OLEH:
2018/2019
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang
Widhi Wasa atas berkat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)” pada
mata kuliah Maternitas II di Stikes Wira Medika ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun berkat bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak
sehingga dapat terselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca, sehingga
kami dapat menyempurnakan makalah ini untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan
agar bisa lebih baik lagi.
“Om Santih, Santih, Santih, Om”
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER JUDUL....................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………...1
1.3. Tujuan Masalah……………………………………………………………...2
1.4. Manfaat Penulisan…………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Dari Penyakit Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) ............3
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Dari Kehamilan Ektopik Terganggu (KET). . .14
2.3 Contoh Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kehamilan Ektopik
Terganggu (KET)...........................................................................................22
BAB III PENUTUP...............................................................................................43
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………..43
3.2. Saran………………………………………………………………………43
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan adalah dimana sel sperma bertemu dengan sel telur di tuba falopi
yang kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, 2002)
Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang alami tetapi bukannya tanpa
resiko dan merupakan beban bagi seorang wanita. Dalam kehamilan dan persalinan
tiap ibu hamil akan menghadapi resiko terjadinya penyakit atau komplikasi baik
ringan maupun berat yang dapat memberikan bahaya kematian, kesakitan,
ketidaknyamanan ataupun ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin, 2000)
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita
yang dapa menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut. Keadaan gawat
ini dapat menyebabkan suatu kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik
terganggu adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan
tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami
abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan
Ektopik Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama
di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun
uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah
penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul,
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat
kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin
dan tindakan aborsi.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui konsep dasar dari penyakit kehamilan ektopik terganggu
(KET)
b. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari kehamilan ektopik
terganggu (KET)
c. Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pada pasien dengan kehamilan
ektopik terganggu (KET)
1.4 Manfaat
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mampu menjelaskan konsep dasar dari penyakit kehamilan ektopik terganggu
(KET)
b. Mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan dari kehamilan ektopik
terganggu (KET)
c. Mampu menjelaskan contoh asuhan keperawatan pada pasien dengan kehamilan
ektopik terganggu (KET)
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan
beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:
1. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam
kavum uteri, antara lain:
a. Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan
mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu.
Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi
hasil zigot pada tuba falopii.
b. Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis, atau
endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen
c. Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan hipoplasi.
Namun ini jarang terjadi
d. Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha untuk
memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
e. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada
adneksia
f. Penggunaan IUD
2. Faktor Fungsional
a. Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang
abnormal
b. Refluks menstruasi
c. Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan
progesterone
3. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
4. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
4
C. Klasifikasi
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain.
1. Tuba Fallopii
a. Pars-interstisialis
b. Isthmus
c. Ampula
d. Infundibulum
e. Fimbrae
2. Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Divertikulum
c. Kornu
d. Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a. Primer
b. Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.
D. Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi
tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen,
serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba
maupun secara intercolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujungatau
sisi jonjot, endosalping yang relative sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati
dan kemudian di reabsorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot yang telah
bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang
5
disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai
lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di pengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan
banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami hipertropi
akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan
seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometriumpun berubah menjadi
desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometriummenjadi hipertropik,
hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular
demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi pada
kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan
akan terkompromi.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :
a. Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi
b. Abortus kedalam lumen tuba
c. Ruptur dinding tuba.
E. Manifestasi klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya
ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per
vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan
amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan
terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor
berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian
bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan
intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher,
terutama saat inspirasi.
6
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau
massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan
dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada
pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan
nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut
bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan
usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena
lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan
intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok.
Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun
sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid
berikutnya.
d. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan,
atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium
uterus.
g. Pucat
7
h. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
i. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
j. Gangguan kencing
k. Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan peritoneum
oleh darah di dalam rongga perut
l. Pembesaran uterus
Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh hormon-hormon
kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan uterus
pada kehamilan intrauterin yang sama umurnya.
m. Nyeri pada toucher
Terutama kalau cervix digerakkan atau pada perabaan cavumdouglasi (nyeri
digoyang)
n. Tumor dalam rongga panggul
Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan kumpulan
darah di tuba dan sekitarnya.
o. Perubahan darah
Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang
terganggu, karena perdarahan yang banyak ke dalam rongga perut.
