Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Kegawatdaruratan Maternal

Dosen Pengampu :
dr. Miftachul Muslichah, Sp.OG

NAMA MAHASISWA:

ESTY APRILIA SABTEKA

NIM :
2281A1504

INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmatnya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”KEHAMILAN EKTOPIK
TERGANGGU” Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung yang telah membantu menyelesaikan makalah
kami tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta masih banyak kekurangan didalamnya. Akan besar
manfaatnya apabila pembaca berkenan memberi saran dan kritik yang bersifat
membangun yang dapat kami pergunakan sebagai perbaikan dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
 

Merauke, Juni 2023

Penyusun
 

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................i
Kata Pengantar................................................................................................ii
Daftar Isi ...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang........................................................................4
b. Tujuan ....................................................................................5
c. Manfaat...................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................7
a. Definisi ..................................................................................7
b. Etiologi ...................................................................................7
c. Manifestasi klinis ...................................................................9
d. Patofisiologi..........................................................................10
e. Pathway ................................................................................10
f. Pemeriksaan diagnostik ........................................................11
g. Penatalaksanaan medis .........................................................11
h. Askep kehamilan ektopik terganggu.....................................15
BAB III PENUTUP..................................................................................18
A. Kesimpulan...........................................................................18
B. Saran......................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai
Kehamilan Ektopik Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di
ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit
radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari
implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut
dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan
kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu
jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama
pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada
kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan
angka kejadiannya semakin berlipat ganda.
Kehamilan ektopik terganggu menyebabkan keadaan gawat pada reproduksi yang
sangat berbahaya. Berdasarkan data dari The Centers for Disease Control and Prevention
menunjukkan bahwa kehamilan ektopik di Amerika Serikat meningkat drastis pada 15
tahun terakhir. Menurut data statistik pada tahun 1989, terdapat 16 kasus kehamilan
ektopik terganggu dalam 1000 persalinan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan

4
Cuningham pada tahun 1992 dilaporkan kehamilan ektopik terganggu ditemukan 19,7
dalam 100 persalinan.
Dari penelitian yang dilakukan Budiono Wibowo di RSUP Cipto Mangunkusumo
(RSUPCM) Jakarta pada tahun 1987 dilaporkan 153 kehamilan ektopik terganggu dalam
4007 persalinan, atau 1 dalam 26 persalinan. Ibu yang mengalami kehamilan ektopik
terganggu tertinggi pada kelompok umur 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.
Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0% sampai 14.6%
(1). Kasus kehamilan ektopik terganggu di RSUP dr. M. Djamil padang selama 3 tahun
(tahun 1992-1994) ditemukan 62 kasus dari 10.612 kehamilan.
Jika ditemukan kehamilan ektopik terganggu, maka penanganan satu-satunya
adalah dengan pembedahan, yaitu laparotomi. Pada laparotomi, eksplorasi kedua indung
telur (ovarium) dan tuba fallopii. Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan
salpingektomi (tuba yang pecah dan hasil pembuahan dieksisi bersama-sama). Namun jika
kerusakan pada tuba hanya kecil, lakukan salpingostomi (hasil konsepsi / pembuahan
dikeluarkan, dan tuba dipertahankan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas Kegawatdaruratan Maternal
2. Tujuan Khusus
a. Mendefinisikan dan menjelaskan terjadinya kehamilan ektopik terganggu.
b. Mengidentifikasi penyebab terjadinya kehamilan ektopik terganggu.
c. Mengidentifikasi dan menjelaskan tanda dan gejala pada kehamilan ektopik
terganggu.
d. Mengidentifikasi dan menjelaskan pemeriksaan diagnostik kehamilan ektopik
terganggu.
e. Mendiskusikan penatalaksanaan medis pada kehamilan ektopik terganggu.

5
C. MANFAAT
1. Mahasiswa dapat memahami definisi kehamilan ektopik terganggu.
2. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab dari kehamilan ektopik terganggu.
3. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala pada kehamilan ektopik terganggu.
4. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan medis pada kehamilan ektopik terganggu.
5. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostic kehamilan ektopik terganggu.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri, kehamilan ektopik dapat terjadi di luar
rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut. Tetapi dapat juga terjadi di dalam
rahim di tempat yang luar biasa misalnya dengan servik atau dalam tanduk rudimeter
rahim.
Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana sel telur yang telah dibuahi tidak
melekat pada dinding rahim namun melekat di tempat lain yang bukan semestinya, yaitu
pada rongga perut, leher rahim, indung telur atau pada saluran telur (tuba falopi).
Kehamilan Ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah sebuah keadaan gawat darurat yang
terjadi dimana dapat mengancam dan membahayakan nyawa ibu dan perkembangan
kehidupan janin.
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kehamilan ektopik yang terganggu,
dapat terjadi abortus atau pecah, dan hal ini dapat berbahaya bagi wanita tersebut.
(Sarwono Prawirohardjo,1989)

B. ETIOLOGI
Penyebab kehamilan ektopik banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya
tidak di ketahui, tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian ampula tuba
dan di dalam perjalanan ke uterus terus mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi
masih di tuba.
Di antara sebab-sebab yang menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga
mengadakan implantasi di tuba:

7
a. Migratio Externa adalah perjalanan telur panjang terbentuk trofoblast sebelum
telur ada cavum uteri.
b. Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering di sertai
gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen
tuba menyempit.
d. Bekas radang pada tuba: disini radang menyebabkan perubahan pada endosalping
sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi gerakan ovum ke uterus lambat.
e. Kelainan bawaan pada tuba, antara lain difertikulum, tuba sangat panjang dsb.
f. Gangguan fisilogis tuba karena pengaruh hormonal, perlekatan perituba. Tumor
yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tubuh.
g. Abortus buatan.
Semua faktor yang menghambat migrasi embrio ke kavum uteri menyebabkan
seorang ibu semakin rentan untuk menderita kehamilan ektopik, yaitu :
1) Faktor dalam lumen tuba :
 Endosalpingitis, menyebabkan terjadinya penyempitan lumen tuba.
 Hipoplasia uteri, dengan lumen tuba dan berkelok – kelok.
 Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna.
2) Faktor pada dinding tuba :
 Endometriosis, sehingga memudahkan terjadinya implantasi tuba.
 Divertikel tuba kongenital, menyebabkan retensi ovum.
3) Faktor di luar dinding tuba :
 Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba.
 Tumor yang menekan dinding tuba.
 Pelvic Inflammatory Disease (PID)
d. Faktor lain :
 Hamil saat berusia lebih dari 35 tahun.
 Fertilisasi in vitro.
 Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
 Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.
 Infertilitas.

8
 Mioma uteri.
 Hidrosalping. (Rachimhadhi, 2005 )

C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda: Dari perdarahan
banyak yang tiba-tiba dalam ronga perut sampai terdapat nya gejala yang tidak jelas,
sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya
kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan ektopik
terganggu, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.
Kisah yang khas dari kehamilan ektopik terganggu ialah seorang wanita yang
sudah terlambat haidnya, nyeri perut kadang-kadang lebih nyeri sebelah kiri atau sebelah
kanan. Selanjutnya pasien pening dan kadang-kadang pinsan sering keluar darah
pervaginam.
1. Nyeri perut : nyeri perut ini paling sering dijumpai biasanya nyeri datang  setelah
mengangkat benda yang berat. Buang air besar namun kadang-kadang bisa juga
pada waktu sedang istirahat.
2. Adanya amenorea : amenorea sering di temukan walaupun hanya pendek saja
sebelum di ikuti oleh perdarahan.
3. Perdarahan :  perdarahan dapat berlangsung kontinu dan biasanya berwarna
hitam.
4. Shock karena hypovoluemia.
5. Nyeri Bahu dan Leher (iritasi diafragma). 
6. Nyeri pada palpasi : perut penderita biasanya tegang dan agak kembung.
7. Pembesaran uterus: pada kehamilan ektopik uterus membesar.
8. Gangguan kencing : kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena
perangsangan peritonium oleh darah di dalam rongga perut.
9. Perubahan darah : dapat di duga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan
tuba yang terganggu karena perdarahan yang banyak dalam rongga perut.
Trias gejala dan tanda dari kehamilan ektopik adalah :
(Saifiddin, 2002; Cunningham et al, 2005).

