Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

NY. B DENGAN KASUS POST KURETASE ABORTUS INKOMPLIT


DI RUANG TERATAI RSUD PARE KEDIRI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners Departemen Maternitas

Disusun Oleh :

Indah Wati
202006016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI
2021
LEMBAR PENEGSAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini disusun untuk memenuhi


Tugas Praktek Profesi Ners Prodi Ners STIKES Karya Husada Kediri.

Nama : Indah Wati


NIM : 202006016
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. B Dengan
Kasus Post Kuretase Abortus Inkomplit Di Ruang Teratai Rsud Pare
Kediri

Mengetahui

Preceptor Mahasiswa

(Dina Zakiyyatul F., S.Kep.Ns.,M.Kep) (Indah Wati)


LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK PRAKTEK PROFESI NERS

Nama Mahasiswa : Indah Wati


NIM : 202006016
Periode Praktik : Keperawatan Maternitas
Tanggal : 8 Maret 2021 sd 27 Maret 2021
Judul Askep : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. B Dengan
Kasus Post Kuretase Abortus Inkomplit Di Ruang Teratai Rsud Pare
Kediri
Nilai Supervisi Askep
TOTAL NILAI
NILAI
NO ELEMEN 1+2+3 TT Preceptor
(0-100)
3
1. Laporan Pendahuluan (LP)

2. Asuhan Keperawatan (Dina Zakiyyatul F.,


S.Kep.Ns.,M.Kep)
3. Responsi Nama Terang

Nilai Supervisi Skill/SOP


TOTAL NILAI
NILAI
NO ELEMEN 1+2 TT Preceptor
(0-100)
2
1. Penguasaan Konsep Perasat/Skill
( ………………………)
2. Responsi Prosedur/ SOP Perasat Nama Terang
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Kasus Penyakit


A. Pengertian
Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar
kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau kehamilan kurang dari 28
minggu (Chandranita, 2010). Abortus ialah berakhirnya suatu kehamilan yang
diakibatkan oleh faktor-faktor tertentu pada atau sebelum kehamilan atau keluarnya
hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan berat badan kurang
dari 1000gr atau umur kehamiln kurang dari 28 minggu (Manuamba 2010).
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan dengan berat badan dibawah 500 gram atau umur kehamilan kurang dari
20 minggu (Nanny, 2011). Peneliti mengambil kesimpulan bahwa abortus merupakan
pengeluaran hasil konsepsi dengan umur kehamilan kurang dari 28 minggu sebelum
janin dapat bertahan hidup.

B. Macam-macam Abortus
Berdasarkan kejadiannya abortus dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
1) Abortus spontan terjadi secara alamiah tanpa interfensi luar (buatan) untuk
mengakhiri kehamilan tersebut. Berdasarkan gambaran kliniknya abortus dapat
dibagi menjadi (Prawirohardjo, 2010):
a) Abortus completus (keguguran lengkap) adalah pengeluaran semua hasil
konsepsi dengan umur kehamilan > 20 minggu kehamilan lengkap.
b) Abortus insipiens adalah perdarahan intrauterin sebelum kehamilan lengkap
20 minggu dengan dilatasi serviks berlanjut tetapi tanpa pengeluaran hasil
konsepsi atau terjadi pengeluaran sebagian atau seluruhnya.
c) Abortus incomplit adalah pengeluaran sebagian tetapi tidak semua hasil
konsepsi pada umur >20 minggu kehamilan lengkap.
d) Abortus imminens adalah perdarahan intrauteri pada umur < 20 minggu
kehamilan lengkap dengan atau tanpa kontraksi uterus, tanpa dilatasi serviks
dan tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Hasil kehamilan yang belum viabel
berada dalam bahaya tetapi kehamilannya terus berlanjut.
e) Missed abortion (keguguran tertunda) adalah kematian embrio atau janin
berumur < 20 minggu kehamilan lengkap tetapi hasil konsepsi tertahan dalam
rahim selama ≥ 8 minggu
f) Abortus habitualis adalah kehilangan 3 atau lebih hasil kehamilan secara
spontan yang belum viabel secara berturut- turut.
g) Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi genetalia interna
sedangkan abortus sepsis adalah abortus terinfeksi dengan penyebaran bakteri
melalui sirkulasi ibu
2) Abortus provocantus
Abortus provocatus adalah tindakan abortus yang disengaja dilakkukan untuk
menghilangkan kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin 500 gram.

C. Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa faktor sebagai berikut (Nanny, 2011):
1. Umur
Resiko abortus semakin tinggi dengan semakin bertambahnya usia ibu. Insiden
abortus dengan trisomi meningkat dengan bertambahnya usia ibu. Resiko ibu
mengalami aneuploidi yaitu diatas 35 tahun karena kelainan kromosom akan
meningkat pada usia diatas 35 tahun
2. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan
cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi seperti:
a. Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom,
termasuk kromosom seks.
b. Faktor lingkungan endometrium, Endometrium yang belum siap untuk
menerima implantasi hasil konsepsi.
c. Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek
3. Kelainan pada plasenta
a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat
berfungsi.
b. Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita
diabetes mellitus
c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
4. Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis, anemia
dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan
penyakit diabetesmilitus. Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan
tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk
mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten,
bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks ), robekan serviks
postpartum (Manuaba, 2010)
5. Riwayat abortus
Riwayat abortus pada penderitaabortus merupakan predisposisi terjadinya abortus
berulang. Kejadian ini sekitar 3-5% jumlah kejadian abortus. Data menunjukan
bahwa setelah 1 kali abortus pasangan akan beresiko mengalami abortus sebesar
15% (Soeparda, 2010).
6. Factor anatomi
Faktor anatomi dapat memicu terjadinya abortus pada 10-15% kejadian yang
ditemukan
7. Factor infeksi
Infeksi termasuk yang diakibatkan oleh TORC (toksoplasma, rubella,
cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan
abortus
8. Obat-obatan rekreasional dan toksin lingkungan
Peranaan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap teratogenik
harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang berperan karena
jika ada mungkin hal ini merupakan salah satu yang berperan terjadinya abortus

D. Tanda dan gejala Abortus Inkomplit


Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari
uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut (Soepardan, 2010):
1. Amenore
2. Perdarahan dapat dalam jumlah sedikit atau banyak, perdarahan biasanya
dalamdarah beku
3. Sakit perut dan mulas-mulas dan sudah keluar jarinan atau bagian janin
4. Pemeriksaan dalam didapatkan servik terbuka, pada palpasi teraba sisa-sisa
jaringan dalam kantung servikalis atau kavum uteri.

E. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi khorialis belum
menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya.
Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khorialis sudah menembus terlalu dalam hingga
plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari
pada plasenta. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat,
maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal
dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena
cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap dan menjadi agak gepeng. Dalam
tingkat lebih lanjut menjadi tipis. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas
dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek,
perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan
(Prawiroharjo, 2010).
F. WOC
G. Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi dan
syok, sebagai berikut (Walsh, 2008):
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila petolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperrentrofleksi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi
biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu
abortus yang tidak aman.
4. Syok
Syok pada abortus bias terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat

H. Post Kuretase

Kuratase adalah cara membersihkan hasil konsepsi dengan alat kuretase (sendok
kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan
dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus
(Manuamba, 2010).
Perawatan pasca tindakan kuretase :
1. Periksa kembali tanda vital pasien, segara lakukan tindakan dan beri
instruksi apabila terjadi kelainan dan komplikasi
2. Catat kondisi dan buat laporan tindakan
3. Buat instruksi pengbatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien
4. Beritahu kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
dilakukan tetapi pasien masih memerlukan perlakuan
5. Jelaskan pada petugas jenis perawatan yang masih diperlukan, lama perawatan
dan kondisi yang diharapkan.
6. Kaji dan kontrol nyeri post tindakan invasive
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Keluhan yang paling sering muncul adalah pada pasien dengan post kuret abortus
inkomplit. Keluhan Nyeri merupakan manisfestasi akibat adanya perlukaan didalam
jaringan tubuh dalam hal ini adalah perlukaan di daerah rahim akibat adanya
peluruhan hasil konsepsi.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan umum terhadap asien gagal jantung, biasanya pasien memiliki
kesadaran yang baik (compos mentis).

1) Sistem reproduksi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui TFU, keadaan vagina (lokea, DC,
dan kebersihan) dan payudara (keadaan bentuk dan warna aerola)

2) Sistem kardiovaskuler
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tekanan darah, nadi dan suhu tubuh
pasien.

3) Sistem perkemihan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui frekuensi BAK dan BaB pasien
dalam satu hari, warna dan bau

4) Sistem gastrointestinal
Pemeriksan ini dilakukan untuk mengetahui pola makan pasien dan masalah
pencernaan yang muncul pada pasien seperti porsi makan pasien, mual dan
muntah.

5) Sistem neurologis
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sistem nurologis pasien.

