KEHAMILAN EKTOPIK
TERGANGGU (KET)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan rahmat dan karunia-nya.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan , oleh karena itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah dimasa
i
Akhirnya saya mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
ii
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
3.1 Kesimpulan................................................................................................................24
3.2 Saran........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................26
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan secara normal akan berada di kavum uteri. Kehamilan ektopik ialah
kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi ketika
rongga uterus. Tempat yang mungkin untuk kehamilan ektopik adalah serviks, tuba
seluruh kehamilan trimester pertama di Amerika serikat adalah kehamilan ektopik, dan
jumlah ini menyebabkan sekitar 6% dari semua kematian terkait kehamilan. Resiko
kematian akibat kehamilan di luar uterus lebih besar dari pada kehamilan yang memberi
hasil lahir hidup atau yang dihentikan secara sengaja. Selain itu, kemungkinan untuk
kembali hamil dengan baik akan berkurang setelah kehamilan ektopik. Namun, dengan
diagnosis yang lebih dini, baik kelangsungan hidup ibu maupun konservasi kapasitas
hampir 5% kematian ibu hamil di Negara maju. Namun, kematian akibat kehamilan
ektopik di amerika serikat kini semakin jarang terjadi setelah tahun 1970-an. Angka
kematian kasus dari kehamilan ektopik turun tajam dari tahun 1980 hingga
penatalaksanaan. Namun, menurut Grimes (2006), dari tahun 1991 sampai 1999,
perkiraan angka kematian untuk kehamilan ektopik adalah 32 per 100.000 pelahiran
1
dibandingkan dengan angka kematian ibu hamil sebesar 7 per 100.000 kelahiran hidup
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kehamilan ektopik adalah implantasi ovum yang telah dibuahi diluar kavum
uteri.Kehamilan ektopik dapat muncul dengan nyeri abdomen dengan atau tanpa
patologi atau pembedahan tuba sebelumnya, dan mereka dengan alat kontrasepsi dalam
rahim. Kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan pada pasien yang beresiko
Kelainan tempat kehamilan adalah kehamilan yang berada diluar kavum uteri.
Kehamilan disebut ektopik bila berada ditempat yang luar biasa, seperti didalam tuba,
ovarium atau rongga perut atau juga ditempat yang luar biasa walaupun masih dalam
rahim misalnya serviks, pars interstisialis tuba atau tanduk rudimenter rahim.
Kebanyakan kehamilan ektopik terjadi didalam tuba, angka kejadian kehamilan tuba
ialah 1 diantara 150 persalinan (Amerika) (Djamhoer, Firman, & Jusuf, 2013).
Gambar 1
Kehamilan ektopik
3
2.2 Faktor Resiko Kehamilan Ektopik
1. Bedah tuba
2. Sterilisasi
4. Terpajan dietilstilbestron
5. Penggunaan AKDR
6. Kelainan tuba
10. Merokok
1. Kehamilan Tuba
a. Patogenesis
4
Terkadang nidasi terjadi di fimbria.Dari bentuk-bentuk diatas, secara
tuba.
lipatan selaput tuba, dan telur terletak didalam lipatan selaput lendir.Bila
terjadi didalam lipatan selaput lendir, dan telur masuk kedalam lapisan otot tuba
karena tuba tidak mempunyai desidua. Bila kehamilan pecah, hasil konsepsi akan
Walau kehamilan terjadi diluar rahim, rahim turut membesar karena otot-
diagnosis.
Kehamilan tuba tidak dapat mencapai cukup bulan, biasanya berakhir pada
minggu ke-6 hingga ke-12, yang paling sering antara minggu ke 6-8. Kehamilan
tuba dapat berakhir dengan 2 cara, yakni abortus tuba atau ruptur tuba.
5
1) Abortus Tuba
(selaput lendir tuba), masuk kedalam lumen tuba, lalu keluar kea rah
lipatan-lipatan selaput lendir di tempat ini tinggi dan banyak.Lagi pula, rongga
tuba di ampula tuba juga agak besar hingga telur mudah tumbuh kearah
rongga tuba dan lebih mudah menembus desidua kapsularis yang tipis dari
ujung tuba tertutup oleh perlekatan sehingga darah terkumpul di dalam tuba
2) Ruptur Tuba
lendir di istmus tuba tidak seberapa banyak, sehingga besar kemungkinan telur
karena rongga tuba sempit, sehingga telur menembus dinding tuba kearah
Ruptur istmus tuba terjadi sebelum minggu ke-12 karena dinding tuba
di daerah ini cukup tipis. Namun, ruptur pars intertisialis terjadi lebih lambat,
bahkan terkadang baru terjadi pada bulan ke-4, karena lapisan otot didaerah ini
6
cukup tebal. Ruptur dapat terjadi dengan sendirinya/spontan atau akibat
Pada ruptur tuba, seluruh bagian telur yang sudah mati dapat keluar
pengeluaran janin melalui robekan tidak diikuti oleh plasenta yang tetap
tuba dan batu kemudian menjadi kehamilan abdominal, kehamilan ini disebut
Bila insersi telur terjadi di dinding bawah tuba, ruptur akan mengarah
tuba-ovarial ialah kehamilan yang awalnya berada di ovarium atau tuba, tetapi
c. Gambaran Klinis
yang sebagian besar bergantung pada ada tidaknya ruptur.Manifestasi pasien yang
lebih awal dan teknologi diagnostic yang lebih baik memungkinkan sebagian
7
besar kasus terdeteksi sebelum ruptur. Biasanya wanita yang bersangkutan tidak
keterlambatan haid (dengan lama bervariasi) diikuti oleh spotting atau perdarahan
ringan per vagina. Jika terjadi ruptur, pasien biasanya mengalami nyeri hebat di
abdomen bawah dan panggul yang sering diungkapkan sebagai nyeri yang tajam,
tektouterus, atau mungkin teraba suatu massa nyeri tekan disalah satu sisi uterus.
Gejala iritasi diafragma, yang ditandai oleh nyeri di leher atau bahu, terutama
ketika inspirasi, mungkin timbul pada sekitar separuh wanita dengan perdarahan
Kehamilan ektopik yang masih utuh menimbulkan gejala dan tanda serupa
menimbulkan beragam gejala dan tanda yang jelas dank has bila sudah terganggu.
terkadang jelas lebih kesebelah kiri atau sebelah kanan perut. Selanjutnya,
8
menampilkan gejala syok; perut teraba tegang; nyeri hebat tercetuskan oleh
pemeriksaan dalam, terutama bila serviks digerakkan, atau oleh perabaan kavum
douglasi (forniks posterior); tumor yang lunak dan kenyal juga dapat teraba.
Jadi, gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu yang patut diketahui
antara lain:
1) Nyeri tekan
Gejala ini paling sering dijumpai dan terdapat pada hampir semua
perut, dan terkadang terasa sampai kebagian atas perut. Bila kavum abdomen
terisi darah lebih dari 500 ml, perut akan menegang dan terasa nyeri bila
ditekan, usus terdistensi, dan terkadang timbul nyeri menjalar ke bahu dan
leher akibat rangsang darah terhadap diafragma. Nyeri tekan dapat tercetuskan
digerakkan)
2) Amenorea
ektopik tidak boleh dianggap mustahil terjadi bila gejala ini tidak ditemukan,
biasa
3) Perdarahan pervaginam
9
4) Syok hipovolemik
Tanda-tanda syok lebih nyata bila pasien duduk. Selain itu, oliguria
5) Pembesaran uterus
7) Perubahan darah
terganggu akibat perdara han yang banyak kedalam rongga perut. Namun, kita
harus insaf bahwa penurunan Hb disebabkan oleh pengenceran darah oleh air
leukosit tetap normal atau hanya naik sedikit bila perdarahan terjadi sedikit
2. Kehamilan abdomen
10
a. Kehamilan abdominal primer yaitu telur dari awal berimplantasi didalam rongga
perut.
b. Kehamilan abdominal sekunder yaitu diawali oleh kehamilan tuba dan setelah
ligamentum latum.
hal ini jarang terjadi; lazimnya, janin mati sebelum cukup bulan (bulan ke 5 atau ke
Janin dapat tumbuh sampai cukup bulan.Prognosis janin kurang baik karena
banyak yang mati stelah dilahirkan.Selain itu, resiko kelainan congenital lebih tinggi
a. Pernanahan yaitu kantong kehamilan mengalami abses yang dapat pecah melalui
dinding perut, kedalam usus atau kandung kemih. Bersama nanah, keluar bagian-
c. Perlemakan yaitu janin berubah menjadi zat kuning seperti minyak kental
(adipocere).
Bila kehamilan berlanjut sampai cukup bulan, timbul his, artinya pasien
merasa nyeri dengan teratur seperti pada persalinan biasa.Akan tetapi, bila kita
memeriksa dengan teliti, tumor yang mengandung anak tidak pernah mengeras (tidak
11
Pada pemeriksaan dalam, pembukaan ternyata tidak membesar, paling-paling
sebesar 1-2 jari, dan serviks tidak merata. Bila jari-jari kedalam kavum uteri, akan
teraba uterus yang kosong. Bila penderita tidak lekas ditolong dengan laparotomi,
kehamilan sudah agak lanjut. Gejala dan tanda kehamilan abdominal adalah sebagai
berikut:
perut hebat disertai pusing atau pingsan waktu terjadi ruptur tuba.
c. Tumor yang mengandung anak tidak pernah mengeras (tidak ada kontraksi
Braxton hicks).
f. Bagian-bagian tubuh anak lebih mudah teraba karena hanya terpisah oleh dinding
perut.
g. Selain tumor yang mengandung anak, terkadang dapat teraba tumor lain, yakni
h. Pada rontgen abdomen atau USG, biasanya tampak kerangka anak yang terletak
j. terdapatshuffle vascular disisi medial spina iliaka. Shuffle ini diduga berasal dari
arteri ovarika.
12
k. Bila sudah ada his, dapat terjadi pembukaan sebesar +jari dan tidak membesar;
3. Kehamilan ovarium
Kehamilan ovarial jarang terjadi dan biasanya berakhir dengan rupture pada
hamil muda.
spiegelberg, yakni:
4. Kehamilan serviks
hebat hingga serviks perlu ditampon; bila tindakan ini tidak menolong, dilakukan
bekas seksio sesarea telah dilaporkan lebih dari 30 tahun yang lalu oleh Larsen dan
13
Solomon (1978).Kehamilan ini memiliki ukuran beragam dan dalam banyak hal
1. Kehamilan limpa
2. Kehamilan hati
3. Kehamilan retroperitoneum
4. Kehamilan omentum
Bila tidak didiagnosis dan diangkat, akhirnya akan rupture. Tanda dan gejalanya
1. Sebelum ruptur
Mungkin hampir tidak terlihat sehingga perdarahan bercak tampak seperti masa
menstruasi normal.
c. Massa lunak teraba pada adneksa. Massa mungkin berbatas tegas bila terdistensi
darah.
e. Mual, muntah lebih jarang terjadi dari biasanya. Diare menjadi lebih sering dari
biasa.
f. Uji kehamilan positif, tetapi mungkin negatif sampai 50% dari keseluruhan
14
g. Nyeri abdomen akut mungkin ditemukan dimana saja di abdomen.
2. Setelah ruptur
e. Nyeri pada leher dan bahu, khususnya saat inspirasi karena iritasi diafragma
1. Abotus spontan
b. Sedikit nyeri
2. PRP
3. Kista ovarium
a. Menstruasi normal
15
b. Nyeri yang tidak biasa
4. Apendisitis
2.6 Diagnosis
b. Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri didaerah bahu dan seluruh
abdomen.
2) Gejala ini spesifik untuk kehamilan tuba, tetapi nyeri menyebar ke tengah atau
1) Perdarahan pervaginam berasal dari pelepasan desidua dan dari abortus tuba.
16
3) Gejala perdarahan dan/atau perdarahan.
4) Bercak ini timbul pada 75% kasus yang timbul satu atau dua minggu setelah
keterlambatan haid.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk seperti:
a. Keadaan umum
(nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, defense musculaire), ini disebabkan
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
17
2) Tes kehamilan (urine dan HCG)
c. Pemeriksaan kuldosentesis
Pengantar
penanganan spesialistis.
adalah segera merujuk penderita (ibu) ke fasilitas yang lengkap seperti puskesmas,
penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada beberapa hal, antara lain lokasi
2. Optimalisasi keadaan umum ibu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah,
18
3. Pada keadaan syok segera diberikan infus cairan seperti dextrose 5%, glukosa 5%,
garam fisiologis dan oksigen sambil menunggu darah. (kondisi penderita harus
a. Penatalaksanaan bedah
2) Setiap metode diikuti oleh kehamilan uterus berikutnya dengan jumlah yang
sama.
3) Kehamilan ektopik berikutnya lebih jarang terjadi pada wanita yang diterapi
19
6) Biaya laparoskopi jauh lebih rendah, meskipun sebagian berpendapat bahwa
fimbria.
Antagonis asam folat ini sangat efektif terhadap trofoblas yang cepat
berproliferasi dan telah digunakan selama lebih dari 40 tahun untuk mengobati
kehamilan dini. Pada terapi medis ini, beberapa factor yang memprediksi
c. Penatalaksanaan ekspektansi
terapi medis dan bedah, mengharuskan bahwa terapi ekspektansi hanya dilakukan
pada wanita tertentu yang sudah mendapat konseling. (Cunningham et al, 2013)
20
pada kehamilan abdominal menimbulkan perdarahan hebat karena plasenta melekat
perdarahan yang hebat, persediaan darah harus cukup.(Djamhoer, Firman, & Jusuf,
2013).
dini dari lesi yang berukuran kecil dapat diatasi dengan reseksi baji ovarium atau
sistektomi.Pada lesi yang lebih besar, sering dilakukan ovariektomi, dan laparoskopi
telah digunakan untuk reseksi atau ablasi laser (Herndon dkk, 2008).Yang terakhir,
saluran kemih meningkat karena serviks yang membesar dan berbentuk tong. Untuk
c. Emboli arteri
21
6. Penatalaksanaan Tempat lain kehamilan ektopik
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diagnosis pada pasien ini adalah kehamilan ektopik terganggu. Perawatan yang
dilakukan sejak pasien datang adalah segeras mencari tahu kepastian diagnosis kehamilan
ektopik terganggu dengan mengambil data lengkap dari anmnesis, pemeriksaan fisik
tes kehamilan dan USG. Setelah didapatkan diagnosis kerja kehamilan ektopik terganggu,
dilakukan adalah memberi edukasi pada pasien untuk lebih teliti dalam menghadapi
apakah dirinya benar-benar hamil dan mendapat perawatan yang lebih ketat. Dijelaskan
juga faktor – faktor resiko seperti infeksi pelvik penyakit menukar seksual, usia dan
ektopik terganggu, karena pada pasien yang perna mengalami penyakit ini, jelas
sebelumnya sudah ada faktor resiko untuk memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik
terganggu lagi.
3.2 Saran
untuk menambah pengetahuan terkait dengan kasus kehamilan ektopik sebagai salah
salah kegawatdaruratan Obstetri yang jika tidak ditangani secara tepat akan
23
DAFTAR PUSTAKA
Anik, M. (2016). Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, & Spong. (2013). Obstetri Williams. Jakarta:
EGC.
Djamhoer, M., Firman, F. W., & Jusuf, S. E. (2013). Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan
Geri, M., & Carole, H. (2009). Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta: EGC.
Harry, K. G., & Tjokorda, G. A. (2012). Ultrasonografi Buku Ajar Obstetri Ginekologi.
Jakarta: EGC.
Lauren A, D., Jessica E, D., & Meredith B, T. (2012). Rujukan Cepat Kebidanan. Jakarta:
EGC.
24