9
1. Riwayat keterlambatan haid atau amenorrhea yang diikuti perdarahan abnormal
(60-80%).
2. Nyeri abdominal atau pelvik (95%). Biasanya kehamilan ektopik baru dapat
ditegakkan pada usia kehamilan 6 – 8 minggu saat timbulnya gejala tersebut di
atas. Gejala lain yang muncul biasanya sama seperti gejala pada kehamilan muda,
seperti mual, rasa penuh pada payudara, lemah, nyeri bahu, dan dispareunia.
3. Selain itu pada pemeriksaan fisik didapatkan pelvic tenderness, pembesaran
uterus dan massa adneksa.

D. PATOFISIOLOGI
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba (lokasi
tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen,
serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba
maupun secara interkolumnar.
Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping
yang relatif sedikit mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian diresorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot. Zigot yang telah
bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang
disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai
lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang, dan perkembangannya tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya
perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun mengalami
hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda
kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometrium pun berubah
menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometrium menjadi
hipertrofik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuol.
Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella.

10
Karena tempat implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk
berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan ektopik tersebut akan terkompromi.
Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah:
1. hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi,
2. abortus ke dalam lumen tuba, dan
3. ruptur dinding tuba.
Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars ampullaris,
sedangkan ruptur lebih sering terjadi pada kehamilan pars isthmica. Pada abortus tuba,
bila pelepasan hasil konsepsi tidak sempurna atau tuntas, maka perdarahan akan terus
berlangsung. Bila perdarahan terjadi sedikit demi sedikit, terbentuklah mola kruenta.
Tuba akan membesar dan kebiruan (hematosalping), dan darah akan mengalir melalui
ostium tuba ke dalam rongga abdomen hingga berkumpul di kavum Douglas dan
membentuk hematokel retrouterina.
Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya ruptur tuba terjadi lebih awal, karena pars
isthmica adalah bagian tuba yang paling sempit. Pada kehamilan di pars interstitialis
ruptur terjadi lebih lambat (8-16 minggu) karena lokasi tersebut berada di dalam kavum
uteri yang lebih akomodatif, sehingga sering kali kehamilan pars interstitialis disangka
sebagai kehamilan intrauterin biasa.
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars interstitialis cepat berakibat fatal karena
suplai darah berasal dari arteri uterina dan ovarika. Oleh sebab itu kehamilan pars
interstitialis adalah kehamilan ektopik dengan angka mortalitas tertinggi. Kerusakan yang
melibatkan kavum uteri cukup besar sehingga histerektomi pun diindikasikan.
Ruptur, baik pada kehamilan fimbriae, ampulla, isthmus maupun pars interstitialis,
dapat terjadi secara spontan maupun akibat trauma ringan, seperti koitus dan pemeriksaan
vaginal. Bila setelah ruptur janin terekspulsi ke luar lumen tuba, masih terbungkus
selaput amnion dan dengan plasenta yang masih utuh, maka kehamilan dapat berlanjut di
rongga abdomen. Untuk memenuhi kebutuhan janin, plasenta dari tuba akan meluaskan
implantasinya ke jaringan sekitarnya, seperti uterus, usus dan ligamen (Rachimhadhi,
2005).

11
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik :
Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin,
adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan
nyeri lepas dinding abdomen.
2. Pemeriksaan Ginekologis :
Pemeriksaan dalam : seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan
kiri.
3. Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
USG : Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri, adanya kantung kehamilan
di luar kavum uteri, adanya massa komplek di rongga panggul.
Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum
Douglas ada darah.
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar
uterus.
(Mansjoer, dkk, 2001).

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat
darurat.
2. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan
operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.
3. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan larutan
kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2l dalam dua jam
pertama (termasuk selama tindakan berlangsung).
4. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion berikut ini:

12
Pastikan darah yang dihisap dari rongga abdomen telah melalui alat pengisap dan
wadah penampung yang steril.
Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan kedalam kantung darah
(blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia masukan dalam botol bekas cairan
infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat 10ml
untuk setiap 90ml darah.
Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai saringan pada bagian
tabung tetesan.
5. Tindakan dapat berupa :
Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil
konsepsi.
Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba tersebut
merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu
segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini
adalah kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi (hasil ektopik
ulangan).
6. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi tuba
yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien di beri anti biotik
kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas.
7. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:
Ketoprofen 100 mg supositoria.
Tramadol 200 mg IV.
Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas).
8.    Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
9.  Konseling pasca tindakan : kelanjutan fungsi reproduksi.
Seorang pasien yang terdiagnosis dengan kehamilan tuba dan masih dalam
kondisi baik dan tenang, memiliki 2 pilihan, yaitu penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan bedah. (Sarwono Prawirohardjo,2002)
a. Penatalaksanaan Medis
Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat merusak integritas
jaringan dan sel hasil konsepsi. Tindakan konservativ medik dilakukan dengan

13
pemberian methotrexate. Methotrexate adalah obat sitotoksik yang sering digunakan
untuk terapi keganasan, termasuk penyakit trofoblastik ganas. Pada penyakit
trofoblastik, methotrexate akan merusak sel-sel trofoblas, dan bila diberikan pada
pasien dengan kehamilan ektopik, methotrexate diharapkan dapat merusak sel-sel
trofoblas sehingga menyebabkan terminasi kehamilan tersebut.
Methotrexate dapat diberikan dalam dosis tunggal maupun dosis multipel.
Dosis tunggal yang diberikan adalah 50 mg/m2 (intramuskular), sedangkan dosis
multipel yang diberikan adalah sebesar 1 mg/kg (intramuskular) pada hari pertama,
ke-3, 5, dan hari ke-7. Pada terapi dengan dosis multipel leukovorin ditambahkan ke
dalam regimen pengobatan dengan dosis 0.1 mg/kg (intramuskular), dan diberikan
pada hari ke-2, 4, 6 dan 8. Terapi methotrexate dosis multipel tampaknya
memberikan efek negatif pada patensi tuba dibandingkan dengan terapi methotrexate
dosis tunggal 9. Methotrexate dapat pula diberikan melalui injeksi per laparoskopi
tepat ke dalam massa hasil konsepsi. Terapi methotrexate dosis tunggal adalah
modalitas terapeutik paling ekonomis untuk kehamilan ektopik yang belum
terganggu.
Kandidat - kandidat penerima tatalaksana medis harus memiliki syarat -
syarat berikut ini:
1. Keadaan hemodinamik yang stabil dan tidak ada tanda robekan dari tuba.
2. Tidak ada aktivitas jantung janin.
3. Diagnosis ditegakkan tanpa memerlukan laparaskopi.
4. Diameter massa ektopik < 3,5 cm,.
5. Kadar tertinggi β-hCG < 15.000mIU/ ml.
6. Harus ada informed consent dan mampu mengikuti follow up, serta
7. Tidak memiliki kontraindikasi terhadap pemberian methotrexate.

b. Penatalaksanaan Bedah
Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien dengan
kehamilan tuba yang belum terganggu maupun yang sudah terganggu. Tentu saja
pada kehamilan ektopik terganggu, pembedahan harus dilakukan secepat mungkin.
 Salpingostomi

14
Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil konsepsi yang
berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di sepertiga distal tuba fallopii.
Pada prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di
atas hasil konsepsi, di perbatasan antimesenterik. Insisi kemudian dibiarkan
terbuka (tidak dijahit kembali).
 Salpingotomi
Pada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali bahwa pada
salpingotomi insisi dijahit kembali.
 Salpingektomi
Salpingektomi diindikasikan pada keadaan-keadaan berikut ini:
- Kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu),
- Pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif,
- Terjadi kegagalan sterilisasi,
- Telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya,
- Pasien meminta dilakukan sterilisasi,
- Perdarahan berlanjut pascasalpingotomi,
- Kehamilan tuba berulang,
- Kehamilan heterotopik, dan
- Massa gestasi berdiameter lebih dari 5 cm.
Pada salpingektomi, bagian tuba antara uterus dan massa hasil konsepsi
diklem, digunting, dan kemudian sisanya (stump) diikat dengan jahitan ligasi.
Arteria tuba ovarika diligasi, sedangkan arteria uteroovarika dipertahankan.
Tuba yang direseksi dipisahkan dari mesosalping.
 Evakuasi Fimbrae dan Fimbraektomi
Bila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat dievakuasi dari
fimbrae tanpa melakukan fimbraektomi. Dengan menyemburkan cairan di
bawah tekanan dengan alat aquadisektor atau spuit, massa hasil konsepsi
dapat terdorong dan lepas dari implantasinya. Fimbraektomi dikerjakan bila
massa hasil konsepsi berdiameter cukup besar sehingga tidak dapat diekspulsi
dengan cairan bertekanan.
(Chalik, 2004).