6) Sitem imunologisPemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sistem imun


pasien dapat dilakukan dengan pemeriksaan suhu tubuh
7) Sistem integumenPemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan
integument pasien seperti akral, elastisitas, warna dan turgor kulit
8) Sistem muskuloskeletal
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan otot, kelemahan dan
kekakuan otot pasien

B. Diagnose
Nyeri Akut
C. Intervensi
Manajemen nyeri dengan tindakan :
1. Identifikai lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon norverbal
4. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
5. Fasilitasi istirahat dan tidur
6. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri, rileksasi napas
dalam dan distraksi dengan cara mengobrol atau mendengarkan music
7. Ajarkan teknik rileksasi
8. Kolaborasi pemberian analgetik

D. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dari perwujudan intervensi meliputi kegiatan yang
di validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana memberikan askep
dalam pengumpulan data serta melaksanakan adusa dokter dan ketentuan rumah skait
(Wijaya & Putri, 2013)

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga
kesehatan (Wijaya & Putri, 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Chandranita, I. A. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Manuaba. 2010. Konsep dan Praktik Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Nanny, L. 2011. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Prawiroharjo. 2010. Buku Acuan dan Panduan Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi
Menyusui Dini. Jakarta : Bima Pustaka
Soepardan, S. 2010. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC
PPNI, T.P.S.D. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta DPP PPNI
PPNI, T.P.S.D. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta DPP PPNI
PPNI, T.P.S.D. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta DPP PPNI
TRIGGER CASE

Ny.B hamil usia kehamilan 16 minggu masuk ruang teratai tanggal 9 maret 2021 pukul
18.05 dengan diagnose medis post kuretase abortus inkomplit, mengeluh nyeri perut
bagian bawah, nyeri seperti ditusuk-tusuk pada bagian bawah perut dengan skala 5, nyeri
terasa hilang timbul, Ny. B juga merasa pusing dan mual. Stelah dilakukan pemeriksaan
didapatkan TD 100/70 mmHg, N 78x/menit, RR 20 x/menit, S 36 C, tampak meringis
memegangi area perut.
ASKEP

Pengkajian
Analisa data
Intervensi
Implementasi dan Evaluasi
SOP Manajemen Nyeri
Manajemen Nyeri

Manajemen Nyeri

Deskripsi tindakan Cara meringankan atau mengurangi nyeri sampai tingkat


kenyamanan yang dapat diterima pasien

Tujuan tindakan Untuk menjaga pasien dalam kondisi senyaman mungkin

Pengkajian pasien dewasa yang merasakan nyeri dinilai dari skala 0 –


10
1. 0 = tidaknyeri
2. 1-3 = nyeriringan (pasien dapat berkomunikasi
dengan baik)
3. 4-6 = nyeri sedang (pasien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, mendeskripsikan
dan dapat mengikuti perintah)
4. 7-9 = nyeri berat (pasien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap
tindakan, tidak dapat mendeskripsikan, tidak dapat
diatasi dengan alih posisi, nafas panjang dan
distraksi.
5. 10 = nyeri sangat berat (pasien sudah tidak mampu
lagi berkomunikasi, memukul)
Procedure pelaksanaan 1. Identifikai lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon norverbal
4. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
5. Fasilitasi istirahat dan tidur
6. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri, rileksasi napas dalam dan distraksi dengan
cara mengobrol atau mendengarkan music.
7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi seperti:
a. Relaksasi seperti lingkungan yang tenang, posisi
yang nyaman dan nafas dalam. Dengan langkah-
langkah :
1) Atur posisi pasien agar rileks tanpa beban
fisik
2) Instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam
sehingga rongga paru berisi udara
3) Intruksikan pasien secara perlahan dan
menghembuskan udara membiarkanya keluar
dari setiap bagian anggota tubuh, pada waktu
bersamaan minta pasien untuk memusatkan
perhatian betapa nikmatnya rasanya
4) Instruksikan pasien untuk bernafas dengan
irama normal beberapa saat ( 1-2 menit )
5) Instruksikan pasien untuk bernafas dalam,
kemudian menghembuskan secara perlahan
dan
merasakan saat ini udara mengalir dari
tangan,
kaki, menuju keparu-paru kemudian udara
dan
rasakan udara mengalir keseluruh tubuh
6) Minta pasien untuk memusatkan perhatian
pada
kaki dan tangan, udara yang mengalir dan
merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan
dan kai dan rasakan kehangatanya
7) Instruksiakan pasien untuk mengulani
teknikteknik ini apa bial ras nyeri kembali
lagi
8) Setelah pasien merasakan ketenangan, minta
pasien untuk melakukan secara mandiri
b.Tekhnik distraksi yakni mengalihkan perhatianke
stimulus lain seperti menonton televisi,
membacakoran, mendengarkan musik
8. Kolaborasi pemberian analgetik

Evaluasi 1. Evaluasi hasil kegiatan


2. Catat respon pasien (dokumentasi)

DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T.P.S.D. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai