Disusun Oleh:
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Maternitas II
dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Kehamilan Ektopik”.
Terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Sri selaku dosen mata kuliah keperawatan Maternitas
II yang telah membimbing dn memberikan pembelajaran demi terselesainya makalah ini.
Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan maternitas II dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri
kami dan khususnya unyuk pembaca. Tak ada gading yanng tak retak,begitulah adanya makalah
ini. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif dan membangun sangat
kami harapkan dari para pembaca guna memberikan pengetahuan untuk pembuatan makalah
pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Daftar Isi
Daftar Isi....................................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................4
B. TUJUAN.........................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.2 ETIOLOGI..................................................................................................................................5
2.3 PATOFISIOLOGI............................................................................................................................7
2.4 MANIFESTASI KLINIS...................................................................................................................8
2.5 KLASIFIKASI KEHAMILAN ETOPIK.................................................................................................9
2.6 TANDA DAN GEJALA PADA KEHAMILAN ETOPIK........................................................................10
2.7 KOMPLIKASI KEHAMILAN ETOPIK..............................................................................................11
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA KEHAMILAN ETOPIK............................................................11
2.9 PENATALAKSAAN PADA KEHAMILAN ETOPIK............................................................................13
2.10 PENCEGAHAN PADA KEHAMILAN ETOPIK..................................................................................14
BAB III........................................................................................................................................................15
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KEHAMILAN ETOPIK.................................................15
A. PENGKAJIAN......................................................................................................................................15
B. DIAGNOSA.....................................................................................................................................19
C. INTERVENSI....................................................................................................................................19
BAB IV........................................................................................................................................................22
PENUTUP...................................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai
Kehamilan Ektopik Terganggu.
sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba ( 90%) terutama di
ampula dan isthmus. sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit
radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterin Device ), riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari
implantasi.
Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan Vaskularisasi di tempat tersebut dan berp
otensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian.
Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas ibu jika
tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat.
insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita
terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun.
Selain itu, adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan
sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Defini kehamilan Ektopik
2. Untuk mengetahui Etiologi terjadinya kehamilan Ektopik
3. Untuk mengetahui kalangan usia yang rentan terhadap terjadinya kehamilan ektropik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 ETIOLOGI
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan
beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:
A. Faktor mekanis, Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum
yang dibuahi ke dalam kavum uteri, antara lain:
a. Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia
lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-
kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga
menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii. Pada laporan klasik
westrom, wanita dengan riwayat salpingitis (yang dikonfirmasi dengan
laparoskopi) mempunyai risiko 4 kali lipat untuk menderita kehamilan
ektopik. Bukti infeksi klamidia (antibodi dalam sirkulasi) berhubungan
dengan peningkatan 2 kali lipat risiko kehamilan ektopik.
b. Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis,
atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan
lumen
c. Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi
d. Kehamilan ektopik sebelunya dan sesudah sekali mengalami kehamilan
ektopik, insiden kehamilan ektopik berikutnya akan menjadi 7 hingga 15
persen. Meningkatnya risiko ini kemungkinan disebabkan oleh salpingitis
yang terjadi sebelumnya
e. Pembedahan sebelumnya pada tuba, entah dilakukan untukmemperbaiki
patensi tuba atau kadang-kadang dilakukan padakegagalan sterilisasi. Wanita
yang pernah mengalami pembedahantuba mempunyai risiko kehamilan
ektopik yang lebih tinggi. Wanitadengan kehamilan ektopik yang dilakukan
pembedahan konservatifmempunyai risiko 10 kali lipat untuk mengalami
kehamilan ektopik berikutnya
f. Abortus induksi yang dilakukan lebih dari satu kali akan memperbesar risiko
terjadinya kehamilan ektopik. Risiko ini tidak berubah setelah satu kali
menjalani abortus induksi, namun akanmenjadi dua kali lipat setelah
menjalani abortus induksi sebanyakdua kali atau lebih. Kenaikan risiko ini
kemungkinan akibat peningkatan insiden salpingitis.
g. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan
pada adneksia
h. Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim. Penggunaan IUD modernseperti
copper T tidak meningkatkan risiko kehamilan ektopik danmalahan
merupakan proteksi terhadap kehamilan. Studi yang lebih besar yang
dilakukan oleh WHO menyatakan bahwa penggunaanIUD memiliki risiko
kurang dari 50% untuk mengalami kehamilanektopik dibandingkan dengan
yang tidak menggunakan kontrasepsi.Tetapi apabila pemakaian IUD menjadi
hamil maka kehamilannyakemungkinan besar merupakan kehamilan ektopik.
