Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN EKTOPIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II

Dosen pengampu : Sri hayati, S., Kep., M, Kep

Disusun Oleh:

Dini Mutiara Sari 88205007

FAKULTAS KEPERAWATAN ARS

BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Maternitas II
dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Kehamilan Ektopik”.
Terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Sri selaku dosen mata kuliah keperawatan Maternitas
II yang telah membimbing dn memberikan pembelajaran demi terselesainya makalah ini.
Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan maternitas II dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri
kami dan khususnya unyuk pembaca. Tak ada gading yanng tak retak,begitulah adanya makalah
ini. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif dan membangun sangat
kami harapkan dari para pembaca guna memberikan pengetahuan untuk pembuatan makalah
pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Daftar Isi
Daftar Isi....................................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................4
B. TUJUAN.........................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.2 ETIOLOGI..................................................................................................................................5
2.3 PATOFISIOLOGI............................................................................................................................7
2.4 MANIFESTASI KLINIS...................................................................................................................8
2.5 KLASIFIKASI KEHAMILAN ETOPIK.................................................................................................9
2.6 TANDA DAN GEJALA PADA KEHAMILAN ETOPIK........................................................................10
2.7 KOMPLIKASI KEHAMILAN ETOPIK..............................................................................................11
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA KEHAMILAN ETOPIK............................................................11
2.9 PENATALAKSAAN PADA KEHAMILAN ETOPIK............................................................................13
2.10 PENCEGAHAN PADA KEHAMILAN ETOPIK..................................................................................14
BAB III........................................................................................................................................................15
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KEHAMILAN ETOPIK.................................................15
A. PENGKAJIAN......................................................................................................................................15
B. DIAGNOSA.....................................................................................................................................19
C. INTERVENSI....................................................................................................................................19
BAB IV........................................................................................................................................................22
PENUTUP...................................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai
Kehamilan Ektopik Terganggu.
sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba ( 90%) terutama di
ampula dan isthmus. sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit
radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterin Device ), riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari
implantasi.
Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan Vaskularisasi di tempat tersebut dan berp
otensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian.
Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas ibu jika
tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat.
insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita
terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun.
Selain itu, adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan
sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Defini kehamilan Ektopik
2. Untuk mengetahui Etiologi terjadinya kehamilan Ektopik
3. Untuk mengetahui kalangan usia yang rentan terhadap terjadinya kehamilan ektropik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI KEHAMILAN EKTOPIK


Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus,
tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik.
Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi dituba jarang terjadi implantasi pada
ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan
divertikel pada uterus. (Sarwono Prawiroharjo, 2005).
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi diluar
endometrium kavum uteri. (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga
uterus.(Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatus, 2001).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstra uterin
tidaksinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstitialis tuba
dan kanalis servikalis termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. (Ilmu
Kebidanan Edisi Ketiga,1992).
Kehamilan Ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi / nidasi /
melekatnya buah kehamilan diluar tempat yang muncul. Yakni diluar rongga rahim.
Sedangkan yangdisebut sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan
ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dingding uterus.

2.2 ETIOLOGI
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan
beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:
A. Faktor mekanis, Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum
yang dibuahi ke dalam kavum uteri, antara lain:
a. Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia
lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-
kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga
menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii. Pada laporan klasik
westrom, wanita dengan riwayat salpingitis (yang dikonfirmasi dengan
laparoskopi) mempunyai risiko 4 kali lipat untuk menderita kehamilan
ektopik. Bukti infeksi klamidia (antibodi dalam sirkulasi) berhubungan
dengan peningkatan 2 kali lipat risiko kehamilan ektopik.
b. Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis,
atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan
lumen
c. Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi
d. Kehamilan ektopik sebelunya dan sesudah sekali mengalami kehamilan
ektopik, insiden kehamilan ektopik berikutnya akan menjadi 7 hingga 15
persen. Meningkatnya risiko ini kemungkinan disebabkan oleh salpingitis
yang terjadi sebelumnya
e. Pembedahan sebelumnya pada tuba, entah dilakukan untukmemperbaiki
patensi tuba atau kadang-kadang dilakukan padakegagalan sterilisasi. Wanita
yang pernah mengalami pembedahantuba mempunyai risiko kehamilan
ektopik yang lebih tinggi. Wanitadengan kehamilan ektopik yang dilakukan
pembedahan konservatifmempunyai risiko 10 kali lipat untuk mengalami
kehamilan ektopik berikutnya
f. Abortus induksi yang dilakukan lebih dari satu kali akan memperbesar risiko
terjadinya kehamilan ektopik. Risiko ini tidak berubah setelah satu kali
menjalani abortus induksi, namun akanmenjadi dua kali lipat setelah
menjalani abortus induksi sebanyakdua kali atau lebih. Kenaikan risiko ini
kemungkinan akibat peningkatan insiden salpingitis.
g. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan
pada adneksia
h. Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim. Penggunaan IUD modernseperti
copper T tidak meningkatkan risiko kehamilan ektopik danmalahan
merupakan proteksi terhadap kehamilan. Studi yang lebih besar yang
dilakukan oleh WHO menyatakan bahwa penggunaanIUD memiliki risiko
kurang dari 50% untuk mengalami kehamilanektopik dibandingkan dengan
yang tidak menggunakan kontrasepsi.Tetapi apabila pemakaian IUD menjadi
hamil maka kehamilannyakemungkinan besar merupakan kehamilan ektopik.
Sekitar 3-4 % kehamilan pada pemakaian IUD asalah ektopik.

B. Faktor-faktor fungsional yang memperlambat perjalanan ovum yangtelah dibuahi


kedalam kavum uteri
a. Migrasi eksternal ovum mungkin bukan faktor yang penting kecuali pada
kasus-kasus perkembangan duktus mulleri yang abnormal,sehingga terjadi
hemiuterus dengan kornu uterina rudimental dantidak berhubungan.
Risiko terjadinya kehamilan ektopik dapat pulasedikit meningkat pada
wanita dengan satu oviduk kalau saja diamengalami ovulasi dari ovarium
sisi kontra lateralnya. Kelambatan pengangkutan ovum yang telah dibuahi
lewat saluran tuba atauoviduk akibat migrasi eksternal akan meningkatkan
sifat-sifat infasif blastokis sementara masih berada di dalam oviduk.
Peristiwa inimungkin bukan faktor yang penting dalam proses
terjadinyakehamilan ektopik pada manusia.
b. Refluk menstruasi pernah dikemukakan sebagai penyebab
terjadinyakehamilan ektopik. Felambatan fertilitasi ovum dengan
perdarahanmenstruasi pada waktu sebagaimana biasanya, secara otoritas
dapatmencegah masuknya ovum ke dalam uterus atau menyebabkan
ovumtersebut berbalik kedalam tuba.
c. Berubahnya motilitas tuba dapat terjadi mengikuti perubahan padakadar
estrogen dan progesteron dalam serum. Perubahan jumlah danafinitas
reseptor adrenergik dalam otot polos uterus serta tuba fallopikemungkinan
benar menjadi penyebabnya. Segi praktisnya tampak pada peningkatan
insiden kehamilan ektopik yang dilaporkan setelah penggunaan preparat
kontrasepsi oral yang hanya mengandung progestin. Juga dilaporkan
peningkatan insiden kehamila ektopiksebesar 4 hingga 13 persen diantara
para wanita yang pernahmendapatkan preparat dietilstilbestrol (DES)
intrauteri. Kejadian inimungkin lebih disebabkan oleh berubahnya
motilitas tuba daripadaoleh abnormalitas strukturnya.
C. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang telahdibuahi.
Unsur-unsur ektopik endometrium dapat meningkatkanimplantasi dalam tuba.
Meskipun para pengamat pernah melaporkanadanya fokus-fokus endometriosis
dalam tuba fallopi, namun hal inimerupakan keadaan yang jarang dijumpai

2.3 PATOFISIOLOGI
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi
tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen,
serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba
maupun secara intercolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujungatau
sisi jonjot, endosalping yang relative sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati
dan kemudian di reabsorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot yang
telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua,
yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan
mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat
tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di
pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi
dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami
hipertropi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda
kehamilan seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometriumpun berubah
menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometriummenjadi
hipertropik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuola.
Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat pada
implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu
saat kehamilan akan terkompromi.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :

 Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi


 Abortus kedalam lumen tuba
 Ruptur dinding tuba.
Pengaruh bayi Penggunaan
Idiopatik Pengaruh factor Pengaruh factor
tabung, IVF, induksi, kontrasepsi
mekanik fungsional ovulasi dll ( hormonal )
↓` ↓ ↓ ↓
Riwayat operasi Perubahan Meningkatnya kadar
Kelainan peristaltic
tuba, salpingitis, hormonal estrogen
kontraksi tuba
perlekatan tuba

↓ ↓
Penglengketan intra Perubahan kadar
maupun extraluminal estrogen dan
pada tuba progesteron

↓ ↓
Menghambat Perubahan jumlah &
perjalanan zigot afinitas reseptor
↓ adrenergikpada
uterus & otot polos
Zigot tidak sampai ke saluran telur
cavum uterus

Implantasi zigot
terjadi sebelum
sampai kavum uteri


Zigot tumbuh dan berkembang pada : tuba palofi
(90-95%), fimbrae (5%), intertisial (2-3%),
abdominal (1-2%), ovarium (1%), servikal (0,5%)


Menembus
Kurang
pengetahuan Kehamilan etopik amenore lap.muskularis &
peritonieum

↓ ↓
Hasil nidasi membesar dan Sel telur tumbuh kea terjadinya ruptur
mendesak ruang tumbuh rah rongga perineum

↓ ↓ ↓
Terbentuknya vili Perubahan perfusi
korsialis dan menembus Perdarahan dalam
jaringan
pneudokapsularis rongga peritoneum

salpingektomi ↓
Nyeri perut bagian
Terjadinyaabortus tuba ↓ bawah
↓ ↓

ansietas nyeri
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya
ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per
vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan
amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya
kehamilan ektopik.

Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa
vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan
dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup
banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus,
atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus
dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel
ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum
Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di
perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai
dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba
karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba
dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan
syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun
sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid
berikutnya.

2.5 KLASIFIKASI KEHAMILAN ETOPIK


Menurut prawirohardjo (2005), macam-macam kehamilan ektopik berdasarkanlokasinya
antara lain :

a. Kehamilan Ektopik Tuba


1) Pars-interstisialis
2) Isthmus
3) Ampula
4) Infundibulum
5) Fimbrae
b. Kehamilan Ektopik Uterus
1) Kanalis servikalis
2) Divertikulum
3) Kornu
4) Tanduk rudimenter
c. Kehamilan Ovarium
d. Kehamilan Ektopik Intraligamenter
e. Kehamilan Abdominal
1) Sekunder
2) Primer
f. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.
Kehamilan ektopik yang paling banyak terjadi adalah dituba, hal inidisebabkan oleh
adanya hambatan perjalanan ovum yang tidak dibuahi ke kavumuteri, hal ini dapat disebabkan
oleh :
a. Adanya sikatrik di pada tuba
b. Gangguan kelainan bawaan pada tuba
c. Gangguan fisiologi pada tuba karena pengaruh hormonal.

2.6 TANDA DAN GEJALA PADA KEHAMILAN ETOPIK


A. TANDA
1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal.
2. Menstruasi abnormal.
3. Abdomen dan pelvis yang lunak.
4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan,
atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium
uterus.
5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
6. Kolaps dan kelelahan
7. pucat
8. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
10. Gangguan kencing.
B. GEJALA
1. Nyeri:
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik.
Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar.
2. Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan
dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang
banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan
abnormal uterin, biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus.
3. Amenorhea:
4. Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas
perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak
menyadari bahwa mereka hamil.

2.7 KOMPLIKASI KEHAMILAN ETOPIK


Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis,
diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis
secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung
lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan
kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan,
infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah
besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
Komplikasi dari kehamilan etopik antara lain :

a. Pada pengobatan konservatif, yaitu jika ruptur tuba telah lama berlangsung (4-6
minggu) , terjadi perdarahan ulang (recurrent bledding) . ini merupakann indikasi
operasi.
b. Infeksi
c. Sub-ileus karena massa pelvis
d. Sterilisasi

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA KEHAMILAN ETOPIK


Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu
demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami abortustuba atau rupture
tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan ektopik yang belum terganggu,
maka penderita segera dirawat di rumah sakit. Alat bantu diagnostic yang dapat digunakan ialah
ultrasonografi, laparoskopi atau kuldoskopi.

Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak banyak mengalami
kesukaran, tetapi pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali. Untuk mempertajam
diagnosis, maka pada tiap wanita dalam masa reproduksi dengan keluhan nyeri pada perut
bagian bawah atau kelainan haid, kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan. Pada
umumnya dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan yang cermat diagnosis dapat
ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostic seperti kuldosentesis, ultrasonografi dan
laparoskopi masih diperlukan anamnesis. Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan
kadang-kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri
bahu,tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan per vaginam terjadi setelah nyeri perut bagian
bawah.

1) Pemeriksaan umum : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahandalam rongga
perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah
hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
2) Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan.Pergerakan
serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akanteraba sedikit
membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterusdengan batas yang sukar
ditemukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel
retrouterina. Suhu kadang-kadang naik,sehingga menyukarkan perbedaan denga infeksi
pelvik.
3) Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel darah merah berguna
dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bilaada tanda-tanda
perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan
anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam
4) Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bilaleukositosis
meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik,dapat diperhatikan
jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada keadaan
yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi tes negative tidak
menyingkirkan kemungkinan kehamilanektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi
dan degenerasi trofoblasmenyebabkan produksi human chorionic gonadotropin menurun
dan menyebabkantes negative.
5) Kuldosentris : adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah kavumDouglas ada
darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat diagnosiskehamilan ektopik
terganggu. Tekniknya :
1. Penderita dibaringkan dengan posisi litotomi
2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan menggunakan antiseptic
3. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunan servik : dengan
traksi kedepan sehingga forniks posterior tampak
4. Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit10 ml
dilakukan penghisapan
5. Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kainkasa
dan perhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan :
6. Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku;darah ini
berasal dari arteri atau vena yang tertusuk
7. Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa
bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokelretrouterina.
6) Ultrasonografi : berguna dalma diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pastiialah apabila
ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampakdenyut jantung janin. Hal
ini hanya terdapat pada ± 5 % kasus kehamilan ektopik.Walaupun demikian, hasil ini masih
harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasaldari kehamilan intrauterine pada kasus uternus
bikornis.
7) Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir untukkehamilan
ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lainmeragukan. Melalui prosedur
laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapatdinilai. Secara sistematis dinilai keadaan
uterus, ovarium, tuba, kavum Douglasdan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga
pelvis mungkin mempersulitvisualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk
melakukanlaparotomi.

2.9 PENATALAKSAAN PADA KEHAMILAN ETOPIK


Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam tindakan
demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut :
1. Kondisi ibu pada saat itu.
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Lokasi kehamilan ektropik.
4. Kondisi anatomis organ pelvis.
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah kondisi ibu buruk,
misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada kasus
kehamilan ektropik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di tangani dengan
menggunakan kemoterapi untung menghindari tindakan pembedahan.
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran
kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan
melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang
digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah
tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada
obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan :
1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau
insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung
kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada
tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
3. Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar β-hCG
rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexate kedalam kantung gestasi dengan
harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi
methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
1. Ukuran kantung kehamilan
2. Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik.
Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :
1. Masa tuba
2. Usia kehamilan
3. Janin mati
4. Kadar β-hCG
Kontraindikasi pemberian Methrotexate :
1. Laktasi
2. Status Imunodefisiensi
3. Alkoholisme
4. Penyakit ginjal dan hepar
5. Diskrasia darah
6. Penyakit paru aktif
7. Ulkus peptikum
Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG
setiap minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan “second look operation”.

2.10 PENCEGAHAN PADA KEHAMILAN ETOPIK


Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan
seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik
dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular
seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul
dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya
kehamilan ektopik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KEHAMILAN ETOPIK

A. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama :
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahan selain itu klien
ammeorrhoe.
2. Riwayat penyakit sekarang :
Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu kemudian disusuldengan
adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada mulanya nyeri hanya satusisi ke sisi
berikutnya disertai adanya perdarahan pervagina :Kadang disertai muntah.
1) Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
2) Terkumpulnya darah di rongga perut
3) Menegakkan dinding perut nyeri
4) Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
5) Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik.
3. Riwayat penyakit dahulu:
Dari faktor paktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis, addresitis
menyebabkan perlengkapan endosalping, Tuba menyempit / membantu. Endometritis
tidak baik bagian nidasi.
4. Status obstetri ginekologi
1) Usia Perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25-45 tahun, berdampak
pada psikososial , terutama pada keluarga yang masih mengharapkan anak.
2) Riwayat persalinan yang lalu, apakah klien melakukan proses persalinan di
petugas kesehatan atau di dukun
3) Grade Multi
4) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi , seperti penggunaan IUD
5) Adanya keluhan haid , keluarnya darah haid dan bau yang menyengat
kemungkinan adanya infeksi.
5. Riwayat kesehatan keluarga
1) Kaji kesehatan suami
2) Suami yang mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular padaistri dan
dapat mengakibatkan infeksi pada celvix
6. Riwayat Psikososial
Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami gangguankonsep diri,selain
itu menyebabkan kekhawatiran atau ketakutan.
7. Pola Aktivitas sehari-hari
a. Pola nutrisi
Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri adalah Nauseadan
vomiting karena banyaknya darah yang terkumpul dirongga abdomen.
b. Eliminasi
Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasiitudiakibatkan
karena penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obatnyeri, adanyaintake
makanan dan cairan yang kurang. Sehinggatidak ada rangsangan dalam
pengeluaran faeces.Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun
<1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang kurang.
c. Personal hygiene
Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut untuk
melakukanaktivitas karena adanya kemungkinan timbul nyeri,sehingga dalam
personalhygiene tergantung pada orang lain.
d. Pola aktivitas (istirahat tidur)
Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi akibat hematikei
retropertonial menumpuk pada cavum Douglasi.

8. Anamnesis dan Gejala Klinis


a. Riwayat terlambat haid
b. Gejala dan tanda kehamilan muda
c. Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
d. Terdapat aminore
e. Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen,
terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
f. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum.

9. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a. Mulut : bibir pucat
b. Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
c. Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.
d. Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
e. Ekstremitas : dingin
2) Palpasi
a. Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK,
nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
b. Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
3) Auskultasi
a. Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
4) Perkusi
a. Ekstremitas : reflek patella + / +

a) Pemeriksaan fisik umum:


1) Pasien tampak anemis dan sakit
2) Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
3) Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
4) Daerah ujung (ekstremitas) dingin
5) Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tanda-tanda
abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas
dinding abdomen.
6) Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
7) Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat
perabaan.
b) Pemeriksaan khusus:
1) Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
2) Kavum douglas menonjol dan nyeri
3) Mungkin tersa tumor di samping uterus
4) Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
5) Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan
dan kiri.
c) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang,
sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:

a) Laboratorium
 Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.

 Sel darah putih


Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Leoukosite
15.000/mm3. Laju endap darah meningkat.
 Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-hCG
positif. Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2
kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya
peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan
adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar hormon yang rendah
menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik.
b) Pemeriksaan Penunjang/Khusus
 Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.

 Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari


rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan
seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
USG :
o Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
o Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
o Adanya massa komplek di rongga panggul
 Laparoskopi
peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti oleh USG
 Laparotomi
Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan gangguan hemostasis
(tindakan diagnostik dan definitif).
 Kuldosintesis

Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk menentukan ada


atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi. Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila
diagnosa adanya perdarahan intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara
pemeriksaan lain.

 Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.


B. DIAGNOSA
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Perdarahan dalam rongga
peritoneum
2. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.

3. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak


mengenal sumber-sumber informasi.

C. INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1.Perubahan Tujuan : Setelah 1. Awasi tanda vital, warna 1. Memberikan informasi


diberikan asuhan kulit ataumembran mukosa tentangderajat/adekuat perfusi jaringan
Perfusi
keperawatan selama dan dasar kuku. danmembantu menentukan
Jaringan 3 x 24 jam kebutuhanintervensi
berhubungan diharapkan pasien
mampu
dengan mendemonstrasikan 2.Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi
Perdarahan perfusi yang adekuat perifer. Kenyamanan pasien/
secara individual 2.Catat keluhan rasa dingin, kebutuhanrasa hangat harus seimbang
dalam
pertahankansuhu lingkungan dengankebutuhan untuk menghindari
Kriteria Hasil:
rongga dan tubuh hangatsesuai panas berlebihan.
peritoneum -kulit hangat dan indikasi.
kering
3. Mengidentifikasi defisiensi
-ada nadi perifer
dankebuutuhan pengobatan atau
kuat
terhadapterapi
-tanda vital dalam
batas normal 3. Kolaborasi dengan tim
-pasien medis yang lain,awasi
sadar/berorientasi pemeriksaan lab:
misalnya:HB/HT
-keseimbangan
pemasukan/pengelu
aran

-tidak ada edema


2.Nyeri yang Tujuan : Setelah Mandiri : Mandiri :
berhubungan dibserika askep
1.Tentukan sifat, lokasi dan 1.Membantu dalam mendiagnosis dan
selama 2 x 24 jam
dengan ruptur durasi nyeri. Kaji kontraksi menentukan tindakan yang akan
pasien
uterus hemoragi ataunyeri dilakukan. Ketidak nyamanan
tuba falopi, dapatmendemonstra
tekan abdomen. dihubungkan dengan aborsi spontan dan
pendarahan sikan teknik molahidatiosa karena kontraksi uterus
relaksasi, tanda- 2.Kaji steres psikologi
intraperitonial. yang mungkin diperberat oleh infuse
tanda vital dalam ibu/pasangan dan respons
oksitosin. Rupture kehamilan ektropik
batas normal, emosional terhadap kejadian.
mengakibatkan nyeri hebat, karena
tidakmeringis 3.Berikan lingkungan yang hemoragi tersembunyi saat tuba falopi
tenang dan aktivitas untuk rupture ke dalam abdomen.
Kriteria hasil: ibu
menurunkan rasa nyeri.
dapat 2.Ansietas terhadap situasi darurat dapat
Instruksikan klien untuk
memperberat ketidak nyamanan karena
mendemonstrasikan menggunakan metode
syndrome ketegangan, ketakutan, dan
relaksasi, misalnya: napas
teknik relaksasi, nyeri.
dalam, visualisasi distraksi,
tanda-tanda vital dan jelaskan prosedur. 3.Dapat membantu dalam menurunkan
dalam batas normal, tingkat asietas dan karenanya mereduksi
Kolaborasi :
ketidaknyamanan.
dan ibu tidak
4.Berikannarkotik atau
Kolaborasi :
meringis atau sedative berikut obat-obat
menunjukan raut praoperatif bila prosedur 4.Meningkatkan kenyamanan,
pembedahan diindikasikan. menurunkan komplikasi pembedahan
muka yang
5.Siapkan untuk prosedur 5.Tingkatkan terhadap penyimpangan
kesakitan.
bedah bila terdapat indikasi dasar akan menghilangkan nyeri.

3.Kurangnya Tujuan : ibu 1.Menjelaskan tindakan 1.Memberikan informasi,


berpartisipasi dalam dan rasional yang menjelaskan kesalahan konsep
pengetahuan
proses belajar, ditentukan untuk kondisi pikiran ibu mengenai prosedur yang
yang mengungkapkan hemoragia. akan dilakukan, dan menurunkan
berhubungan dalam sters yang berhubungan dengan
istilahsederhana, 2.Berikan kesempatan bagi
prosedur yang diberikan.
dengan mengenai ibu untuk mengaji\ukan
patofisiologi dan pertanyaan dan 2.Memberikan klisifikasi dari konsep
kurang
mengungkapkan kesalah yang salah, identifikasi masala-
pemahaman implikasi klinis konsep masalah dan kesempatan untuk
atau tidak memulai mengembangkan
3.Diskusikan
ketrampilan penyesuaian (koping).
mengenal kemungkinan implikasi
jangka ependek pada 3.Memberikan informasi tentang
sumber- ibu/janin dari kedaan kemungkinan komplikasi dan
sumber pendarahan. meningkatkan harapan realita dan
kerja sama dengan aturan tindakan.
informasi. 4.Tinjau ulang implikasi
jangka panjang terhadap 4.Ibu dengan kehamilan ektropik
situasi yang memerlukan dapat memahami kesulitan
evaluasi dan tindakan mempertahankan setelah
tambahan. pengangkatan tuba/ovarium yang
sakit
BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Kehamilan Ektopik Terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami


abortus ruptur pada dinding tuba.
2. Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan beberapa
faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu, yaitu:
1) Faktor mekanis
2) Faktor fungsional
3) Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
4) Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
5) Kalangan usia yang rentan terhadap Kehamilan Ektopik Terganggu adalah
antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.
B. SARAN
Banyak hambatan yang penulis dapatkan dalam pembuatan makalah ini akibat
keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis menyarankan agar
kegiatan seperti ini agar kiranya dapat slalu dilakukan untuk menambah ilmu dan
pengetahuan serta sebagai bahan aplikasi jika kelak mengambil profesi dan terjun
dimasyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Makalah Dan Asuhan Keperawatan Kehamilan Ektopik | PDF (scribd.com)

ASUHAN KEPERAWATAN pada kehamilan ektopik | Taufan Bongalangi - Academia.edu

Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam: Ilmu


Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005

Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media Aesculapius FKUI

http://www.google.com/Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik Terganggu di RSUD Arifin


Achmad Pekanbaru Provinsi Riau Periode 1 Januari 2003-31 Desember 2005

http://www.medica store.com/kehamilan ektopik,kehamilan luar kandungan/page:1-4

Bagian obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : FK UNPAD

Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP

Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP-SP

http://www.pusmaika’s.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai