Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. N DENGAN KASUS KEHAMILAN EKTOPIK


DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN KEDIRI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners Departemen Maternitas

DisusunOleh:

Andy Lorensa
Wijaya
202006066

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI
2021
LEMBAR PENEGSAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini disusun untuk memenuhi


Tugas Praktek Profesi Ners Prodi Ners STIKES Karya Husada Kediri.

Nama : Andy Lorensa W


NIM 202006066
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan Kasus
Kehamilan Ektopik di Ruang Teratai RSUD Dr KABUPATEN KEDIRI

Mengetahui

Preceptor Mahasiswa

( ) Andy Lorensa Wijaya

NIDN NIM : 202006066


LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK PRAKTEK PROFESI NERS

Nama Mahasiswa :Andy Lorensa w


NIM 202006066
Periode Praktik : Maternitas
Tanggal : 29 Maret 2021 sd 01 April 2021
Judul Askep : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Ny. N
dengan Kasus Kehamilan Ektopik di Ruang VK RSUD KABUPATEN KEDIRI
Nilai Supervisi Askep

TOTAL NILAI
NILAI
NO ELEMEN 1+2+3 TT Preceptor
(0-100)
3
1. LaporanPendahuluan (LP)

2. AsuhanKeperawatan

3. Responsi ( )

Nilai Supervisi Skill/SOP


TOTAL NILAI
NILAI
NO ELEMEN 1+2 TT Preceptor
(0-100)
2
1. PenguasaanKonsepPerasat/Skill
( ………………………)
2. ResponsiProsedur/ SOP Perasat Nama Terang

LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Konsep Abortus
1.1.1 Definisi

Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di
luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau
pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan
ini disebut kehamilan ektopik terganggu.

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga


uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi
kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang
terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus
yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)

Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan
yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar
rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di
dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis
tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim. (Obstetri Patologi. 1984. FK UNPAD)

1.1.2 Etiologi

Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan
beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:

1. Faktor mekanis

Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke


dalam kavum uteri, antara lain:

a. Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan


mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong
buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan
implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
b. Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis, atau
endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen
c. Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi
d. Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha untuk
memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
e. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada
adneksia
f. Penggunaan IUD

2. Faktor Fungsional

a. Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang
abnormal

b. Refluks menstruasi

c. Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan


progesterone

d. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.

e. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.

1.1.3 Manifestasi Klinis

Tanda :

1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal.
2. Menstruasi abnormal.
3. Abdomen dan pelvis yang lunak.
4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan,
atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium
uterus.
5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
6. Kolaps dan kelelahan
7. Pucat
8. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)

Gejala:
1. Nyeri:
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik.
Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar.
2. Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan
dengan perdarahan.Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang banyak
dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal
uterin, biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus
3. Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas
perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak menyadari
bahwa mereka hamil

1.1.4 Patofisiologi

Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi


tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga
abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada
sel kolumnar tuba maupun secara intercolumnar. Pa

da keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujungatau sisi jonjot, endosalping
yang relative sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di
reabsorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot yang
telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai
desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus
endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh
darah di tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di
pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat
implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami
hipertropi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda
kehamilan seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometriumpun
berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel
endometriummenjadi hipertropik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan
sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi
Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal
untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan akan terkompromi.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :

a. Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi


b. Abortus kedalam lumen tuba
c. Ruptur dinding tuba.

1.1.5 WOC
1.1.6 Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis,
diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana.Kegagalan penegakan
diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau
uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan
masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi,
kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar).
Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
1.1.7 Penatalaksanaan

Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam


tindakan demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu
sebagai berikut.

1. Kondisi ibu pada saat itu.


2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Lokasi kehamilan ektropik.
4. Kondisi anatomis organ pelvis.
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
7. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah kondisi ibu
buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada
kasus kehamilan ektropik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di
tangani dengan menggunakan kemoterapi untung menghindari tindakan
pembedahan.
8. Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan
pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran
kehamilan dapat dilakukan melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini.Obat yang
digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi
adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar
daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi
laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah
pembedahan :

1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi)


atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung
kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi
pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
3. Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
4. Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar β-
hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung gestasi
dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi
methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
5. Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
a. Ukuran kantung kehamilan
b. Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
c. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang,


sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:

a. Laboratorium
Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.
Sel darah putih
Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis.Leoukosite
15.000/mm3. Laju endap darah meningkat.
Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-hCG positif.
Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali lipat setiap
dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial
hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG
yang normal. Kadar hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah
seperti kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Penunjang/Khusus
Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat
Pemeriksaan ultrosonografi (USG).Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi
dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi
kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat
lain.
USG :
a. Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
b. Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
c. Adanya massa komplek di rongga panggul
Laparoskopi ─ peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah
diganti oleh USG
Laparotomi─ Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan
gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).
Kuldosintesis ─ Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk
menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi. Tindakan ini tak
perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan intraabdominal sudah dapat
ditegakkan dengan cara pemeriksaan lain.
1.1.9 Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang
merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan
ektopik. Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan
mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman
akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat
menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan
jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya
kehamilan ektopik.
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian Keperawatan
Anamnesis dan gejala klinis
1. Riwayat terlambat haid
2. Gejala dan tanda kehamilan muda
3. Dapat ada atau tidak ada perdarahan pervagina
4. Terdapat aminore
5. Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen, terutama
abdomen bagian kanan / kiri bawah
6. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul
dalam peritoneum.

Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi
a. Mulut : bibir pucat
b. Payudara : hyperpigmentasi,hipervaskularisasi,simetris
c. Abdomen : terdapat pembesaran abdomen
d. Genetalia : terdapat pembesaran pervagina
e. Ekstremitas : dingin
2. Palpasi
a. Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil dari pada UK,nyeri
tekan, perut teraba tegang,messa pada adnexa.
b. Genetalia : nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol
3. Auskultasi
a. Abdomen : bising usus (+),DJJ (-)
4. Perkusi
a. Ekstermitas : reflek patella +/+
b.

Pemeriksaan fisik umum

a. Pasien tampak anemis dan sakit


b. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor didaerah adnesa.
c. Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
d. Daerah ujung (ekstremitas) dingin.
e. Adanya tanda tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi,pucat, adanya tanda –
tanda abdomen akut,yaitu perut tegang bagian bawah,nyeri tekan dan nyeri
lepas dinding abdomen.
f. Pemeriksaan nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok.
g. Pemeriksaan abdomen : perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat
perabaan.
Pemeriksaan khusus
a. Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
b. Kavum douglas menonjol dan nyeri
c. Mungkin terasa tumor di samping uterus
d. Pada hematokel tumor danuterus sulit dibedakan.
e. Pemeriksaan ginekologis : serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uterus
kanan dan kiri.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
2. Hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif/pendarahan(D.0023)
3. Ansietas berhubungan dengan (D.0080)
1.2.3 Perencanaan keperawatan
No. Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1. Hipovolemi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia
dengan kehilangan cairan perawatan dalam Observasi:
waktu 3x24 jam 1) Pemeriksaan tanda dan
aktif/pendarahan(D.0023) diharapkan gelaja hipovolemi (mis.
Kriteria Hasi: Frenkuensi nadi
1) Kekuatan nadi meningkat, nadi teraba
meningkat lemah, tekanan darah
2) Turgor kulit menurun, tekanan nadi
meningkat menyempit,turgor kulit
menurun.
2) Monitor intake dan output
cairan
3) Anjurkan menghindari
merubah posisi mendadak
4) Kolaborasi pemberian
darah
5) Kolaborasi pemberian
koloid ( mis. Albumin,
plasmanate)

2. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri :


pencedera fisiologis perawatan dalam 1) Identifikasi lokasi,
(D.0077) waktu 3x24 jam karakteristik, durasi, frekuensi,
diharapkan kualitas, dan intensitas nyeri
Tingkat nyeri : 2) Identifikasi skala nyeri
1) Keluhan nyeri 3) Identifikasi respons nyeri non
menurun verbal
2) Meringis menurun 4) Identifikasi faktor yang
3) Sikap protektif memperberat dan meringankan
menurun nyeri
4) Gelisah menurun 5) Berikan teknik
5) Kesulitan tidur nonfarmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri (terapi
6) Anoreksia pijat, aromaterapi, kompres
menurun hangat/dingin)
7) Ketegangan otot 6) Kontrol lingkungan yang
menurun memperberat rasa nyeri (suhu
TTV dalam ruang, pencahayaan,
rentang normal kebisingan)
7) Fasilitasi istirahat dan tidur
8) Jelakan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
9) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
10) Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi pemberian
analgetik

3. Ansietas b/d (D.0080) Setelah dilakukan Reduksi ansietas :


perawatan dalam 1) Identifikasi saat tingkat ansietas
waktu 3x24 jam berubah (kondisi, waktu, dan
diharapkan stresor)
Tingkat Ansietas : 2) Identifikasi kemampuan
1) Verbalisasi mengambil keputusan
kebingungan 3) Monitor tanda-tanda ansietas
menurun (verbal dan nonverbal)
2) Verbalisasi 4) Ciptakan suasana terapiutik
khawatir akibat untuk menumbuhkan
kondisi yang kepercayaan
dihadapi menurun 5) Pahami situasi yang membuat
3) Perilaku gelisah ansietas
menurun 6) Dengarkan dengan penuh
4) Perilaku tegang perhatian
menurun 7) Gunakan pendekatan yang
5) Keluhan pusing tenang dan meyakinkan
menurun 8) Motivasi mengidentifikasi
6) Anoreksia situasi yang memicu
menurun kecemasan
7) Tremor menurun 9) Jelaskan prosedur termasuk
8) Pucat menurun sensasi yang mungkin dialami
9) Konsentrasi 10) Informasikan secara faktual
meningkat mengenai diagnosis,
10) TTV menurun pengobatan dan prognosis
11) Anjurka keluarga untuk tetap
bersama klien, jika perlu
12) Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi ketegangan
13) Latih teknik relaksasi
14) Kolaborasi pemberian
antiansietas, jika perlu

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan. Tujuan
implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah rencana
keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata
untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga
dapat diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan
waktu yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawat dan harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik (Hidayat, 2002).

1.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai
informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada
tahap perencanaan (Hidayat, 2002).
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA (North
American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta: Media Hardy.
Morgan, (2011).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made K., Nimade S.

Musliha (2010). Keperawatan Gawat Darurat nuha medika, Yogyakarta.

STANDAR OPEhRASIONAL PROSEDUR


(SOP)
NO JENIS ITEM URAIAN KEGIATAN
1 JUDUL Tehnik Relaksasi Nafas Dalam
2 PENGERTIAN Tehnik relaksasi nafas dalam adalah metode efektif untuk
mengurangi rasa nyeri pada pasien yang mengalami nyeri
kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi
ketegangan otot, rasa jenuh kecemasan sehingga
mencegah menghebatnya stimulasi nyeri.
3 TUJUAN
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
melakukan tehnik relaksai nafas dalam.
4 SUMBER Permnenkes no 5 tahun 2014 tentang panduan klinik bagi
dokter di fasilitas kesehatan primer.
5 PROSEDUR
A. Persiapan alat
-

B. Langkah-langkah
1. Petugas mengatur posisi pasien agar
reileks tanpa beban fisik.
2. Petugas menginstruksikan pasien
untuk tarik nafas dalam sehingga
rongga paru berisi udara.
3. Petugas menginstruksikan pasien
secara perlahan dan menghembuskan
udara membiarkanya keluar dari setiap
bagian anggota tubuh, pada waktu
bersamaan minta pasien untuk
memusatkan perhatian betapa
nikmatnya rasanya
4. Petugas menginstruksikan pasien
untuk bernafas dengan irama normal
beberapa saat (1-2 menit).

Anda mungkin juga menyukai