Sekitar 3-4 % kehamilan pada pemakaian IUD asalah ektopik.
2.3 PATOFISIOLOGI
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi
tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen,
serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba
maupun secara intercolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujungatau
sisi jonjot, endosalping yang relative sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati
dan kemudian di reabsorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot yang
telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua,
yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan
mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat
tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di
pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi
dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami
hipertropi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda
kehamilan seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometriumpun berubah
menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometriummenjadi
hipertropik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuola.
Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat pada
implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu
saat kehamilan akan terkompromi.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :
↓ ↓
Penglengketan intra Perubahan kadar
maupun extraluminal estrogen dan
pada tuba progesteron
↓ ↓
Menghambat Perubahan jumlah &
perjalanan zigot afinitas reseptor
↓ adrenergikpada
uterus & otot polos
Zigot tidak sampai ke saluran telur
cavum uterus
↓
Implantasi zigot
terjadi sebelum
sampai kavum uteri
↓
Zigot tumbuh dan berkembang pada : tuba palofi
(90-95%), fimbrae (5%), intertisial (2-3%),
abdominal (1-2%), ovarium (1%), servikal (0,5%)
↓
Menembus
Kurang
pengetahuan Kehamilan etopik amenore lap.muskularis &
peritonieum
↓ ↓
Hasil nidasi membesar dan Sel telur tumbuh kea terjadinya ruptur
mendesak ruang tumbuh rah rongga perineum
↓ ↓ ↓
Terbentuknya vili Perubahan perfusi
korsialis dan menembus Perdarahan dalam
jaringan
pneudokapsularis rongga peritoneum
↓
salpingektomi ↓
Nyeri perut bagian
Terjadinyaabortus tuba ↓ bawah
↓ ↓
ansietas nyeri
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya
ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per
vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan
amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya
kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa
vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan
dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup
banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus,
atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus
dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel
ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum
Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di
perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai
dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba
karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba
dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan
syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun
sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid
berikutnya.
a. Pada pengobatan konservatif, yaitu jika ruptur tuba telah lama berlangsung (4-6
minggu) , terjadi perdarahan ulang (recurrent bledding) . ini merupakann indikasi
operasi.
b. Infeksi
c. Sub-ileus karena massa pelvis
d. Sterilisasi
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak banyak mengalami
kesukaran, tetapi pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali. Untuk mempertajam
diagnosis, maka pada tiap wanita dalam masa reproduksi dengan keluhan nyeri pada perut
bagian bawah atau kelainan haid, kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan. Pada
umumnya dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan yang cermat diagnosis dapat
ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostic seperti kuldosentesis, ultrasonografi dan
laparoskopi masih diperlukan anamnesis. Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan
kadang-kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri
bahu,tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan per vaginam terjadi setelah nyeri perut bagian
bawah.
1) Pemeriksaan umum : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahandalam rongga
perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah
hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
2) Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan.Pergerakan
serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akanteraba sedikit
membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterusdengan batas yang sukar
ditemukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel
retrouterina. Suhu kadang-kadang naik,sehingga menyukarkan perbedaan denga infeksi
pelvik.
3) Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel darah merah berguna
dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bilaada tanda-tanda
perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan
anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam
4) Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bilaleukositosis
meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik,dapat diperhatikan
jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada keadaan
yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi tes negative tidak
menyingkirkan kemungkinan kehamilanektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi
dan degenerasi trofoblasmenyebabkan produksi human chorionic gonadotropin menurun
dan menyebabkantes negative.
5) Kuldosentris : adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah kavumDouglas ada
darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat diagnosiskehamilan ektopik
terganggu. Tekniknya :
1. Penderita dibaringkan dengan posisi litotomi
2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan menggunakan antiseptic
3. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunan servik : dengan
traksi kedepan sehingga forniks posterior tampak
4. Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit10 ml
dilakukan penghisapan
5. Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kainkasa
dan perhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan :
6. Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku;darah ini
berasal dari arteri atau vena yang tertusuk
7. Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa
bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokelretrouterina.
6) Ultrasonografi : berguna dalma diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pastiialah apabila
ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampakdenyut jantung janin. Hal
ini hanya terdapat pada ± 5 % kasus kehamilan ektopik.Walaupun demikian, hasil ini masih
harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasaldari kehamilan intrauterine pada kasus uternus
bikornis.
7) Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir untukkehamilan
ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lainmeragukan. Melalui prosedur
laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapatdinilai. Secara sistematis dinilai keadaan
uterus, ovarium, tuba, kavum Douglasdan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga
pelvis mungkin mempersulitvisualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk
melakukanlaparotomi.
A. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama :
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahan selain itu klien
ammeorrhoe.
2. Riwayat penyakit sekarang :
Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu kemudian disusuldengan
adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada mulanya nyeri hanya satusisi ke sisi
berikutnya disertai adanya perdarahan pervagina :Kadang disertai muntah.
1) Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
2) Terkumpulnya darah di rongga perut
3) Menegakkan dinding perut nyeri
4) Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
5) Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik.
3. Riwayat penyakit dahulu:
Dari faktor paktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis, addresitis
menyebabkan perlengkapan endosalping, Tuba menyempit / membantu. Endometritis
tidak baik bagian nidasi.
4. Status obstetri ginekologi
1) Usia Perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25-45 tahun, berdampak
pada psikososial , terutama pada keluarga yang masih mengharapkan anak.
2) Riwayat persalinan yang lalu, apakah klien melakukan proses persalinan di
petugas kesehatan atau di dukun
3) Grade Multi
4) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi , seperti penggunaan IUD
5) Adanya keluhan haid , keluarnya darah haid dan bau yang menyengat
kemungkinan adanya infeksi.
5. Riwayat kesehatan keluarga
1) Kaji kesehatan suami
2) Suami yang mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular padaistri dan
dapat mengakibatkan infeksi pada celvix
6. Riwayat Psikososial
Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami gangguankonsep diri,selain
itu menyebabkan kekhawatiran atau ketakutan.
7. Pola Aktivitas sehari-hari
a. Pola nutrisi
Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri adalah Nauseadan
vomiting karena banyaknya darah yang terkumpul dirongga abdomen.
b. Eliminasi
Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasiitudiakibatkan
karena penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obatnyeri, adanyaintake
makanan dan cairan yang kurang. Sehinggatidak ada rangsangan dalam
pengeluaran faeces.Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun
<1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang kurang.
c. Personal hygiene
Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut untuk
melakukanaktivitas karena adanya kemungkinan timbul nyeri,sehingga dalam
personalhygiene tergantung pada orang lain.
d. Pola aktivitas (istirahat tidur)
Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi akibat hematikei
retropertonial menumpuk pada cavum Douglasi.
9. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a. Mulut : bibir pucat
b. Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
c. Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.
d. Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
e. Ekstremitas : dingin
2) Palpasi
a. Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK,
nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
b. Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
3) Auskultasi
a. Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
4) Perkusi
a. Ekstremitas : reflek patella + / +
a) Laboratorium
Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.
C. INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1.Perubahan Tujuan : Setelah diberikan 1. Awasi tanda vital, warna 1. Memberikan informasi
asuhan keperawatan kulit ataumembran tentangderajat/adekuat
Perfusi Jaringan
selama 3 x 24 jam mukosa dan dasar kuku. perfusi jaringan
berhubungan diharapkan pasien danmembantu
dengan mampu menentukan
mendemonstrasikan kebutuhanintervensi
Perdarahan perfusi yang adekuat
dalam rongga secara individual
2.Catat keluhan rasa 2.Vasokonstriksi
peritoneum Kriteria Hasil:
dingin, pertahankansuhu menurunkan sirkulasi
-kulit hangat dan kering lingkungan dan tubuh perifer. Kenyamanan
hangatsesuai indikasi. pasien/ kebutuhanrasa
-ada nadi perifer kuat
hangat harus seimbang
-tanda vital dalam batas dengankebutuhan untuk
normal menghindari panas
berlebihan.
-pasien
sadar/berorientasi
3. Kolaborasi dengan tim
-keseimbangan medis yang lain,awasi 3. Mengidentifikasi
pemasukan/pengeluaran pemeriksaan lab: defisiensi dankebuutuhan
misalnya:HB/HT pengobatan atau
-tidak ada edema terhadapterapi
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut:
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media Aesculapius FKUI
Bagian obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : FK UNPAD
Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP-SP
http://www.pusmaika’s.blogspot.com