2. Gejala:
a. Nyeri:
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik.
Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar.
b. Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan
dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit,
perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke abortus
biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi
pada 75% kasus.
8
c. Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas
perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak
menyadari bahwa mereka hamil.
G. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam
tindakan demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai
berikut.
1. Kondisi ibu pada saat itu.
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
8. Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran
kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan
melalui:
a. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan
adalah methotrexate (obat anti kanker).
b. Operasi
9
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan
yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan.
Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan :
a. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi
longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan
keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
b. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi
superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
d. Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar β-hCG rendah
maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung gestasi dengan harapan
bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3
intramuskuler.
H. Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis,
diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis
secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung
lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan
kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan,
infeksi,kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar).
Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
10
I. Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang
merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik.
Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko
kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang
dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang
panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba
yang akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.
J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang,
sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:
1. Laboratorium
a. Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.
b. Sel darah putih
Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Leoukosite 15.000/mm3.
Laju endap darah meningkat.
c. Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-hCG positif. Pada
kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua hari,
2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial hCG yang
abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal.
Kadar hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan
ektopik.
2. Pemeriksaan Penunjang/Khusus
Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat
11
Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari
rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan
seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
USG :
a. Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
b. Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
c. Adanya massa komplek di rongga panggul
Laparoskopi ─ peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti
oleh USG
Laparotomi─ Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan
gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).
Kuldosintesis ─ Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk
menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi. Tindakan ini tak perlu
dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan intraabdominal sudah dapat ditegakkan
dengan cara pemeriksaan lain.
12
K. Pathway
Faktor predisposisi kehamilan
ektopik Terganggu (KET)
Proses pembuahan
1. Faktor mekanis
2. Faktor Fungsional Terjadi keterlambatan
3. Peningkatan daya penerimaan menstruasi/ haid
mukosa tuba terhadap ovum
yang dibuahi.
4. Hal lain seperti; riwayat KET Hasil konsepsi mati dini
dan riwayat abortus induksi Tumbuh disaluran
dan direabsorbsi
sebelumnya. tuba
Resiko syok
Pelepasan tidak (hipovolemik)
sempurna
Perdarahan terus Tuba memperbesar Mengalir ke rongga
berlangsung dan kebiruan perut melalui ostium
(hepatosalping) tuba
Kekurangan volume Nyeri akut Darah berkumpul
cairan dikavum dengan
Resiko infeksi membentuk
13
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Biodata
1) Nama Sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/ Klinik atau catat
apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.
2) Umur
Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi dan tindakan, juga
sebagai acuan pada umur berapa penyakit/kelainan tersebut terjadi. Pada
keterangan sering terjadi pada usia produktif 25 - 45 tahun (Prawiroharjo
S.,1999 ;251).
3) Alamat
Sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien apakah dekat atau
jauh dari pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kehamilan.
4) Pendidikan.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga akan memudahkan
dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan tentang gejala / keluhan selama di
rumah atau Rumah Sakit.
5) Status Perkawinan
Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali klien mengalami kehamilan
(KET) atau hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan
kehamilan
6) Agama
14
Untuk mengetahui gambaran dan spiritual klien sehingga memudahkan dalam
memberikan bimbingan keagamaan.
7) Nama Suami
Agar diketaui siapa yang bertanggung jawab dalam pembiayaan dan pemberian
persetujuan dalam perawatan.
8) Pekerjaan
Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien, sehingga
memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya KET.
b. Keluhan Utama
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahan selain itu
klien ammeorrhoe.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu kemudian disusul
dengan adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada mulanya nyeri hanya satu sisi ke
sisi berikutnya disertai adanya perdarahan pervagina :
16
Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut untuk melakukan
aktivitas karena adanya kemungkinan timbul nyeri, sehingga dalam personal
hygiene tergantung pada orang lain.
4) Pola Aktivitas (istirahat tidur
Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi akibat hematikei
retropertonial menumpuk pada cavum Douglas.
i. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Tergantung banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan umum ialah kurang
lebih normal sampai gawat dengan shock berat dan anemi (Prawiroharjo, 1999 ;
255).
2) Pemeriksaan kepala dan leher
Muka dan mata pucat, conjungtiva anemis (Prawiroharjo, 1999 ; 155)
3) Pemeriksaan leher dan thorax
a) Tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu tidak dapat diidentifikasikan
melalui leher dan thorax
b) Payudara pada KET, biasanya mengalami perubahan.
4) Pemeriksaan Abdomen
Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah disisi uterus,
dan pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanual ditemukan tumor yang
tidak begitu padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata disamping
uterus.
Hematokel retrouterina dapat ditemukan. Pada repture tuba perut menegang
dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas dalam rongga peritoneum.
Kavum Douglas menonjol karena darah yang berkumpul ditempat tersebut baik
pada abortus tuba maupun pada rupture tuba gerakan pada serviks nyeri sekali
(Prawiroharjo S, 1999, hal 257).
17
5) Pemeriksaan Genetalia
a) Sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetalia eksterna
dapat ditemukan adanya perdarahan pervagina. Perdarahan dari uterus
biasanya sedikit- sedikit, berwarna merah kehitaman.
b) Setelah dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetalia dapat
ditemukan adanya darah yang keluar sedikit.
6) Pemeriksaan Ekstrimitas
Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akral dingin
akibat syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangan dan kaki.
j. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan umum
Penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut
tanda-tanda syok dapat ditemukan pada jenis tidak mendadak perut bagian
bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
2. Pemeriksaan Genekologi
Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan, pergerakan serviks
menyebakan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit
membesar dan kadang-kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang
sukar ditentukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nnyeri raba merunjukkan
adanya hematokel retrouterina, suhu kadang-kadang naik, sehingga
menyukarkan perbedaaan dengan infeksi serviks.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam
menegakkan diagnosisi kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-
tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya
18
ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru
terlihat setelah 24 jam (Prawiroharjo S, 2002 ; 330).
B. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan kemajuan kehamilan tuba
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akut
3. Ansietas berubungan dengan prosedur tindakan pembedahan
4. Risiko syok berhubungan dengan
5. Risiko infeksi berhubungan dengan
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
19
1. Vital sign dalam batas cairan
normal 5.
2. Tidak ada tanda dehidrasi tingkatkan masukan oral
3. Elastisitas turgor kulit 6.
baik, membran mukosa terapi cairan IV
lembab
3. Ansietas NOC Anxiety Reduction
berubungan 1.
Anxiety Self-Control
dengan Anxiety Level 2.
Coping menenangkan
prosedur 3.
Kriteria hasil :
tindakan harapan terhadap perilaku
1. Pasien mampu pasien
pembedahan 4.
mengidentifikasi dan
mengungkapakan rasa apa yang dirasakan selama
cemas prosedur
2. Pasien mampu 5.
mengidentifikasi, memberikan keamanan dan
mengungkapkan, dan mengurangi takut bila perlu
menunjukkan teknik 6.
mengontrol cemas mengungkapkan perasaan,
3. Vital sign dalam rentang ketakutan dan persepsi
normal 7.
4. Postur tubuh, ekspresi menemani pasien
wajah, bahasa tubuh, dan 8.
tingkat aktivitas terapi
menunjukkan
berkurangnya kecemasan
4. Risiko syok NOC Syok Prevention
berhubungan
dengan Syok Prevention 1. Monitot status sirkulasi
Syok Management 2. Monitor vital sign
Kriteria hasil : 3. Monitor tanda awal syok
4. Monitor tanda dan gejala
1. Vital sign dalam rentang asites
normal 5. Monitor status cairan,
2. Irama jantung dalam batas intake dan output
normal 6. Tempatkan pasien dalam
3. Irama pernapasan dalam posisi supine, kaki elevasi
batas normal untuk peningkatan preload
4. Tidak terdapat mata dengan tepat
cekung 7. Berikan cairan oral yang
tepat
8. Ajarkan keluarga dan
20
pasien tentang tanda dan
gejala syok
9. Ajarka keluarga dan
pasien tentang cara
mengatasi syok
10. Kolaborasi dalam
pemberian terapi cairan IV
5. Risiko infeksi NOC Infection Control
erhubungan
dengan Immune Status 1.
Knowlegde : Infection gejala infeksi sistemik dan
Control local
Risk Control 2.
Kriteria Hasil : infeksi
3.
1. Pasien bebasa dari tanda 4.
dan gejala infeksi 5.
2. Menunjukkan kemampuan tentang tanda dan gejala
untuk mencegah infeksi
timbulnya infeksi 6.
3. Menunjukkan perilaku cara mencegah infeksi
hidup sehat 7.
terapi antibiotic bila perlu
D. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data
yang baru. Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Berdasarkan terminologi Nursing
Intervention Classyfication (NIC), implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan intervensi (atau program keperawatan). Perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun
dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat
tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut (Kozier, 2010).
E. Evaluasi
21
Mengevaluasi adalah menilai atau menghargai. Evaluasi adalah fase kelima dan fase
terakhir proses keperawatan. Dalam konteks ini, evaluasi adalah aktIVitas yang
direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan professional kesehatan
menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana
asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan
yang ditarik dari evaluasi menentukan menentukan apakah intervensi keperawatan harus
diakhiri, dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2010).
2.3 Contoh Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kehamilan Ektopik Terganggu
(KET)
KASUS
Ny.S datang ke RS dengan keluhan keluar darah kehitaman dari vagina sejak 2 hari yang
lalu disertai nyeri pada perut bagian kanan bawah nyeri dirasa seperti disayat-sayat,
pasien tampak pucat, akhirnya pasien dibawa ke RS oleh suaminya.
I. PENGKAJIAN KLIEN DAN PENANGGUNGJAWAB
A. Identitas klien
Nama : Ny. S
Usia : 24 Tahun
Alamat : Wates RT.03 RW.X Jetis Jaten Karanganyar
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Jawa Indonesia
Status marital : Menikah
No. RM :-
Diagnosa Medis : KET
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. P
Umur : 25 Tahun
22
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Karyawan
Suku : Jawa Indonesia
Hubungan dgn pasien : Suami
Alamat : Wates RT.03 RW.X Jetis Jaten Karanganyar
ALASAN KUNJUNGAN
a. Keluhan Utama
Nyeri perut kanan bawah disertai dengan keluarnya darah hitam dari kemaluan.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar darah hitam dari kemaluan, merasa nyeri
seperti tersayat-sayat pada perut bagian kanan bawah dengan skala nyeri 6, sejak 2
hari yang lalu. kemudian suaminya membawa pasien untuk memeriksakan
kandungannya ke RS.
23
o n
n
g
Masalah :-
C. RIWAYAT PENYAKIT
1. Klien : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit
batuk, flu dan demam saat hamil. Ibu juga mengatakan tidak menderita penyakit
menular seperti TBC, HIV/AIDS dan penyakit keturunan (DM,Hipertensi).
24
2. Keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarga ibu maupun suami tidak
ada menderita penyakit menurun seperti DM,asma, hipertensi, penyakit jantung dan
penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS.
25
terbangun saat malam, namun saat 2 hari yang lalu kebutuhan tidur ibu mengalami
penurunan karena nyeri yang dirasakan ibu, ibu mengatakan saat itu sering
terbangun akibat nyerinya
6. Berpakaian
Ibu mengatakan tidak ada masalah dalam berpakian, ibu bias memakai baju
sendiri tanpa hambatan dan bantuan orang lain.
7. Rasa Nyaman
Ibu mengatakan selama hamil ini tidak mengalami kenaikan suhu tubuh yang
membuat ibu merasa tidak nyaman, jika ibu merasa kepanasan akibat suhu yang
panas ibu akan menggunakan pakaian yang sejuk.
8. Kebersihan diri
Ibu mengatakan tidak ada hambatan dalam membersihkan diri, ibu bias mandi
sendiri, ibu rutin dalam menggosok gigi dan membersihkan telinganya, ibu juga
rutin menyisir rambut, pemeliharaan kebersihan ibu dilakukan sendiri tanpa bantuan
orang lain.
9. Rasa aman
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan kegiatan yang membahayakan, seperti
mengangkat beban berat atupun melakukan hal berbahaya lainnya, lingkungan
sekitar rumah ibu tidak terdapat tumbuhan yang berbahaya dan ibu tidak
memelihara binatang dalam rumah.
10. Pola komunikasi/hubungan dengan orang lain
Pola komunikasi ibu baik, ibu kooperatif dengan perawat maupun tim medis
lain, ibu juga menerima kedatangan perawat saat melakukan pengkajian, ibu juga
memiliki komunikasi yang baik dengan suami yang anak pertamnya.
11. Ibadah
Ibu mengatakan selalu beribadah baik sakit ataupun sehat, ibu dan keluarga
selalu menyempatkan untuk sholat bersama saat dirumah, saat dirawat pun ibu msh
26
menyempatkan diri untuk berdua namun tidak melakukan sholat karena kondisi ibu
saat ini.
12. Produktivitas
Ibu mengatakan saat hamil ini ibu tidak melakukan hubungan seksual dengan
suami karna takut akan janinnya, ibu sudah dikaruniai anak pertama yang berusia
12 bulan.
13. Rekreasi
Ibu mengatakan jarang keluar rumah dan lebih banyak menghabiskan waktu
dirumah untuk menemai anak pertama dan lebih sering bermain dengan anak
pertama dirumah seperti menonton, namun saat ini ibu hanya dapat tidur di ranjang
RS saja.
14. Kebutuhan belajar
Ibu mengatakan sering browsing internet mengenai pertumbuhan dan
perkembangan anak pertamanya serta sering browsing masalah kehamilan saat ini,
saat sakit pun ibu banyak bertanya dengan perawat mengenai kondiri saat ini.
E. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Pucat
GCS : 15 (E: 4, V: 5, M: 6 )
Tingkat kesadaran : Compos mentis
Tanda – tanda vital : TD: 120/90 mmHg, N: 90 x/menit, RR : 26
x/menit,
T :360C
BB : 55 kg TB:158 cm LILA: 24,35 cm
27
Cloasma Tidak ada
Sklera : Putih
Konjungtiva : Pucat
Pembesaran limphe node : Tidak ada pembesaran
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
Hidung : Bersih tidak ada polip, tidak ada kelainan dan bentuk normal
Telinga : Bentuk simetris, bersih, tidak tampak terlihat serum.
Mulut : Bibir pucat, caries gigi tidak ada
Dada
Payudara
Areola :Hiperpigmentasi Putting : (menonjol / tidak )
Tanda dimpling / retraksi : Tidak ada
Pengeluaran ASI : Belum keluar
Jantung :Normal S1 S2 Paru: Sonor
Abdomen
Linea :Tidak ada Striae : Ada
Pembesaran sesuai UK : UK 6 minggu
Gerakan Janin : Tidak ada pergerakan janin Kontraksi :Tidak ada
Luka bekas operasi :-
Ballottement :-
Leopold I : Kepala / bokong / kosong TFU:-
Leopold II : Kanan : punggung/ bagian kecil/ bokong / kepala
Kiri : punggung / bagian kecil /bokong/kepala
Leopold III : Presentasi kepala / bokong/kosong
Leopold IV : Bagian masuk PAP (konvergen/divergen/sejajar)
Penurunan kepala : - (penurunan bag.terbawah dengan metode lima jari )
Kontraksi : Belum ada kontraksi
DJJ :- Bising usus 8x/mnt
Genetalia dan perineum :
28
Kebersihan : Bersih
Keputihan : Tidak terdapat Karakteristik :-
Hemoroid : Tidak ada
Ekstremitas
Atas :
Oedema : Tidak ada
Varises :-
CRT : < 2 dtk
Bawah :
Oedema :-
Varises :-
CRT : < 2 dtk
Refleks : Bagus/baik
F. DATA PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 13,4 gr%
Golongan darah : A
Leukosit : 9800/ul
Trombosit : 255000/ul
Pemeriksaan USG
Terlihat kantong kehamilan di luar uterus
G. DIAGNOSA MEDIS
G3P1A1H1
H. PENGOBATAN
IVFD 2 line : RL dan RL 500mL : 20 tpm
29
Injeksi paracetamol
DO
30
untuk mengurangi nyeri
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 26 x/menit
TT : 36,0 C
IV. IMPLEMENTASI
HARI, NO IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
TANGGAL, DX
JAM
Senin, 6 1,2 Mengkaji keadaan umum, DS : pasien
Januari 2016 keluhan utama dan tanda – mengatakan nyeri
Pukul 08.00 tanda vital pasien perut bagian kanan
WITA bawah disertai dengan
keluarnya darah
berwarna hitam dari
kemaluan
DO :
34
KU : lemah
TD : 120/90 mmHg
ND : 90 x/menit
RR : 26 x/menit
T: 36,0 C
Pukul 08.10 1 Mengkaji nyeri secara DS :
WITA komprehensif Pengkajian PQRST
P: Nyeri karena
pembesaran tuba dan
KET.
Q: Nyeri seperti
disayat-sayat
R: Nyeri dirasa di
perut kanan bagian
bawah
S: Skala nyeri 6
T: Nyeri dirasakan
sejak 2 hari yang lalu
DO :
Pasien tampak gelisah,
meringis menahan
sakit, memegangi
perut bagian kanan
bawah dan berhati –
hati saat mengubah
posisi
Pukul 08.20 1 Memberikan posisi yang DS : pasien
WITA nyaman bagi pasien mengatakan merasa
nyeri berkurang
dengan posisi seperti
35
ini
DO : pasien tampak
berada di posisi sim
kiri
Pukul 08.30 2 Menggunakan pendekatan DS :Pasien mengatakan
WITA yang menyenangkan, khawatir tentang
mendorong pasien kondisi kehamilannya
37
KU : lemah
TD : 110/80 mmHg
ND : 88 x/menit
RR : 24 x/menit
T: 36,20 C
Pukul 08.30 1 Mengkaji nyeri secara DS :
WITA komprehensif Pengkajian PQRST
P: Nyeri karena
pembesaran tuba dan
KET.
Q: Nyeri seperti
disayat-sayat
R: Nyeri dirasa di
perut kanan bagian
bawah
S: Skala nyeri 4
T: Nyeri dirasakan saat
pasien merubah posisi
DO :
Pasien tampak lebih
tenang, meringis
menahan sakit,
memegangi perut
bagian kanan bawah
dan berhati – hati saat
mengubah posisi
1 Memberikan posisi yang DS : pasien
nyaman bagi pasien mengatakan lebih
nyaman dengan posisi
38
seperti ini
DO : pasien tampak
berada di posisi sim
kiri
2 Menggunakan pendekatan DS :Pasien mengatakan
yang menyenangkan, masih khawatir tentang
mendorong pasien kondisi kehamilannya.
