsang. Meliputi penyakit yang lain dapat juga
mempengaruhi penyakit sekarang.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit turunan dalam keluarga seperti jantung, HT, TBC, DM,
penyakit kelamin, abortus yang mungkin penyakit tersebut diturunkan
kepada klien.
4) Pemeriksaan fisik
a. Kepala
 Rambut
Bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan rambut, dan
apakah ada benjolan.
 Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sclera kuning.
 Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihannya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
 Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang- kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung.
 Mulut dan gigi
Mulut bersih / kotor, mukosa bibir kering / lembab.
b. Leher
Saat dipalpasi ditemukan ada / tidak pembesaran kelenjar tiroid, karna
adanya proses penerangan yang salah.
c. Thorak
 Payudara
Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada payudara, areola
hitam kecoklatan, putting susu menonjol, air susu lancer dan banyak
keluar.
 Paru-paru
I: Simetris / tidak kiri dan kanan, ada / tidak terlihat pembengkakan.
P: Ada / tidak nyeri tekan, ada / tidak teraba massa P: Redup / sonor
A : Suara nafas Vesikuler / ronkhi / wheezing
 Jantung
I : Ictus cordis teraba / tidak P : Ictus cordis teraba / tidak P : Redup /
tympani
A : Bunyi jantung lup dup
d. Abdomen
I: Terdapat luka jahitan post op ditutupi verban, adanya strie gravidarum
P: Nyeri tekan pada luka,konsistensi uterus lembek / keras P: Redup
A: Bising usus
e. Genetalia
Pengeluaran darah bercampur lender, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam
kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
f. Eksremitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarkan
uterus, karena pre eklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
g. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik.
2. Resiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit.
3. Konstipasi b.d efek anestesi
4. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d Kurangnya
pegetahuan tentang kebutuhan nutrisi postpartum.
5. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses
menyusui.
6. Retensi urine b.d post sc
7. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan post op

C. INTERVENSI
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Nyeri akut b.d Setelah 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
agen cedera dikakukan frekuensi, intensitas nyeri
fisik tindakan 2. Identifikasi skala nyeri
keperawatan 3. Identifikasi factor penyebab nyeri
1x24 jam 4. Monitor efek samping
diharapkan penggunaan analgetik
masalah dapat 5. Berikan teknik nonfarmakologis
teratasi dengan (tarik nafas dalam, kompre hangat
kriteria hasil : atau dingin)
1. Tingkat nyeri 6. Kontrok lingkungan yang
 Keluhan memperberat rasa nyeri (suhu,
nyeri pencahayaan, kebisingan)
 Kesulitan 7. Fasilitas istirahat dan tidur
tidur 8. Jelaskan penyebab dan pemicu
 Meringgis nyeri
 Gelisah 9. Jelaskan strategi pereda nyeri
2. Kontrol nyeri 10. Anjurkan monitor nyeri secara
 Melaporkan mandiri
nyeri 11. Anjurkan teknik
terkontrol nonfarkamkologis untuk
 Keluhan mengurangi nyeri
nyeri 12. Kolaborasi pemberian analgetik

2 Resiko infeksi Setelah 1. Batasi jumlah pengunjung


b.d kerusakan dikakukan 2. Berikan perawatan kulit pada
integritas kulit tindakan area edema
keperawatan 3. Cuci tangan sebelum dan
1x24 jam sesudah kontak dengan pasien
diharapkan dan lingkungan pasien
masalah dapat 4. Pertahankan teknikn aseptic
teratasi dengan pada pasein beresiko tinggi
kriteria hasil : 5. Monitor tanda dan gejala
1. Tingkat infeksi
infeksi local dan sistemik
 Kebersihan
6. Jelaska tanda dan gejala
tangan
infeksi
 Kebersihan
7. Ajarkan cuci tangan dengan
badan
benar
 Demam
8. Anjurkan meningkatkan
 Nyeri
asupan nutrisi
 Kemerahan
9. Anjurkan meningkatkan
 Bengkak asupan cairan
2. Integritas kulit
10. Kolaborasi pemberian
dan jaringan
antibiotik ataupun imusisasi
 Kerusakan
(jika perlu)
jaringan
 Nyeri
 Nekrosis
 Tekstur
 Jaringan
parut
 hematoma
3 Konstipasi b.d Setelah 1. Periksa tanda dan gejala
efek anestesi dikakukan konstipasi
tindakan 2. Periksa pergerakan usus,
keperawatan karakteristik feses
1x24 jam 3. Berikan air hangat setelah
diharapkan makan
masalah dapat 4. Sediakan makanan tinggi serat
teratasi dengan 5. Anjurkan meningkatkan asupan
kriteria hasil : cairan
1. Eleminasi fekal
 Keluhan
defekasi lama
dan sulit
 Distensi
abdomen
 Nyeri abdomen
 Frekuensi BAB

4 Intoleransi Setelah 1. Identifikasi gangguan fungsi


aktivitas b.d dikakukan tubuh yang mengakibatkan
kelemahan tindakan kelelahan
post op keperawatan 2. Monitor pola dan jam tidur
1x24 jam 3. Identifikasi keamanan dan
diharapkan kenyamanan lingkungan
masalah dapat 4. Bantu untuk mendapatkan alat
teratasi dengan bantu aktivitas seperti kursi
kriteria hasil : roda, krek
1. Toleransi aktivitas 5. Bantu untuk mengidentifikasi
 Kemudahan dan mendapatkan sumber yang
melakukan diperlukan untuk aktivitas yang
aktivitas sehari diinginkan
– hari 6. Bantu pasien untuk
 Kekuatan tubuh mengidentifikasi aktivitas yang
bagian bawah mampu dilakukan
 Perasaan lemah
 Keluhan lelah
2. Ambulasi
 Menopang berat
badan
 Berjalan dengan
langkah yang
efektif
 Berjalan dengan
langkah pelan

5. Risiko Setelah 1. Monitor asupan dan keluaran


ketidakseimba dikakukan makanan dan cairan serta
ngan nutrisi: tindakan kebutuhan kalori
kurang dari keperawatan 2. Timbang berat badan secara
kebutuhan b.d 1x24 jam teratur
Kurangnya diharapkan 3. Ajarkan pengaturan diet yang
pegetahuan masalah dapat tepat
tentang teratasi dengan 4. Identifikasi status nutrisi
kebutuhan kriteria hasil : 5. Identifikasi makanan yang disukai
nutrisi 1. Status nutrisi 6. Identifikasi alergi dan intoleransi
postpartum.  Porsi makan makanan
yang dihabiskan 7. Monitor asupan makan
 Pengetahuan
tentang pilihan
makanan yang
sehat
 Penyiapan dan
penyimpanan
makanan yang
aman
2. Nafsu makan
 Asupan makan
 Asupan nutrisi
 Asupan cairan
 Keinginan
makan
6. Menyusui Setelah 1. Identifikasi kesiapan dan
tidak efektif dikakukan kemampuan menerima informasi
b.d. Kurang tindakan 2. Identifikasi tujuan atau keinginan
pengetahuan keperawatan menyusui
ibu, 1x24 jam 3. Identifikasi adanya keluhan nyeri,
terhentinya diharapkan rasa tidak nyaman, pengeluaran,
proses masalah dapat perubahan bentuk payudara dan
menyusui. teratasi dengan putting
kriteria hasil : 4. Identifikasi keadaan emosional
1. Status menyusui ibu saat akan dilakukan konseling
 Kemampuan ibu menyusui
memposisikan 5. Identifikasi masalah yang ibu
bayi alami selama proses menyusui
 Berat badan 6. Ajarkan teknik menyusui yang
bayi tepat sesuai kebutuhan ibu
 Suplai ASI
adekuat
 Hisapan bayi
 Bayi rewel
 Tetesan /
pancaran ASI

7. Retensi urine Setelah 1. Periksa kondisi pasien


b.d post sc dikakukan 2. Monitor kepatenan kateter urine
tindakan 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
keperawatan saluran kemih
1x24 jam 4. Monitor tanda dan gejala
diharapkan obstruksi aliran urine
masalah dapat 5. Monitor kebocoran kateter,
teratasi dengan selang, dan kantung urine
kriteria hasil : 6. Monitor input dan output cairan
1. Eliminasi urine 7. Gunakan teknik aseptik selama
 Distensi perawatan kateter urine
kandung kemih 8. Pastikan selang kateter dan
 Karakteristik kantung urine terbebas dari lipatan
urine
 Frekuensi BAK
2. Kontinensia urine
 Kemampuan
mengontrol
pengeluaran
urine
 Kemampuan
menunda
pengeluaran
urine
DAFTAR PUSTAKA

Ferinawati, R. H. (2019). Hubungan Mobilisasi Dini Post Sectio Caesarea Dengan


Penyembuhan Luka Operasi Di RSU Avicenna Kecamatan Kota Juang
Kabupaten Bireuen. Journal of Healthcare Technology and Medicine, 5(2),
2615–109.
Manullang, P. S. (2019). Pengkajian Keperawatan Di Rumah Sakit.
Maria Burhanuddin, S., Rifayani Krisnadi, S., & Pusianawati, D. (2018). Gambaran
Karakteristik dan Luaran pada Preeklamsi Awitan Dini dan Awitan Lanjut Di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Indonesian Journal of Obstetrics &
Gynecology Science, 1(2), 117–124. https://doi.org/10.24198/obgynia.v1n2.12
Nuraini, Z. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan Rasa
Aman Dan Nyaman Pada Kasus Sectio Caesarea Terhadap Ny.H Di Ruang
Kebidanan Rsd Mayjend Hm Ryacudu Kotabumi Lampung Utara. Jurnal
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/viewer.html?
pdfurl=https%3A%2F%2Frepository.poltekkes-tjk.ac.id
%2F1065%2F2%2FABSTRAK.pdf&clen=12744&chunk=true
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(Edisi 1). DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Edisi 1). DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi
1). DPP PPNI.
Veibymiaty Sumelung, Rina Kundre, M. K. (2019). Faktor – Faktor Yang Berperan
Meningkatnya Angka Kejadian Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah
Liun Kendage Tahun 2019. Jurnal Keperawatan Universitas Sam Ratulangi
Manado, 2(1). https://doi.org/10.1016/0584-8539(74)80002-4

Anda mungkin juga menyukai