15
G. ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
1. Pengumpulan Data Dasar
Pada pengkajian masalah pertama yang dikaji adalah masalah identitas karena
didalam identitas yang terkait dengan kasus KET adalah umur karena kasus KET
banyak terjadi pada wanita dengan usia kurang lebih 30 tahun.
Pada kasus KET keluhan utama yang biasa dirasakan klien adalah seperti
halnya kehamilan normal biasanya yaitu amenore, ibu juga merasakan nyeri pada
perut, bahkan klien dapat terjadi syok,klien juga mengalami perdarahan yang
berulang dengan warna darah hitam, selain itu pasien juga merasakan nyeri bahu dan
leher karena iritasi diagframa. ( Buku Obstetri Patologi Universitas Padjajaran
1984 ).
Pada riwayat hidup dan riwayat lainnya kasus KET sama dengan yang
lainnya, sedangkan pada riwayat kehamilan sekarang uterus membesar karena
pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan seperti
tanda Hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometrium pun berubah menjadi
desidua, meskipun tanpa trofoblas. (Wibowo B,2007)

2. Interpretasi Data
Pada data subjektif klien mendapatkan gejala-gejala pada kehamilan muda adanya
nyeri perut serta adanya perdarahan yang continue dan berwarna hitam. Pada data
objektif palpasi dan nyeri tekan karena uterus yang tegang dan DJJ positif, ada
pembesaran uterus hal ini sesuai dengan teori Sarwono Prawirohardjo, pada buku
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002.

3. Diagnosa dan Masalah Potensial


Adanya Diagnosa bandaing pada KET dapat terjadi Abortus Imminens, penyakit
radang panggul (akut/ kronik), torsi kista ovaril, hail ini sesuai dengan Buku
Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002.

4. Identifikasi Kebutuhan terhadap tindakan


Rujuk pasien dan kolaborasi dengan Dokter SpOG.

16
5. Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan
terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Pada
langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan
yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan tetapi juga dari krangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk
klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau
masalah psikologi (Varney H, 2012).
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan
dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan
melaksanakan rencana tersebut.
6. Implementasi
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien. Perencanaan ini dibuat
dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap
bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.

7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasidi dalam diagnosa dan
masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif
dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya
merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi
tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut
berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien
dan situasi klinik.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
  Kehamilan merupakan fase yang cukup penting dalam kehidupan manusia.

Beberapa wanita pasti mendambakan kehamilan dan kehadiran buah hati yang akan

menciptakan keharmonisan keluarga. Tetapi kehamilan juga merupakan tahap yang

mencemaskan, karena mereka merasakan khawatir jika terjadi gangguan pada proses

kehamilan. Salah satu gangguan dalam kehamilan tersebut diantaranya adalah Kehamilan

Ektopik Terganggu (KET)  atau hamil di luar kandungan (Sulistyani, 2009).

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merupakan masalah bagi kaum wanita, di

mana ovum yang telah dibuahi sperma berimplantasi dan tumbuh di luar kandungan. Dalam

20 tahun ini ada kecenderungan peningkatan angka kejadian kehamilan ektopik di dunia,

tetapi angka kejadian Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) masih sulit untuk diperkirakan

secara tepat.           

B. Saran
1. Bagi seorang Bidan perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif, tidak hanya
fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh yang meliputi
biopsikososialkultural.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari berbagai
referensi tentang Asuhan Kebidanan Pada pasien dengan kehamilan ektopik terganggu
3. Bagi dunia Kebidanan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas Bidan
dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi Bidan untuk memperoleh ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi masalah Pada pasien
dengan kehamilan ektopik terganggu.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R. Kehamilan Ektopik. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran Jilid
I. Jakarta : Media Aesculapius. 200; 267-270

Manuaba,dkk. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007

Wibowo B. 2007. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Moechtar R. 1998. Kelainan Letak Kehamilan (Kehamilan Ektopik). Dalam: Sinopsis Obstetri,
Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis. Edisi II. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran
EGC.

http://mantrinews.blogspot.com/2012/01/asuhankeperawatankebidanan-pada.html, di akses pada


tanggal 5 Juni 2023, pukul 19.30 WIT

https://repository.stikeselisabethmedan.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/Lismawati-
Waruwu.pdf, di akses pada tanggal 5 Juni 2023 pukul 08.00 WIT

19

Anda mungkin juga menyukai