39
DO : pasien tampak
menarik nafas
kemudian
menghembuskan nafas
setiap merasakan nyeri
timbul
Pukul 16.00 1,2 Melakukan tindakan DS :-
WITA kolaborasi pemberian terapi DO : obat masuk
obat analgetik dengan lancar, reaksi
-Paracetamol alergi tidak ada
Pukul 17.00 2 Mendorong keluarga pasien DS : suami pasien
WITA untuk selalu mensupport dan mengatakan akan
menemani pasien menemani pasien
selama menjalani
proses perawatan
DO : pasien tampak
ditemani oleh suami
disamping bed pasien
Rabu, 8 1,2 Mengkaji keadaan umum, DS : pasien
Januari 2016 keluhan utama dan tanda – mengatakan nyeri
Pukul 08.00 tanda vital pasien perut bagian kanan
WITA bawah berkurang dan
keluarnya sedikit darah
berwarna hitam dari
kemaluan
DO :
KU : lemah
TD : 110/90 mmHg
ND : 86 x/menit
RR : 24 x/menit
40
T: 36,10 C
Pukul 08.10 1 Mengkaji nyeri secara DS :
WITA komprehensif Pengkajian PQRST
P: Nyeri karena
pembesaran tuba dan
KET.
Q: Nyeri seperti
disayat-sayat
R: Nyeri dirasa di
perut kanan bagian
bawah
S: Skala nyeri 3
T: Nyeri dirasakan saat
pasien merubah posisi
DO :
Pasien tampak lebih
tenang, meringis dan
memegangi perut
bagian kanan bawah
saat mengubah posisi
Pukul 08.15 2 Mendorong pasien DS : Pasien
WITA mengungkapkan perasaannya mengatakan lebih
dan mengidentifikasi tingkat tenang dan pasrah
V. EVALUASI
NO HARI, TANGGAL, NO EVALUASI TTD
JAM DX
1. Rabu, 8 Januari 2016 1 S:
Pukul 08.00 WITA Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan bawah
sudah berkurang dengan skala nyeri 3 (1-10), nyeri
terasa seperti disayat-sayat terasa setiap mengubah
posisi, sudah mengerti cara mengurangi nyeri dengan
relaksasi nafasa dalam dan keluarnya sedikit darah
berwarna hitam dari kemaluan
O:
Pasien tampak lebih tenang, meringis dan memegangi
perut bagian kanan bawah saat mengubah posisi,
tampak menarik nafas kemudian menghembuskan
nafas setiap merasakan nyeri timbul, TD : 110/90
mmHg, ND : 86 x/menit, RR : 24 x/menit, T: 36,10 C
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P :Pertahankan kondisi pasien dan lanjutkan intervensi no
1 dan 5
2. Rabu, 8 Januari 2016 2 S : Pasien mengatakan lebih tenang dan pasrah dengan
Pukul 08.00 WITA kondisi kehamilannya dan menerima prosedur yang akan
dilakukan
O : Pasien tampak lebih tenang, tegang tampak berkurang,
42
dan tidak bertanya berulang-ulang mengenai keadaan
kandungannya, TD : 110/90 mmHg, ND : 86 x/menit,
RR : 24 x/menit
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien dan lanjutkan intervensi
no. 6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.Sebagian besar kehamilan ektopik
terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang
terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang
memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul,
pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi
dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya,
infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari
implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat
tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif,
infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka
mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan
cepat.
3.2 Saran
Penyusun senantiasa mengharapkan kritik saran yang membangun guna
penyempurna makalah kami selanjutnya, selain itu penyusun juga menyarankan
kepada rekan-rekan perawat untuk memahami peran dan fungsi perawat sehingga
43
kita dapat menjalankan tugas dengan baik tanpa menyalahi aturan yang sudah di
tentukan dan dapat memberikan pendidikan pada masyarakat dalam menghadapi
masalah kesehatan yang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, Erb, Berman, & Snyder. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, & Praktik Edisi 7. (D. Widiarti, A. Onny Tampubolon, & N. Budhi Subekti,
Eds.) (7th ed.). Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bgus Gde. 2010.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
BerencanaUntuk Pendidikan Bidan.Jakarta: EGC
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA. Jogjakarta: MediAction.
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia.
Yulianingsih, Maryunanni, Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan.
Jakarta: Trans Info Media
Yuliaikhah, Lily S.Si. T, 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan.Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
44